• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

4. Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament a.Pengertian Pembelajaran TGT

“Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries

dan Keath Edward”.45

Pada pembelajaran ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

Model pembelajaran kooperatif teams games tournament adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif teams games tournament

44

Robert E. Slavin, Coopertive Learning; Teori, Riset, dan Praktik, Terj. dari Cooperative Leraning: Theory, Research and Practice oleh Nurulita, (Bandung: Nusa Media, 2009), Cet. IV, h. 11.

45

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Secara umum teams games tournament sama saja dengan student teams achievement division, namun teams games tournament menggantikan kuis dengan turnamen akademik, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Ada 4 langkah atau komponen utama yang dilakukan dalam TGT yaitu:46

1) Presentasi di kelas

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi itu haruslah benar-benar berfokus pada unit teams games tournament.

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game dalam turnamen.

3) Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa yang mewakili tim yang berbeda. 4) Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan tim sudah melaksanakan kerja tim terhadap lembar kegiatan.

4) Rekognisi Tim

Menentukan skor tim dan memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

b. Langkah-langkah Pembelajaran TGT

1) Persiapan model pembelajaran kooperatif teams games tournament: a) Materi

Materi dalam model pembelajaran kooperatif teams games

tournament dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran

46

berkelompok, oleh karena itu, guru harus mempersiapkan handout

yang berisi materi yang akan menjadi bahan pokok dalam presentasi kelas dan yang harus dikuasai pada saat belajar kelompok. Selain itu guru juga harus mempersiapkan soal-soal turnamen dan langkah-langkah praktis model pembelajaran kooperatif teams games tournament dalam bentuk tertulis yang berisi aturan main di setiap langkah pembelajarannya untuk memudahkan siswa dalam proses belajar.

b) Membagi siswa ke dalam kelompok belajar

Dalam kelompok belajar, guru harus mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi 6-9 kelompok yang kemampuannya heterogen. Cara pembentukan kelompok belajar dilakukan dengan mengurutkan siswa dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas berdasarkan kemampuan akademiknya (bisa di lihat dari hasil ujian terakhir), dan daftar siswa yang telah diurutkan tersebut dibagi menjadi 4 bagian yaitu bagian kriteria nilai tinggi, rata-rata atas, rata-rata bawah dan rendah. Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya.

c) Membagi siswa ke dalam kelompok turnamen

Dalam turnamen, guru harus mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi 8-12 kelompok turnamen yang terdiri dari 3 orang yang memiliki kemampuan akademik homogen. Cara pembentukan kelompok turnamen dilakukan dengan melihat prestasi akademik atau kriteria nilai masing-masing individu.

d) Media

Guru harus membuat 8-12 set kotak kartu bernomor yang masing-masing kotak berisi kartu bernomor yang jumlahnya setara dengan jumlah soal turnamen yang telah dibuat. Guru juga sebaiknya membuat nametag untuk setiap siswa yang berisi kode kelompok belajar dan kode kelompok turnamen untuk memudahkan siswa

menemukan teman kelompok belajarnya maupun kelompok turnamennya. Guru juga membuat lembar skor game turnamen untuk setiap kelompok.

e) Penghargaan Kelompok

Guru harus mempersiapkan hadiah yang akan diberikan pada kelompok terbaik, bisa berupa sertifikat, alat tulis, makanan dan sebagainya yang menyenangkan siswa.

2) Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teams games tournament

a) Tahapan pertama: presentasi kelas

Pada awal pembelajaran, saat absensi kelas, guru membagikan satu buah nametag, satu buah handout dan satu lembar langkah-langkah praktis model pembelajaran kooperatif teams games tournament

pada masing-masing siswa. Kemudian setelah apersepsi, ice breaking, penyampaian indikator pembelajaran dan penjelasan langkah-langkah praktis model pembelajaran kooperatif teams games tournament, guru mempresentasikan materi pembelajaran. b) Tahapan kedua: belajar kelompok (tim)

Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok belajarnya masing-masing sesuai keterangan kode kelompok belajar yang ada pada nametag. Kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnis. Guru meminta kepada siswa untuk belajar dalam kelompok belajarnya dan memperhatikan aturan main yang ada dalam tahap belajar kelompok. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Biasanya belajar kelompok ini mendiskusikan masalah bersama-sama, membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang salah tentang suatu materi. Kelompok merupakan bagian yang utama dalam model pembelajaran kooperatif teams

games tournament. Dalam segala hal, perhatian ditempatkan pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik untuk kelompok dan dalam kelompok melakukan yang terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota yang tidak memahami materi, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggungjawab untuk menjelaskan materi tersebut. Jika dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang memahami materi tersebut, maka siswa bisa meminta bimbingan guru. Dalam model pembelajaran kooperatif

teams games tournament guru bertugas sebagai fasilitator yang berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan.

c) Tahapan ketiga: Game Turnamen

Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok turnamennya masing-masing sesuai keterangan kode kelompok turnamen yang ada pada nametag. Kelompok biasanya terdiri dari 3 siswa yang anggotanya homogen, dilihat dari prestasi akademik masing-masing siswa. Alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:47

Gambar 2.1

Alur Penempatan Peserta pada Meja Turnamen

47

Pada turnamen ini mereka akan memainkan game akademik yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari presentasi kelas dan belajar kelompok. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga atau empat siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Penjelasan dari gambar di atas diuraikan sebagai berikut:

 Kelompok A terdiri dari 4 siswa yaitu A-1, A-2, A-3, dan A-4, kelompok B terdiri dari 4 siswa yaitu B-1, B-2, B-3, dan B-4, dan kelompok C terdiri dari C-1, C-2, C-3, dan C-4. Kelompok A, B, dan C merupakan kelompok belajar.

