• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD MUHAMMADIYAH GAMPLONG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD MUHAMMADIYAH GAMPLONG."

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V

SD MUHAMMADIYAH GAMPLONG

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Devi Kusumaningrum NIM 1310844002

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V

SD MUHAMMADIYAH GAMPLONG

Oleh:

Devi Kusumaningrum NIM 13108244002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Muhammadiyah Gamplong.

Desain penelitian adalah Quasi Experimental dengan rancangan Nonrandomized Control Grup Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Muhammadiyah Gamplong yang terdiri dari 14 siswa kelas VA sebagai kelompok kontrol dan 14 siswa kelas VB kelompok eksperimen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes, dokumentasi, dan lembar observasi. Teknik analisis data pada ranah kognitif menggunakan uji normalized gain, sedangkan untuk ranah afektif dan psikomotor menggunakan skor akhir.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif penggunaan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Muhammadiyah Gamplong. Hasil rerata gain score ranah kognitif pada kelompok eksperimen sebesar 0,56 dengan kriteria nilai sedang dan kelompok kontrol sebesar 0,21 dengan kriteria nilai rendah. Perbandingan hasil belajar ranah afektif atau sikap ilmiah antara kelompok eksperimen dan kontrol adalah 3,60 dengan kriteria sangat baik untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 3,1 dengan kriteria baik. Pada ranah psikomotor atau keterampilan proses Sains nilai rerata kelompok eksperimen sebesar 3,42 dengan kriteria sangat baik dan kelompok kontrol sebesar 2,62 dengan kriteria baik.

(3)

iii

THE EFFECT OF ASSEMBLING QUANTUM TEACHING MODEL

TOWARD SCIENCE LEARNING OUTCOMES IN 5th GRADE STUDENTS

OF SD MUHAMMADIYAH GAMPLONG

By:

Devi Kusumaningrum NIM 13108244002

ABSTRACT

The aim of the research is to know the effect of assembling Quantum Teaching model toward science learning outcomes in 5th grade students of SD Muhammadiyah Gamplong.

Design of this research was Quasi Experimental with Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design. Subject of the research were 5th grade students of SD Muhammadiyah Gamplong consisting of 14 students 5A as control class group and 14 students 5B as experimental class group. Instrument that used were test, documentation, and observation sheet. Data analysis technique of this research at cognitive domain used normalized gain, meanwhile for affective and psycomotor domain used final score.

The result of the research show that there is a positive effect use Quantum Teaching model toward science learning outcomes in 5th grade students of SD Muhammadiyah Gamplong. The result with gain score average in cognitive domain in experimental class group obtain 0,56 with medium score criteria and control class group obtain 0,21 with low score criteria. Ratio of learning outcomes in affective domain or scientific attitude between experimental class group and control are 3,60 with very good criteria for experimental class group and control class group obtain 3,1 with good criteria. At psycomotor domain or science process skill average score of experimental class group obtain 3,42 with very good criteria and control class group obtain 2,62 with good criteria.

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Devi Kusumaningrum

NIM : 13108244002

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul TAS : Pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Muhammadiyah Gamplong

(5)

v

LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V

SD MUHAMMADIYAH GAMPLONG

Disusun oleh: Devi Kusumaningrum

NIM 13108244002

telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan Ujian Akhir Tugas Akhir Skripsi bagi yang

bersangkutan.

(6)
(7)

vii MOTTO

Mulailah suatu pekerjaan dengan niat, jalankan dengan mengucap Basmalah, selesaikan dengan mengucap Hamdalah

Berikanlah yang terbaik untuk orang yang ingin kau bahagiakan

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah sebuah karya yang merupakan ungkapan pengabdian cinta yang penuh kasih teruntuk:

1. Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya sehingga saya bisa diberikan kesempatan untuk menuntut ilmu hingga sekarang.

2. Orang tua tercinta yaitu Bapak Suharyono dan Ibu Suhartini, S. Pd. I. yang selalu mendukung, memotivasi, serta mendoakan saya selalu.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Muhammadiyah Gamplong” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan belajar sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi.

4. Ibu Woro Sri Hastuti, M. Pd. selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik.

(10)

x

6. Ibu Eni Purwaningsih, S.H., S. Pd. selaku Kepada Sekolah SD Muhammadiyah Gamplong yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas V SD Muhammadiyah Gamplong.

7. Ibu Rohmiyati, S. Pd. selaku guru kelas VA sebagai kolabolator pada saat penelitian di kelas V SD Muhammadiyah Gamplong.

8. Ibu Ismiyatun, S. Pd. selaku guru kelas VB sebagai kolabolator pada saat penelitian di kelas V SD Muhammadiyah Gamplong.

9. Siswa kelas VA dan VB SD Muhammadiyah Gamplong yang telah bersedia sebagai subjek dalam pelaksanaan penelitian.

10. Bapak Suharyono dan Ibu Suhartini, S. Pd. I. yang telah memberikan semangat, motivasi, dukungan, dan doa dalam menyelesaikan pendidikan. 11. Kakakku Husni Widiatmoko, S.H., Erni Wulandari, Arif Kurniawan, S. Kom.

yang selalu memberikan motivasi kepadaku.

