• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metro TV Sebagai Televisi “Partai”

Dalam dokumen APRILIANI LARAS SHINTA D0207036 (Halaman 141-155)

Periode 2011 Tanggal VTR SHR

H. Metro TV Sebagai Televisi “Partai”

Semenjak kelahiran Metro TV pada tahun 2000, Metro TV dikenal sebagai televisi partai. Hal tersebut tersebut terjadi karena pemilik Metro TV, Surya Paloh merupakan salah seorang tokoh politik yang sangat dikenal di negeri ini. Pada awalnya Surya Paloh merupakan tokoh Partai Golkar, setelah 43 tahun bergabung dengan Partai Golkar, pada September 2011 resmi mengundurkan diri dari Golkar.

Namun image sebagai televisi partai terus melekat pada Metro TV sampai sekarang, hal ini terjadi karena lahirnya Nasional Demokrat yang awalnya adalah sebuah Ormas (Organisasi Masyarakat) pada awalnya, namun berubah menjadi sebuah Partai. Hal ini dijelaskan oleh Henny Puspitasari(PR&Publicity Manager Metro TV):

“....Iya pasti begitu karena tanpa sadar soalnya figur mereka dikenal

kecuali mungkin dengan figur yang dikenal. Kalau pak Surya sejak umur 17 beliau sudah jadi orang politik ormas, kemudian jadi anggota MPR, termuda umur 25 tahun, termuda lho beliau, jadi dunia politik emang udah

jadi bagian hidupnya dia, kebetulan beliau punya media.”

Melekatnya image televisi politik dianggap wajar, karena pemilik Metro TV merupakan orang lama dalam dunia politik, sehingga agak sulit untuk

commit to user

memisahkan image tersebut dengan Metro TV karena persepsi tersebut sudah sangat melakat.

Keterkaitan kepemilikin Surya Paloh terhadap Metro TV dengan keberadaan partai NasDem sangat dirasakan oleh para pemirsa Metro TV, seperti yang diungkapkan oleh Novian Anata Putra(Pemirsa Metro TV):

“...ketika NasDem mulai muncul kemudian Metro TV sering mengeluarkan

iklan-iklan, meliput berita-berita NasDem dijadikan headline terus, dan berita-berita mengenai kejelekan pemerintah, istilahnya kayak perang politik di media semakin gencar itu aku jadi jenuh nontonnya...”

Para pemirsa Metro TV merasa adanya ketidak berimbangan pada pemberitaan Metro TV dengan hal-hal berhubungan dengan NasDem. Seperti yang diungkapkan oleh Firdastin(Pemirsa Metro TV):

Yang pernah saya perhatikan, dalam headline news saya merasa terganggu, koq headline news 10 menit isinya nasdem aja, kayaknya tidak

proporsional.”

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Novian Anata Putra(Pemirsa Metro TV):

“..sangat mengekspos politik yang berlebihan itu membuat saya sedikit jenuh nonton beritanya dari dua tivi itu. Bahkan saya sempet merasa lama- lama koq ini jadi TV politik. Bukan jadi TV berita, berita kan harusnya berimbang, tapi koq di sini malah idealisme pemilik media sangat

mempengaruhi di sini.”

Nasional Demokrat atau yang biasa disingkat NasDem merupakan orgnanisasi masyarakat bentukan Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengkubuwono X, dideklarasikan oleh 45 tokoh nasional, pada 10 februari 2010.114 Visi Misi

114

http://www.facebook.com/pages/Nasional-Demokrat/430186005503?sk=info, 01/01/2012, 16:03

commit to user

NasDem diterjemahkan dalam sebuah gerakan bernama gerakan restorasi. Gerakan Restorasi, ini dilandaskan atas tiga hal, yaitu politik solidaritas; ekonomi emansipatif dan partisipatif; serta budaya gotong-royong.

