• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM

KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI

TAHUN 2014

Susi1, Hiswani2, Jemadi2 1

Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU

2

Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

Email: susi.napitupulu@ymail.com

ABSTRACT

Hypertension is a degenerative disease that shown the rising of diastole and/or sistoles blood presur and attack the elder. Hypertension be a health concern because would lead to complications in target organs and make dying World Health Organizatio identified that hypertension as the first causes of cardiovascular mortality 20 until 50% of the mortality. Hypertension kills nearly 8 million people annually worldwide and nearly 1.5 million people every year in Southeast Asia. Hypertension is associated with several factors, obesity, physical activity, smoking habit, the habit of eating natrium.,and family history.

To determine factors associated with hypertension in Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun in 2014, conducted research using cross sectional design. 100 samples were taken by simple random sampling methodh. Univariate data were analyzed descriptively and bivariate data were analyzed using the chi square test with 95% CI.

Based on the results obtained proportion prevalence of hypertension 44,00%, the highest proportion of hypertension respondents is male group (64.86%), workers (45,26%), Academik/College education (75.00%), nutritional status obesity (61.10%), insufficient physical activity (63.63%), the habit of smoking (64.51%), eating salt ≤ 3 time /week (55.26%), and family history (53.33%).The results of bivariate analyzes, in general there is a significant association between gender (p = 0.001), nutritional status (p = 0.010), physical activity (p = 0.036), and smoking habit (p = 0.006). And there was no significant relationship betwee, level of education, the habit of eating natrium, and family history with incident hypertension.

The elderly routinely check the blood pressure , balancereduce the nutritional status by controll the food consumtion or have the sport routinity, add the physical activity by old-age gymnastics, reduce or stop the smooking habit as a risk factor for hypertension. Parties are expected to influence elderly to want participating in the activities of Posyandu elderly and the worker of Posyandu to held the Health Promotion of the risk of Hypertension, and how the way to prevent the hypertension in elderly.

(2)

2 Pendahuluan

Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa terlihat dalam peningkatan taraf hidup dan Usia Harapan Hidup (UHH), namun peningkatan UHH ini sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan Kesehatan karena terjadinya transisi epidemiologik akibat meningkatnya angka kesakitan oleh penyakit degeneratif.1

Permasalahan warga lanjut usia semakin kompleks.2 Dalam pendekatan kelompok, para lansia menunjukkan kecenderungan prevalensi yang cukup signifikan dalam kaitan gangguan-gangguan yang bersifat kronis dan degeneratif.3 Angka kesakitan lansia berusia 60 tahun keatas pada tahun 2012 sebesar 26,93% dari total penduduk lansia. Keluhan kesehatan lansia dari 10 penyakit terbesar yang paling tinggi adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti hipertensi (5,17%), Katarak (4,75%), penyakit jantung iskemik (2,84%) , dan lain-lain.4

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastole dan sistole melebihi nilai normal yakni ≥140 mmHg dan atau ≥90 mmHg. World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sebagai penyebab utama mortalitas kardiovaskuler yang menyebabkan 20-50% dari seluruh kematian.5

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi adalah 31,7%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%.6 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental.7

Perumusan masalah dalam penelitian ini

yakni belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di

Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014.

Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proporsi prevalensi

hipertensi pada lansia usia pertengahan di

Desa Belang Malum Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. 2. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis

kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi melalui IMT (Indeks Massa Tubuh), aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi garam pada ikan asin, dan riwayat hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014

3. Untuk mengetahui hubungan antara kejadian hipertensi dengan jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi garam, dan riwayat hipertensi di

Desa Belang Malum Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014..

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di

Desa Belang Malum Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. 2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi

masukan bagi instansi terkait dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan baik preventif maupun kuratif khususnya untuk penyakit hipertensi lansia.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan referensi dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa/mahasiswi kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan bagi penulis dalam meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di

Desa Belang Malum Kecamatan

(3)

3 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik, dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi pada tahun 2014. .Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia berusia 45 – 60 tahun yang terdaftar sebagai penduduk di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi tahun 2014 berjumlah 221 orang.

Perhitungan sampel dengan menggunakan rumus besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi.8 :

n ≤ Zα2 PQ d2

Dengan menggunakan rumus tersebut diketahui jumlah sampel minimum 97, dan peneliti mengambil jumlah sampel 100 orang. hal ini sesuai dengan pernyataan Frankel dan Wallen yang menyatakan bahwa, jumlah sampel untuk penelitian deskriptif atau analitik yang menggunakan wawancara atau survei disarankan untuk mengambil jumlah sampel minimal 100 atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti. Besar sampel dapat diambil lebih tinggi dari jumlah sampel minimum.13 Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling.8

Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Belang Malum. Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dengan chi-square 95% CI.

