• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHUN 2014

Bethesda Simbolon1, Albiner Siagian2, Arifin Siregar2

1

Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU 2

Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

Email: bethesdasimbolon86.bs@gmail.com

Abstract

Breakfast is very beneficial for elementary school children to maintain endurance, so they can have an activity or study well, helping to focus and easily to understand the lesson, as well as to help provide the nutrients.

The purpose of this study is to analyze the correlation between breakfast habbits and nutritional status with academic achievement of elementary school children in SD Negeri 096132 Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun 2014. This study is a descriptive survey using Cross sectional study design. Data were collected by interviewing students using questionnaire and a 24-hour food recall. Childrend’s learning achievement data obtained from the value of the monthly report cards of childrens. Nutritional status of children was measured by using body mass index for age (BMI/Age).

The chi-square test result showed that there is no correlation between breakfast habbits with learning achievement of childrens (p=0,055), there is no correlation between breakfast habbits with nutritional status of childrens (p=0,056). There was a significant correlation between nutritional status of childrens with learning achievement (p=0,012). The correlation of nutritional status and academic achievement is an indicator of how important to have an attention to the nutritional status of children to increase the ability of brain and body.

Based on the results of the study suggested to the parent’s of children to give more attention to their child nutrition covering the quantity, quality and nutritional value which is contained in food material. If children have a good nutrition it will form a good nutritional status and be able to compete in the world of education. And for the school, it have to monitoring the types of food or snacks which is provided in school cafeteria, so that children will receive a good donation of nutrition from food that eat by them.

Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada umumnya. Anak yang sehat akan

mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak pada usianya (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Kualitas sumberdaya manusia yang baik akan membantu menciptakan negara yang makmur, sumberdaya manusia yang berkualitas tidak diperoleh dengan sendirinya tanpa adanya sebuah usaha untuk menghasilkan sumberdaya tersebut. Pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas dimulai sejak dalam kandungan hingga tahap-tahap emasnya. Pemenuhan zat gizi yang baik akan membantu meningkatkan pertumbuhan anak kearah yang lebih baik. Asupan zat gizi yang baik akan membantu kerja otak lebih optimal. Untuk anak sekolah pemenuhan zat gizi memerlukan jumlah yang tinggi karena aktifitas anak yang padat disekolah dan kebiasaan bermain anak. Untuk pemenuhan kebutuhan zat gizi pada anak bisa dibantu dengan menerapkan kebiasaan makan pagi pada anak sebelum anak berangkat ke sekolah.

Makan pagi bermanfaat untuk memberikan tenaga bagi anak untuk membantu kerja otak sehingga anak dapat menerima pelajaran dengan baik dari gurunya. Makan pagi akan membantu anak lebih berkonsentrasi, menghindari adanya perasaan mengantuk pada anak, anak akan merasa gembira dan bersemangat setelah

semalaman berpuasa atau tidak

mengkonsumsi apapun yang menyebabkan penurunan kadar glukosa yang merupakan suplai energi. Saat asupan zat gizi anak terpenuhi, kemampuan berkonsentrasi anak akan baik di sekolah sehingga prestasi anak disekolah akan baik pula (Khomsan, 2004).

Kelompok anak sekolah (7-13 tahun) merupakan kelompok yang rentan gizi, kelompok masyarakat yang paling mudah

menderita kelainan gizi, bila masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar (Sediaoetama, 2004). Perkembangan anak meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancy toddlerhood) di usia 0-3 tahun, early childhood usia 3-6 tahun dan middle childhood usia 6-12 tahun) (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan A. G. Soemantri (1976), mengemukakan bahwa konsentrasi belajar dipengaruhi oleh keadaan gizi, anemia gizi, daya tahan tubuh, infeksi akibat investasi cacing, fasilitas, stimulus latihan bimbingan, dan sosial ekonomi.

Secara Nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari angka kecukupan energi bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 40,7%. Masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur, terutama pada anak usia sekolah (7-13 tahun). Rata-rata kecukupan konsumsi energi anak usia sekolah (7-13 tahun) berkisar antara 71,6% - 89,1%, dan sebanyak 44,4% anak mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (Riskesdas, 2010).

