Penelitian yang dilakukan bersifat analitik observational dengan menggunakan desain kasus kontrol. Penelitian dilakukan di Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014. Populasi penelitian adalah seluruh balita yang menderita gizi buruk dan yang tidak menderita gizi buruk di Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias. Besar sampel sama dengan populasi (Total Sampling). Data univariat dianalisis secara deskriptif dan data bivariat dianalisis dengan uji Chi-square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Anak Balita Yang Menjadi Sampel Kasus Dan Kontrol
Tabel 1. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelami
No. Jenis Kelamin Kasus Kontrol
n % n %
1. Laki-Laki 7 38,9 7 38,9
2. Perempuan 11 61,1 11 61,1
Total 18 100,0 18 100,0
Tabel 1. menunjukkan bahwa anak balita dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki. Penduduk dengan jenis kelamin perempuan
yakni sebanyak 11 orang (61,1%) sedangkan penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang (38,9%).
Tabel 2. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur
No. Umur Responden Kasus
N % Kontrol N % 1. 12-23 bulan 4 22,2 5 27,8 2. 24-35 bulan 3 16,7 5 27,8 3. 36-47 bulan 7 38,9 5 27,8 4. 48-59 bulan 4 22,2 3 16,7 Total 18 100,0 18 100,0
Tabel 2. menunjukkan bahwa prevalensi balita gizi buruk lebih banyak berada pada kelompok umur
36-47 bulan (38,9%), dibandingkan dengan kelompok umur lainnya.
Tabel 3. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur Ibu Balita
Tabel 3. menunjukkan bahwa kelompok umur ibu yang memiliki prevalensi balita gizi buruk lebih banyak berada pada umur 21-31 tahun (55,6%) jika dibandingkan dengan kelompok umur rentang 32 hingga 53 tahun. Demikian juga halnya dengan kelompok umur ibu yang menjadi
sampel kontrol lebih banyak berada pada umur 21-31 tahun. Umur ibu paling rendah yang memiliki prevalensi balita gizi buruk adalah 21 tahun dan umur paling tinggi adalah 52 tahun. Sedangkan umur ibu yang memiliki balita normal paling rendah adalah 21 tahun dan paling tinggi 43 tahun.
Tabel 4. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu
No. Pendidikan Ibu
Kasus Kontrol n % n %
1. Tidak Sekolah/Tidak tamat SD 1 5,6 4 22,2
2. Tamat SD 15 83,3 10 55,6
3. Tamat SMP 0 0 4 22,2
4. Tamat SMA 2 11,1 0 0
Total 18 100,0 18 100,0
Tabel 4. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu balita gizi buruk lebih
rendah dibandingkan tingkat pendidikan ibu balita normal.
No. Umur Responden Kasus n % Kontrol n % 1. 21-31 tahun 10 55,6 12 66,7 2. 32-42 tahun 6 33,3 5 27,8 3. 43-53 tahun 2 11,1 1 5,6 Total 18 100,0 18 100,0
Prevalensi terbesar tingkat pendidikan ibu balita gizi buruk adalah Tamat SD (83,3%), demikian halnya dengan prevalensi terbesar
tingkat pendidikan ibu yang memiliki balita normal adalah tamat SD (55,6%).
Tabel 5. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Pengetahuan Ibu
Tabel 5. menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita gizi buruk lebih rendah dibandingkan tingkat pengetahuan ibu balita normal. Pada balita gizi buruk, jumlah ibu yang
memiliki pengetahuan yang kurang baik sebanyak 77,8% sedangkan pada kelompok balita normal jumlah ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang baik hanya 27,8%.
Tabel 6. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Jumlah Anak Dalam Keluarga
No. Jumlah Anak Kasus Kontrol
n % n %
1. Cukup 6 33,3 7 38,9
2. Banyak 12 66,7 11 61,1
Total 18 100,0 18 100,0
Tabel 6. menunjukkan bahwa jumlah anak dalam keluarga yang memiliki anak lebih dari 2 lebih banyak pada keluarga yang memiliki balita gizi buruk yaitu sebanyak 66,7% sedangkan pada kelompok balita
normal yang memiliki anak lebih dari 2 sebanyak 61,1%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anak dalam keluarga tidak terjadi perbedaan yang jauh antara balita gizi buruk dengan balita normal.
Tabel 7. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga
No. Pengetahuan Gizi Ibu Kasus Kontrol
n % n %
1. Kurang Baik 14 77,8 5 27,8
2. Baik 4 22,2 13 72,2
Total 18 100,0 18 100,0
No. Pendapatan Keluarga Kasus Kontrol
n % n %
1. Rendah 17 94,4 7 38,9
2. Tinggi 1 5,6 11 61,1
Tabel 7. menunjukkan bahwa pendapatan keluarga balita gizi buruk mayoritas berada rendah (94,4%)
sedangkan pendapatan keluarga pada balita normal sebesar (38,9%) yang berada pada pendapatan rendah.
Tabel 8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kasus Balita Gizi Buruk
No. Pendidikan Ibu
Kasus Kontrol X2/ (p -value) OR/ (CI 95%) n % n % 1. Baik 2 11,1 4 22,2 2. Rendah 16 88,9 14 77,8 0,800/ (0,371) 0,438/ (0,069-2,762) Total 18 100,0 18 100,0
Berdasarkan tabel di atas tentang pendidikan ibu balita yang terpilih sebagai sampel menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu balita gizi buruk dan balita normal mayoritas rendah (tidak sekolah/tamat SD). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kasus balita gizi buruk dengan p-value 0,371
sehingga tingkat pendidikan ibu tidak berhubungan dengan kasus balita gizi buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi buruk pada anak balita.
Tabel 9. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kasus Balita Gizi Buruk
Berdasarkan tabel di atas tentang pengetahuan ibu balita yang terpilih sebagai sampel menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita gizi buruk lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan ibu balita normal. Pada balita gizi buruk,
jumlah ibu yang memiliki
pengetahuan yang kurang baik
sebanyak (77,8%) sedangkan pada kelompok balita normal jumlah ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang baik hanya (27,8%). Dapat
disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kasus balita gizi buruk dengan p-value 0,003 dan nilai OR sebesar 9,100. Hal ini berarti bahwa
No. Pengetahuan Ibu
Kasus Kontrol X2/ (p -value) OR/ (CI 95%) n % n % 1. Baik 4 22,2 13 72,2 9,028/ 9,100/ 2. Kurang 14 77,8 5 27,8 (0,003) (1,998-41,445) Total 18 100,0 18 100,0
balita yang mengalami gizi buruk berisiko 9 kali lebih besar berasal memiliki pengetahuan yang kurang
baik dibandingkan balita yang berasal dari ibu yang memiliki pengetahuan yang baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadhillah (2011) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita.
Tabel 10. Hubungan Jumlah Anak Dalam Keluarga dengan Kasus Balita Gizi Buruk
Berdasarkan tabel di atas tentang jumlah anak dalam keluarga balita yang terpilih sebagai sampel menunjukkan bahwa jumlah anak dalam keluarga balita gizi buruk dengan balita normal mayoritas banyak (>2 anak). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian balita gizi
buruk dengan p-value 0,729 sehingga jumlah anak dalam keluarga tidak berhubungan dengan kasus balita gizi buruk. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ucu) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dalam keluarga dengan kasus gizi buruk pada balita.
Tabel 11. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kasus Balita Gizi Buruk
Berdasarkan tabel di atas tentang pendapatan keluarga balita yang terpilih sebagai sampel menunjukkan bahwa pendapatan keluarga balita
gizi buruk mayoritas rendah (94,4%) sedangkan pendapatan keluarga balita normal hanya (38,9%) yang berada rendah. Dapat disimpulkan
No. Jumlah Anak
Kasus Kontrol X2/ (p -value) OR/ (CI 95%) n % n % 1. Cukup 6 33,3 7 38,9 0,120/ 0,786/ 2. Banyak 12 66,7 11 61,1 (0,729) (0,201-3,071) Total 18 100,0 18 100,0 No. Pendapatan Keluarga Kasus Kontrol X2/ (p -value) OR/ (CI 95%) n % n % 1. Tinggi 1 5,6 11 61,1 12,500/ (0,000) 0,037/ (0,004-0,348) 2. Rendah 17 94,4 7 38,9 Total 18 100,0 18 100,0
bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kasus gizi buruk dengan p-value 0,000 dan nilai OR sebesar 0,037. Hal ini berati bahwa kasus balita gizi buruk berisiko lebih besar berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah (< Rp 1.750.000) dibandingkan dengan balita yang
berasal dari keluarga dengan pendapatan tinggi (≥ Rp 1.750.000). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh hartati (2013) yang menunjukkan bahwa balita dengan status gizi tidak normal berasal dari keluarga dengan pendapatan yang rendah.