Hasil dan Pembahasan Analisis Univariat

Penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang lansia usia 45-60 tahun di Desa Belang Malum tahun 2014, diperoleh proporsi prevalensi hipertensi. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 1 Distribusi Proporsi Hipertensi Responden di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Kejadian Hipertensi Frekuensi Proporsi (%) Hipertensi 44 44 Tidak Hipertensi 56 56 Jumlah 100 100

Berdasarkan table 1. dapat diketahui bahwa proporsi kejadian hipertensi pada lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah 44%.

Tabel 2 Distribusi Proporsi Lansia Usia Pertengahan (45-60 Tahun) Penduduk Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2014 Berdasarkan Sosiodemografi Sosiodemografi Frekuensi Proporsi

(%) Usia 45-50 tahun 51-55 tahun 56-60 tahun 42 23 35 42 23 35 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 37 63 37 63 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 95 5 95 5 Tingkat Pendidikan

Tidak Tamat SD/Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Akademi/PT 32 22 42 4 32 22 42 4 Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa proporsi Lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan kategori usia, lebih banyak ditemukan pada kelompok umur 45-50 tahun yaitu 42 orang (42%), kelompok umur 51-55 tahun ada 23 oran (23%) dan kelompok 56-60 tahun ada 35 orang (35%), berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu 63 orang (63%), sedangkan pada laki-laki yaitu 37 orang (37%).

Proporsi Lansia usia pertengahan (45- 60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan status pekerjaan, paling banyak ditemukan pada lansia yang berkerja, yaitu 95 orang (95%), dan yang paling sedikit adalah tidak bekerja yakni 5 orang (5 %).

Proporsi Lansia di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, paling banyak ditemukan pada Lansia yang berpendidikan terakhir SMA

(4)

4

yaitu 42 orang (42 %), kemudian SD, dan SMP masing-masing yaitu 32 orang (32%), 22 orang (22%), sedangkan yang paling sedikit adalah Akademi/ PT yaitu 4 orang (4 %).

Tabel 3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Status Gizi (IMT) Frekuensi Proporsi (%)

Obesitas 36 36

Tidak Obesitas 64 64

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan status gizi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, status gizi tidak obesitas yaitu 64 orang (64%), dan yang paling sedikit adalah status gizi obesitas yaitu 36 orang (36%).

Tabel 4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan aktivitas fisik di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang aktivitas fisiknya cukup yaitu 78 orang (78%), sedangkan pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup yakni 22 orang (22%).

Tabel 5 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan merokok di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang kebiasaan merokoknya <10 batang perhari atau tidak merokok, yaitu 69 orang (69%),

sedangkan pada kelompok yang merokok ≥ 10 batang perhari yakni 31orang (31%).

Tabel 6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Garam Pada Ikan Asin di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Konsumsi Garam Frekuensi Proporsi (%)

≤ 3 kali/minggu 38 38

> 3 kali/ minggu 62 62

Jumlah 100 100

Berdasarkan table 6. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan konsumsi garam, khususnya yang terkandung dalam ikan asin di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang kebiasaan konsumsi garam pada ikan asin tinggi (> 3 kali seminggu), yaitu 62 orang (62%), sedangkan pada kelompok yang konsumsi garam yang terkandung pada ikan asin yang rendah (≤ 3 kali seminggu) yakni 38 orang (38%).

Tabel 7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Riwayat Hipertensi Frekuensi Proporsi (%)

Ada 30 30

Tidak ada 70 70

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan Riwayat Hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada Lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi, yaitu 70 orang (70%), sedangkan pada yang memiliki riwayat hipertensi yakni 30 orang (30%).

Analisis Bivariat

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 8

Tabel 8 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Aktivitas Fisik Frekuensi Proporsi (%)

Tidak Cukup 22 22

Cukup 78 78

Jumlah 100 100

Kebiasaan Merokok Frekuensi Proporsi (%)

< 10 batang/hari 69 69

≥ 10 batang/hari 31 31

(5)

5 Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 Jenis Kelamin Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI= 95 %) f % f % f % Laki-laki Perempuan 24 20 64,86 31,75 13 43 35,14 68,25 37 63 100 100 10,38/ 0,001 2,043 (1,325 – 3,150) Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada laki-laki yaitu 64,86% dan terendah pada perempuan yaitu 31,75%. Kejadian hipertensi pada laki-laki adalah lebih tinggi dari pada perempuan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,001 (nilai p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio Prevalance hipertensi pada kelompok laki-laki dan perempuan adalah 2,043 (95% CI=1,325-3,150). Artinya kelompok laki-laki lebih berisiko 2,043 kali dari pada kelompok perempuan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Siringo-ringo di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir (2013) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi (p=0,737).9

Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 Status Pekerjaan Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI= 95 %) f % f % f % Bekerja Pensiunan/ Tidak Bekerja 43 1 45,30 20,00 52 4 54,70 80,00 95 5 100 100 1,230 / 0,267 2,263 (0,387-13,246)

Berdasarkan tabel.9 dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok bekerja yaitu 45,3% dan terendah pada kelompok yang tidak bekerja yaitu 20%. Karena ada cell yang memiliki nlai expected count diatas 0%,

sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan uji chi-square.

