• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI MODEL PENDIDIKAN DI ISDEV DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

B. Mewujudkan Fitrah Manusia

Manusia memiliki fitrah yang dibawa sejak lahir berupa kebenaran (al-haq), kebaikan tayyib), kemuliaan

(at-takrim) dan keindahan (at-tajammul). Sifat-sifat mahmudah

ini tidak akan terwujud, jika tidak direspons oleh kegiatan pendidikan Islam, terutama oleh kedua orang tuanya. Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermakana: “Setiap anak dilahirkan

dalam keadaan fitrah (suci), tetapi kedua ibu bapaknya yang menjadikannya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi”. Dalam

terwujudnya orang-orang yang cerdas, keratif, beraakhlk mulia, disiplin dan pakar pembangunan Islam. Tentu saja dalam proses pembelajaran digunakan pula prinsip pendidikan berteraskan Islam sbb:

Pertama, Manusia sebagai pelaku pendidikan Islam

Hakikat manusia tidaklah cukup hanya pada pandangan unsur pokok yang secara internal ada dalam diri dan apa yang bersifat eksternal. Hakikat manusia tidak tergantung oleh keadaan-keadaan dari luar dan keberhasilan mendapatkan kekayaan, pangkat, staus sosial, kesehatan atau kecerdasan. Hakikat manusia, dapat difahami atas suatu sandaran yang dapat membawa ke arah pemahaman yang lebih mendasar, pada tingkat yang lebih tinggi dari hasil fikiran manusia yaitu Kalam Allah s.w.t. atau wahyu Ilahi (al-Quran).

Jika menelaah al-Quran, pada hakikatnya manusia itu diturunkan ke dunia berfungsi sebagai wakil Tuhan di muka

bumi atau khalifah Allah di bumi8 Kata khalifah dapat ditemukan,

misalnya dalam firman Allah s.w.t dalam [Surah al-Baqarah (2):30]:

نَم اَيهِف ُلَعۡه َتَأ ْآوُلاَق ۖٗةَفيِلَخ ِض ۡهرَ ۡهلٱ ِف ٞلِعاَج ِّنِإ ِةَكِئَٰٓلَمۡهلِل َكُّهب َر َلاَق ۡهذِإَو

َُلۡهعَأ ٓ ِّنِإ َلاَق َۖ َل ُسِّدَقُنَو َكِدۡهمَ ِب ُحِّبَسسُن ُنۡه َنَو َءٓاَمِّلدٱ ُكِف ۡهسَيَو اَيهِف ُد ِسۡهفُي

٣٠ َنوُمَلۡهعَت َل اَم

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada

para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah) di bumi.”

8 Kata al-khalifah bermakana orang yang menggantikan orang sebelumnya, berasal dari kata khalafa yang artinya menggantikan. Kata al-khalaf artinya

al-iwad artinya ganti. Dalam bentuk lain kata khalfu menurut Ibnu Sayyidah

bermakna belakang, sedangkan khlafafahu menunjukkan pengertian waktu sesudahnya. Kata al-khlafah juga mempunyai arti al-imarah yaitu kepemimpinan atau as-suthan yaitu kekuasaan (Ibn Manzhur, 1968:430-445).

Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, se-dangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S.2:30).

Ayat di atas menceritakan tentang pengangkatan Adam a.s. sebagai wakil Tuhan di muka bumi, akan terlihat dengan jelas bahwa faktor pokok pengangkatan itu adalah karena kemampuan lebih yang dimiliki oleh Adam a.s. dibandingkan dengan makhluk lainnya, yaitu malaikat. Kemampuan lebih yang dimiliki Adam a.s. digambarkan oleh kemampuannya menerima pendidikan dan pelajaran tentang nama-nama benda dan kemampuannya menegaskan nama-nama tersebut. Tentu saja melatih kemampuan itu secara lansung bahwa Adam a.s telah mengikuti pendidikan dan pembelajaran secara lansung dari Allah s.w.t. sebagai gurunya.

Manusia sebagai khalifah dan wakil Tuhan di bumi memegang mandat Tuhan untuk wujudkan kemakmuran bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia ini bersifat kreatif yang memungkinkan manusia mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di bumi untuk kepentingan hidupnya. Manusia di samping sebagai khalifah di muka bumi, juga sebagai hamba

Allah (‘abd Allah).9 Kedudukannya sebagai wakil Tuhan

diwujudkan dalam ketaatan yang sepenuh hati kepada Tuhan. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai Khalifah Allah dan juga sebagai hamba Allah bukanlah dua hal yang bertentangan tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

9 Kata ‘abd yang berasal dari akar kata ‘abada yang artinya taat, tunduk dan patuh, berkembang menjadi ‘ubudiyah, artinya pengakuan status sebagai hamba, dan juga ‘ubudiyah, rasa rendah diri di hadapan Pencipta al-khudu’ dan menghina diri, tazallul. Akar kata ‘abadu juga berkembang menjadi

Kekhalifahannya adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Tuhan yang menciptakannya.

