• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Evaluasi Program

3. Model Evaluasi Program

Model berarti pola, rencana, contoh dari sesuatu yang akan dibuat atau dilakukan atau dihasilkan.

(Wirawan 2017, 79).

Evaluasi adalah proses menggambarkan, menerima, dan memberikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi solusi alternatif. Evaluasi menggunakan informasi tentang pengukuran dan hasil evaluasi. Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk skor (angka), yang kemudian diberi skor dan diinterpretasikan menurut aturan yang menentukan tingkat kemampuan. Hasil dari proses evaluasi kemudian akan dievaluasi untuk menentukan

35

keberhasilan individu atau kursus. (Ismanto 2014, 216).

Model evaluasi merupakan dasar dari proses evaluasi dan rencana pengumpulan dan pemanfaatan data untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan memiliki informasi yang akurat, memadai dan akurat serta dapat mencapai tujuan evaluasi. Model evaluasi mendefinisikan apa yang harus dilakukan dan bagaimana proses melakukan evaluasi. Ketika memilih model penilaian CIPP, evaluator harus melakukan empat jenis konteks, input, proses, dan produk. (Wirawan, 2014, 147).

Model penilaian yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan model evaluasi CIPP, yang didasarkan pada definisi umum tentang evaluasi. CIPP Evaluation Model dikembangkan oleh Stufflebeam (2000) di Ohion State University. Model evaluasi CIPP merupakan model yang paling banyak dikena dan diterapkan oleh para evaluator. Oleh karena itu, uraian yang diberikan relatif panjang dibanding dengan model lainnya. Model evaluasi ini terdiri dari :

 Contex evaluation : Evaluasi terhadap konteks

 Input Evaluation : Evaluasi terhadap masukan

36

 Process evaluation : Evaluasi terhadap proses

 Product Evaluation : Evaluasi terhadap hasil

Model evaluasi CIIP adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam yang bertujuan untuk membantu dalam perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu dihentikan saja.

Model memiliki empat komponen yaitu konteks, input, proses, dan produk yang masing-masing komponen memerlukan evaluasi tersendiri.

Penilaian situasional meliputi penelitian tentang lingkungan sekolah, pengaruh eksternal, dan ekonomi.

Kemudian mengevaluasi produk dan proses, seperti kesesuaian antara kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang sebenarnya. Model tersebut mengutamakan evaluasi formatif berkelanjutan untuk meningkatkan hasil belajar. Namun, fokus penelitian bukan hanya hasil belajar, tetapi keseluruhan kurikulum dan lingkungan. Bandingkan kinerja aktual dengan standar yang disepakati. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menetapkan standar, termasuk kinerja siswa dalam bidang kognitif, emosional, dan psikomotorik, keterampilan mengajar guru, manajemen sekolah, fasilitas, alat dan sumber

37

pengajaran, kurikulum, alat peraga, penentu kurikulum, filosofi, dan misi. Data yang dikumpulkan dibandingkan dan dievaluasi dengan standar ini.

(Nasution 2010, 95).

Dari keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran dalam evaluasi, dimana komponen dari proses sebuah program kegiatan yang ada di suatu lembaga. Menurut Stufflebeam, evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternative-alternatif pengambilan keputusan. Evaluasi program juga merupakan aktifitas untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan suatu program yang diberikan sebagai kegiatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan.

Model CIPP didasarkan pada definisi skor total. Tujuan utama evaluasi dan standar profesional adalah untuk memandu dan mengevaluasi serangkaian proses evaluasi. Pada dasarnya, konsep sentral dari model CIPP adalah evaluasi conteks, input, proses, dan produk, yang didefinisikan oleh huruf-huruf akronim.

Penelitian ini menjelaskan metode CIPP secara rinci melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Evaluasi Context

38

Penilaian ini lebih pada memberikan informasi untuk menetapkan tujuan yang baik, mengembangkan lingkungan yang sesuai, dan mengidentifikasi masalah yang terkait dengan kursus atau kegiatan dan kegiatan pendidikan.