Pada penelitian Manik (2011) pada Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang bekerja adalah 33,3% dan pada kelompok yang pensiunan/ tidak bekerja adalah 24,20%. Hasil uji secara statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p=0,347 artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dan kejadian hipertensi.10

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p f % f % f % Tidak tamat SD/ Tamat SD/ sederajat 12 37,5 20 62,5 32 100 2,154/ 0,541 Tamat SLTP/sederajat 10 45,45 12 54,55 22 100 Tamat SLTA/ sederajat 19 45,24 23 54,76 42 100 Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi 3 75,00 1 25,00 4 100

Berdasarkan table 10 di atas dapat diketahui proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok tamat Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 75% dan terendah pada kelompok tidak tamat SD/tamat SD/sederajat yaitu 37,50%. Oleh karena terdapat nilai cell yang memiliki expected count lebih dari 0% maka tidak dapat dilanjutkan dengan uji chi-square.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat

(6)

6

hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan hipertensi (p=0,688).11

Hubungan status gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 11 Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Status Gizi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI= 95 %) f % f % f % Obesitas 22 61,10 14 38,90 33 100 6,684/ 0,010 1,778 (1,160-2,725) Tidak Obesitas 22 34,40 42 65,60 67 100

Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok status gizi obesitas yaitu 61,10% dan terendah pada kelompok status gizi tidak obesitas yaitu 34,40%.

Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,010 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dengan lansia yang tidak obesitas adalah 1,778 (95% CI=1,160-2,725), artinya lansia yang mengalami obesitas lebih berisiko 1,178 kali dari pada lansia yang tidak obesitas.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi (p=0,000).11

Hubungan aktivitas fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 12

Tabel 12 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Aktivitas Fisik Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI= 95%) f % f % f % Tidak Cukup 14 63,63 8 36,37 22 100 4,414/ 0,036 1,655 (1,084-2,525) Cukup 30 38,50 48 61,50 78 100

Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok aktivitas ringan yaitu 63,63% dan terendah pada kelompok aktivitas berat yaitu 38,50%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,036 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah 0,539 (95% CI=0,356-0,817), artinya lansia dengan aktivitas tidak cukup lebih berisiko 0,539 kali dari pada lansia dengan aktivitas fisik cukup.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Djauhar,dkk di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus (2013) dengan menggunakan desain penelitian case control study, proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok aktivitas fisik tidak cukup yaitu 83,33%. Hasil analisis diperoleh nilai p=0,014 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.14 Hubungan kebiasaan merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 13

(7)

7 Tabel 13 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan

Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Kebiasaan Merokok Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI=95 %) f % f % f % <10 batang per hari 24 34,78 43 65,22 69 100 7,675/ 0,006 0,539 (0,356 – 0,817) ≥10 batang per hari 20 64,51 2 35,49 31 100

Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok ≥ 10 batang perhari yaitu 64,51% dan terendah pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok (< 10 batang per hari) yaitu 34,78%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,006 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok ≥ 10batang perhari dengan tidak memiliki kebiasaan merokok (<10 batang perhari ) adalah 0,539 (95% CI=0,356-0,817), artinya lansia dengan kebiasaan merokok ≥ 10batang perhari lebih berisiko 0,593 kali dari pada lansia yang tidak memiliki kebiasaan merokok (<10 batang perhari ).

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Djauhar,dkk di Desa Klumpit Kabupaten Kudus ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 67,75% dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 42,10%. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,003).12

Hubungan kebiasaan konsumsi garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 14

Tabel 14 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Kebiasaan Konsumsi Garam Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/ p RP (95% CI) f % f % f % ≤ 3 kali/minggu 21 55,26 17 44,74 38 100 3,156 / 0,076 1,490 (0,967 – 2,295) > 3 kali/ minggu 23 37,10 39 62,90 62 100

Berdasarkan tabel 14 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang kebiasaan konsumsi garamnya ≤ 3 kali/minggu adalah 55,26%, dan pada kelompok yang kebiasaan konsumsi garamnya > 3 kali/minggu adalah 37,10%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,076 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok kebiasaan konsumsi garamnya ≤ 3 kali/minggu dan > 3 kali/minggu adalah 1,490 (95% CI=0,967-2,295).

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan hasil penelitian Siringo-ringo (2013), menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi (p=0,074). 9

Hubungan riwayat hipertensi pada keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 15

(8)

8 Tabel 15 Tabulasi Silang Hubungan Riwayat

Hipertensi Pada Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Riwayat Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (95% CI) f % f % f % Ada 16 53,33 14 46,67 30 100 1,515/ 0,218 1,333 (0,858- 2,072) Tidak Ada 28 40,00 42 60,00 70 100

Berdasarkan tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat hipertensi adalah 53,33%, dan pada kelompok yang tidak memiliki riwayat hipertensi adalah 40%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,218 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi pada keluarga dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat hipertensi pada keluarga dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarga adalah 1,333 (95% CI=0,858-2,072).

