• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya, “pembelajaran kelompok merupakan model

pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.37

Eggen dan Kauchak dalam Trianto mendefinisikan “pembelajaran

kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.38

Di pihak lain menurut Slavin dalam Solihatin, “pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.39

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan

37

Sanjaya, op.cit., h. 194.

38

Trianto, op. cit., h. 58.

39

Etin Solihatin, Cooperatif Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. I, h. 4.

sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton dalam Trianto, terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.

2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3) Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya

sekadar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman

sekelompoknya.

4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5) Proses Kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.40

Dalam pembelajaran konvensional juga dikenal belajar kelompok. Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsipil antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.2 dibawah ini.

40

Tabel 2.2

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat meberikan bantuan

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan

anggota kelompok lainnya “enak

-enak saja” di atas keberhasilan

temannya yang dianggap

“pemborong”

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya.

Kelompok belajar biasanya homogen

Ketua kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Ketua kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih ketuanya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan

Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung

Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas41

c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya sebagaimana berikut ini:

1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar.

5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage

waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggungjawab kelompoknya.

7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.42

Sanjaya juga mengemukakan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

41

Ibid., h. 58-59.

42

1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang perlu waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa akan mengerti dan memahami filsafat

cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

2) Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.

5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.43

Menerapkan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah tantangan yang besar dan pengalaman yang menarik bagi seorang guru. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sanjaya, ada lima kelemahan dalam pembelajaran kooperatif. Di mana kelima hal tersebut haruslah menjadi pokok perhatian para guru dalam menjalankan pembelajaran kooperatif agar guru dapat mensiasati kelemahan tersebut, sehingga proses pembelajaran kooperatif benar-benar dapat berjalan secara efektif dan menyenangkan. Menurut hemat penulis, guru dapat mensiasati kelemahan-kelemahan tersebut sebagai berikut:

1) Berkaitan dengan sulitnya memberikan pemahaman dan pengertian akan filosofis pembelajaran kooperatif dalam waktu yang cepat, sebaiknya guru memberikan ice breaking sebelum memulai pelajaran

43

yang berkaitan dengan filosofis pembelajaran kooperatif, baik berbentuk games, cerita atau tayangan visual sederhana yang menyenangkan. Sehingga siswa dapat lebih cepat dan mudah mencerna akan filosofis pembelajaran kooperatif.

2) Berkaitan dengan peer teaching atau tutor sebaya yang kurang efektif, selain guru yang harus lebih aktif berkeliling kelas untuk membantu

peer teaching yang kurang efektif, guru sebaiknya menyiapkan handout

yang berisi langkah-langkah praktis berkenaan dengan sistematika materi pokok dalam setiap materi pelajaran.

3) Berkaitan dengan penilaian dalam pembelajaran kooperatif yang didasarkan kepada hasil kerja kelompok, sebaiknya dalam setiap penilaian, guru juga harus memiliki catatan khusus berkenaan dengan penilaian individu siswa.

4) Berkaitan dengan keberhasilan kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok yang memerlukan periode yang cukup panjang, sebaiknya guru juga melakukan pendekatan di luar jam belajar kepada siswa dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik siswa terhadap kesadaran berkelompok. Guru juga bisa bekerjasama dengan seluruh civitas akademik sekolah, maupun dengan orangtua siswa dalam menumbuhkan budaya kebersamaan. Sehingga diharapkan kesadaran berkelompok dalam pembelajaran kooperatif di kelas tidak akan memerlukan periode yang cukup panjang.

5) Berkaitan dengan banyaknya aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual, di mana hal tersebut berseberangan dengan filosofi pembelajaran kooperatif, guru sebaiknya memang harus mampu mampu membangun kepercayaan diri siswa sebagaimana yang telah dikemukakan Sanjaya di atas, dengan cara melakukan pendekatan personal dan menyelami setiap individu siswa yang menjadi anak didiknya.

d. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi dari model tersebut, yaitu STAD atau Student Teams Achievement Division

(Pembagian Pencapaian Tim Siswa), TGT atau Teams Games Tournament

atau (Turnamen Game Tim), Jigsaw (Teka Teki), CIRC atau Cooperative

Integrated Reading and Composition (Mengarang dan Membaca Terintegrasi

yang Kooperatif) dan TAI atau Team Accelerated Instruction. Kelima model ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan

sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. “Tiga diantaranya

(STAD, TGT dan Jigsaw) adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas. Sedangkan dua yang lain (CIRC dan TAI) adalah kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat

kelas tertentu”.44

4. Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament