• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Penerjemahan A.Teori Penerjemahan

D. Metode Terjemahan

Molina dan Albir mengartikan metode penerjemahan sebagai cara proses penerjemahan dilakukan dalam kaitannya dengan tujuan penerjemah. Metode terjemahan merupakan pilihan global yang mempengaruhi keseluruhan teks. Pada dasarnya metode terjemahan akan ditetapkan terlebih dahulu oleh penerjemah sebelum dia melakukan proses penerjemahan.10

Metode penerjemahan merupakan teknik yang dipergunakan oleh seorang penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu Tsu. Banyak metode penerjemahan yang dikembangkan oleh para ahli. Namun, di antara metode yang ada, metode yang ditawarkan Newmark (1998) dinilai sebagai paling lengkap dan memadai.

Menurut Newmark, metode ini terbagi menjadi delapan. Dari delapan metode itu, empat di antaranya berorientasi pada keakuratan Tsu, sementara lainnya berorientasi pada keterbacaan Tsa.11 Dengan demikian, setiap proses penerjemahan memiliki teknik masing-masing. Terlebih antara Tsu dan Tsa memiliki metode terjemahan tersendiri agar menghasilkan terjemahan berkualitas.

10 L. Molina & A.H Albir, “Translation Technique Revisited: A Dynamic and Functional Approach”, Meta, Vol XLVIII, No. 4, 2002, hlm. 507-508.

17 1. Metode Penerjemahan yang Berorientasi pada Keakuratan Tsu

a. Metode Penerjemahan Kata Demi Kata

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah meletakkan kata-kata Tsa langsung di bawah Tsu. Kata-kata dalam Tsu diterjemahkan di luar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan apa adanya. Namun, metode ini biasanya digunakan oleh para pemula yang tidak mempunyai wawasan Tsu yang cukup baik, atau digunakan untuk kegiatan prapenerjemahan (analisis dan tahap pengalihan) untuk Tsu yang sukar dipahami. Contoh:

ع بتك ثاث

Klausa tersebut bila diterjemahkan dengan menggunakan metode ini, maka hasil terjemahannya akan menjadi seperti berikut: dan di sisiku tiga buku-buku.

b. Metode Penerjemahan Harfiah

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah mencarikan padanan konstruksi gramatikal Tsu yang terdekat dalam Tsa. Penerjemahan kata-kata Tsu masih dilakukan terpisah dari konteks. Metode ini biasanya digunakan pada tahap awal (pengalihan).Contoh:

لا ج نم لج ء ج ل سحإا

ا ل لا ي حض ع س ل ت ك يغ ي

Artinya: datang seorang lelaki baik ke Yogyakarta untuk membantu korban-korban goncangan. Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena penerjemahannya hanya mencari padanan kontruksi gramatikal, tetapi masih melepaskannya dengan konteks. Ia seharusnya mengetahui orang yang sukarela terlibat dalam membantu korban bencana alam itu disebut sebagai ‘relawan’. Oleh karena itu, klausa di atas seharusnya bias diterjamahkan menjadi seorang relawan datang ke Yogyakarta untuk membantu korban gempa.

18 c. Metode Penerjemahan Setia

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah memproduksi makna kontekstual, tetapi masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan diksi masih tetapi dibiarkan. Ia berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu, sehingga agak kaku dan terasa asing. Ia tidak berkompromi dengan kaidah Tsa. Metode ini biasanya digunakan pada tahap awal pengalihan. Contoh:

م لا ي ك ه

Artinya: dia (lk) dermawan karena banyak abunya. Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena penerjemahannya sudah memperhatikan makna kontekstual dengan menerjemahkan م لا ي ك dengan ‘dermawan’. Meski demikian, penerjemahannya masih tampak memperhatikan arti dari struktur gramatikalnya. Ia masih menambahkan terjemahannya itu dengan ‘karena banyak abunya’. Padahal, klausa itu cukup diterjemahkan menjadi ‘dia dermawan’, karena memang itu pesan yang hendak disampaikan Tsu. Ini terkait dengan م لا ي ك yang memang idiom dan mempunyai arti ‘dermawan’.

c. Metode Penerjemahan Semantik

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah telah lebih luwes dan lebih fleksibel daripada penerjemah yang menggunakan penerjemahan setia. Ia mempertimbangkan unsur estetika Tsu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas wajar. Kata yang hanya sedikit bermuatan budaya diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah fungsional. Contoh:

ني ج لا تيا مأ

19 Artinya: aku lihat si muka dua di depan kelas. Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena penerjemahannya saat berhadapan dengan frasa ني ج لا , ia mampu menerjemahkannya dengan ‘si muka dua’, yang kebetulan juga dikenal dalam masyarakat penutur Tsa. Ia tidak terjebak dengan menerjemahaknnya menjadi ‘orang yang memiliki muka dua’. Meskipun secara idiomatic, frasa itu bias saja diterjemahkan menjadi ‘si munafik’. Metode ini merupakan salah satu metode yang para ahli dibenarkan untuk dipergunakaan saat menerjemahkan, lantaran metode ini menjamin keteralihan pesan dengan baik.