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Siringo-ringo di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir (2013) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga 84% dan yang terendah pada kelompok yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu 53,49 %, dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi (p=0,000).9

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Proporsi prevalens kejadian hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah 44%.

b. Proporsi Lansia usia pertengahan yang mengalami hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 yang tertinggi pada kelompok jenis kelamin Laki-laki (64,86%), status pekerjaan bekerja (45,26%), pendidikan tamat Akademi/ Perguruan Tinggi (75%), status

gizi obesitas (61,10%), aktivitas fisik tidak cukup (63,63%), memiliki kebiasaan merokok ≥ 10 batang perhari (64,51%), konsumsi garam yang terkandung dalam ikan asin ≤ 3 kali/minggu (55,26%), dan memiliki riwayat hipertensi pada keluarga (53,33%).

c. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,001 ; χ2=10,38 RP=2,043 (95% CI= 1,325 – 3,150)

d. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,010 ; χ2=6,684 RP=1,778 (95% CI= 1,160-2,725)

e. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,036 ; χ2=4,414 RP=1,655 (95% CI= 1,084-2,525)

f. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,006 ; χ2=7,675 RP=0,539 (95% CI= 0,356 – 0,817)

g. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,477).

h. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi garam pada ikan asin dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,076). i. Tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,218).

(9)

9

2. Saran

a. Diharapkan kepada seluruh Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum agar

rutin memeriksa tekanan darah

menyeimbangkan status gizi dengan

mengontrol makanan, melakukan

olahraga/aktivitas fisik dengan mengikuti senam lansia, mengurangi konsumsi rokok, karena hal tersebut merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.

b. Diharapkan kepada pihak kader posyandu

untuk mengadakan kegiatan promosi kesehatan tentang faktor risiko dan upaya pencegahan penyakit hipertensi pada lansia.

Daftar Pustaka

1. Maryam, R. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika, Jakarta 2. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu

penyakit Dalam. 2003. Penatalaksanaan

Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin. FK UI, Jakarta

3. Tamher, S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta

4. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta

5. Wikipedia.Hipertensi.http://id.wikipedia.org/wiki/T ekanan_darah_tinggi.

Diakses pada 14 Agustus 2014

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Jakarta

7. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2009. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008. Medan

8. Cochran. W. G, 1991. Teknik Penarikan Sampel Edisi Ketiga. UI Press. Jakarta

9. Siringo-ringo, M. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013. Skripsi Mahasiswa FKM USU

10. Manik, M. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematang Siantar Tahun 2011. Skripsi Mahasiswa FKM USU

11. Yulia. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan

12. Djauhar,dkk. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus.STIKES Muhamadiyah Kudus.

13. Frankel,dan Wallen. 1993. How To Design and Evaluate Research in Education. New York. McGraw-Hill Inc.

14. Anggraini,dkk. 2013. Faktor--Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa

Puskesmas Bangkinang Periode Januari

(10)

1

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM

KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI

TAHUN 2014

Susi1, Hiswani2, Jemadi2 1

Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU

2

Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

Email: susi.napitupulu@ymail.com

ABSTRACT

Hypertension is a degenerative disease that shown the rising of diastole and/or sistoles blood presur and attack the elder. Hypertension be a health concern because would lead to complications in target organs and make dying World Health Organizatio identified that hypertension as the first causes of cardiovascular mortality 20 until 50% of the mortality. Hypertension kills nearly 8 million people annually worldwide and nearly 1.5 million people every year in Southeast Asia. Hypertension is associated with several factors, obesity, physical activity, smoking habit, the habit of eating natrium.,and family history.

To determine factors associated with hypertension in Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun in 2014, conducted research using cross sectional design. 100 samples were taken by simple random sampling methodh. Univariate data were analyzed descriptively and bivariate data were analyzed using the chi square test with 95% CI.

Based on the results obtained proportion prevalence of hypertension 44,00%, the highest proportion of hypertension respondents is male group (64.86%), workers (45,26%), Academik/College education (75.00%), nutritional status obesity (61.10%), insufficient physical activity (63.63%), the habit of smoking (64.51%), eating salt ≤ 3 time /week (55.26%), and family history (53.33%).The results of bivariate analyzes, in general there is a significant association between gender (p = 0.001), nutritional status (p = 0.010), physical activity (p = 0.036), and smoking habit (p = 0.006). And there was no significant relationship betwee, level of education, the habit of eating natrium, and family history with incident hypertension.

The elderly routinely check the blood pressure , balancereduce the nutritional status by controll the food consumtion or have the sport routinity, add the physical activity by old-age gymnastics, reduce or stop the smooking habit as a risk factor for hypertension. Parties are expected to influence elderly to want participating in the activities of Posyandu elderly and the worker of Posyandu to held the Health Promotion of the risk of Hypertension, and how the way to prevent the hypertension in elderly.