Penilaian latar belakang juga harus memberikan informasi untuk perumusan "tujuan dan sasaran".

Evaluasi konteks dimulai dengan melakukan penilaian latar belakang adalah pertama-tama analisis konseptual tentang identifikasi dan perumusan kawasan yang akan dinilai, kemudian analisis empiris aspek-aspek penilaian melalui penyelidikan dan pengujian. Pada bagian selanjutnya, kedua metode (analisis konseptual dan analisis empiris) digunakan untuk menemukan masalah penilaian utama. (Muri Yusuf 2015, 124).

Evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang perlu dilakukan. Evaluasi tersebut mengidentifikasi dan menilai kebutuhan pengembangan proyek. Penilaian situasional adalah situasi atau faktor sebelumnya yang mempengaruhi sifat tujuan dan strategi pendidikan. (Purwanto 2011, 29).

Evaluasi konteks adalah penilaian lingkungan mencoba untuk menggambarkan dan menyajikan lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi,

39

populasi, dan sampel layanan, dan tujuan proyek secara rinci.

Di bagian konteks, peneliti fokus pada hasil, yaitu:

 latar belakang lahirnya atau berdirinya Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan

 Legalitas Yayasan Rumah Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan dengan adanya surat izin resmi Dinas Sosial, ataupun lingkungan tempat berdirinya Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan

 Perumusan Tujuan Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan yang tentu akan memenuhi kebutuhan anak yatim dan dhuafa

 Dukungan dari stakeholder antara lain pihak-pihak pemangku kebijakan seperti masyarakat lingkungan sekitar Yayasan Rumah Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan dan pihak Pemerintah

2. Evaluasi Input

Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam dunia sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa baru yang akan memasuki sekolah. Sebelum

40

memasuki suatu tingkat sekolah, calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas yang akan diberikan kepadanya. (Suharsimi Arikunto 2015, 4).

Tujuan utama dari evaluasi input adalah untuk menentukan bagaimana menggunakan input untuk mencapai tujuan dari rencana. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi untuk mendapatkan masukan (tenaga dan teknologi) yang tepat guna dan bermanfaat bagi pelaksanaan program pendidikan.

Dengan memahami kualitas masukan, metode yang masuk akal dan terkendali dapat dikembangkan untuk mengimplementasikan rencana dan keterbatasan yang ada dapat diidentifikasi dan diatasi dengan cara terbaik.

Dimungkinkan juga untuk mengevaluasi masukan ini selama proses pelatihan melalui pencarian komprehensif untuk informasi tentang masukan dan kegiatan pelatihan. Input yang dinilai yaitu termasuk siswa, organisasi pendukung pembelajaran, fakultas dan staf, alat dan strategi pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.

Komponen Input dalam Penelitian Komponen/Aspek Indikator Evaluasi Input, yaitu :

41

 Keadaan tenaga pendidik (pendamping) yang ada di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan

 Kondisi Anak Yatim dan Dhuafa yang masuk di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan

 Metode (kurikulum yang digunakan) selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan

 Kondisi Sarana prasarana Komponen input memiliki fokus evaluasi pada indikator di atas, yaitu kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan, apakah Yayasan Memiliki fasilitas yang cukup untuk menunjang pendidikan bagi anak yatim dan dhuafa.

3. Evaluasi Process

Tujuan dari evaluasi proses adalah untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan apakah proyek sedang dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mendapatkan rencana implementasi, membantu staf perencanaan dalam melaksanakan kegiatan, dan kemudian membantu masyarakat pengguna yang lebih luas

42

mengevaluasi rencana tersebut dan menjelaskan manfaatnya. Proses ini seperti mesin, mengubah bahan mentah menjadi sesuatu dan membuatnya menjadi keadaan matang. Pelajar yang belajar dibandingkan dengan sesuatu yang dibawa ke dalam proses untuk menjadi bodoh atau bodoh atau sudah mungkin. (Suharsimi Arikunto 2015, 6).

Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.