Pembangunan pendidikan berteraskan Islam menghendaki bahawa fungsi manusia sebagai khalifah Allah itulah yang sanggup menjadi pelaku pendidikan Islam. Menurut Muhammad Syukri Salleh (2008:8), konsep pembangunan berteraskan Islam berdasarkan fungsi kehidupan yang telah ditetapkan Allah.s.w.t. sendiri. Maka manusia sebagai khalifah melaksanakan tugas untuk mengurus bumi dengan penuh rasa kehambaan kepada Allah s.w.t. Pelaku pembagunan yang terdidiklah semestinya dikehendaki bersesuaian dengan makna khalifah yang taat kepada Allah s.w.t. sehingga seluruh aktivitas yang dilakukan adalah untuk mengabdi kepada Allah [Surah az-Zariyat (51):56]. Untuk wujudnya orang yang taat kepada Allah semestinya telah memiliki keimanan yang kuat, kerana menurut Muhammad Syukri Salleh (2003:29) lagi, bahwa iman berkait rapat dengan nafsu apabila iman baik maka nafsu akan baik. Beliau membagi nafsu kepada tujuh peringkat, nafsu ammarah, nafsu lawwamah, nafsu mulhamah, nafsu mutmmainnah, nafsu

radiyah, nafsu mardiyah dan nafsu kamilah. Orang yang taat

kepada Allah s.w.t. semestinya membuang jauh-jauh nafsu

ammarah, lawwamah dan nafsu mulhamah sebagai nafsu jahat

yang dapat merusak kehidupan bumi. Ia dikawal oleh syaitan yang senantiasa melawan perintah Allah. Sedangkan nafsu

mutmainnah, nafsu radiyah, mardiyah dan kamilah adalah

nafsu yang dikawal oleh iman dan akan melahirkan orang-orang shaleh. Untuk mewujudkan hal itu semua mestilah dengan mengikuti pendidikan Islam. Pendidikan yang berlaku di ISDEV membina antara keseimbangan antara intelektual, moral, dan spiritual, sehingga terwujud orang-orang yang beramal shaleh mulai dari kegiatan yang paling kecil sekalipun. Ada suatu kebiasaan jika makan sering Prof. DR. Muhammad

Syukri Salleh dan dosen-dosen lain mengambilkan nasi dan lauk muridnya. Ketika ada wisuda UPM di Gedung Wisma Benteng Medan, rombongan prosesi menuju ruang istirahat dan makan bersama, lalu beliau membubuhkan nasi beberapa orang termasuk Rektornya. Hal ini merupakan kebiasan untuk beribadah sebagai tambahan ujrah amal shaleh baginya.

Al-Quran menegaskan bahawa manusia tidak lain hanyalah amal perbuatannya atau pekerjaannya. Firman Allah dalam suurat at-Taubah ayat 105 berbunyi:

Artinya:”Dan katakanlah,“Bekerjalah kamu,maka Allah akan

melihat pekerjaanu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan di-kembalikan kepada (Allah) Yang Me-ngetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S. 9:105).

Demikian pula dalam surat az-Zumar ayat 39-40 berbunyi :

Artinya:“Katakanlah (Muhammad),“Wahai kaumku!

Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui, sesiapa yang mendapat seksa yang menghinakan dan kepadanya ditimpakan azab yang kekal”. Q.S.39:39-40).

Kedua, alam sebagai peralatan pendidikan Islam

Dalam pandangan pembangunan berteraskan Islam, sumber alam yang telah ada itu merupakan ciptaan Allah s.w.t.

                                                                           

dan sekaligus sebagai Pemilik mutlak sumber alam tersebut. Tetapi sumber alam yang telah ada itu menjadi rahmat Allah s.w.t. bagi kemakmuran manusia, asalkan penggunaan tersebut atas dasar ketaatan dan pengabdian kepada Allah s.w.t. Firman Allah dalam surah Al-Baqarah (2):22:

َنوُقَّتَت ۡه ُكَّلَعَل ۡه ُكِلۡهبَق نِم َنيِ َّلٱَو ۡه ُكَقَلَخ يِ َّلٱ ُ ُكَّب َر ْاو ُدُبۡهعٱ ُساَّنلٱ اَ ُّهيَأَٰٓي

ٗءٓاَم ِءٓاَم َّسلٱ َنِم َل َزنَأَو ٗءٓاَنِب َءٓاَم َّسلٱَو ا ٗش َٰرِف َض ۡهرَ ۡهلٱ ُ ُكَل َلَعَج يِ َّلٱ٢١