(11)

2 Pendahuluan

Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa terlihat dalam peningkatan taraf hidup dan Usia Harapan Hidup (UHH), namun peningkatan UHH ini sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan Kesehatan karena terjadinya transisi epidemiologik akibat meningkatnya angka kesakitan oleh penyakit degeneratif.1

Permasalahan warga lanjut usia semakin kompleks.2 Dalam pendekatan kelompok, para lansia menunjukkan kecenderungan prevalensi yang cukup signifikan dalam kaitan gangguan-gangguan yang bersifat kronis dan degeneratif.3 Angka kesakitan lansia berusia 60 tahun keatas pada tahun 2012 sebesar 26,93% dari total penduduk lansia. Keluhan kesehatan lansia dari 10 penyakit terbesar yang paling tinggi adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti hipertensi (5,17%), Katarak (4,75%), penyakit jantung iskemik (2,84%) , dan lain-lain.4

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastole dan sistole melebihi nilai normal yakni ≥140 mmHg dan atau ≥90 mmHg. World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sebagai penyebab utama mortalitas kardiovaskuler yang menyebabkan 20-50% dari seluruh kematian.5

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi adalah 31,7%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%.6 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental.7

Perumusan masalah dalam penelitian ini

yakni belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di

Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014.

Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proporsi prevalensi

hipertensi pada lansia usia pertengahan di

Desa Belang Malum Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. 2. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis

kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi melalui IMT (Indeks Massa Tubuh), aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi garam pada ikan asin, dan riwayat hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014

3. Untuk mengetahui hubungan antara kejadian hipertensi dengan jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi garam, dan riwayat hipertensi di

Desa Belang Malum Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014..

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di

Desa Belang Malum Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. 2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi

masukan bagi instansi terkait dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan baik preventif maupun kuratif khususnya untuk penyakit hipertensi lansia.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan referensi dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa/mahasiswi kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan bagi penulis dalam meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di

Desa Belang Malum Kecamatan

(12)

3 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik, dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi pada tahun 2014. .Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia berusia 45 – 60 tahun yang terdaftar sebagai penduduk di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi tahun 2014 berjumlah 221 orang.

Perhitungan sampel dengan menggunakan rumus besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi.8 :

n ≤ Zα2 PQ d2

Dengan menggunakan rumus tersebut diketahui jumlah sampel minimum 97, dan peneliti mengambil jumlah sampel 100 orang. hal ini sesuai dengan pernyataan Frankel dan Wallen yang menyatakan bahwa, jumlah sampel untuk penelitian deskriptif atau analitik yang menggunakan wawancara atau survei disarankan untuk mengambil jumlah sampel minimal 100 atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti. Besar sampel dapat diambil lebih tinggi dari jumlah sampel minimum.13 Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling.8

Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Belang Malum. Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dengan chi-square 95% CI.

Hasil dan Pembahasan Analisis Univariat

Penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang lansia usia 45-60 tahun di Desa Belang Malum tahun 2014, diperoleh proporsi prevalensi hipertensi. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 1 Distribusi Proporsi Hipertensi Responden di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Kejadian Hipertensi Frekuensi Proporsi (%) Hipertensi 44 44 Tidak Hipertensi 56 56 Jumlah 100 100

Berdasarkan table 1. dapat diketahui bahwa proporsi kejadian hipertensi pada lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah 44%.

Tabel 2 Distribusi Proporsi Lansia Usia Pertengahan (45-60 Tahun) Penduduk Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2014 Berdasarkan Sosiodemografi Sosiodemografi Frekuensi Proporsi

(%) Usia 45-50 tahun 51-55 tahun 56-60 tahun 42 23 35 42 23 35 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 37 63 37 63 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 95 5 95 5 Tingkat Pendidikan

Tidak Tamat SD/Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Akademi/PT 32 22 42 4 32 22 42 4 Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa proporsi Lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan kategori usia, lebih banyak ditemukan pada kelompok umur 45-50 tahun yaitu 42 orang (42%), kelompok umur 51-55 tahun ada 23 oran (23%) dan kelompok 56-60 tahun ada 35 orang (35%), berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu 63 orang (63%), sedangkan pada laki-laki yaitu 37 orang (37%).

Proporsi Lansia usia pertengahan (45- 60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan status pekerjaan, paling banyak ditemukan pada lansia yang berkerja, yaitu 95 orang (95%), dan yang paling sedikit adalah tidak bekerja yakni 5 orang (5 %).

Proporsi Lansia di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, paling banyak ditemukan pada Lansia yang berpendidikan terakhir SMA

(13)

4

yaitu 42 orang (42 %), kemudian SD, dan SMP masing-masing yaitu 32 orang (32%), 22 orang (22%), sedangkan yang paling sedikit adalah Akademi/ PT yaitu 4 orang (4 %).

