• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

2.1.2.5.1 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Jigsaw II merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang diadopsi dan dimodifikasi oleh Slavin dari Jigsaw yang pertama kali dikembangkan oleh Aronson (Huda, 2012:118). Slavin (2008:237) memberikan beberapa informasi mengenai Jigsaw II. Beberapa informasi yang berkaitan dengan Jigsaw II ini adalah bahwa dalam Jigsaw II siswa bekerja dalam tim yang heterogen terdiri dari 4 atau 5 anggota. Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah materi berbentuk narasi tertulis untuk subjek– subjek seperti pelajaran ilmu pengetahuan sosial, sebagian ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang lain yang tujuan pembelajarannya pada penguasaan konsep daripada penguasaan keterampilan. Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami. Menurut Huda (2012:118) dalam Jigsaw II, kelompok berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota.

Poin dalam kelompok akan bertambah apabila masing-masing individu dalam kelompok juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan yang sebelumnya.

Jigsaw I , II, dan III memiliki perbedaan. Perbedaan yang mendasar antara Jigsaw I dan Jigsaw II yang sekaligus menjadi ciri khusus dari Jigsaw II adalah, menurut Trianto (2009:75) pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep yang lain didapatkan melalui diskusi dengan teman-temannya di dalam kelompok. Pada tipe II setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum siswa belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert) untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Jigsaw II apabila dibandingkan dengan Jigsaw III juga jelas perbedaannya, bahwa dalam Jigsaw III diterapkan untuk kelas bilingual sedangkan Jigsaw II diterapkan pada kelas yang bukan bilingual. Kunci dalam Jigsaw II adalah setiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik saat penilaian. Menurut Huda (2012:118), dalam Jigsaw II setiap kelompok berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan diperoleh dari performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa dari hasil sebelumnya saat ditugaskan mengerjakan kuis.

Jigsaw II dirancang lebih baik dari Jigsaw I. Jigsaw II merupakan penyempurnaan dari Jigsaw I, adanya penghargaan terhadap kelompok siswa yang mencapai target dapat menjadi motivasi bagi kelompok untuk terus berprestasi dan juga menjadi motivasi bagi kelompok yang lain untuk lebih meningkatkan

prestasi mereka. Masing-masing siswa di dalam kelompok mempelajari konsep secara umum terlebih dahulu, sehingga mereka akan mendapat gambaran secara umum sebelum memperoleh informasi dari teman lain yang ahli dalam sub bab materi tertentu. Bertolak dari perbedaan antara Jigsaw I dan II maka Jigsaw II maka harapannya pengaruh yang dihasilkan dari penerapan Jigsaw II lebih baik dari Jigsaw I.

2.1.2.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II (Trianto, 2009:75) adalah orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup, tes, serta pengakuan kelompok.

Orientasi, merupkan langkah dimana guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Guru memberikan penekanan manfaat penggunaan Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Pendidik selalu mengingatkan untuk selalu percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini. Peserta didik diminta untuk belajar kosep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan konsep. Pemahaman konsep bisa dijadikan tugas yang sebelumnya harus dibaca di rumah.

Pengelompokan, dapat dilakukan dengan bantuan guru. Guru sudah mengetahui kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu dan melakukan pe-rangkingan yang tidak perlu diketahui oleh siswa. Sebagai contoh, sebuah kelas dengan jumlah siswa 20. Pengelompokan dapat dimulai dengan cara membagi 25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya (rangking 11-15) kelompok sedang, 25% (rangking 15-20) kelompok rendah. Setelah melakukan pe-rangkingan selanjutnya adalah membagi

siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh, 1 kelas dibagi menjadi 6 kelompok (kelompok 1 sampai kelompok 6), dengan isi setiap kelompoknya adalah heterogen. Setiap kelompok berisi siswa A, B, C, D, E, F.Kelompok yang terbentuk pada tahap ini disebut kelompok asal. Kelompok asal akan digambarkan pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Kelompok Asal

Pembentukan dan pembinaan kelompok expert, dimana kelompok asal yang telah terbentuk dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari sub bab materi yang akan diberikan dan didampingi untuk menjadi expert (ahli). Siswa A didalam masing-masing kelompok mempelajari materi A, siswa B didalam masing-masing kelompok mempelajari materi B, begitu pula dengan siswa C, D, dan E mempelajari materinya masing-masing. Siswa yang mendapatkan materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok yang baru. Sebagai contoh, A1 merupakan siswa yang mempelajarai materi A dan berasal dari kelompok 1. Kelompok-kelompok ini yang selanjutnya disebut kelompok ahli. Gambaran dari kelompok ahli adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kelompok Ahli 4 A, B, C, D, E, F 5 A, B, C, D, E, F 6 A, B, C, D, E, F

A1, A2, A3, A4, A5, A6 B1, B2, B3, B4, B5, B6 C1, C2, C3, C4, C5, C6 D1, D2, D3, D4, D5, D6

E1, E2, E3, E4, E5, E6 F1, F2, F3, F4, F5, F6 1 A, B, C, D, E, F 2 A, B, C, D, E, F 3 A, B, C, D, E, F

Setiap kelompok mendapatkan sub bab meteri yang harus dipelajari. Mereka diharapkan untuk mempelajari sub bab atau topik yang dipelajari sebaik-baiknya sebelum kembali ke kelompok asalnya.

Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam grup, dimana siswa yang ahli dalam konsep tertentu) masing-masing kembali dalam kelompok atau grup asal mereka. Keenam grup yang ada (1-6) memiliki ahli dalam konsep tertentu. Guru mempersilakan anggota grup satu persatu untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari pada kelompok ahli atau (expert). Proses ini diharapkan terjadi sharing pengetahuan. Ada beberapa aturan terkait dengan fase ini. Aturan tersebut adalah bahwa siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan. Setiap siswa bertanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan yang baru sehingga tidak ada yang selesai belajar sebelum setiap anggota menguasai konsep. Siswa diharapkan untuk bertanya kepada anggoa kelompok yang lainnya sebelum bertanya ke guru apabila ada pertanyaan. Pembicaraan terkait dengan materi dilakukan pelan agar tidak mengganggu kelompok yang lain. Diskusi diakhiri dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.

Tes (penilaian), tahap dimana guru memberikan tes dalam bentuk tertulis untuk dikerjakan siswa yang memuat seluruh konsep yang telah didiskusikan bersama. Siswa tidak boleh bekerja sama di dalam mengerjakan tes.

Pengakuan kelompok, didasarkan pada skor yang diperoleh oleh siswa. Skor yang dimaksud berdasarkan pada skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang siswa peroleh, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa memberikan

sumbangan kepada kelompok berupa poin maksimum yang dapat diberikan kepada kelompoknya dalam sistem skor kelompok yang didasarkan pada skor kuis yang melampaui skor dasar mereka. Skor individual dalam tim diperoleh dari poin kemajuan. Poin kemajuan didapatkan dari skor kuis dibandingkan dengan skor awal. Pengakuan kelompok menggunakan perhitungan skor dihitung seperti pada STAD (Slavin, 2008:241). Penentuan poin kemajuan akan ditampilkan pada tabel

Dokumen terkait