٢٢ َنوُمَلۡهعَت ۡه ُتنَأَو اٗداَدنَأ ِ َّ ِلل ْاوُلَعۡه َت َلَف ۖۡه ُكَّل اٗق ۡهزِر ِت َٰرَمَّثلٱ َنِم ۦِهِب َج َرۡهخَأَف

Artinya:”Wahai manusia, sembahlah Tuhan kamu yang telah

menciptakan dan yang telah menciptakan orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa. (Allah s.w.t) yang menjadikan untuk kamu bumi sebagai hamparan dan langit yang terbina teguh dan Dia telah menurunkan daripada langit air (hujan) lalu keluarlah dengannya buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu, maka janganlah kamu menjadikan bagi Allah s.w.t. itu sembahan yang lain sedang kamu mengetahu”. (Q.S.2:22).

Hal ini sangat berbeda dengan konsep pembangunan lazim yang memandang sumber daya alam adalah sesuatu yang telah tersedia ada dan wujud secara dini. Mereka mengekploitasi sumber-sumber alam tersebut secara optimal tanpa meperhitungkan rahsia dan fungsi penciptaannya (Muhammad Syukri Salleh, 2003:54). Betapa pentingnya kedudukan sumber daya alam bagi manusia, apabila ditelusuri dalam kenyataann di dunia ini menunjukkan bahwa hidup manusia banyak bergantung pada alam. Ia makan dari apa yang tumbuh di bumi dan minum dari air yang ada di dalamnya. Ia hidup kemudian mengembara di jagat raya dan kematian datang menjemputnya lalu mengakhiri perjalanan hidupnya di alam ini. Agar alam dapat memberikan manfaatnya bagi manusia, maka al-Quran melarang perbuatan yang dapat merusak alam sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam al-Quran surah al-A’raf ayat 56 berbunyi :

ِ َّللا َةَ ْح َر َّنِإ اًاعَم َطَو اًاف ْوَخ ُهوُعْداَو اَ ِحَل ْصِإ َدْعَب ِض ْرَلْا ِف او ُد ِسْفُت َلَو

)٥٦( َينِنِسسْحُمْلا َنِم ٌبيِرَق

Artinya :”Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka

bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S.7:56).

Tindakan merusak alam pada hakikatnya merupakan tindakan yang merugikan diri sendiri, karena rusaknya sumber kehidupan. Alam yang dirusak manusia ahirnya akan mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia, seperti; banjir, kekurangan pangan, panas yang makin meninggi, udara yang makin kotor menyebabkan datangnya penyakit, menjadikan hidup tidak nyaman lagi, sebagaimana firman-Nya dalam surah ar-Rum (30):41 :

يِ َّلا َضْعَب ْمُهَقيِذُيِل ِساَّنلا يِدْيَأ ْتَب َسَك اَمِب ِرْحَبْلاَو ِّ َبْلا ِف ُدا َسَفْلا َرَهَظ

)٤١( َنوُعِج ْرَي ْمُهَّلَعَل اوُلِ َع

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut

disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

(Q.S.30:41).

Dari ayat di atas dapat difahami, bahawa sebenarnya kerusakan-kerusakan yang terjadi di bumi ini diakibatkan oleh perbuatan manusia yang tidak memiliki rasa tanggungjawab, atau manusia yang tidak berperadaban. Oleh karena itu, Rasulullah s.a.w. membawa risalah dari Tuhan agar umat manusia menyadari bahwa apabila manusia tidak memiliki peradaban menurut petunjuk Ilahi, tentu hal ini akan merugikan manusia itu sendiri. Sebab, manusia yang tidak berperadaban

tidak layak disebut manusia, hanya golongan hewanlah yang tidak memiliki peradaban, untuk itulah hukumnya disebut dengan hukum rimba.

Demikianlah nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. dalam rangka membentuk masyarakat madani. Dengan harmonisnya hubungan manusia dengan Allah s.w.t. dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya, maka akan terciptalah masyarakat yang saling tolong-menolong, saling kasih sayang, cinta-mencintai, saling menghargai, sehingga apapun karunia yang telah diberikan Allah s.w.t. kepadanya dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pemberian-Nya

M. Quraish Shihab (2004:397-398), mengatakan bahawa al-Quran dan al-Hadith s.a.w. sebagai landasan berpijak untuk melestarikan alam sekitarnya seperti berikut :

“Pertama, tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kecuali buah dan hasilnya dimakan burung atau manusia yang demikian itu adalah shadaqah baginya. Kedua, barangsiapa yang memperbaiki (menyuburkan) tanah bukan milik seseorang, maka ia berhak memanfaatkan tanah itu. Ketiga, hindarilah dua macam kutukan, yaitu membuang kotoran di jalan dan di tempat orang berteduh.Keempat, janganlah ada di antara kamu yang membuang air kecil pada air yang tergenang, kemudian ia mandi pula di sana”.