Tabel 3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Status Gizi (IMT) Frekuensi Proporsi (%)

Obesitas 36 36

Tidak Obesitas 64 64

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan status gizi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, status gizi tidak obesitas yaitu 64 orang (64%), dan yang paling sedikit adalah status gizi obesitas yaitu 36 orang (36%).

Tabel 4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan aktivitas fisik di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang aktivitas fisiknya cukup yaitu 78 orang (78%), sedangkan pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup yakni 22 orang (22%).

Tabel 5 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan merokok di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang kebiasaan merokoknya <10 batang perhari atau tidak merokok, yaitu 69 orang (69%),

sedangkan pada kelompok yang merokok ≥ 10 batang perhari yakni 31orang (31%).

Tabel 6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Garam Pada Ikan Asin di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Konsumsi Garam Frekuensi Proporsi (%)

≤ 3 kali/minggu 38 38

> 3 kali/ minggu 62 62

Jumlah 100 100

Berdasarkan table 6. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan konsumsi garam, khususnya yang terkandung dalam ikan asin di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang kebiasaan konsumsi garam pada ikan asin tinggi (> 3 kali seminggu), yaitu 62 orang (62%), sedangkan pada kelompok yang konsumsi garam yang terkandung pada ikan asin yang rendah (≤ 3 kali seminggu) yakni 38 orang (38%).

Tabel 7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Riwayat Hipertensi Frekuensi Proporsi (%)

Ada 30 30

Tidak ada 70 70

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan Riwayat Hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada Lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi, yaitu 70 orang (70%), sedangkan pada yang memiliki riwayat hipertensi yakni 30 orang (30%).

Analisis Bivariat

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 8

Tabel 8 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Aktivitas Fisik Frekuensi Proporsi (%)

Tidak Cukup 22 22

Cukup 78 78

Jumlah 100 100

Kebiasaan Merokok Frekuensi Proporsi (%)

< 10 batang/hari 69 69

≥ 10 batang/hari 31 31

(14)

5 Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 Jenis Kelamin Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI= 95 %) f % f % f % Laki-laki Perempuan 24 20 64,86 31,75 13 43 35,14 68,25 37 63 100 100 10,38/ 0,001 2,043 (1,325 – 3,150) Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada laki-laki yaitu 64,86% dan terendah pada perempuan yaitu 31,75%. Kejadian hipertensi pada laki-laki adalah lebih tinggi dari pada perempuan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,001 (nilai p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio Prevalance hipertensi pada kelompok laki-laki dan perempuan adalah 2,043 (95% CI=1,325-3,150). Artinya kelompok laki-laki lebih berisiko 2,043 kali dari pada kelompok perempuan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Siringo-ringo di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir (2013) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi (p=0,737).9

Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 Status Pekerjaan Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI= 95 %) f % f % f % Bekerja Pensiunan/ Tidak Bekerja 43 1 45,30 20,00 52 4 54,70 80,00 95 5 100 100 1,230 / 0,267 2,263 (0,387-13,246)

Berdasarkan tabel.9 dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok bekerja yaitu 45,3% dan terendah pada kelompok yang tidak bekerja yaitu 20%. Karena ada cell yang memiliki nlai expected count diatas 0%,

sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan uji chi-square.

Pada penelitian Manik (2011) pada Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang bekerja adalah 33,3% dan pada kelompok yang pensiunan/ tidak bekerja adalah 24,20%. Hasil uji secara statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p=0,347 artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dan kejadian hipertensi.10

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p f % f % f % Tidak tamat SD/ Tamat SD/ sederajat 12 37,5 20 62,5 32 100 2,154/ 0,541 Tamat SLTP/sederajat 10 45,45 12 54,55 22 100 Tamat SLTA/ sederajat 19 45,24 23 54,76 42 100 Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi 3 75,00 1 25,00 4 100

Berdasarkan table 10 di atas dapat diketahui proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok tamat Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 75% dan terendah pada kelompok tidak tamat SD/tamat SD/sederajat yaitu 37,50%. Oleh karena terdapat nilai cell yang memiliki expected count lebih dari 0% maka tidak dapat dilanjutkan dengan uji chi-square.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat

(15)

6

hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan hipertensi (p=0,688).11

Hubungan status gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 11 Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Status Gizi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI= 95 %) f % f % f % Obesitas 22 61,10 14 38,90 33 100 6,684/ 0,010 1,778 (1,160-2,725) Tidak Obesitas 22 34,40 42 65,60 67 100

Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok status gizi obesitas yaitu 61,10% dan terendah pada kelompok status gizi tidak obesitas yaitu 34,40%.

Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,010 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dengan lansia yang tidak obesitas adalah 1,778 (95% CI=1,160-2,725), artinya lansia yang mengalami obesitas lebih berisiko 1,178 kali dari pada lansia yang tidak obesitas.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi (p=0,000).11

Hubungan aktivitas fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 12

Tabel 12 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Aktivitas Fisik Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI= 95%) f % f % f % Tidak Cukup 14 63,63 8 36,37 22 100 4,414/ 0,036 1,655 (1,084-2,525) Cukup 30 38,50 48 61,50 78 100

Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok aktivitas ringan yaitu 63,63% dan terendah pada kelompok aktivitas berat yaitu 38,50%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,036 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah 0,539 (95% CI=0,356-0,817), artinya lansia dengan aktivitas tidak cukup lebih berisiko 0,539 kali dari pada lansia dengan aktivitas fisik cukup.