12. Teman-teman Prodi PGSD Kelas A angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

(11)

xi

BAB II. KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Model Pembelajaran ... 11

B. Model-model Pembelajaran ... 11

(12)

xii

G. Kerangka Pikir ... 46

H. Hipotesis Penelitian ... 50

I. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 50

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 67

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 102

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah ... 34

Tabel 2. Keterampilan Proses –SD dan Indikatornya ... 36

Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II 40

Tabel 4. Desain Pretes-Postes Grup Kontrol Tidak Secara Random ... 52

Tabel 5. Jumlah Populasi Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Gamplong . 54

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 57

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Observasi Ranah Afektif ... 59

Tabel 8. Kisi-kisi Lembar Observasi Ranah Psikomotor ... 60

Tabel 9. Klasifikasi Hasil Penilaian ... 61

Tabel 10. Koefisien Reliabilitas ... 63

Tabel 11. Kriteria Indeks Kesulitan Soal ... 64

Tabel 12. Kategori Gain Score ... . 66

Tabel 13. Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SD Muhammadiyah Gamplong 68

Tabel 14. Data Distribusi Frekuensi Rata-rata Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 69

Tabel 15. Rata-rata Perbandingan Nilai Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 72

Tabel 16. Data Distribusi Frekuensi Rata-rata Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 74 Tabel 17. Rata-rata Perbandingan Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 77

Tabel 18. Rangkuman Ketuntasan Siswa ... 79

(14)

xiv

Tabel 20. Frekuensi Pretest Hasil Belajar Ranah Kognitif

Kelompok Eksperimen ... 81 Tabel 21. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Postest Kelompok Eksperimen 83 Tabel 22. Frekuensi Postest Hasil Belajar Ranah Kognitif

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 49

Gambar 2. Diagram Batang Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 71

Gambar 3. Diagram Batang Nilai Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 73

Gambar 4. Diagram Batang Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 75

Gambar 5. Diagram Batang Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 78

Gambar 6. Grafik Histogram Pretest Kelompok Eksperimen ... 82

Gambar 7. Grafik Histogram Postest Kelompok Eksperimen ... 84

Gambar 8. Grafik Histogram Pretest Kelompok Kontrol ... 86

Gambar 9. Grafik Histogram Postest Kelompok Kontrol ... 88

Gambar 10. Diagram Batang Rerata Gain Score ... 91

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Nilai UTS Siswa ... 108

Lampiran 2. Hasil Validitas Butir Soal ... 109

Lampiran 3. Hasil Reliabilitas ... 110

Lampiran 4. Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 113

Lampiran 5. Daya Beda Butir Soal ... 114

Lampiran 6. Soal Valid ... 115

Lampiran 7. Kunci Jawaban ... 126

Lampiran 8. RPP Kelompok Eksperimen ... 127

Lampiran 9. RPP Kelompok Kontrol ... 158

Lampiran 10. Materi Pembelajaran ... 177

Lampiran 11. Lembar Observasi Sikap Ilmiah ... 181

Lampiran 12. Lembar Observasi Keterampilan Proses ... 183

Lampiran 13. Data Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen Pertemuan 1... 185

Lampiran 14. Data Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen Pertemuan 2... 186

Lampiran 15. Data Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen Pertemuan 3... 187

Lampiran 16. Rata-rata Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen ... 188

Lampiran 17. Data Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Kontrol Pertemuan 1 ... 189

(17)

xvii

Lampiran 19. Data Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok

Kontrol Pertemuan 3 ... 191

Lampiran 20. Rata-rata Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Kontrol ... 192

Lampiran 21. Rata-rata Nilai Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 193

Lampiran 22. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelompok Eksperimen Pertemuan 1 ... 194

Lampiran 23. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelompok Eksperimen Pertemuan 2 ... 195

Lampiran 24. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelompok Eksperimen Pertemuan 3 ... 196

Lampiran 25. Rata-rata Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelompok Eksperimen ... 197

Lampiran 26. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelompok Kontrol Pertemuan 1 ... 198

Lampiran 27. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelompok Kontrol Pertemuan 2 ... 199

Lampiran 28. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelompok Kontrol Pertemuan 3 ... 200

Lampiran 29. Rata-rata Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa Kelompok Kontrol ... 201

Lampiran 30. Rata-rata Nilai Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 202

Lampiran 31. Hasil Analisis Gain Score ... 204

Lampiran 32. Hasil Analisis Penelitian Deskripsi Statistik ... 205

(18)

xviii

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 9) belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Pengetahuan, menurut Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 13) dibentuk oleh indivdu itu sendiri. Akibat dari individu yang terus berinteraksi dengan lingkungan, terjadi perubahan fungsi intelek yang semakin berkembang. Individu yang belajar akan mengalami perkembangan, untuk itu belajar tidak mengenal umur dan tempat. Belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

(20)

2

Salah satu tujuan pembelajaran Sains/IPA di sekolah dasar berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan tujuan pembelajaran Sains di SD tersebut, IPA mempelajari apa yang ada di sekitar, untuk itu peserta didik diharapkan bisa menerapkan konsep IPA ke dalam kehidupannya sehari-hari. Piaget menuturkan bahwa anak yang berusia 6-11 tahun atau 6-12 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret, pada tahap ini anak sudah mampu untuk berpikir secara logis, tetapi masih perlu dihadirkan benda konkrit. Seperti yang dikemukakan oleh Semiawan (Patta Bundu, 2006: 5) bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep yang abstrak jika belajar melalui benda-benda konkrit dan langsung melakukannya sendiri. IPA yang sejatinya ilmu tentang alam, mempelajari segala obyek yang ada di sekitar. Untuk itu dalam mempelajari IPA, siswa sebaiknya diberikan suatu pengalaman langsung agar dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.

(21)

3

secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP, 2006: 161).