Menurut hasil Riskesdas Provinsi Sumatera Utara tahun 2007, Kabupaten Simalungun masuk pada lima kabupaten dengan prevalensi kekurusan tertinggi pada anak laki-laki yaitu 17,8%. Sedangkan untuk prevalensi berat badan lebih pada anak, Kabupaten Simalungun masih masuk pada lima kabupaten dengan prevalensi berat badan lebih, pada anak laki-laki 19,1%, sedangkan untuk anak perempuan 14,7%. Berdasarkan WHO, untuk Provinsi Sumatera Utara prevalensi kekurusan adalah 12,4% pada laki-laki dan 9,7% pada perempuan. Sedangkan prevalensi berat badan lebih pada laki-laki

14,9% dan perempuan 11,8%. Berdasarkan standar WHO, untuk Provinsi Sumatera Utara prevalensi kekurusan adalah 12,4% pada laki-laki dan 9,7% pada perempuan. Sedangkan prevalensi berat badan lebih pada laki-laki 14,9% dan 11,8% pada perempuan (Riskesdas, 2007).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sibuea (2002) di SD Negeri di Medan, bahwa ada sekitar 57,50% anak Indonesia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Hal ini menjadi perhatian penuh, karena sarapan akan memberikan kontribusi penting dalam pemenuhan kebutuhan beberapa zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, seperti energi, protein, vitamin, lemak dan mineral. Ketersediaan sarapan yang bermutu mampu meningkatkan kapasitas belajar sehingga lebih mudah menerima pelajaran. Selain itu, hal ini juga berpengaruh pada status gizi, ternyata dari SD yang diteliti diketahui prevalensi anak SD yang mengalami status gizi kurang kalori adalah 50%, kurang protein 55%, dan kurang Vitamin A 40%. Sementara itu status gizi kurang yang dihitung berdasarkan berat badan, prevalensinya lebih tinggi lagi yaitu 62,5% (Anonim, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Rosalynn (2001) di SD Negeri di Kelurahan Harjosari kecamatan Medan Denai menemukan bahwa sebanyak 40,91% anak tidak sarapan pagi. Dari hasil yang diperoleh didapat bahwa 21,2% dengan indeks prestasi kurang, 57,6% dengan indeks prestasi sedang dan 21,2% dengan indeks prestasi baik.

SD Negeri 096132 Parapat adalah salah satu sekolah yang mana muridnya berasal dari desa-desa kecil yang cukup jauh dengan keadaan ekonomi orang tua siswa yang minim. Hal ini membuat peluang terjadinya status gizi kurang terkait ketersediaan dan keterjangkauan makanan. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di SD Negeri 096132 Parapat, 40% anak memiliki tubuh yang kurus dan jika dilihat dari indeks prestasinya terdapat 10% indeks prestasi

kurang, 60% indeks prestasi sedang dan 30% indeks prestasi baik. Uraian di atas melatar belakangi penelitian ini.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara kebiasaan makan pagi dan status gizi dengan prestasi belajar pada anak di SD N.096132 Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi makan anak, status gizi anak, prestasi belajar anak, dan kontribusi energi dan protein anak di SD N.096132 Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2014.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kebiasaan makan pagi dan status gizi dengan prestasi belajar pada pada anak di SD Negeri No.096132 Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 096132 Parapat dari Agustus hingga November 2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V dan VI di SD Negeri 096132 Parapat dengan total 69 orang siswa dengan menggunakan Metode Total Sampling dimana semua jumlah populasi dijadikan sebagai sampel yaitu seluruh siswa kelas V dan VI SD Negeri 096132 Parapat.

Data primer diperoleh dari pengukuran tinggi badan dan berat badan secara langsung terhadap anak dan hasil wawancara langsung dengan tatap muka tentang kebiasaan makan pagi dengan anak sebagai responden dengan menggunakan kuesioner. Pada kebiasaan makan pagi anak dilakukan food recall 24 jam untuk makan pagi anak saja yang dilakukan selama 3 hari.

Data sekunder yang meliputi gambaran umum sekolah dan hasil prestasi belajar

murid diperoleh dari raport bulanan siswa yang diperoleh dari dokumen sekolah sebagai lokasi penelitian.

Analisa data dalam penelitian ini dengan menggunakan Analisis Univariat dan Analisis Bivariat. Analisis Univariat yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variable-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi dan Analisi Bivariat untuk mengetahui hubungan variable kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar, kebiasaan makan pagi dengan status gizi dan hubungan status gizi dengan prestasi belajar, dengan menggunakan uji Chi Square.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Distribusi karakteristik responden di SD Negeri 096132 Parapat Tahun 2014, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di SD Negeri 096132 Parapat Tahun 2014 No Karakteristik Responden n % Jenis Kelamin 1 Laki-laki 32 46,4 2 Perempuan 37 53,6 Total 69 100,0 Usia Anak 1 9 Tahun 11 15,9 2 10 Tahun 39 56,5 3 11 Tahun 16 23,2 4 12 Tahun 3 4,3 Total 69 100,0 Pekerjaan Ayah 1 PNS 4 5,8 2 Karyawan 7 10,1 3 Wiraswasta 32 46,4 4 Petani 23 33,3 Total 66 95,6 Pekerjaan Ibu 1 PNS 3 4,3 2 Karyawan 3 4,3 3 Wiraswasta 22 31,9 4 Petani 26 37,7 Total 54 78,2

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa bahwa usia responden terbanyak adalah umur 10 tahun (56,5%) dari data ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak

kemungkinan masuk sekolah dasar pada usia 6 tahun dan umur 5 tahun, hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah anak yang berumur 10 tahun.

Untuk pekerjaan ayah responden sebagian besar adalah wiraswasta yaitu sebanyak 46,4%. 4,4% lainnya, sebagian ayah responden tidak bekerja dan telah meninggal dunia. Pekerjaan wiraswasta yang dimaksud antara lain adalah berdagang, usaha penjual souvenir di sekitaran lokasi tempat wisata karena Parapat merupakan salah satu daerah tujuan wisata, beternak ikan/keramba dengan memanfaatkan Danau Toba sebagai lahan untuk memelihara ikan, supir angkutan umum, penjahit dan supir kapal pariwisata. Pekerjaan ibu responden yang paling banyak adalah sebagai petani yaitu sebanyak 37,7%. Sebagian besar para ibu adalah petani yang bekerja diladang para majikan tanah, mereka akan mulai berangkat secara bergerombol pada pukul 9 pagi dan pulang pada pukul 4 sore harinya. 21,8% ibu responden adalah hanya sebagai ibu rumah tangga dan ada yang telah meninggal dunia.

Distribusi kebiasaan makan pagi anak diperoleh dari kuesioner yang di isi oleh anak kelas IV dan kelas VI. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Kebiasaan Makan Pagi Anak di SD Negeri 096132 Parapat

No Frekuensi Makan Pagi Anak

Jumlah

n %

1 Selalu makan pagi 23 33,3 2 Kadang-kadang 27 39,1 3 Tidak pernah makan pagi 19 27,5

Total 69 100,0

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kebiasaan makan pagi anak yang tidak pernah makan pagi adalah 27,5%. Hasil yang diperoleh ini masih jauh dari yang di inginkan karena hal ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kebiasaan makan pagi pada anak sekolah. Jarak yang jauh atau bahkan orang tua yang tidak sempat menyediakan makan pagi untuk anak

adalah hal yang mungkin menyebabkan anak jarang makan pagi.

Makan pagi haruslah menjadi suatu kebiasaan yang harus selalu diajarkan bagi anak sekolah agar kebutuhan energi untuk aktivitasnya dapat terpenuhi (Khomsan, 2003).

Distribusi jumlah jenis makanan yang dikonsumsi anak yang paling banyak adalah dengan kategori baik yaitu sebanyak 74,5% dapat dilihat pada tabel 3.

No Jenis Makanan Jumlah

n %

1 Lengkap 27 39,1

2 Tidak Lengkap 23 33,4

Total 50 72,5

Jumlah jenis makanan yang

dikonsumsi anak adalah meliputi makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, susu atau bahkan makanan lainnya. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa jumlah jenis makanan yang dikonsumsi anak yang paling banyak adalah dengan kategori lengkap yaitu sebanyak 39,1%. Dari wawancara dengan responden, biasanya pagi hari anak disediakan makanan berupa nasi putih, telur, tempe, sayuran dan teh manis atau bahkan ditambah dengan kerupuk udang. 27,5% anak yang tidak sarapan pagi tidak dilakukan wawancara untuk jumlah jenis makan pagi yang dikonsumsi oleh anak.

Jenis makanan yang bervariasi akan memberi sumbangan zat gizi yang baik bagi pertumbuhan anak sekolah, karena zat gizi yang dibutuhkan anak sekolah tidak hanya berasal dari satu jenis makanan saja, karena kebutuhan anak akan zat gizi pada masa sekolah dasar sangat tinggi karena aktivitas anak yang tinggi selama disekolah maupun diluar jam sekolah misalnya bermain. Pada prinsipnya anak sekolah harus mengkonsumsi menu gizi seimbang yang terdiri dari semua zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Nirmala Devi, 2012).

Prestasi Belajar anak diperoleh dari nilai raport anak yang diperoleh dari data sekolah. Prestasi Belajar anak yang paling banyak adalah dengan kategori baik sebesar 79,7%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.

No Prestasi Belajar Jumlah

n % 1 Sangat Baik 3 4,3 2 Baik 55 79,7 3 Cukup 11 15,9 4 Kurang 0 0 Total 69 100,0

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, setelah di rata-ratakan maka prestasi belajar anak yang paling banyak adalah dengan kategori baik yaitu 79,7%. Minimnya anak yang memiliki indeks prestasi dengan kategori sangat baik seharusnya menjadi perhatian bagi orang tua dan pihak sekolah, peningkatan mutu pengajaran dan pengawasan dari orang tua akan membantu meningkatkan prestasi belajar pada anak.

Distribusi status gizi responden berdasarkan indikator IMT/U pada anak di SD Negeri 096132 Parapat dapat dilihat pada tabel 5.

Pada tabel 5 diperoleh hasil bahwa status gizi anak dengan kategori kurus adalah 29,0%, hal ini menjadi perhatian khusus. Karena status gizi anak dengan kategori kurus merupakan indikator bahwa anak kurang memperoleh asupan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhannya.

No Status Gizi Jumlah

N %

1 Normal 48 69,6

2 Kurus 20 29,0

3 Sangat Kurus 1 1,4

Total 69 100,0

Tabel 3. Distribusi Jumlah Jenis Makanan yang dikonsumsi Anak di SD Negeri 096132 Parapat

Tabel 4. Distribusi Prestasi Belajar Anak berdasarkan Nilai Raport di SD Negeri 096132 Parapat

Tabel 5. Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan Indikator IMT/U pada Anak di SD Negeri 096132 Parapat

Status gizi seorang anak secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kecerdasan, pertumbuhan dan perkembangan serta produktivitas anak, karena aktifitas dan kreatifitas anak menjadi menurun (Nirwana, 2012).

Distribusi Tingkat kecukupan energi anak sekolah dengan asupan lebih besar dari 525 kkal adalah 30,4%. Untuk tingkat kecukupan protein anak sekolah dengan asupan lebih besar dari 15 gram sebesar 26,1%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.

Pada tabel 6 ini dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan energi dengan jumlah lebih besar dari 525 Kkal adalah 30,4% dan tingkat kecukupan protein dengan jumlah lebih besar dari 15 gram adalah 26,1%. Jumlah Energi dan protein adalah jumlah asupan energi dan protein anak yang dikonsumsi anak sebelum berangkat kesekolah saat diadakan penelitian. Jumlah energi dan protein ini dilihat dengan menggunakan food recall 24 jam dilakukan selama 3 hari yang kemudian di olah dengan menggunakan Nutrisurvey 2007.

Energi adalah kemampuan melakukan usaha dan disebut juga tenaga. Energi dalam tubuh berfungsi untuk aktivitas jasmani, berpikir, pertumbuhan, dan pembuangan sisa makanan. Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi manusia, yang harus dikonsumsi 50-60% dari energi total. Protein juga diperlukan dalam pengaturan pengangkutan zat gizi, protein juga diperlukan untuk pembentukan zat imun untuk melawan infeksi tubuh.

Protein diperoleh dari hewani dan nabati, konsumsi daging yang relatif rendah juga mempengaruhi nilai asupan protein pada anak, makanan olahan susu juga turut berperan menyumbangkan kebutuhan protein pada anak. Kurang energi-protein pada masa anak akan menurunkan IQ, menyebabkan kemampuan geometrik rendah, dan anak tidak bisa berkonsentrasi secara maksimal (Nirmala Devi, 2012).

Distribusi frekuensi kebiasaan makan pagi yang dihubungkan dengan indeks prestasi pada anak. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.

Kebiasaan Makan Pagi Prestasi Belajar Jumlah Sangat Baik Baik Cukup n % n % n % n % Selalu makan pagi 2 8,7 21 91,3 0 0 23 100,0 Kadang-kadang 1 3,7 21 77,8 5 18,5 27 100,0 Tidak pernah

makan pagi

0 0 13 68,4 6 31,6 19 100,0 Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil yang paling banyak adalah responden dengan prestasi belajar baik dan selalu makan pagi adalah sebanyak 91,3% dan responden dengan prestasi belajar baik dan kadang-kadang makan pagi adalah sebanyak 77,8%. Frekuensi yang paling sedikit adalah responden dengan prestasi belajar sangat baik dan kadang-kadang makan pagi 3,7%.

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji chi Square diperoleh hasil dengan nilai p= 0,055, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan indeks prestasi. Jika jumlah anak yang selalu makan pagi tinggi dan prestasi belajar anak juga tinggi maka kemungkinan ada hubungan antara kebiasaan makan pagi pada anak dengan prestasi belajar pada anak.

