PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
JIGSAW
II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Armawan
NIM: 101134095
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
JIGSAW
II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Armawan
NIM: 101134095
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iii
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu
menganugerahkan kasihNya, membimbing dan menemani
langkahku
Pibadi saya sebagai calon pendidik
Segenap keluarga, terutama orang tuaku, pakdheku, dan
kekasihku yang selalu memberi kasih sayang, dukungan dan
restu
Dosen pembimbing yang selalu mmberikan bimbingan dan
arahan, serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini
Para dosen di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) Universitas Sanata Dharma yang membimbing dan
mendidikku mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik
Teman-teman yang selalu menemani berproses dan memberi
semangat
v
MOTTO
Bersabar karena segala sesuatu akan indah tepat pada
waktuNya
Sertakan Tuhan dan lakukan segala sesuatu atas namaNya
Tuhan tidak pernah tidur, Dia tahu apa yang kita butuhkan
Semangat, Bersyukur, Berjalan bersama Yesus
Tidak ada usaha yang sia-sia
Kalau aku mau aku pasti bisa
Melakukan segala sesuatu atas nama Tuhan
Berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap apapun yang
kita kerjakan
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Juni 2014
Yang menyatakan,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Armawan
Nomor Mahasiswa : 101134095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 11 Juni 2014
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW II
Armawan
Universitas Sanata Dharma 2014
Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum diketahuinya perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta pada tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 62 siswa. Sampel kelompok kontrol adalah siswa kelas VA yang berjumlah 31 siswa, sedangkan sampel kelompok eksperimennya adalah siswa kelas VB yang berjumlah 31 siswa juga. Penelitian ini menggunakan instrumen jenis tes tipe pilihan ganda yang berjumlah 20 yang valid dan reliabel. Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan program IBM 20 SPSS Statistics for Windows 32-bit.Uji validitas menggunakan korelasi point biserial dengan taraf signifikansi 0.05 dan nilai r tabel 0.361. Uji reliabilitas menggunakan rumus
Alpha Cronbach dan hasilnya koefisien reliabilitas soal adalah 0.892 (termasuk dalam kualifikasi tinggi). Teknik pengumpulan data menggunkan soal pretest dan
posttest yang diberikan kepada siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis data menggunakan bantuan program IBM 20 SPSS Statistics for Windows 32-bit dengan independent sample t-test
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0.039 (atau < 0.05). Peningkatan prestasi belajar pada kelompok eksperimen adalah 77.17 %, sedangkan peningkatan prestasi belajar pada kelompok kontrol adalah 73.93 %. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan peningkatan prestasi belajar pada kelompok kontrol.
ix
ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF SOCIAL SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT IN 5th GRADE PIMARY SCHOOL
TO THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE II COOPERATIVE LEARNING MODEL application of Jigsaw type II cooperative learning model on the material related to respects the merit and the role of struggling figures in preparing the independence of Indonesia.
The type of this research is quasi experimental with non-equivalent control group design.The research population are the 5th grade students of Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Elementery School in 2013/2014 study year. They were 62 students. The samples of control class were 5th grade students in VA class with 31 students, while samples of experiment class were 5th grade students in VB with 31 students too. The researcher used multiple choices test as instruments. There were 20 items which valid and reliable. The validity and reliability test in this research was assist used IBM 20 SPSS Statistics for Windows 32-bit. Validity test techniques used Point Biserial Correlation with signification level 0.05 and r score table is 0.361. Reliability test formula used in this research was Alpha Cronbach with reliability coefficient 0.892 (included in high qualification). The data collecting technique was conducted using pretest and postest questions was given to students of experiment and control groups. Data analysis was conducted using IBM 20 SPSS Statistics for Windows 32-bit with
Independent sample t-test.
The results of the research showed that there were differences of IPS learning achievement in 5th grade students of Kanisius Wrobrajan Yogyakarta Elementary School to the application of Jigsaw type II Cooperative Learning Model which was proven from the results of hypothesis test showing that signification level obtained was 0.039 ( or < 0.05). The improvement of learning achievement in the experimental group is 77.17 %. Meanwhile, the increase of control group is 73.93 %. It is showed that the increase of leraning achievement in the experiment group is bigger than control group.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karuniaNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skkripsi dengan judul
‘‘PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW II‘‘
Maksud penulisan skripsi ini adalah untuk memnuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., Kepala Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Drs. YB. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing I yang selalu sabar
memberikan bimbingan dan arahan.
4. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing II yang selalu sabar
memberikan bimbingan dan arahan.
5. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan memberikan
pelayanan dengan baik.
6. Hr. Klidiatmoko, S.Pd., Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan yang
telah mengijinkan peneliti untuk untuk melakukan penelitian.
7. Ch. Tri Lestari, S.Pd., serta Lia Pratiwi, S.Pd., guru Kalas VB SD Kanisius
Wirobrajan atas kerja sama dan bantuannya untuk melakukan penelitian.
8. Siswa dan siswi kelas VA dan VB SD Kanisius Wirobrajan tahun ajaran
2013/2014 yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.
9. Seluruh guru dan karyawan SD Kanisius Wirobrajan yang telah
xi
10.Kedua orang tuaku Sumaryono dan Trimah (alm) yang telah memberikan
kasih sayang, doa, restu, dukungan.
11.Sudi Sutrisno, pakdheku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
bantuan materiil
12.Karsiyem, budheku yang telah memberikan kasih sayangnya layaknya
seorang ibu
13.Dwiningsih, kakakku yang selalu mendoakanku
14.Bernadus Srinyoto, kekasihku yang selalu mendukung, memberikan
perhatian, cinta, semangat, dan mengajariku untuk tetap bersabar
15.Keluarga besar dan sanak saudaraku yang selalu menyayangi dan
mendukungku.
16.Sahabat-sahabatku kelas B PGSD USD angkatan 2010 yang menemaniku
berproses dan memberikan dukungan
17.Teman-teman Payung Jigsaw : Novem, Fajar, Lala, Titin, Iren, Dina, Oca, Novi, dan Septi untuk kebersamaan, kerja sama dan perjuangan kita.
18.Teman-teman seperjuangan PPL SD Kanisius Wirobrajan : Probo, Dani,
Paska, Hendry, dan Yanti atas kebersamaan, bantuan, dan dukungannya
terutama dalam proses penelitian
19.Teman-teman PGSD USD angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu
20.Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata
Dharma.
Yogyakarta, 11 Juni 2014
Penulis
Armawan
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
xiii
2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar ... 11
2.1.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar... 13
2.1.1.5 Prestasi Belajar... 20
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif ... 23
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 23
2.1.2.2 Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 24
2.1.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 27
2.1.2.4 Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 28
2.1.2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 32
2.1.3 Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37
2.1.3.1 Hakikat IPS ... 37
2.1.3.2 Pembelajaran IPS di SD ... 38
2.1.3.3 Pembelajaran IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 41
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan ... 44
2.3 Kerangka Berpikir ... 48
2.4 Hipotesis Penelitian ... 51
BAB III METODE PENELITIAN... 52
3.1 Jenis Penelitian... 52
3.7.2 Penentuan Reliabilitas Instrumen ... 63
xiv
3.9 Teknik Analisis Data... 65
3.9.1 Analisis Deskriptif ... 65
3.9.2 Analisis Inferensial ... 66
3.9.2.1 Uji Prasyarat Analisis ... 66
3.9.2.2 Uji Beda Pretest ... 68
3.9.2.3 Uji Hipotesis ... 69
3.9.2.4 Effect Size ... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
4.1 Hasil Penelitian ... 71
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ... 71
4.1.2 Perbedaan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Atas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 73
4.1.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 74
4.1.2.2 Hasil Uji Homogenitas ... 78
4.1.2.3 Hasil Uji Beda Pretest ... 79
4.1.2.4 Hasil Uji Hipotesis ... 80
4.1.2.5 Hasil Perhitungan Effect Size ... 81
4.2 Rangkuman Hasil Penelitian ... 82
4.3 Pembahasan... 84
4.3.1 Pembahasan Proses Pelaksanaan Penelitian ... 84
4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1 Kesimpulan ... 89
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 89
5.3 Saran ... 90
5.3.1 Bagi Sekolah ... 90
5.3.2 Bagi Guru ... 90
5.3.3 Bagi Peneliti Lainnya ... 90
DAFTAR REFERENSI ... 92
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penentuan Poin Kemajuan ... 37
Tabel 2.2 Tingkatan Penghargaan ... 37
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V ... 40
Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data ... 55
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 56
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen ... 58
Tabel 3.4 Nomor Soal Yang Valid ... 62
Tabel 3.5 Penentuan Validitas ... 62