Hasil belajar mengandung tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sedangkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA menurut Patta Bundu (2006: 4) mengandung tiga dimensi utama, yaitu produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut saling terkait satu sama lain. Menurut Semiawan (Patta Bundu, 2006: 5) proses sains sangat penting dikuasai oleh siswa sejak di bangku sekolah dasar, alasannya sebagai berikut: (1) perkembangan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat tidak memungkinkan lagi untuk mengajarkan fakta dan konsep kepada siswa, (2) siswa akan lebih mudah memahami konsep yang abstrak jika belajar melalui benda-benda konkrit dan langsung melakukannya sendiri, (3) penemuan ilmu pengetahuan sifat kebenarannya relatif, (4) dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak bisa dipisahkan dari pengembangan sikap dan nilai. Untuk itu, keterampilan proses akan menjadi penghubung antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai.

(22)

4

dengan sikap ilmiah akan sangat membantu dalam pengembangan sikap-sikap positif dalam diri anak.

Observasi yang dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2016, didapatkan data berupa jumlah siswa dan nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) tahun 2016/2017. Jumlah siswa untuk siswa kelas VA adalah 14 orang dan kelas VB juga 14 orang. Sedangkan rata-rata nilai UTS kelas VA adalah 70,84 dan kelas VB adalah 67,93. SD Muhammadiyah Gamplong masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk semua kelas, dari kelas I sampai kelas VI.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 1 November 2016, terdapat beberapa masalah khususnya dalam pembelajaran IPA seperti pembelajaran yang sering menggunakan metode ceramah atau pembelajaran yang konvensional sehingga siswa kurang begitu aktif ketika pembelajaran berlangsung. Menurut Yatim Riyanto (2012: 280) pembelajaran yang didominasi oleh guru serta guru berperan dan dominan dalam proses pembelajaran dinamakan model pembelajaran langsung.

(23)

5

Pembelajaran lebih menekankan pada produk Sains yakni siswa dituntut untuk sekadar menghafalkan fakta-fakta Sains saja. Keaktifan dan ketertarikan siswa selama KBM juga belum terlihat. Guru terlalu mendominasi selama pembelajaran. Berdasarkan observasi tersebut, dalam pembelajaran IPA guru menggunakan metode ceramah, penugasan, dan tanya jawab. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 19) penggunaan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, dan berbagai variasinya termasuk ke dalam pembelajaran yang konvensional.

Tahapan pembelajaran yang dilakukan guru ketika membelajarkan mata pelajaran IPA adalah penyampaian tujuan pembelajaran, penyajian materi pelajaran dengan metode ceramah, pemberian tugas individu kepada siswa, dan mencocokkan hasil jawaban. Berdasarkan tahapan tersebut, model pembelajaran yang dipakai oleh guru adalah model pembelajaran langsung. Ketika diwawancara, guru tersebut menjelaskan metode yang sering dipakai adalah metode ceramah. Hal ini menunjukkan pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Seperti yang diungkapkan oleh Colin Marsh (Suyono dan Hariyanto, 2011: 21) beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran yang berpusat pada guru yaitu ceramah, penugasan, tanya jawab, dan variasi lainnya. Pembelajaran yang berpusat pada guru kurang memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa, akibatnya siswa menjadi kurang memerhatikan ketika guru sedang mengajar.

(24)

6

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto, 2010: 51). Pembelajaran yang monoton akan mengakibatkan kejenuhan terhadap siswa. Kreativitas anak menjadi kurang terbentuk dan anak akan mudah bosan. Aris Shoimin (2016: 16) mengungkapkan bahwa hasil pengajaran dan pembelajaran di berbagai disiplin ilmu terasa kurang memuaskan. Menurutnya setidaknya ada tiga hal yang memengaruhi. Pertama, pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan dan fakta yang ada sekarang. Kedua, metodologi, strategi, dan teknik yang kurang sesuai dengan materi. Ketiga adalah prasarana yang mendukung selama proses pembelajaran berlangsung. Ketiga hal tersebut saling berkaitan sehingga akan memengaruhi satu sama lain.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang sudah dilakukan, didapatkan permasalahan bahwa guru kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Dengan adanya model pembelajaran yang bervariasi, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga diharapkan dapat berdampak pada hasil belajar siswa. Selain itu, pembelajaran menjadi lebih berpusat kepada siswa (student centered), sehingga siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran secara aktif.

(25)

7

Sa’ud, 2008: 126). Menurut Sa’ud (2008: 130) tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa, melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar dan meningkatkan kehalusan perilaku, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Suatu kegiatan yang bernilai edukatif selalu diwarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Miftahul A’la, 2012:16). Sehubungan dengan hal tersebut,

quantum teaching mempunyai asas bahwa bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Maksudnya adalah langkah pertama dalam mengajar adalah masuki dahulu dunia mereka. Caranya bisa dengan membangun interaksi dengan peserta didik, sehingga pembelajaran tersebut menjadi lebih bernilai edukatif karena adanya interaksi antara guru dan murid.

Dalam model pembelajaran quantum teaching, kerangka rancangan belajar menggunakan TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Menurut Miftahul A’la (2012: 41-43) dengan menggunakan

(26)

8

ikatan emosianal yang baik. Model Quantum teaching ini belum pernah dipakai di SD Muhammadiyah Gamplong.

Dengan alasan tersebut, maka peneliti memilih model pembelajaran Quantum Teaching. Berdasarkan permasalahan dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Muhammadiyah Gamplong”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah di SD Muhammadiyah Gamplong sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

2. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional/pembelajaran langsung sehingga siswa kurang terlibat selama pembelajaran.

3. Pembelajaran IPA masih menekankan pada produk Sains, sehingga siswa terkesan hanya menghafalkan fakta-fakta Sains saja.