Evaluasi proses bertujuan untuk memberikan umpan balik secara teratur pada pelaksanaan rencana. Selain itu, juga dirancang untuk mengontrol prosedur dan rencana yang telah ditetapkan. Ini memungkinkan Anda untuk melihat atau memprediksi apa pun yang mungkin terjadi selama prosedur. Lacak apa yang terjadi, mengapa itu terjadi, komponen mana yang tidak berfungsi, aspek mana yang tidak terlalu aktif, atau kemacetan mana yang sering terjadi dan perlu diselesaikan.

43

Komponen Process dalam Penelitian Komponen/Aspek Indikator Evaluasi Process, yaitu:

 Proses intervensi sosial yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan

 Apakah pelaksanaan suatu program sesuai dengan jadwal

 Kapan program dikatakan sudah berhasil atau selesai

 Faktor pendukung dan penghambat proses intervensi yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan. Komponen proses keseluruhan digunakan untuk mengevaluasi keseluruhan proses pemberian layanan pendidikan kepada anak yatim dan dhuafa di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan

4. Evaluasi Product

Evaluasi produk dilakukan pada akhir proyek atau kegiatan. Tujuan penilaian ini adalah untuk menggunakan kriteria dan standar yang ditetapkan untuk mengukur pencapaian tujuan tertentu. Hal ini disajikan dalam hal kognisi dan emosi serta gerakan mental. Dalam hal ini, penilaian produk

44

merupakan penilaian terhadap hasil belajar siswa sekolah.

Jenis penilaian tergantung pada tujuan yang diukur. Tes tertulis dan objektif atau tes kinerja atau evaluasi portofolio dapat digunakan untuk menilai kinerja akademik, dan metode proyeksi, skala hubungan atau tes kepribadian dapat digunakan untuk menilai kepribadian, minat, atau hubungan. (Muri Yusuf 2015, 147).

Evaluasi produk diarahkan untuk mencari jawaban. Evaluasi ini berupaya mengidentifikasikan dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncana atau yang tidak direncana, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya untuk membantu staf menjaga upaya memfokuskan pada mencapai manfaat yang penting dan akhirnya untuk membantu kelompok pemakai lebih luas mengukur kesuksesan upaya dalam mencapai kebutuhan yang ditargetkan.

(Wirawan 2011, 94).

Komponen Product dalam Penelitian Komponen/Aspek Indikator Evaluasi Product, yaitu :

Evaluasi hasil ini digunakan untuk menentukan keputusan apa yang akan diambil selanjutnya. Oleh karena itu, penilaian ini bertujuan untuk menilai dampak keseluruhan

45

program terhadap penerima manfaat (yatim dan dhuafa yang tinggal di Yayasan Rumah Yatim Arrohman Kemang, Jakarta Selatan). Oleh karena itu, pertanyaan utama dari evaluasi ini adalah:

 Bagaimana anak asuh akan menjadi berbeda setelah menerima program tersebut ?

 Manfaat yang dirasakan yayasan dengan adanya program ini

 Produk hasil Intervensi sosial yang dilihat dari:

- Indikator ketersediaan, indikator ini memeriksa apakah memang ada unsur-unsur yang harus ada dalam proses.

- Indikator relevansi, yang menunjukkan relevansi atau keakuratan teknologi atau layanan yang disediakan.

- Indikator keterjangkauan, yang menganalisis apakah layanan yang diberikan masih tersedia bagi mereka yang membutuhkannya.

- Indikator pemanfaatan, yang menganalisis jumlah layanan yang disediakan oleh penyedia layanan yang digunakan oleh kelompok sasaran.

- Indikator cakupan, yang menunjukkan proporsi masyarakat yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan.

46

- Indikator kualitas, yang menunjukkan tingkat kualitas layanan yang diberikan kepada khalayak sasaran.

- Indikator upaya, yang menggambarkan seberapa banyak upaya yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

- Indikator efisiensi, yang menunjukkan apakah sumber daya dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan digunakan secara efektif, atau sumber daya yang ada tidak digunakan untuk mencapai tujuan.

Dokumen terkait