• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Wisudawati (2014:48) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Trianto (2015: 51) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut Soekamto (Shoimin, 2016:23) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan oleh guru sebagai pedoman yang melukiskan prosedur sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat banyak model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru sebagai perencana pembelajaran. Semua tergantung situasi dan kondisinya (Shoimin, 2016: 24). B. Model-model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Menurut Duch (Shoimin, 2016:130) Problem Based Learning (PBL) merupakan model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata

12

sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Wisudawati (2014:88) berpendapat bahwa PBL digunakan untuk mendukung pola berpikir tingkat tinggi (HOT atau higher-order thinking) dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk belajar “how to learn”.

Peran guru dalam model pembelajaran PBL adalah mengajukan masalah, memberikan pertanyaan dan memfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog (Wisudawati, 2014:88). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan bercirikan adanya permasalahan yang nyata dan digunakan untuk mendukung pola berpikir tingkat tinggi.

Berikut sintaks atau langkah-langkah pembelajaran dalam PBL menurut Arends (Wisudawati, 2014:91):

a. Fase 1: memberikan orientasi suatu masalah pada peserta didik (orient student to the problem)

b. Fase 2: mengorganisasi peserta didik untuk meneliti (organize student for study)

c. Fase 3: mendampingi dalam penyelidikan sendiri maupun kelompok (assist independent and group investigation)

d. Fase 4: mengembangkan dan mempresentasi hasil (develop and present article and exhibits)

e. Fase 5: analisis dan evaluasi dari proses pemecahan masalah (analyze and evaluate the problem-solving process).

Sedangkan langkah langkah pembelajaran PBL menurut Shoimin adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.

b. Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

13

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.

d. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu dalam berbagai tugas dengan temannya. e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka serta proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasrkan langkah-langkah model pembelajaran tersebut, inti dari sintaks PBL adalah penjelasan tujuan pembelajaran, pemberian suatu masalah kepada siswa, pengumpulan informasi yang berkaitan dengan masalah, mempresentasikan hasil, serta mengevaluasi pemecahan masalah. Selanjutnya, berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran PBL menurut Shoimin (2016:132):

Kelebihan Kekurangan

Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata

PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

Membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar

Pembelajaran berfokus pada masalah Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok

Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan

Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri

Siswa memiliki kemampuan melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka

Kesulitan belajar individu dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk

14 2. Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Wisudawati (2014:80) inquiry berarti mengadakan penyelidikan, sedangkan menurut Shoimin (2016: 85) inkuiri merupakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Kunandar (Shoimin, 2016:85) berpendapat bahwa pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran di mana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut, model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran di mana siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri dengan maksdu agar siswa aktif selama pembelajaran. Berikut sintaks model pembelajaran inkuiri menurut Suryanti (Wisudawati, 2014:82): a. Orientasi b. Merumuskan masalah c. Menyusun hipotesis d. Mengumpulkan data e. Menguji hipotesis f. Merumuskan kesimpulan

Sedangkan menurut Piaget (Shoimin, 2016: 85-86) langkah-langkah model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Membina suasana yang responsif di antara siswa.

b. Mengemukakan permasalahan untuk diinkuiri (ditemukan) melalui cerita, film, gambar, dan sebagainya. Kemudian, mengajukan pertanyaan ke arah mencari, merumuskan, dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar.

15

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.

d. Merumuskan hipotesis/perkiraan yang merupakan jawaban dari pertanyaan tersebut. perkiraan jawaban ini akan terlihat setidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.

e. Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa.

Berdasarkan sintaks tersebut, inti dari langkah-langkah model pembelajaran inkuiri adalah mengidentifikasi persoalan atau permasalahan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan mengambil kesimpulan terhadap permasalahan tersebut. Selanjutnya, berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inkuiri menurut Shoimin (2016:86-87):

Kelebihan Kekurangan

Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dianggap lebih bermakna.

Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.

Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya.

Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka

Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar

Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif

Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalkan SD

Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik

Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, akan sangat merepotkan guru

16 Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas