• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2007, di Desa Lagasa Kecamatan Duruka Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.

Lokasi penelitian dipilih secara purposive berdasarkan pertimbangan akses untuk masuk ke wilayah tersebut cukup mudah, hubungan personal antara peneliti dan calon subyek penelitian (responden) sudah terjalin dengan baik sebelumnya, desa penelitian relatif homogen (Suku Bajo) dan mayoritas bekerja sebagai nelayan dalam kegiatan nelayan sangat menonjol sistem hubungan ponggawa-sawi (patron-klien), serta masih terbatasnya studi mengenai komunitas pantai dan pesisir khususnya komunitas suku Bajo.

Peneliti sebelumnya melakukan pendekatan berupa pra penelitian (pra survei) dengan calon informan dan responden serta perangkat desa. Sitorus (1998) memberikan penjelasan tentang kondisi ideal lokasi penelitian yakni memenuhi: (a) peneliti mudah masuk, (b) peneliti berpeluang besar untuk menemukan sejumlah proses, orang, program, interaksi dan struktur yang tercakup dalam pertanyaan penelitian, (c) peneliti dapat menciptakan peranan yang cocok baginya agar dapat tinggal di lokasi selama mungkin.

Teknik Pengambilan Responden

Untuk mendapatkan data primer, terlebih dahulu dilakukan dengan menggolongkan populasi penelitian yakni nelayan dalam sub populasi ponggawa dan sawi. Oleh karena dalam kehidupan nelayan di desa Lagasa terdapat sawi dari luar desa, maka dibuat satu startum tersendiri yakni sawi dari luar desa. Penggolongan tersebut disusun berdasarkan kriteria penguasaan kapal dan alat tangkap serta peranannya dalam kelompok penangkapan.

Penggunaan responden sawi luar desa dilakukan karena dalam kegiatan produksi (melaut) peranan mereka sangat besar sekali. Dari 45 buah armada penangkapan semua terdapat nelayan sawi luar desa. Ketergantungan ponggawa terhadap mereka juga besar sekali. Operasi penangkapan tidak bisa berjalan jika sawi melakukan tindakan sabotase.14 Disamping itu mereka juga telah mengalami proses peralihan sarana tangkap dari ngkuru-ngkuru ke kapal mini pursein (gae) pada ponggawa yang sama maupun beralih pada ponggawa lain.

14

Hal tersebut disebabkan kecenderungan penduduk lokal untuk menjadi sawi menurun. Otomatis ponggawa harus merekrut sawi dari tempat lain.

Oleh karenanya, peneliti membuat kerangka stratified random sampling. Sebagai bagian dari metode survei, diharapkan pada setiap sub populasi nelayan diambil beberapa sampel yang dipilih secara acak. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara tepat mengenai sifat populasi yang heterogen, sehingga harus dibagi dalam strata yang seragam (Mantra dan Kastro dalam Singaribun dan Effendi, 1989).

Untuk menjawab pertanyaan hubungan pemaknaan nelayan dengan adopsi teknologi pada setiap katagori, keseluruhan ponggawa dijadikan responden (sensus sebanyak 45 responden). Sensus dilakukan karena jumlah ponggawa relatif kecil dan mudah dijangkau. Sensus bagi ponggawa dilakukan karena keputusan otoritas adopsi teknologi dalam kelompok dilakukan oleh ponggawa. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan kedua (dampak modernisasi perikanan terhadap struktur sosial dan kesejahteraan), sampel diambil pula pada lapisan sawi lokal serta sawi luar desa yang diambil secara acak.

Setelah diperoleh jumlah populasi nelayan, baik melalui data pada Kantor Desa maupun wawancara dengan Kepala Desa yakni sebanyak 360 nelayan. Populasi tersebut terdiri dari 45 ponggawa, dan sawi lokal sebanyak 315 orang. Untuk sawi dari luar desa sebanyak 205 orang. Setelah dilakukan pengkategorian, maka diperoleh sampel sebanyak 100 responden masing-masing:

1. Nelayan ponggawa sebanyak 45 orang. 2. Nelayan sawi lokal sebanyak 30 orang 3. Nelayan sawi luar desa sebanyak 25 orang.