Pandangan M. Quraish Shihab di atas memberikan petunjuk bahwa alam hendaknya dilestarikan dengan mengambil manfaat darinya kemudian juga memberikan petunjuk agar dilakukan etika dalam membuat kotoran (buang air kecil atau besar) jangan di tempat penampungan air yang tergenang, seperti kolam bak dan sebagainya sebab akan membuat air itu menjadi kotor padahal manusia memanfaatkan air tersebut untuk minum atau mandi.

Sesuai dengan sunatullah bahwa manusia diberi kunci untuk menguasai alam. Kendatipun ia diciptakan Allah dalam

keadaan lemah10 dan bodoh11 namun ia bertugas sebagai

khalifah di bumi. Manusia tidak hanya menduduki tugas sebagai penanggung jawab kelestarian semua macam kehidupan di bumi, ia dituntut untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kerana Allah s.w.t. memberikan akal dan ilmu bagi manusia untuk membina alam semesta tetap harmoni dan indah, merupakan satu kesatuan yang organik, sehingga ia dapat menunaikan amanahnya sebagai

khalifah dan memenuhi keperluan hidupnya.12

Kehormatan besar yang dikaruniakan Allah s.w.t.

kepada manusia,13 memungkinkan ia mengurus sumber daya

alam semesta ini,14 baik untuk keperluan pokoknya maupun

untuk kepentingan manusia lainnya. Manusia yang menyadari Kemahakuasaan Allah s.w.t. dalam mencipta alam semesta tidak mau membuat kerusakan, kejahatan dan ketidak adilan, karena perbuatan semacam itu bertentangan dengan tugas kekhalifahannya. Agaknya alam raya ini merupakan bukti teologi atas kaagungan Allah s.w.t sehingga ke mana saja manusia menghadapkan wajahnya di sana ia akan menyaksikan

10 Lihat Firman Allah surat an-Nisa ayat 28.

11 Lihat Firman Allah surat an-Nahl ayat 78.

12 Dalam rekaman surah al-Baqarah (2):31-32 digambarkan bahawa sebab utama para malaikat diperintahkan Allah bersujud hormat kepada Adam a.s. kerana, ia memiliki kelebihan kemampuannya dalam ilmu pengetahuan. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh makhluk lain termasuk para malaikat. Hal ini yang mengangkat peringkat manusia di atas makhlulk lain [Surah al-Isra (17):70]. Menurut Andi Hakim Nasution (1989:9-10) keadaan ini dimungkinkan manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak pelbagai jenis makhluk lainnya.

13 Lihat [Surah al-Jasiyat (45):13], [Surah an-Nahl (16):12] dan [Surah al-A’raf (7):10].

kebesaran Allah. Sungguh benar ungkapan al-Quran15 jika pohon-pohon di bumi dijadikan alat tulis dan laut menjadi tinta, kemudian ditambah tujuh laut lagi, namun tidak akan habis-habisnya mencatat nikmat Allah s.w.t. kepada manusia. Dengan memahami “buku alam” di situ terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang transenden. Menurut A. Rahman

(1990:18-19) menyatakan tidak ada fisika tanpa metafisika.16

Menurut Muhammad Syukri Salleh (1990:37), dalam konteks fizikalnya sumber alam diakui terbatas kalau ia dipergunakan untuk kepuasan nafsu manusia. Namun dalam konteks tauhid orang Islam terhadap Tuhannya dengan ainul-yakinnya sumber-sumber daya alam itu tidak terbatas karena sebagai Pencipta yang menyempurnakan penciptaan-Nya, Allah telah menentukan kadar rezeki masing-masing. Oleh karena itu, jika sumber alam ini dimanfaatkan dengan pendekatan Islam maka ia akan benar-benar dapat mewujudkan kesejahteraan hidup manusia, karena cara menggunakannya dengan mengacu atas nafsu al-mutmainnah dan

mardiyah untuk mengabdi kepada Allah s.w.t.

Pendidikan pembelajaran di IDSEV mengacu kepada pemanfaatan sumber daya alam untuk keperluan pendidikan, karena semua peralatan pendidikan itu diproses dari sumber alam. Prof. Muhammad Syukri Salleh selalu memberikan contoh dan memberikan kuliah berupa pemanfaatan sumber alam ini senantiasa menggunakannya menurut keperluan dan untuk tujuan ketaatan kepada Allah dan membantu orang lain bagi kesejahteraan makhluk di bumi. Jauhi pemanfaatan alam sebagai semata untuk dorongan hawa nafsu, apalagi untuk berbuat jahat dan kerusakan lingkungan.

15 Lihat Surah Luqman (31):27.

16 A. Rahman Djay, “Al-Quran dalam Kosmologi Modern,” dalam Ulumul