4. Proses dan sikap ilmiah siswa belum terlihat dalam pembelajaran. C. Batasan Masalah

(27)

9 D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Muhammadiyah Gamplong?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Muhammadiyah Gamplong.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini untuk menguji efektif tidaknya model Quantum Teaching terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Muhammadiyah Gamplong.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat menjadi alternatif sumber informasi bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu dengan model Quantum Teaching. b. Bagi Siswa

(28)

10

tertarik/antusias terhadap pembelajaran, berbartisipasi aktif, meningkatkan hasil belajar, serta meningkatkan rasa kebersamaan.

c. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu dasar kebijakan kepada pembelajaran di sekolah.

d. Bagi Peneliti

(29)

11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Wisudawati (2014:48) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Trianto (2015: 51) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut Soekamto (Shoimin, 2016:23) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan oleh guru sebagai pedoman yang melukiskan prosedur sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat banyak model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru sebagai perencana pembelajaran. Semua tergantung situasi dan kondisinya (Shoimin, 2016: 24). B. Model-model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

(30)

12

sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Wisudawati (2014:88) berpendapat bahwa PBL digunakan untuk mendukung pola berpikir tingkat tinggi (HOT atau higher-order thinking) dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk belajar “how to learn”.

Peran guru dalam model pembelajaran PBL adalah mengajukan masalah, memberikan pertanyaan dan memfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog (Wisudawati, 2014:88). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan bercirikan adanya permasalahan yang nyata dan digunakan untuk mendukung pola berpikir tingkat tinggi.

Berikut sintaks atau langkah-langkah pembelajaran dalam PBL menurut Arends (Wisudawati, 2014:91):

a. Fase 1: memberikan orientasi suatu masalah pada peserta didik (orient student to the problem)

b. Fase 2: mengorganisasi peserta didik untuk meneliti (organize student for study)

c. Fase 3: mendampingi dalam penyelidikan sendiri maupun kelompok (assist independent and group investigation)

d. Fase 4: mengembangkan dan mempresentasi hasil (develop and present article and exhibits)

e. Fase 5: analisis dan evaluasi dari proses pemecahan masalah (analyze and evaluate the problem-solving process).

Sedangkan langkah langkah pembelajaran PBL menurut Shoimin adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.

(31)

13

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.

d. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu dalam berbagai tugas dengan temannya. e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka serta proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasrkan langkah-langkah model pembelajaran tersebut, inti dari sintaks PBL adalah penjelasan tujuan pembelajaran, pemberian suatu masalah kepada siswa, pengumpulan informasi yang berkaitan dengan masalah, mempresentasikan hasil, serta mengevaluasi pemecahan masalah. Selanjutnya, berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran PBL menurut Shoimin (2016:132):

Kelebihan Kekurangan

Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata

PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

Membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar

Pembelajaran berfokus pada masalah Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok

Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan

Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri

Siswa memiliki kemampuan melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka

(32)

14 2. Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Wisudawati (2014:80) inquiry berarti mengadakan penyelidikan, sedangkan menurut Shoimin (2016: 85) inkuiri merupakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Kunandar (Shoimin, 2016:85) berpendapat bahwa pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran di mana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut, model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran di mana siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri dengan maksdu agar siswa aktif selama pembelajaran. Berikut sintaks model pembelajaran inkuiri menurut Suryanti (Wisudawati, 2014:82):

a. Orientasi

b. Merumuskan masalah c. Menyusun hipotesis d. Mengumpulkan data e. Menguji hipotesis

f. Merumuskan kesimpulan

Sedangkan menurut Piaget (Shoimin, 2016: 85-86) langkah-langkah model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Membina suasana yang responsif di antara siswa.

(33)

15

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.

d. Merumuskan hipotesis/perkiraan yang merupakan jawaban dari pertanyaan tersebut. perkiraan jawaban ini akan terlihat setidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.

e. Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa.

Berdasarkan sintaks tersebut, inti dari langkah-langkah model pembelajaran inkuiri adalah mengidentifikasi persoalan atau permasalahan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan mengambil kesimpulan terhadap permasalahan tersebut. Selanjutnya, berikut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inkuiri menurut Shoimin (2016:86-87):

Kelebihan Kekurangan

Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dianggap lebih bermakna.

Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.

Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya.

Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka

Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar

Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif

Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalkan SD

Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik

(34)

16 Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas

3. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Menurut Wina Sanjaya (2011: 299) model pembelajaran langsung atau biasa juga disebut pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2012: 280) model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran yang didominasi oleh guru, jadi guru berperan penting dan dominan dalam proses pembelajaran. Arends (Shoimin, 2016:64) menjelaskan bahwa model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap.

(35)

17

Soeparman Kardi dan Mohamad Nur (Yatim Riyanto, 2012: 282-284) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut.

1. Memberitahukan tujuan dan menyiapkan siswa

Pada kegiatan ini, bertujuan untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pembelajaran itu.

2. Presentasi dan demonstrasi

Guru memberikan informasi dengan jelas dan spesifik kepada siswa. Guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.

3. Menyediakan latihan terbimbing

Guru memberikan tugas kepada siswa dengan melakukan latihan singkat dan memberikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep atau keterampilan yang dipelajari.

4. Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik

Dapat dilakukan dengan meontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa memberi jawaban kepada guru. Kemudian guru merespon jawaban dari siswa tersebut.