 A-1, B-1, dan C-1 saling dipertandingkan dimeja 1 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan tinggi semua. A-2, B-2, dan C-2 saling dipertandingkan di meja 2 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan rata-rata atas semua. A-3, B-3, dan C-3 saling dipertandingkan di meja 3 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan rata-rata bawah semua. A-4, B-4, dan C-4 saling dipertandingkan di meja 4 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan rendah semua. Setelah masing-masing siswa berada dalam kelompok turnamen berdasarkan prestasi akademik masing-masing, kemudian guru membagikan satu set seperangkat soal turnamen. Satu set seperangkat turnamen terdiri dari 1 kotak kartu bernomor, soal

game turnamen, lembar jawaban game turnamen dan lembar skor

game turnamen. Semua seperangkat soal untuk masing-masing kelompok adalah sama. Adapun bentuk game turnamen secara rinci diuraikan sebagai berikut:

 Pertama, Guru meminta siswa menentukan jabatan pertama masing-masing siswa yaitu pembaca, penantang 1 dan penantang 2.

 Kedua, Guru mendemonstrasikan kepada siswa aturan main dalam game turnamen. Dimana pembaca mengambil kartu bernomor dan melihat nomor berapakah yang berada di dalam kartu. Misalnya kartu bernomor 8, maka pembaca melihat, membaca dan menjawab soal nomor 8 di lembar soal game turnamen dengan suara keras di hadapan penantang 1 dan penantang 2. Jika penantang 1 merasa jawaban pembaca salah, penantang 1 boleh menantang dengan memberi jawaban berbeda atau boleh melewatinya. Jika penantang 1 melewati, penantang 2 baru boleh menantang atau boleh melewati, kemudian penantang 2 memeriksa lembar jawaban. Jika ada yang menjawab benar, dia berhak menyimpan kartu bernomornya. Tapi jika ada yang salah, harus mengembalikan kartu bernomor yang dimiliki ke dalam kotak (jika ada). Kemudian bergantian jabatan dengan memutar, penantang 1 menjadi pembaca dan seterusnya.

d) Tahapan keempat: rekognisi tim

Setelah turnamen selesai, siswa menjumlahkan kartu yang mereka dapat dan menuliskannya di lembar skor game turnamen. Siswa menyerahkan kembali satu set perlengkapan game turnamen. Guru mengambil lembar skor game turnamen dan memberikan poin turnamen pada masing-masing siswa dan menjumlahkan skor yang didapatkan pada masing-masing siswa pada game turnamen dalam kelompok belajarnya. Berikut contoh perhitungan poin turnamen dengan tiga pemain menurut Slavin dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini: 48

48

Tabel 2.3

Perhitungan Poin Turnamen untuk Tiga Pemain

Pemain Tidak ada

yang seri Seri nilai tertinggi Seri nilai terendah Seri 3-macam Peraih skor tertinggi

60 poin 50 poin 60 poin 40 poin

Peraih skor tengah

40 poin 50 poin 30 poin 40 poin

Peraih skor rendah

20 poin 20 poin 30 poin 40 poin

Kemudian guru memberikan penghargaan kelompok pada kelompok-kelompok terbaik dengan hadiah berupa sertifikat, alat tulis, makanan dan sebagainya. Menurut Slavin, diberikan 3 tingkat penghargaan, yang didasarkan pada skor rata-rata tim, dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini:49

Tabel 2.4

Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

40 Tim Baik

45 Tim Sangat Baik

50 Tim Super

Pendidik boleh memberikan sertifikat kepada tim-tim yang memenuhi kriteria. Tim baik hanya akan menerima ucapan selamat di dalam kelas. Selain atau sebagai tambahan sertifikat tim, tim yang sukses bisa ditampilkan pada papan mingguan, menempatkan foto dan nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apapun yang dilakukan untuk merekognisi tim berprestasi, sangat penting untuk mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu (bukan hanya kesuksesan individu) merupakan sesuatu yang penting, karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu timnya belajar.

49

c. Pembelajaran TGT dan Prestasi Belajar

Model pembelajaran kooperatif teams games tournament adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif teams games tournament

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Model pembelajaran kooperatif teams games tournament dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. “prestasi belajar ialah hasil yang telah dicapai atau penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.50

Prestasi belajar yang ingin dicapai seorang siswa merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Model pembelajaran kooperatif teams games tournament merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.