Kemudian pada 26 Juli 2011, NasDem mendaftarkan diri sebagai partai politik dengan ketua umum Patrice Rio Capella. Namun, menurut para pendiri partai Nasional Demokrat, partai ini berbeda dengan Nasional Demokrat yang berbentuk ormas. Seperti dijelaskan oleh Sekjen Pengurus Pusat Nasional

Demokrat Syamsul Mu'arif "Nasional Demokrat tidak pernah menggunakan

akronim Nasdem. Hanya publik yang menyingkatnya menjadi Nasdem,"115 Surya Paloh sebagai ketua ormas NasDem juga menambahkan perbedaaan antara partai dengan ormas NasDem sebagai berikut "Kalau Anda ingin perjuangkan sesuatu, ingin buat UU, ikut pemilihan presiden, itu hak prereogatif yang dimiliki parpol. Kita tidak bisa itu jadi perubahan itu cukup jelas partai ya partai, ormas ya ormas," 116

Namun diakui, visi dan misi yang diemban oleh ormas maupun partai NasDem adalah sama, hal tersebut tidak menjadi masalah karena perbedaan fungsi yang dimilikinya. Selain itu Partai NasDem memiliki logo yang agak berbeda dengan logo dari ormas NasDem.

Keberadaan baik partai maupun ormas NasDem berpengaruh cukup besar bagi Metro TV sebagai media televisi yang dimiliki oleh Surya Paloh. Seperti

115 http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/08/240395/284/1/Ormas-Nasional-Demokrat- Berbeda-dengan-Partai-Nasdem retrieve on 01/01/2012, 16:58 116 http://news.okezone.com/read/2011/07/29/339/485995/ini-bedanya-ormas-nasdem-dan-partai- nasdem. retrieve on 01/01/2012. 17:16

commit to user

yang diungkapkan Nanda Bagus sebagai pemirsa Metro TV: “... masih ada kecenderungan semacam itu, terutama dari warna, itu jelas. Warna khas Metro

TV biru itu, sama dengan warna khas dari partai itu (NasDem).” Hal tersebut juga dapat ditemukan di beberapa media online, salah satunya dalam sebuah berita mengenai peresmian NasDem menjadi partai:

“Anehnya, hampir semua hal di Partai Nasdem baik logo, visi Merestorasi

Indonesia, maupun susunan pengurus nyaris identik. Termasuk media massa yang memberitakan deklarasi itu secara khusus yaitu Metro TV,

milik Ketua Umum Nasional Demokrat Surya Paloh.”117

Secara grafis, dilihat dari logo masing-masing, baik Metro TV, Ormas NasDem maupu Partai Nasdem, memang memiliki beberapa elemen yang sama, yaitu pada elemen warna dan hampir memiliki makna filosofis yang serupa.

Gambar 3.19 Logo Metro TV

Kemudian jika dibandingkan dengan logo ormas NasDem, memang secara sepintas tidak ditemukan kemiripan, karen secara bentuk memang sangat jauh berbeda. Jika dilihat dari elemen yang terkandung dalam warna dapat dikatakan memang ada kemiripan.

117OkeZone “Perjudian setengah Mati Surya Paloh”

http://news.okezone.com/read/2011/07/27/339/484664/partai-nasdem-perjudian-setengah-hati- surya-paloh/2609/2011. 0:52

commit to user

Gambar 3.20 Logo NasDem

Namun jika kita melakukan beberapa transformasi terhadap logo Metro TV, maka akan ditemukan hal sebagai berikut:

Gambar 3.21 Transformasi Logo Metro TV118

Dari arti filosofis kedua warna logo memiliki kemiripan. Pada Metro TV arti warna kuning/ jingga adalah representasi dari warna fajar (matahari) yang menerangi dan menyongsong hari esok yang lebih baik, sedangkan warna biru merupakan symbol terpercaya.