(36)

18

Menurut Wisudawati (2014:102) sintaks dari model pembelajaran direct instruction adalah sebagai berikut.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran, memberikan informasi latar belakang pembelajaran dan memaparkan mengapa pembelajaran tersebut penting. Mempersiapkan peserta didik untuk belajar.

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan secara benar atau mempresentasikan informasi secara step by step.

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan feedback

Guru mengecek untuk melihat apakah peserta didik telah melakukan unjuk kerja secara benar dan memberikan feedback.

Fase 5 Memberikan

kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

(37)

19

Kelebihan Kekurangan

Guru lebih dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.

Karena guru memainkan peranan pusat dalam model ini, kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya sehingga pembelajaran akan terhambat Merupakan cara yang paling efektif

untuk mengajarkan konsep dan eterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun

Dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.

Sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang kurang baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula

Menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.

Memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi).

Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran direct instruction mungkin tidak dapat memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.

Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas

Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat

Dalam model ini terdapat pennekanan pada pencapaian akademik

Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran direct instruction akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa semua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran siswa itu sendiri.

Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat

Umpan balik bagi siswa berorientasi pada akademik

(38)

20

Berdasarkan hasil pengamatan, ketika peneliti mengobservasi pembelajaran IPA di SD Muhammadiyah Gamplong, sintaks yang dipakai guru seperti sintaks direct instruction. Untuk itu, kelas yang terpilih menjadi kelompok kontrol akan menggunakan model pembelajaran yang biasa dipakai oleh guru, yaitu menggunakan model pembelajaran direct instruction.

4. Model Pembelajaran Quantum Teaching

a. Pengertian Quantum Teaching

Quantum teaching berasal dari kata quantum yang artinya interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan teaching yang berarti mengajar. Dengan demikian, quantum teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi yang dimaksud di sini adalah unsur-unsur untuk belajar efektif yang memegaruhi kesusksesan siswa (DePorter, 1999: 5).

Aris Shoimin (2016: 138) mengemukakan bahwa quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Menurutnya, quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis pada lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan-landasan dan kerangka untuk belajar.

Menurut Miftahul A’la (2012: 21) Quantum Teaching menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di kelas. Sedangkan menurut Udin Saefudin Sa’ud (2008: 138) model pembelajaran

(39)

21

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Quantum Teaching merupakan model pembelajaran dengan cara penggubahan belajar yang meriah serta menciptakan lingkungan belajar yang efektif sehingga memengaruhi kesuksesan belajar siswa. Diharapkan dengan model ini siswa menjadi terlibat aktif selama pembelajaran.

b. Asas Quantum Teaching

Bobbi DePorter (1999: 6) mengungkpakan asas utama quantum teaching, yaitu Theirs to Ours, Ours to Theirs. Sedangkan A’la (2012: 27) juga menjelaskan bahwa asas dari Quantum Teaching adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita” dan “ Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksud dari kedua pernyataan tersebut adalah langkah pertama dalam mengajar adalah masuki dahulu dunia mereka. Caranya bisa dengan mengaitkan apa yang diketahui siswa dan dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Setelah hal itu terbentuk, guru bisa membawa dunia mereka masuk ke dalam dunianya.

c. Prinsip Quantum Teaching

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam quantum teaching menurut Bobbi DePorter (1999: 7-8), yaitu:

1) Everything speaks

Everything from your classroom environment to your body language, from the handouts you distribute to the design of your lesson; everything is sending a message about learning.

2) Everything is on purpose

Everything that happends under your orchestration has an intended purpose...everything.

3) Experience before label

(40)

22 4) Acknowledge every effort

Learning involves risking, stepping out of what is comfortable. As students take these steps they are acknowledge for both their competence and their confidence.

5) If it’s worth learning, it’s worth celebrating!

Celebration is the breakfast of champion learners. Celebration provides feedback regarding progress and increases positive emotional associations with the learning.

Arti dari pernyataan tersebut adalah quantum teaching mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

2) Segalanya bertujuan

Segala upaya yang dilakukan oleh guru mempunyai tujuan. 3) Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak berkembang karena adanya rangsangan kompleks, hal itu akan menggerakkan rasa ingin tahu. Proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka mereka memeroleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

4) Akui setiap usaha

(41)

23

5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

Perayaan adalah sarapan bagi pembelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik terhadap kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

Menurut A’la (2012:29-32) Quantum Teaching memiliki empat prinsip, yaitu:

1) Segalanya berbicara

Mulai dari lingkunngan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang dibagikan guru, hingga rancangan pelajaran guru, keseluruhannya mengirim pesan tentang belajar yang akan disampaikan dalam pengajaran tersebut. Jadi semua anggota tubuh dapat dijadikan alat pembelajaran yang akan guru lakukan. 2) Memiliki tujuan

Apa yang disusun dalam pelajaran yang akan diberikan kepada siswa harus mempunyai tujuan dan batasan yang jelas. Hal ini agar dalam pelaksanaan mengajar tidak melenceng dari tujuan utama, karena semuanya sudah dipersiapkan secara matang terlebih dahulu.

3) Mengakui setiap usaha

Pada langkah ini murid berhak atas pengakuan dari kecakapan dan rasa percaya diri mereka.

4) Layak dipelajarai maka layak dirayakan (diberi reward)

(42)

24

Berdasarkan pendapat tersebut, inti dari prinsip-prinsip Quantum Teaching adalah segalanya berbicara, memiliki tujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan (pemberian reward).

d. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching

Quantum teaching mempunyai kerangka rancangan dalam belajar, kerangka tersebut sering disingkat dengan TANDUR yang merupakan kepanjangan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Ulangi, Rayakan. DePorter (1999: 10) menjelaskan keenam langkah tersebut, yakni:

1) Enroll

Creates buy-in by addressing “What’s In It For Me” (WIIFM), and taps into the learner’s life.