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Djauhar,dkk di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus (2013) dengan menggunakan desain penelitian case control study, proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok aktivitas fisik tidak cukup yaitu 83,33%. Hasil analisis diperoleh nilai p=0,014 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.14 Hubungan kebiasaan merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 13

(16)

7 Tabel 13 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan

Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Kebiasaan Merokok Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (CI=95 %) f % f % f % <10 batang per hari 24 34,78 43 65,22 69 100 7,675/ 0,006 0,539 (0,356 – 0,817) ≥10 batang per hari 20 64,51 2 35,49 31 100

Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok ≥ 10 batang perhari yaitu 64,51% dan terendah pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok (< 10 batang per hari) yaitu 34,78%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,006 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok ≥ 10batang perhari dengan tidak memiliki kebiasaan merokok (<10 batang perhari ) adalah 0,539 (95% CI=0,356-0,817), artinya lansia dengan kebiasaan merokok ≥ 10batang perhari lebih berisiko 0,593 kali dari pada lansia yang tidak memiliki kebiasaan merokok (<10 batang perhari ).

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Djauhar,dkk di Desa Klumpit Kabupaten Kudus ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 67,75% dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 42,10%. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,003).12

Hubungan kebiasaan konsumsi garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 14

Tabel 14 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Kebiasaan Konsumsi Garam Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/ p RP (95% CI) f % f % f % ≤ 3 kali/minggu 21 55,26 17 44,74 38 100 3,156 / 0,076 1,490 (0,967 – 2,295) > 3 kali/ minggu 23 37,10 39 62,90 62 100

Berdasarkan tabel 14 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang kebiasaan konsumsi garamnya ≤ 3 kali/minggu adalah 55,26%, dan pada kelompok yang kebiasaan konsumsi garamnya > 3 kali/minggu adalah 37,10%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,076 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok kebiasaan konsumsi garamnya ≤ 3 kali/minggu dan > 3 kali/minggu adalah 1,490 (95% CI=0,967-2,295).

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan hasil penelitian Siringo-ringo (2013), menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi (p=0,074). 9

Hubungan riwayat hipertensi pada keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 15

(17)

8 Tabel 15 Tabulasi Silang Hubungan Riwayat

Hipertensi Pada Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014

Riwayat Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X2/p RP (95% CI) f % f % f % Ada 16 53,33 14 46,67 30 100 1,515/ 0,218 1,333 (0,858- 2,072) Tidak Ada 28 40,00 42 60,00 70 100

Berdasarkan tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat hipertensi adalah 53,33%, dan pada kelompok yang tidak memiliki riwayat hipertensi adalah 40%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,218 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi pada keluarga dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat hipertensi pada keluarga dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarga adalah 1,333 (95% CI=0,858-2,072).

Dan hal ini sejalan dengan penelitian Siringo-ringo di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir (2013) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga 84% dan yang terendah pada kelompok yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu 53,49 %, dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi (p=0,000).9

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Proporsi prevalens kejadian hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah 44%.

b. Proporsi Lansia usia pertengahan yang mengalami hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 yang tertinggi pada kelompok jenis kelamin Laki-laki (64,86%), status pekerjaan bekerja (45,26%), pendidikan tamat Akademi/ Perguruan Tinggi (75%), status

gizi obesitas (61,10%), aktivitas fisik tidak cukup (63,63%), memiliki kebiasaan merokok ≥ 10 batang perhari (64,51%), konsumsi garam yang terkandung dalam ikan asin ≤ 3 kali/minggu (55,26%), dan memiliki riwayat hipertensi pada keluarga (53,33%).

c. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,001 ; χ2=10,38 RP=2,043 (95% CI= 1,325 – 3,150)

d. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,010 ; χ2=6,684 RP=1,778 (95% CI= 1,160-2,725)

e. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,036 ; χ2=4,414 RP=1,655 (95% CI= 1,084-2,525)

f. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,006 ; χ2=7,675 RP=0,539 (95% CI= 0,356 – 0,817)

g. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,477).

h. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi garam pada ikan asin dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,076). i. Tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,218).

(18)

9

2. Saran

a. Diharapkan kepada seluruh Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum agar

rutin memeriksa tekanan darah

menyeimbangkan status gizi dengan

mengontrol makanan, melakukan

olahraga/aktivitas fisik dengan mengikuti senam lansia, mengurangi konsumsi rokok, karena hal tersebut merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.

b. Diharapkan kepada pihak kader posyandu

untuk mengadakan kegiatan promosi kesehatan tentang faktor risiko dan upaya pencegahan penyakit hipertensi pada lansia.