Pada logo Nasional Demokrat warna biru berarti harapan baru, keterbukaan, ketegasan, keyakinan dan kemapanan dari sebuah cita-cita serta semangat dan kebudayaan baru yang memiliki tujuan nyata dan menggambarkan

118

commit to user

intelektualitas. Warna Kuning merupakan lambang matahari sabit yang artinya pembaruan, perubahan dan penyegaran yang alami, membangkitkan semangat semua orang, mencerahkan kehidupan menjadi lebih berarti, dan sekaligus melambangkan organisasi yang proaktif, energik, dan kreatif untuk kesempurnaan dalam pencapaian kejayaan.119

Keduanya memiliki makna filosofis yang hampir serupa. Dimana kuning melambangkan hari esok yang lebih baik, dan biru melambangkan bahwa baik NasDem maupun Metro TV merupakan dua organisasi yang dapat dipercaya.

Sedangkan untuk logo partai NasDem juga tidak dapat dikatakan berbeda hanya saja jika dibandingkan dengan logo Ormas bentuk Matahari sabit tersebut dalam keadaan terbalik.

Gambar 3.22 Logo Partai NasDem

119

commit to user

Kesamaan yang terjadi pada logo baru Metro TV dengan partai ataupun Ormas NasDem, jika memang dikatakan tidak berhubungan, tetapi bisa juga terjadi secara tidak sengaja, seperti yang dinyatakan oleh Barrow and Mosley:

“ The personality of some brands is largely defined and represented by their founder” (Kepribadian dari beberapa brand diwakili dan direpresentasikan oleh pendirinya)120

Karena memiliki pemilik yang sama, besar kemungkinan terjadinya kebetulan dalam membentuk identitas merek yang sama. Warna dan tujuan yang sama, karena kembali pada saat sebelum merumuskan bentuk suatu logo, diperlukan perumusan sebuah esensi brand, dari proses tersebut dapat menjadikan esensi brand antara brand Metro TV saat rebranding dengan brand yang dimiliki NasDem memiliki banyak kesamaan.

Menanggapi posisinya sebagai sebuah televisi berita, Metro TV menyadari akan persepsi masyarakat terhadap image Metro TV sebagai televisi kampanye terutama karena adanya kesamaan pemilik, yaitu Surya Paloh, seperti yang diungkapkan Henny Puspitasari(PR&Publicity Manager Metro TV):

“Cuma kebetulan namanya pemilik, orang ingatnya sangat-sangat kental, kita tidak bisa menyalahkan itu persepsi orang. Sejauh ini, Metro TV newsnya berusaha, sampai saat ini selalu berimbang dan tidak berusaha untuk sengaja untuk mengangkat-angkat itu. Kalau tidak ada nilai berita biasanya juga tidak diliput koq, jadi karena tiak ada nilai berita ini tidak diliiput, tapi karena ini adalah suatu ormas atau partai yang mungkin, orang kan tdaktau ya, siapapun bisa punya partai atau ormas, kebetulan aja itu pemiliknya sama kayak kita, sehingga kesannya koq ini banget sih.”

Tidak mudah melepaskan sebuah image yang telah melekat cukup lama, awalnya Metro TV dikenal sebagai televisi Golkar, namun seiring keluarnya

120

commit to user

Surya Paloh dari Golkar dan mendirikan ormas NasDem, image tersebut masih tetap melekat, bahkan setelah rebranding seperti yang dijelaskan oleh Nanda Bagus(Pemirsa Metro TV):

”...yang mengganggu ini liputan-liputan mengenai partai-partai yang itu jadi sebenernya, isinya standar cuma informasi yang sifatnya normatif, menyebabkan kesan cuma stasiun ini yang mengangkat rapat-rapat koordinasi sedetail itu sampe ada pelaporan khususnya, kayak gitu-kayak gitu ada kesan bahwa ini tv kampanye.”

Anggapan bahwa Metro TV berpihak hanya pada partai maupun Ormas Nasdem dibantah oleh Henny Puspitasari(PR&Publicity Manager Metro TV):

“Jika dhiitung kapasitas atau banyaknya jam tayang yang mencakup ormas

atau partai itu sebenernya sedikit, kalau dibandingkan dengan liputannya

SBY, Pak Surya keluarnya cuma sedikit.”

