• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Penerjemahan A.Teori Penerjemahan

F. Teori Penilaian Terjemahan

Kualitas terjemahan dapat diketahui dengan beberapa teknik evaluasi. Nida dan Teber menyatakan bahwa kualitas terjemahan dapat diukur dengan (a) menggunakan teknik rumpang, (b) meminta tanggapan pembaca terhadap nas terjemahan, (c) mengetahui reaksi para penyimak terhadap pembacaan nas terjemahn, dan (d) membaca terjemahan dengan nyaring, sehingga dapat diketahui apakah pembacaannya itu lancar atau tersendat-sendat.16

15M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 65-84.

28 Sementara itu Larson membicarakan kualitas terjemahan dari empat aspek, yaitu (a) alasan dilakukannya penelitian, (b) orang yang menilai, (c) cara melakukan penilaian, dan (d) pemanfaatan hasil penilaian. 17

Menurut Rochayah Machali, penilaian terjemahan dilakukan terhadapproduk terjemahan dan bukan proses. Dalam penilaian terjemahan, yang perlu dipahami adalah segi dan aspek penilaian: (1) ketepatan, (2) kewajaran ungkapan, (3) peristilahan, dan (4) ejaan. Kriteria penilaian ditetapkan terhadap masing-masing segi atau aspek penilaian baik secara positif maupun secara negatif. Cara penilaian terbagi menjadi dua, yaitu cara umum (relatif dapat diterapkan pada segala jenis terjemahan) dan cara khusus (untuk jenis teks khusus seperti teks bidang hukum dan puisi. Penilaian terjemahan dilakukan terhadap ada tidaknya serta besarnya penyimpangan makna referensial yang terjadi. 18

Adapun penilaian yang dinilai dalam metode ini ialah.

Keakuratan Pengalihan pesan

Pada dasarnya untuk mencapai keakuratan pengalihan pesan dari Tsu-Tsaperlu memperhatikan pesan yang disampaikan penulis. Keakuratan pengalihan pesan menjadi prioritas utama sebagai konsekuensi dari konsep dasar penerjemahan bahwa suatu teks dapat disebut terjemahan jika teks tersebut mempunyai hubungan padanan (equivalence relation) dengan teks sumber. Karena suatau terjemahan ditujukan kepada pembaca sasaran, maka terjemahan yang dihasilkan tersebut tidak boleh bertentangan dengan kaidah, norma dan budaya berlaku dalam masyarakat pembaca bahasa sasaran.

17 Mildred L. Larson, Meaning-based Translation: A Guide to Cross-languange Equivalence, (New York: Univ.Press, 1984), h. 485-503.

18Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah: Panduan Lengkap bagi Anda yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 54.

29 Akan tetapi tidak sedikit yang berpendapat bahwa keakuratan pesan merupakan suatu konsep yang relatif. Dengan kata lain, pernyataan tentang terjemahan yang akurat sangat tergantung pada orang yanhg menilainya. Keraguan antara benar dan salah yang dikemukakan oleh Hoed (2003), misalnya dengan jelas menggambarkan betapa subjektifnya parameter akurat yang ddigunakan untuk menentukan tingkat kesetian teks bahasa sasaran pda teks bahasa sumber. Meski demikian proses untuk mendapatkan hasil terjemahan yang baik pada awalnya harus diterapkan sedini mungkin melalui proses mengakuratkan pengalihan pesan. Artinya sebelum hasil terjemahan dikonsumsi oleh penikmat bacaan sebaiknya para penerjemah berusaha semaksimalkan mungkin menghidangkan terjemahan yang sempurna.

Hal ini merupakan keharusan yang masif bagi penerjemah agar karyanya dapat melambung di atas karya penerjemah lainnya. Sebab, pepatah mengatakan “Sedia Payung Sebelum Hujan.”

Sementara itu, penilaian terhadap kualitas terjemahan terkait erat dengan fungsi terjemahan sebagai alat komunikasi antara penulis asli dengan pembaca sasaran. Fungsi terjemahan sebagai alat komunikasi ini pada umumnya dipahami sebagai upaya untuk mengalihkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya dari suatu bahasa ke bahasa lainnya. Pada aspek ini yang dinilai hanya menyangkut tingkat keakuratan pengalihan pesan.