Daftar Pustaka

1. Maryam, R. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika, Jakarta 2. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu

penyakit Dalam. 2003. Penatalaksanaan

Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin. FK UI, Jakarta

3. Tamher, S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta

4. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta

5. Wikipedia.Hipertensi.http://id.wikipedia.org/wiki/T ekanan_darah_tinggi.

Diakses pada 14 Agustus 2014

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Jakarta

7. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2009. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008. Medan

8. Cochran. W. G, 1991. Teknik Penarikan Sampel Edisi Ketiga. UI Press. Jakarta

9. Siringo-ringo, M. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013. Skripsi Mahasiswa FKM USU

10. Manik, M. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematang Siantar Tahun 2011. Skripsi Mahasiswa FKM USU

11. Yulia. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan

12. Djauhar,dkk. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus.STIKES Muhamadiyah Kudus.

13. Frankel,dan Wallen. 1993. How To Design and Evaluate Research in Education. New York. McGraw-Hill Inc.

14. Anggraini,dkk. 2013. Faktor--Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa

Puskesmas Bangkinang Periode Januari

(19)

1

GAMBARAN STATUS GIZI DAN PENYAKIT INFEKSI PADA ANAK BALITA (12-59 BULAN) DI POSKO PENGUNGSIAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG

KABUPATEN KARO TAHUN 2014

(DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS AND INFECTIOUS DISEASES OF CHILDREN UNDER FIVE (12-59 MONTHS) ON POST EVACUATION OF SINABUNG ERUPTION KARO

DISTRICT 2014

Tasya Arida Wijaya1, Zulhaida Lubis2, Albiner Siagian,3

1

Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU 2,3

Staf Pengajar Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU

ABSTRACT

The limited of food availability makes children under five group needs special attention while in the evacuation in order to avoid malnutrition and infectious diseases. Purpose of this research is to know the description nutritional status and infectious diseases to children under five (12-59 months) and to look description of adequacy energy and protein consumption to children under five (12-59 months) in the UKA post evacuation II eruption of Sinabung Mountain in 2014. This is a descriptive research with cross sectional design. Sampling using simple random sampling method and obtained sampel as many as 58 children under five. The results of this research showed nutritional status of children under five based on weight/age experiencing malnutrition as many as 9 children or 15.5%. Based on the lengt/age short children 's nutritional status showed as many as 18 children (31.0 %), and as many as 15 children (25.9 %) is very short. Meanwhile, according to weight-for-length there are 4 children or by 6.9 % underweight. Good Energy sufficient level of children under five is 31 children (53,4%), average sufficient level is 27children (46,6%). For good protein sufficient level is 33 children (56,9%). And for average Protein sufficient level is 25 children (43,1%). All of children under five in the evacuation exposed to infectious diseases, including 54 children (93.1 %), respiratory tract infection , 40 children (69 %) experienced diarrhea (41.4 %) or as many as 24 children and 48 children with measles (82.2 %) experience itching. From these results it is expected to Karo’s Government, Karo’s health department, and officer of UKA II that more attention to the provision of a variety of types of food that can meet energy and protein needs to be processed into the daily diet in the post evacuation especially those under five children, improvement of sanitary facilities, SPAL, and trash.

Keywords : refugee, under five children, infectious disease, nutritional status

PENDAHULUAN

Posisi wilayah Indonesia, secara geografis dan demografis menjadikannya sebagai daerah yang rawan bencana. Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

Gambar

Tabel 1. Distribusi Karekteristik Ibu Berdasarkan  Variable Umur dan Pendidikan
Tabel 7. Distribusi Kecukupan Protein Balita
Tabel  3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu  Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Garam Beriodium Berdasarkan Umur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Gagne dalam Mariana, (1999:25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada siswa diperlukan kondisi belajar, bak kondisi internal maupun kondisi eksternal. Yang

Skor spermatogenesis, jumlah spermatozoa dan morfologi sperma normal mencit jantan galur Swiss yang mendapatkan perlakuan dengan jus kecambah kacang hijau selama 20

Dengan demikian di Korea Selatan keberhasilan pemberantasan korupsi tidak bisa lepas dari fungsi masyarakat yang umumnya tergabung dalam NGO (non- governmental organization),

Sistem informasi SKPI yang telah dikembangkan dengan arsitektur Microservice tentunya telah memenuhi tahap evaluasi dengan hasil yang cukup baik terhadap prinsip-

“ Masyarakat Salatiga belum mengetahui sejarah atau lahirnya Batik Plumpungan

Lloyd sangat bersimpati pada kebutuhan pekerja untuk beristirahat “kita semua telah bekerja pembongkaran di sini,” katanya, tapi cepat menjepit pada orang-orang yang tidak sah..

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengertian perjanjian kerja menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijke Wetbook) terkesan hanya sepihak saja, yaitu hanya buruh/pekerja yang mengikatkan diri