Menurut penelitian Rosalynn (2001) bahwa kebiasaan makan pagi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks prestasi pada anak sekolah dasar. Hal yang senada juga disampaikan dalam penelitian Sri Minatun (2011), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan

No Jumlah pada makan pagi n %

Energi 1 < 525 Kkal 29 42,1 2 > 525 Kkal 21 30,4 Total 50 72,5 Protein 1 < 15 gram 32 46,4 2 >15 gram 18 26,1 Total 50 72,5

Tabel 6. Sumbangan Konsumsi Energi dan Protein Anak di SD

Negeri 096132 Parapat Tabel 7. Tabulasi Silang Kebiasaan Makan

Pagi dengan Prestasi Belajar Anak di SD Negeri 096132 Parapat

yang signifikan antara makan pagi dengan prestasi belajar pada anak sekolah dasar. Hal yang mungkin menyebabkan ini adalah kegiatan anak diluar jam sekolah dalam mengikuti pendidikan informal yaitu berupa les mata pelajaran yang diajarkan disekolah diluar jam sekolah dan pendidikan di dalam keluarga yang dibantu oleh orang tua anak atau asupan zat gizi anak yang baik.

Pada tabel 8. dapat dilihat distribusi frekuensi kebiasaan makan pagi yang dihubungkan dengan status gizi pada anak. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Kebiasaan Makan Pagi

Status Gizi

Jumlah Normal Kurus Sangat

Kurus N % n % n % N % Selalumakan pagi 20 87,0 3 13,0 0 0 23 100,0 Kadang-kadang 19 70,4 8 29,6 0 0 27 100,0 Tidak pernah makan pagi 9 47,4 9 47,4 1 5,3 19 100,0 Pada tabel dapat bahwa hasil yang paling banyak adalah responden dengan status gizi normal dan selalu makan pagi sebanyak 87,0%. Untuk status gizi anak dengan kategori kurus dan tidak makan pagi sebanyak 47,4%.

Setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji chi Square maka diperoleh hasil dengan nilai p=0,056, yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan status gizi. Akan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan pagi pada anak dengan status gizi jika jumlah anak yang selalu makan pagi jumlahnya tinggi dengan status gizi yang baik pula.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tinneke P (2008), dari hasil penelitiannya diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan pagi dengan status gizi.

Distribusi frekuensi status gizi yang dihubungkan dengan indeks prestasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Status Gizi

Prestasi Belajar

Jumlah Sangat

Baik Baik Cukup

n % n % N % n % Normal 3 6,3 42 87,5 3 6,3 48 100,0

Kurus 0 0 12 60,0 8 40,0 20 100,0 Sangat

Kurus 0 0 1 100 0 0 1 100,0

Pada tabel 9 Dari penelitian diperoleh hasil bahwa frekuensi yang paling besar adalah responden dengan prestasi belajar baik dan status gizi normal sebanyak 87,5%, status gizi anak yang baik akan membantu peningkatan kualitas belajar pada anak. Kemampuan anak dalam belajar akan meningkat dan menghasilkan prestasi yang memuaskan di sekolah. 40,0% anak memiliki prestasi cukup dan jika dilihat dari status gizi anak adalah kurus hal ini juga merupakan hal yang perlu diperhatikan karena kemungkinan kemampuan akademik anak berkurang karena pemenuhan gizi anak yang tidak baik sehingga penyerapan pelajaran disekolah menjadi tidak maksimal.

Dari data yang diperoleh dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji chi Square yang kemudian diperoleh hasil dengan nilai p=0,012 (p<0,05) yang

menunjukkan ada hubungan yang

bermakna antara status gizi dengan indeks prestasi.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah gizi yang baik. Menurut Moeloek (1999), asupan gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang (Muliadi, 2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Florencio (1990) di Filipina, prestasi akademik dan mental siswa dengan status gizi yang baik secara signifikan lebih tinggi daripada siswa dengan status gizi yang kurang baik, bahkan ketika pendapatan keluarga, kualitas sekolah, kemampuan guru, atau Tabel 8. Tabulasi Silang Kebiasaan Makan

Pagi dengan Status Gizi Anak di SD Negeri 096132 Parapat

Tabel 9. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak di SD Negeri 096132 Parapat Tahun 2014

kemampuan mental dikontrol (Levinger, 1992).

Jika status gizi anak baik maka kemampuan akademik anak akan baik juga, asupan zat gizi yang baik yang dikonsumsi anak akan membantu kerja