Guna menguji keakuratan berarti mengecek apakah makna yang dipindahkan dari Bsu sama dengan yang di Bsa. tujuan penerjemah adaah mengkomunikasikan makna secara akurat. Tentunya penerjemah tidak boleh mengabaikan, menambah, atau mengurangi makna yang terkandung dalam Bsu, hanya karena terpengaruh oleh bentuk formal Bsa. untuk menyatakan makna secara akurat penerjemah bukan hanya boleh, melainkan harus melakukan penyimpangan atau perubahan bentuk atau struktur gramatikal.

30 “Makna harus diutamakan karena isi pesanlah yang terpenting. Ini berarti penyimpangan tertentu yang agak radikal dari struktur formal tidak saja dibolehkan, tetapi bahkan mungkin sangat diperlukan.”19

Tujuan utama uji ini adalah:

1. Mengecek kesepadanan isi informasi. Pengecekan ini dilakukan untuk meyakini bahwa semua informasi disampaikan, tidak ada yang tertinggal, tidak ada yang bertambah, dan tidak ada yang berbeda.

2. Setelah informasi diyakini telah ada, penerjemah perlu mencari masalah dalam terjemahan dengan membandingkan Bsu dan Bsa. Dia perlu mencatat hal-hal yang perlu dipertimbangkan ulang. Dia harus seobjektif mungkin menilai pekerjaannya secara kritis. Pada saat yang sama, dia harus berhati-hati jangan sampai ia mengganti sesuatu yang seharusnya tidak perlu diganti.20

Mempertahankan dinamika Bsu berarti terjemahan yang disajikan mengundang responpembaca Bsa sama dengan respon pembaca Bsu. Penerjemah harus setia pada Bsu. Untuk melakukan hal ini, dia harus mengkomunikasikan bukan hanya informasi yang sama, tetapi juga respon emosional yang sama dengan naskah asli.

Untuk menghasilkan terjemahan yang memiliki dinamika yang sama dengan aslinya, terjemahan itu haruslah wajar dan mudah dimengerti, sehingga pembaca mudah menangkap pesannya, termasuk informasi dan pengaruh emosional yang dimaksudkan oleh penulis naskah Bsu.21

Dalam konteks penelitian, penilaian tingkat keakuratan pengalihan pesan teks Bsu ke dalam Bsa harusnya dilakukan oleh penulis sendiri. Untuk mendapatkan penilaian yang lebih

19E.A Nida dan Taber, The Theory and Practice of Translation, (Leiden: E.J Brill, 1969), hlm. 13.

20 Larson, Mildred A, Meaning-based Translation, (Lahman:University Press of Amerika, 1984), hlm. 490.

31 objektif, diperbolehkan penulis melibatkan pakarnya. Dalam penelitian skripsi ini penulis melibatkan dosen pembimbing. Perlu dikemukakan di sini penilaian tingkat keakuratan pengalihan pesan akan selalu melibatkan teks Bsu. Dengan kata lain, pembanding antara pesan teks Bsu dan pesan teks Bsa merupakan salah satu ciri penting dari penilaian tingkat keakuratan pengalihan pesan.

Pada keakuratan pengalihan pesan Nababan memberikan sebuah tabel pedoman yang disebut Accuracy Rating Instrument yang dijadikan alat ukur:

Skala Definisi Kesimpulan

3 Makna Kata, frasa, klausa, dan kalimat Bsu dialihkan secara akurat ke dalam Bsa. Sama sekali tidak terjadi distorsi makna.

Akurat

2 Sebagian besar makna kata, frasa, klausa, dan kalimat Bsu sudah dialihkan secara akurat ke dalam Bsa. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.

Kurang Akurat

1 Makna kata, frasa, klausa, dan kalimat Bsu dialihkan secara tidak akurat ke dalam Bsa atau dihilangkan (deleted).

32 Tabel di atas menunjukkan bahwa intrumen pengukur tingkat kesepadanan terjemahan menganut skala 1-3. Semakin rendah skor yang diberikan terhadap terjemahan, maka semakin rendah tingkat kesepadanan terjemahan tersebut. Dan sebaliknya, semakin akurat terjemahan yang dihasilkan, maka semakin tinggi skor yang diberikan kepada penerjemah tersebut.

BAB III

SEPUTAR MEDIA ONLINE DAN MELAYU.PALINFO.COM

Dokumen terkait