Gunawan Syariffudin(Graphic Manager Metro TV) juga menambahkan:

“sebenarnya Metro TV itu memberi peluang yang sama untuk semua partai. Misalnya pada pemilu 2009 kemaren, Metro TV membuka kesempatan, membuka tempat selebar-lebarnya buat semua partai untuk masuk di Metro TV, dan kenyataannya emang semua partai masuk, tapi sekali lagi itu kan soal image, soal persepsi, ketika orang punya persepsi bahwa yang punya Metro TV ini Surya Paloh. Surya Paloh dulu golkar, itu membuat partai lain segan untuk masuk ke sini, bukannya tidak boleh, bukannya ada batasan tertentu, tidak ada. Sangat terbuka, karena bagi Metro TV sebagai bisnis, masuknya partai-partai itu mendatangkan profit, konyol aja, atau akan jadi bumerang sendiri seandainya Metro TV terlalu memihak ke salah

satu partai.”

Jika dilihat dari tayangan yang berkaitan dengan pemebritaan NasDem mungkin memang tidak sebantak pemberitaan mengenai SBY, namun karena hanya Metro TV yang menayangkan pemeberitaan yang berkaitan dengan NasDem, sehingga keberadaannya sangat disadari oleh audien. Selain pemberitaan tayangan iklan NasDem yang ditayangkan terus menerus juga menjadi sorotan, seperti yang tercantum pada sebuah portal berita online, dengan

commit to user

judul “Menkominfo Diminta Tertibkan: Iklankan NasDem Seenaknya, Izin TV Bisa Dicabut” 121:

“Anggota Komisi I DPR Teguh Juwarno mengatakan, frekuensi siaran televisi yang dimiliki Surya Paloh dan Hary Tanoe bisa dicabut jika disalahgunakan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.”

"Meski mereka telah membayar izin royalti untuk penggunaannya tidak berarti lembaga penyiaran bebas merdeka menggunakan ranah publik untuk kepentingan pribadi dan golongan dalam hal ini NasDem," ujar Teguh

Jika diuangkan jumlah total anggaran yang diperlukan untuk mengiklankan iklan NasDem dalam sehari dapat mencapai nilai fantastis. Penayangan iklan dan pemeberitaan tentang NasDem jelas melanggar UU. No. 32 Tahun 2002, dimana pada BAB IV Pelaksanaan Siaran, Pasal 36, ayat 4 yang berisi “Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan

kepentingan golongan tertentu.”

Berkaitan dengan pemasangan iklan dan konten Metro TV yang berkaitan dengan Ormas maupun partainya, KPI pernah melayangkan surat panggilan kepada Metro TV yang kemudian dipenuhi pada Senin 7 Februari 2011 dimana Suryapratomo yang mewakili Metro TV menyatakan:

“Mengenai NasDem, bukanlah bagian dari kampanye dari pihak pemilik. Nasdem bukanlah partai politik melainkan organisasi kemasyarakatan yang patut mendapatkan tempat. Dan, Metro TV menilai penempatan Nasdem

121

commit to user

dalam ruang siarnya sebagai satu cara membangun dan menopang pilar- pilar demokrasi. “122

Namun, pada saat ini Nasional Demokrat telah berkembang menjadi sebuah partai yang tentu saja berniat untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2014. Keberadaan NasDem yang juga telah mendeklasrasikan diri, dan juga beriklan di Metro TV tentu saja menjadi sorotan publik, apalagi keberadaannya sudah kelewat batas, sehingga menimbulkan persepsi bahwa Metro TV tidak lagi independen tapi ditunggangi kepentingan pribadi.

Menanggapi image Metro TV sebagai televisi „politik‟ yang tujuannya untuk berkampanye, Agus Ramdan(Produser Eagle Awards) berkomentar :

“Itu sudah pasti melekat, yang punya TV orang parpol, sekarang beliau aktif di parpol dan ormas, jadi stereotipenya ya sudah Metro TV sebagai media komunikasi parpol sendiri, tapi itu saya lihat bisa ditepis, artinya karena dari sisi jurnalistik bisa cover both side. Jurnalisme itu memang harus cover both side, cuma memang porsinya. Wajar sih misalnya untuk campaignya program-program politiknya, let‟s say iklannya nasdem di TV sendiri ya wajar. Sementara karena beliau yang punya wajar kan, tapi dari sisi berita harus tidak hanya itunya aja, wajar sih berita-berita nasdem wara-wiri di Metro TV, karena yang jelas stereotipe itu gak akan ilang, karena siapapun pemiliknya tetap ada unsur kepemilikan itu nempel sih di media.”