2) Experience

Creates or elicits a common experience to which all learners can relate. 3) Label

Provides the key words, concepts, models, formulas, strategies; the “input.”

4) Demonstrate

Provides opportunities for the learner to “show that they know.” 5) Review

Provides the learner with ways to review the material and solidify that, “I know that I know this.”

6) Celebrate

An acknowledgment of completion, participation and acquisition of skills and knowledge.

Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan langkah-langkah belajar dengan model quantum teaching, yaitu:

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan dengan memuaskan “Apa Manfaatnya BAgiKu” (AMBAK),

(43)

25

siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan. Guru memotivasi siswa agar tertarik mengikuti pembelajaran. Tahap ini bisa dilakukan dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari, bisa dengan menampilkan gambar, cerita pendek, ataupun video.

2) Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan awal yang mereka miliki. Guru dapat memberikan tugas kelompok yang berkaitan dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.

3) Namai

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”. Konsep ini didapatkan siswa dengan bantuan guru setelah pengalaman yang telah mereka lewati. Shoimin (2016: 140) menjelaskan bahwa tahap penamaan memacu struktur kognitif siswa untuk memberikan identitas, menguatkan, dan mendefinisikan atas apa yang telah dialaminya. Pemberian nama akan membuat siswa menjadi lebih berkesan atau bermakna setelah melakukan sebuah pengalaman. Hal yang dapat membantu penamaan bisa menggunakan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, poster di dinding, bahkan jembatan keledai dapat dipakai untuk tahap ini.

4) Demonstrasikan

Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan

(44)

26

pribadi (DePorter, 1999: 89). Strategi yang bisa dilakukan untuk tahap ini adalah melakukan penyajian di depan kelas, permainan, menjawab pertanyaan, serta menunjukkan hasil pekerjaan siswa.

5) Ulangi

Sediakan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini.” Pengulangan yang dilakukan guru akan

memperkuat struktur kognitif siswa. Mengulang materi pelajaran dengan menegaskan kembali hal-hal yang paling pokok, tanya jawab dengan siswa apa yang telah dilakukan pada pembelajaran hari itu, serta latihan soal dapat dijadikan untuk memperkuat pengulangan.

6) Rayakan

Sebuah pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan dan ilmu pengetahuan. Perayaan dapat memberi rasa terselesaikannya suatu usaha yang telah dilakukan dengan cara menghormati usaha itu sendiri. Hal ini seperti pada prinsip quantum teaching : Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Guru memberikan umpan balik kepada siswa yang telah bekerja keras dalam hal ini belajar selama KBM berlangsung. Perayaan yang bisa dilakukan guru antara lain dengan pujian, tepuk tangan, bernyanyi bersama, dan lainnya.

Menurut A’la (2012:34-40) terdapat enam langkah-langkah pembelajaran Quantum Teaching, yaitu:

(45)

27

2) Alami, yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.

3) Memberi nama, ini harus disediakan kata kunci, konsep, model, rumus,, strategi: yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi anak.

4) Demonstrasikan, yaitu sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.

5) Ulangi, yakni tunjukkan pada pelajar tentang cara-cara mengulang materi dan menegaskan Aku tahu bahwa aku memang tahu ini.

6) Rayakan, yakni pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan pendapat tersebut, kerangka pembelajaran atau langah-langkah pembelajaran dalam Quantum Teaching disingkat menjadi TANDUR, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Dalam penelitian ini, menggunakan semua kerangka rancangan belajar TANDUR. Kerangka tersebut meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

e. Kelebihan Model Pembelajaran Quantum Teaching

Menurut Aris Shoimin (2016:145-146) terdapat beberapa kelebihan model Quantum Teaching, sebagai berikut:

(46)

28

2) Karena quantum teaching lebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

3) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

4) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan lebih menyenangkan.

5) Merangsang siswa untuk aktif dalam mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.

6) Karena model pembelajaran quantum teaching membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, secara tidak langsung guru terbiasa untuk berpikir kreatif setiap harinya.

7) Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

(47)

29

meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan alasan dan kelebihan-kelebihan tersebut, maka peneliti memilih model quantum teaching untuk diterapkan dalam kelas yang terpilih menjadi kelompok eksperimen.

C. Kajian tentang Hasil Belajar Sains (IPA) di SD 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari dua kata, yakni “hasil” dan “belajar”. Hasil

merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional (Purwanto, 2010: 44). Sedangkan belajar menurut Ahmad Susanto (2015: 4) adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan siswa selama proses belajar sehingga mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

(48)

30

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom dan membaginya menjadi tiga ranah (Nana Sudjana, 2005: 22-23). Ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris.

a. Ranah Kognitif

Ranah ini berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah ini berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah Psikomotoris

Ranah ini berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek dalam ranah psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Menurut Widoyoko (2016:38-61) hasil belajar memuat tiga dimensi, yakni dimensi proses kognitif, afektif, dan psikomotor. Berikut penjelasannya:

a. Kognitif

(49)

31

jenjang mengingat dapat dibedakan menjadi dua, yakni mengenali dan mengingat kembali. Pada kategori memahami, meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses, yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan. Menganalisis terdiri dari tiga proses, yakni membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Jenjang mengevaluasi terdiri dari memeriksa dan mengkritik. Jenjang mencipta berisi tiga proses kognitif, yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

b. Afektif

Ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom, dan Maisa (Widoyoko, 2016:52-58) dibedakan menjadi lima jenjang. Kelima jenjang tersebut adalah receiving/attending (menerima/memperhatikan), responding (menanggapin), valuing (menilai/menghargai), organization (mengatur atau mengorganisasikan), dan characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai).

c. Keterampilan

Ranah keterampilan atau psikomotor menurut Bloom (Widoyoko, 2016:59-61) dibedakan menjadi tujuh. Ketujuh jenjang tersebut yaitu perception (persepsi), set (kesiapan), guided response (respon terpimpin), mechanism (mekanisme), complex over response (respons tampak yang kompleks), adaption (penyesuaian), origination (penciptaan).