Slavin menyatakan dalam tabel bahwa persentase kajian model pembelajaran kooperatif teams games tournament sebesar 100% positif secara signifikan dalam 8 kajian.51 Okebukola dalam slavin juga berpendapat

bahwa, “mengajar ilmu pengetahuan di Nigeria, menemukan pencapaian yang

substansial jauh lebih besar pada STAD dan TGT sebagai model-model yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggungjawab individu, daripada dalam

bentuk Jigsaw dan lainnya”.52Slavin juga menyatakan bahwa, “sebuah kajian

selama 2 tahun terhadap sekolah-sekolah yang menggunakan pembelajaran kooperatif pada sebagian besar pengajaran harian mereka menemukan bahwa siswa dengan pencapaian tinggi, sedang dan rendah semuanya berhasil

50

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Loc. Cit.

51

Robert E. Slavin, op.cit., h. 86.

52

meraih pencapaian lebih baik dibandingkan kontrol pada tingkat pencapaian

serupa”.53

Dari uraian di atas dapat menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teams games tournament dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.

d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT

Seperti halnya model pembelajaran kooperatif yang lain teams games tournament juga mempunyai keunggulan dan kelemahan, keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif teams games tournament secara inplisit dikemukakan Slavin dalam laporan hasil penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa dan keluaran lain yang diperoleh selain pencapaian. Keunggulannya sebagai berikut:

1) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan

pencapaian belajar siswa, ditemukan hasil bahwa “para siswa TGT dengan pencapaian tinggi, sedang dan rendah semuanya berhasil meraih pencapaian lebih baik dibandingkan kontrol pada tingkat pencapaian

serupa”.54

2) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan hubungan

antarkelompok, ditemukan hasil bahwa “para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari luar kelompok rasial mereka daripada siswa yang ada dalam kelas kontrol”.55

3)

Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan

mainstreaming (khusus bagi remaja-remaja dengan gangguan emosi),

ditemukan hasil bahwa “para siswa TGT melakukan tugasnya lebih baik secara signifikan daripada siswa yang ada di kelas kontrol, berkurangnya perilaku mengganggu di dalam kelas TGT dibandingkan

53 Ibid., h. 90. 54 Ibid. 55 Ibid., h. 106.

dengan kelas kontrol dan jumlah kehadiran di kelas TGT yang lebih tinggi dibandingan dengan kelas kontrol”. 56

4) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif pada norma kelompok dalam mendukung pencapaian prestasi individual, ditemukan hasil bahwa “adanya pengaruh positif TGT pada skala kuesioner yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan seperti „siswa di dalam kelas ingin agar aku masuk sekolah tiap hari‟ dan „siswa lain ingin agar aku bekerja keras di dalam kelas ini‟”.57

5) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan lokus kontrol, ditemukan hasil bahwa “TGT meningkatkan perasaan para siswa bahwa hasil yang mereka keluarkan tergantung pada kinerja dan bukannya pada keberuntungan”.58

6) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan perilaku

dalam kelas, ditemukan hasil bahwa “siswa berprestasi rendah yang

melaksanakan TGT, lebih sedikit yang menerima skors dan dikeluarkan saat jam belajar dibandingkan dengan siswa yang berada di dalam kelas

kontrol”.59

7) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif kesukaan terhadap teman sekelas dan merasa disukai oleh teman sekelas,

ditemukan hasil bahwa “TGT meningkatkan skor skala kuesioner

perhatian-mutual siswa, tetapi tidak pada skala keterpaduan atau pada

jumlah teman yang disebutkan”.60

8) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan perilaku kooperatif di sekolah, ditemukan hasil bahwa “para siswa yang pernah mengikuti TGT menunjukkan kerja sama verbal dan non verbal yang lebih banyak dan kompetisi yang lebih sedikit daripada para siswa kelas

kontrol”.61 56 Ibid., h. 121. 57 Ibid., h. 128. 58 Ibid., h. 129. 59 Ibid., h. 131. 60 Ibid., h. 135. 61 Ibid., h. 138.

Adapun kelemahannya, yaitu:

1) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan rasa harga diri, ditemukan hasil bahwa “TGT meningkatkan rasa harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka”.62

Menyikapi kelemahan pada TGT ini, dikemukakan pula oleh Slavin bahwa guru dapat memadukan TGT dengan model pembelajaran kooperatif yang lainnya dalam meningkatkan rasa harga diri akademik mereka.

2) Dalam hasil penelitian terhadap pembelajaran kooperatif dan waktu

mengerjakan tugas, ditemukan hasil bahwa “TGT memiliki proporsi

waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol”.63

Menyikapi proporsi waktu yang lebih tinggi pada model pembelajaran kooperatif TGT ini, guru dapat mengadakan tahapan penghargaan kelompok yang merupakan bagian dari model TGT ini di luar jam belajar seperti pada waktu istirahat atau jam pulang sekolah sehingga dapat mengurangi proporsi waktu yang tinggi.