Persepsi yang tercipta di benak para pemirsa terjadi akibat dari pengaruh dari pemiliknya atau memang konten dari Metro TV syarat dengan partai atau ormas NasDem. Namun, Metro TV menyadari bahwa image yang tercipta di masyarakat tidak baik untuk pertumbuhan perusahaan. Gunawan Syariffudin(Graphic Manager Metro TV) menjelaskan:

122

commit to user

“Misalnya sekarang banyak usaha-usaha untuk menghindari persepsi itu ya, misalnya Pak Surya itu sudah lama tidak lagi jadi pemimpin, beliau masih punya saham besar di Metro TV tapi beliau tidak ikut campur dalam urusan Metro TV lagi karena direktur utama, pemimpin perusahaan bukan Pak Surya lagi. Pemimpin perusahaan itu Pak Adri, Adrianto Maghribi. Pak Surya posisinya sebagai pemegang saham terbanyak, artinya tidak ikutcampur konten, dan ada satu perjanjian bahwa Pak Adri Maghribi itu tidak mau dicampuri, karena beliau yang menjalani bisnis Metro TV sebagai bisnis dan Pak Surya sebagai ownernya. ArtinyaPpak Adri profesional untuk menjalankan perusahaan ini, kemudian soal konten itu dipisah antara, karena pemimpin perusahaan bukan lagi Pak Surya.”

Pihak Metro TV mulai menyadari bahwa keberadaan NasDem dapat merusak image Metro TV sebagai televisi berita yang kredible dan Independen, maka dari itu setelah hampir setahun melakukan rebranding Metro TV mulai melakukan perombakan dari segi struktur organisi. Direktur utama Metro TV yang semula Wisnu Hadi, digantikan oleh Adrianto Maghribi yang merupakan mantan direktur PT. Freeport Indonesia. Pergantian tersebut terjadi pada bulan Juli.

Pergantian tersebut sayangnya menurut pengamatan peneliti, tidak diekspos secara besar-besaran. Hampir tidak ada media yang memberitkan pergantian tersebut, bahkan di website resmi Metro TV www.metrotvnews.com yang semula memuat susunan dewan direksi, belakangan setelah terjadi pergantian tidak lagi memuatnya.

Pada saat wawancara pun peneliti mendapatkan informasi tersebut dari Gunawan Syariffudin selaku Manager grafis Metro TV, dan dari obrolan informal dengan beberapa karyawan Metro TV. Sehingga bagi peniliti menimbulkan kesan seolah-olah pergantian ini tidak terlalu penting untuk diketahui oleh publik.

commit to user 138 BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Metro TV pada 20 Mei 2011 telah meluncurkan rebranding dalam rangka untuk mendapatkan audien baru dan mempertahankan loyal audien, juga karena munculnya stasiun televisi dengan positioning sebagai televisi berita. Perubahan yang dilakukan oleh Metro TV pada saat rebranding adalah identitas korporat

yang berupa logo dan tagline yang semula „Be Smart Be Informed‟ menjadi „Knowledge to Elevate.‟

Rebranding tersebut dibantu oleh dua buah konsultan, yaitu DM IDHolland yang menangani perubahan logo, dan Link and Beyond yang menangani internalisasi rebranding. Bersamaan dengan rebranding yang dilakukan oleh Metro TV, muncul lah fenomena Nasional Demokrat (NasDem) yaitu Organisasi Masyarakat (Ormas) yang dibentuk oleh Surya Paloh, yang juga pemilik Metro TV.

Keberadaan NasDem cukup berpengaruh pada konten Metro TV, mulai dari iklan sampai pada pemberitaan kegiatan NasDem. Keduanya ditayangkan dalam porsi yang tidak sewajarnya. Terlalu banyak dan terlalu sering muncul sehingga keberadaannya menjadikan image Metro TV sebagai televisi „politik.‟ Terutama dengan lahirnya Partai NasDem pada Juli 2011.

commit to user

Pada saat rebranding masih berlangsung pada tahun 2011, Metro TV mengalami penurunan rating dan share yang cukup signifikan. Terutama pada penurunan rating, posisi Metro TV tidak kunjung membaik sepanjang tahun 2011.

Dari analisis yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa penyebab turunnya rating dan share Metro TV setelah adanya Rebranding adalah:

1. Adanya fenomena NasDem yang membuat image Metro TV sebagai televisi

“partai” muncul kembali. Hal tersebut berdampak pada persepsi pemirsa

secara umum, karena menjadikan pemirsa berpikiran bahwa Metro TV bukan lagi stasiun televisi berita yang kredibel dan independen karena dibarengi oleh kepentingan sebuah partai.

2. Munculnya persaingan dengan lahirnya televisi dengan positioning yang sama yaitu sebagai stasiun televisi berita. Namun penelitian ini tidak dapat meng-cover masalah persaingan dengan stasiun televisi berita lain karena data yang dimiliki peneliti kurang cukup.

Masalah keberadaan NasDem yang menjadikan Metro TV dianggap sebagai

televisi „partai‟ sudah disadari oleh Metro TV. Saat ini Metro TV berusaha untuk memperbaiki imagenya, terutama ditandai dengan adanya direktur baru, yaitu Adrianto Magribhi. Sampai saat ini rebranding masih terus dilakukan dan dijaga agar dapat mewujudkan visi Metro TV menjadi televisi berita nomor satu.

commit to user B. Saran

Ada beberapa saran yang disampaikan penulis kepada penelitian lanjutan, Metro TV, dan para pemegang regulasi.

1. Bagi riset atau penelitian lanjutan

Penelitian lanjutan dapat meneleiti tentang persaingan Metro TV dengan kompetitornya, sehingga dapat mengetahui lebih lanjut apakah faktor persaingan memang benar menjadi faktor turunnya rating dan share milik Metro TV. Melakukan analisis isi terhadap keberadaan konten Nasdem dalam tayangan Metro TV.

Kemudian pengumpulan data dapat menggunakan metode FGD (Focus Group Disscussion) dengan beberapa informan yang dapat dikategorikan sebgai informan kunci, atau trianggulasi sumber yang mengetahui pasti mengenai media. Hal ini digunakan untuk menguatkan validitas data yang didapatkan dari keseluruhan informan.

2. Bagi Metro TV

Mengadakan survey kepuasan penonton terhadapa tayangan Metro TV. Sehingga Metro TV dapat menyesuaikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat terhadap informasi, pengetahuan maupun hiburan. Menciptakan program yang

tidak saja berbobot tetapi juga memiliki nilai „jual.‟

Untuk mewujudkan misi sebagai televisi berita nomor satu di Indonesia, Metro TV hendaknya menjaga independensi sebagai televisi berita. Dengan

commit to user

menjaga brand image Metro TV sebagai televisi berita yang terpercaya dan kredibel.

3. Bagi Pemegang Regulasi (pemerintah)

Pemerintah sebagai pemegang regulasi terhadap keberadaan media, hendaknya memberlakukan peraturan khusus tentang media. Dimana peraturan tersebut mengatur pembatasan keterlibatan pemilik media pada sebuah aksi politik atau sosial yang dapat menimbulkan bias dalam pemberitaan yang dilakukan. Sehingga dapat menghindari agenda setting yang mementingkan sekelompok orang atau kelompok masyarakat tertentu.

Selain itu pemerintah diharapkan dapat lebih ketat dalam pengawasan terhadap isi media, terutama berita, agar tidak terjadi penyimpangan informasi, dan menghindari terjadinya konflik antar masyarakat.

Dalam dokumen APRILIANI LARAS SHINTA D0207036 (Halaman 141-155)

Dokumen terkait