Untuk memperoleh informasi sejarah modernisasi, dampak terhadap struktur sosial dan perubahan pola kerja digunakan informan. Data dari informan diperoleh dengan wawancara mendalam. Informan dipilih dari tokoh yang memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kondisi desa, sejarah modernisasi perikanan serta perubahan sosial dan mengenal nelayan ponggawa atau sawi yang dijadikan responden. Informan dalam penelitian ini diperoleh: (a) Kepala Desa, (b) seorang mantan Kepala Desa, (c) Pensiunan Dinas Perikanan Muna berdomisili di desa Lagasa (d) Pegawai TPI, (e) Seorang mantan ponggawa.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dianalisa dikumpulkan ketika berada di lapangan maupun setelah kembali (Danim, 2001). Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dari sumber informasi adalah dengan:

1. Isian kuesioner.

2. Wawancara dengan informan maupun responden 3. Pengamatan langsung (observasi partisipasi).

Isian kuesioner dikumpulkan sebagai pedoman wawancara maupun observasi. Data yang dikumpulkan dengan metode wawancara adalah data mengenai karakteristik nelayan, perkembangan kepemilikan kapal dan alat tangkap, tingkat kesejahteraan dimensi ekonomi serta respons ketika teknologi masuk untuk diterapkan dalam desa penelitian. Sedangkan observasi meliputi kondisi umum desa, perubahan pola kerja, perubahan struktur sosial dan tingkat kesejahteraan pada dimensi sosial.

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Informasi yang dikumpulkan melalui data sekunder adalah kondisi umum daerah penelitian, perkembangan penduduk (monografi desa), perkembangan kepemilikan kapal dan alat tangkap serta perkembangan produksi tangkapan baik sebelum maupun setelah modernisasi.

Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif yakni pengembangan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa, serta analisis hubungan antar variabel untuk uji hipotesa dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Terhadap data kuantitatif primer, dilakukan pengolahan dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang sederhana. Selanjutnya dilakukan interpretasi berdasarkan pengkatagorisasian yang ditetapkan. Hasil analisa disimpulkan dengan diperkaya hasil wawancara mendalam serta observasi untuk lebih memahami dan mendalami data yang diperoleh melalui quesioner.

Sedangkan data kualitatif dilakukan dengan menggabungkan informasi lalu diungkapkan sesuai dengan gejala sosial yang terjadi. Terhadap data kualitatif digunakan strategi studi kasus. Sebagai studi kasus, kesimpulan yang akan dihasilkan tidak dimaksudkan pada kehidupan sosial nelayan secara umum. Analisis data kualitatif dilakukan dengan tahapan reduksi dan penyajian data. Selanjutnya dilakukan penyajian data dalam bentuk tulisan, tabel grafik maupun lampiran.

Untuk menganalisa mengenai makna laut dan makna pekerjaan nelayan dilakukan pendekatan kuantitatif dengan tingkatan makna laut berdasarkan perbandingan jumlah responden terhadap berbagai pernyataan. Pernyataan

tersebut diperoleh dari jawaban responden terhadap perasaan serta pandangannya mengenai laut serta pekerjaan nelayan sebagai wilayah tempat hidup dan mencari nafkah (lihat lampiran 9).

Setiap katagori dibuat beberapa pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut dirancang sebagai hasil diskusi pra penelitian antara peneliti, Kepala Desa serta beberapa nelayan baik ponggawa maupun sawi.15 Beberapa pernyataan yang memiliki makna yang sama digabung ke dalam satu katagori pemaknaan tersendiri. Kemudian dihubungkan masing-masing katagori makna tersebut dengan tingkat adopsi teknologi. Untuk memperkaya data tersebut dilakukan pendekatan kualitatif (wawancara mendalam) dengan subyek penelitian (responden).

Terhadap dampak modernisasi terhadap perubahan pola kerja dan perubahan struktur sosial dilakukan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan dan subyek (responden) serta dikuatkan oleh observasi (pengamatan). Sedangkan dampak pada kesejahteraan nelayan dilakukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (survey ekonomi rumah tangga nelayan). Selanjutnya dilakukan perbandingan sebelum dan setelah penerapan modernisasi perikanan untuk menganalisa perubahan pola kerja, struktur sosial serta kesejahteraan tersebut.

15

Dokumen terkait