(50)

32

menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Penelitian ini menggunakan semua ranah dalam hasil belajar, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor, tetapi untuk ranah kognitif menggunakan proses kognitif menurut Anderson dan Krathwohl, yang meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, serta mencipta.

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wina Sanjaya (2010: 15-20) terdapat beberapa faktor yang memengaruhhi hasil belajar. Faktor tersebut adalah faktor guru, siswa, sarana dan prasarana, serta faktor lingkungan.

a. Faktor guru

Guru merupakan komponen yang menentukan, karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung dengan siswa. Guru berperan sebagai perencana (planer) atau desainer (designer) pembelajaran, sebagai implementator dan atau mungkin keduanya.

b. Faktor siswa

Siswa merupakan organisme yang unik. Setiap siswa berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek latar belakang siswa (pupil formative experiences) dan faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).

c. Faktor sarana dan prasarana

(51)

33

pembelajaran. Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran, karena kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru selama proses pembelajaran.

d. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang memengaruhi proses pembelajaran siswa ada dua, yakni faktor organisasi kelas, seperti jumlah siswa dalam satu kelas, dan faktor iklim sosial psikologis, yaitu keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.

3. Hasil Belajar Sains (IPA) di SD

Hasil belajar Sains di SD adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran sains (Patta Bundu, 2006: 19). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa hasil belajar bukan hanya ranah kognitif saja, melainkan ranah afektif dan psikomotor. Menurut Patta Bundu (2006: 18) hasil belajar sains dikelompokkan berdasarkan hakikat sains itu sendiri, yaitu sebagai produk dan proses. Menurutnya, dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; sedangkan dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

(52)

34

nilai dalam proses keilmuan. Pengukuran dalam sikap ilmiah di SD dapat dikelompokkan sebagai dimensi kemudian dijabarkan dalam indikator-indikator. Berikut dimensi sikap menurut Harlen (Patta Bundu, 2006: 141).

Tabel 1. Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah

Dimensi Indikator

Sikap ingin tahu

Antusias mencari jawaban.

Perhatian pada objek yang diamati. Antusias pada proses sains.

Menyatakan setiap langkah kegiatan. Sikap respek terhadap

data/fakta

Objektif/jujur.

Tidak memanipulasi data. Tidak purbasangka.

Mengambil keputusan sesuai fakta. Tidak mencampur fakta dengan pendapat. Sikap berpikir kritis

Meragukan temuan teman.

Menanyakan setiap perubahan/hal baru. Mengulangi kegiatan yang dilakukan. Tidak mengabaikan data meskipun kecil.

Sikap penemuan dan kreativitas

Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi. Menunjukkan laporan berbeda dengan teman kelas. Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta. Menggunakan alat tidak seperti biasanya

Menyarankan percobaan-percobaan baru. Menguraikan konklusi baru hasil pengamatan.

Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama

Menghargai pendapat/temuan orang lain. Mau merubah pendapat jika data kurang. Menerima saran dari teman.

Tidak merasa selalu benar.

Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif. Berpartisipasi aktif dalam kelompok.

Sikap ketekunan

Melanjutkan meneliti sesudah “kebaruannya” hilang. Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan.

Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelasnya selesai lebih awal.

Sikap peka terhadap lingkungan sekitar

Perhatian terhadap peristiwa sekitar. Partisipasi pada kegiatan sosial.

Menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

(53)

35

Peneliti memfokuskan pada ketiga dimensi sikap tersebut karena sesuai dengan kerangka rancangan belajar TANDUR. Tahap Tumbuhkan, siswa akan diajak oleh guru untuk mengetahui apa manfaatnya bagiku (AMBAK), sehingga memunculkan rasa ingin tahu. Pada tahap Alami, siswa diberikan tugas secara berkelompok oleh guru. Dalam berkelompok, dibutuhkan sikap kerjasama antarsiswa dan pikiran yang terbuka sehingga tugas yang diberikan guru dapat terselesaikan. Pengerjaan tugas juga membutuhkan ketekunan dari tiap siswa, sehingga sikap ketekunan dari semua siswa dapat terlihat.

(54)

36

Tabel 2. Keterampilan Proses –SD dan Indikatornya

Berdasarkan tabel di atas, keterampilan proses yang diambil dalam penelitian ini adalah keterampilan proses observasi, interpretasi, menggunakan alat, eksperimen, komunikasi, dan mengajukan pertanyaan. Hal tersebut karena disesuaikan dengan materi yang dipilih dalam penelitian ini, yaitu materi Cahaya serta sesuai dengan kerangka rancangan belajar TANDUR. Pada kerangka rancangan tersebut mengandung keenam keterampilan proses. Misalnya dalam tahap Alami, guru memberikan tugas kepada setiap masing-masing kelompok untuk melakukan suatu percobaan, dalam kegiatan percobaan tersebut akan terlihat keterampilan proses yang bisa diamati, yakni observasi, interpretasi, menggunakan alat, eksperimen, serta mengajukan pertanyaan. Selanjutnya dalam tahap Demonstrasi, tiap kelompok akan maju menyampaikan hasil percobaannya

Keterampilan Proses Indikator

Observasi (mengamati) Menggunakan alat indera sebanyak mungkin. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai. Klasifikasi (menggolongkan) Mencari perbedaan, mengkontraskan, mencari persamaan, membandingkan, mengelompokkan Aplikasi (menerapkan) Menghitung, menjelaskan peristiwa, menerapkan

konsep yang dipelajari pada situasi yang baru. Prediksi (meramalkan) Menggunakan pola, menghubungkan pola yang

ada, dan memperkirakan peristiwa yang terjadi. Interpretasi (menafsirkan) Mencatat hasil pengamatan, menghubungkan

hasil pengamatan, dan membuat kesimpulan. Menggunakan alat Berlatih menggunakan alat/bahan, menjelaskan

mengapa dan bagaimana alat digunakan. Eksperimen (melakukan

percobaan)

Menentukan alat/bahan yang digunakan, variabel, apa yang diamati/diukur, langkah kegiatan, dan bagaimana data diolah dan disimpulkan.

Komunikasi Membaca grafik, tabel atau diagram,

menjelaskan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sistematis.

(55)

37

yang telah dilakukan bersama teman-temannya, keterampilan proses yang bisa dilihat dalam kegiatan ini adalah komunikasi.

Dalam penelitian ini, siswa dikatakatn tuntas pada ranah kognitif jika memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan di SD Muhammadiyah Gamplong, yakni 60. Pada ranah afektif dan psikomotor, berdasarkan klasifikasi hasil penilaian dengan skala 4 yang sudah dibuat. Skala 4 tersebut meliputi Sangat Baik, Baik, Cukup, dan Kurang.

D. Kajian Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam atau yang biasanya disingkat dengan kata IPA merupakan terjemahan dari kata Bahasa Inggris yaitu Natural Science atau bisa disingkat dengan kata Science. Menurut Iskandar (1996: 2) natural berarti alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Secara harfiah kedua kata tersebut berarti ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang ada di alam.

(56)

38

Sedangkan menurut Susanto (2015: 167) Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa di alam dan terdiri dari fakta, konsep, prinsip, serta teori.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di suatu sekolah. Ada berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran ini dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Menurut Usman Samatowa (2011:6) alasan tersebut diantaranya yaitu: (1) IPA memberi manfaat bagi bangsa, terlihat dari kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, (2) Bila diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis, (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, (4) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Berdasarkan standar isi BSNP (2006: 162) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

(57)

39

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD yakni dapat mengembangkan cara berpikir kritis serta mampu meningkatkan kesadaran dalam melestarikan alam sehingga konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran IPA dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:162) dijelaskan bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

(58)

40

Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat- sifat cahaya Penelitian ini mengambil pokok bahasan materi cahaya yang membahas tentang sifat-sifat cahaya dan pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana.

E. Karakteristik Peserta Didik 1. Tugas-tugas Perkembangan

Anak usia sekolah dasar (SD) yang berumur sekitar 7-12 tahun termasuk ke dalam masa kanak-kanak akhir. Menurut Rita Eka Izzaty dkk., (2013: 103) masa kanak-kanak akhir terjadi berkisar anatar usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai banyak bergaul dengan lingkungan di luar rumahnya. Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir menurut Izzaty (2013:102) adalah sebagai berikut.

a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain,

b. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri,

c. Belajar bergaul dengan teman sebaya,

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita,

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung,

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari,

g. Mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai,

(59)

41

Menurut Syamsu Yusuf LN (2011: 69-71) terdapat beberapa tugas perkembangan pada masa sekolah, yakni:

a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai

makhluk biologis,

c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya,

d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya,

e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung, f. Belajar mengembangka konsep sehari-hari,

g. Mengembangkan kata hati,

h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, dan

i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaganya.

Tugas perkembangan ini merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; dan apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya (Syamsu Yusuf LN, 2011: 65). Secara garis besar guru di sekolah memiliki peran atau andil yang besar dalam membantu siswa menyelesaikan tugasnya. Keberhasilan tugas perkembangan siswa nantinya juga akan diwarnai dengan lingkungan keluarga, sekolah, serta teman sebaya dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik.

2. Perkembangan Kognitif Anak Usia SD

Gambar

Tabel 2. Keterampilan Proses –SD dan Indikatornya
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 4. Desain Pretes-Postes Grup Kontrol Tidak Secara Random
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumah kayu bongkar pasang direncanakan secara sederhana karena yang lebih diutamakan adalah pembuatan detail sambungan dan penggunaan alat sambung dari besi selain

Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi, yaitu laba atau rugi. Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan.. keuangan

Sehingga kekerasan rata-rata ketiga specimen tersebuat yaitu 62.2 HRc dan jika dibandingkan dengan kekerasan standard baja karbon rendah sesuai tabel 1 yaitu 64

Telah bercerita kepada kami Yahya bin Musa telah bercerita kepada 'Abdur Razzaq telah bercerita kepada kami Ibnu Juraij berkata telah mengabarkan kepadaku Ibnu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk adalah Guru merencanakan suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang

Penggunaan abreviasi prokem slang pada situs

Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai.. Durian Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto Provinsi

Didalam Penulisan Ilmiah ini penulis membahas bagaimana membuat suatu sistem penyewaan baju pengantin pada sebuah salon dengan memanfaatkan teknologi komputerisasi, karena pada saat