2. Metode Penerjemahan yang Berorientasi pada Keterbacaan Tsa d. Metode Penerjemahan Adaptasi

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanya tidak terlalu memperhatikan keteralihan struktur Tsa. Ia hanya memperhatikan apakah terjemahannya dapat dipahami dengan baik oleh si penutur Bsa atau tidak. Karenanya, metode ini dinggap sebagai metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Tsa. Namun demikian, penerjemahan tidak mengorbankan hal-hal penting dalam Tsu, eperti tema, karakter, atau alur. Metode ini biasanya dipergunakan untuk penerjemahan drama,puisi, atau film. Ciri lain dari metode ini adalah terjadinya peralihan budaya Tsu ke budaya Tsa. Artinya, ada penyesuaian kebudayaan dan struktur kebahasaan. Contoh:

ع ق تا ثيح ا يعب تش ع عيب يلا

لا ع

Artinya: dia hidup jauh dari jangkauan di atas gemericik air sungai yang terdengar jernih. Bila memperhatikan terjemahan di atas, ada upaya dari penerjemah untuk meepaskan diri dari struktur gramatika, meskipun struktur maknanya masih diperhatikan Tsu. Ia ingin memunculkan corak baru dalam pemaknaan terhadap Tsu, tanpa menghilangkan pesan yang hendak disampaikan oleh penulis Tsu.ia berupaya menampilkan Tsu menjadi dinamis

20 mengikuti perkembangan pemaknaan pada Tsa. Karena bila tidak demikian, terjemahan di atas bias saja dalam bentuk seperti berikut: Dia hidup jauh sehingga kaki tidak bias

mengjangkaunya pada mata air di bagian sungai paling atas.

e. Metode Penerjemahan Bebas

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanya mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu. Tak jarang bentuk retorik (seperti alur) atau bentuk kalimatnya sudah berubah sama sekali. Dalam metode ini, terjadi perubahan drastis antara sturktur luar Tsu dan struktur luar Tsa. Metode ini biasanya berbentuk parafrasa yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini sering kali dipergunakan untuk keperluan media massa. Selain untuk media massa, penerjemah judul dalam teks Arab sering kali harus memaksa penerjemah untuk menggunakan metode ini, agar lebih berdaya jual. Melihat sifatnya yang demikian, banyak ahli yang meragukan metode ini dimasukkan ke dalam salah satu metode penerjemahan. Contoh:

يف لصأ لا أ صأ نم مي ع

لا يحل س لا نيع جأ

Artinya: harta sumber malapetaka. Bila memperhatikan terjemahan di atas, tampak sekali bahwa terjemahanya tidak ingin dikungkung oleh struktur gramatika dan struktur makna Tsu. Ia ingin memunculkan perspektinya sendiri, tanpa menghilangkan pesan yang disampaikan oleh penulis Tsu. Terjemahan di atas juga terlihat berbentuk parafrasa yang jauh lebih pendek dari Tsu. Karena bila diterjemahkan secara lengkap, maka terjemahannya akan menjadi bahwa harta merupakan sumber terbesar kehancuran bagi kehidupan umat

manusia.

21 Saat menerjemahkan metode ini, seorang penerjemah memproduksi pesan dalam teks Bsu. Metode ini mengharuskannya untuk sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatis yang tidak didapati pada versi aslinya. Banyak terjadi distorsi nuansa makna, tetapi lebih hidup dan lebih nyaman dibaca. Contoh:

بعتلا عب اا لا م

Artinya: berakit-rakit kehulu, berenang ketepian. Terjemahan di atas memperhatikan pengalihan idiom Tsu ke dalam idiom Tsa yang kebetulan memiliki makna yang sejenis. Tanpa memperhatikan aspek idiomatic pada Tsu, maka terjemahan Tsu di atas sebagai berikut: setiap kenikmatan itu hanya bias diraih dengan kerja keras.

g. Metode Penerjemahan Komunikatif

Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah memproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa. Aspek kebahasaan dan aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Metode ini mengharuskan penerjemah memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan penerjemahan). Metode ini dapat memberikan variasi penerjemahan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip komunikasi.

ع نم مث ن نم تن

غ م نم مث

Artinya: kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging (awam). Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio (terpelajar). Tsu di atas bias diterjemahkan dengan dua versi, disesuaikan dengan siapa target pembaca dan untuk tujuan apa Tsu itu diterjemahkan. Pesan yang sama selalu bias disampaikan dalam versi yang berbeda. Metode ini juga salah satu metode yang disarankan oleh para ahli.

Dokumen terkait