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 64
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 64
Tabel 3.8 Pengumpulan Data Variabel Prestasi Belajar ... 65
Tabel 3.9 Kriteria effect size ... 70
Tabel 4.1 Data Prestasi Belajar... 72
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen ... 75
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol ... 75
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen ... 76
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ... 77
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas ... 78
Tabel 4.7 Hasil Uji Beda Pretest ... 79
Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis ... 81
Tabel 4.9 Rangkuman Uji Normalitas ... 83
Tabel 4.10 Rangkuman Uji Homogenitas Pretest ... 83
Tabel 4.11 Rangkuman Skor Pretest ke Posttest ... 83
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Beda Pretest ... 83
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kelompok Asal ... 35
Gambar 2.2 Kelompok Ahli ... 35
Gambar 2.3 Literatur Map ... 47
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ... 53
Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 57
Gambar 4.1 Distribusi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 75
Gambar 4.2 Distribusi Data Pretest Kelompok Kontrol... 76
Gambar 4.3 Distribusi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 77
Gambar 4.4 Distribusi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 77
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin akan Melaksanakan Penelitian... 95
Lampiran 2 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 96
Lampiran 3 Silabus dan RPP Kelas Eksperimen ... 97
Lampiran 4 Silabus dan RPP Kelas Kontrol ... 151
Lampiran 5 Materi Pembelajaran ... 182
Lampiran 6 Bentuk Soal yang Dikerjakan Siswa untuk Uji Coba ... 189
Lampiran 7 Output Perhitungan Validitas ... 198
Lampiran 8 Tabel Nilai r Product Moment ... 202
Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas ... 203
Lampiran 10 Lembar Expert Judgement Instrumen Penelitian... 204
Lampiran 11 Instrument Soal untuk Pretest dan Posttest ... 212
Lampiran 12 Tabulasi Pengolahan Data Nilai Pretest dan Posttest ... 217
Lampiran 13 Data nilai Pretest dan Posttest ... 221
Lampiran 14 Output Perhitungan SPSS untuk Analisis Deskriptif ... 222
Lampiran 15 Output Perhitungan SPSS untuk Analisis Inferensial ... 223
Lampiran 16 Lembar Pengamatan Jigsaw II ... 225
Lampiran 17 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 227
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan lima hal yaitu latar belakang, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Prestasi belajar (KBBI, 2008:1101) merupakan penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru.
Bertolak dari hal tersebut, maka prestasi belajar akan terlihat setelah adanya suatu
proses belajar dimana melalui mata pelajaran yang ada dikembangkan
pengetahuan maupun keterampilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa
dalam proses belajarnya (Syah, 2008:144) yaitu, faktor internal yang merupakan
kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal yang merupakan kondisi
lingkungan di sekitar siswa, dan faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Bertolak dari beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, maka
orang-orang yang ada di lngkungan sekitar siswa seperti orang tua, guru, dan
teman-temannya, khususnya teman sebaya, penerapan model dan metode
pembelajaran juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa memiliki waktu
khusus untuk belajar di sekolah, sehingga dibutuhkan kreativitas guru untuk
mengemas pembelajaran agar dapat berlangsung dengan efektif dan siswa dapat
memahami pembelajaran dengan baik yang harapannya akan memperoleh prestasi
Pembelajaran di kelas mencakup beberapa mata pelajaran yang salah
satunya adalah mata pelajaran IPS yang merupakan mata pelajaran wajib yang ada
di SD. Ruang lingkup mata pelajaran IPS di sekolah dasar di dalam standar isi
(Tim Penyusun KTSP, 2007:237) meliputi beberapa aspek, yaitu manusia, tempat,
dan lingkungan, waktu, keberlanjutan, dan perubahan; sistem sosial dan budaya;
serta perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Dilihat dari ruang lingkup materi
diatas, ada banyak materi IPS yang berisi konsep yang tidak nyata sehingga sulit
dibayangkan tetapi harus dipelajari oleh siswa sekolah dasar. Anak usia sekolah
dasar menurut Piaget (dalam Susanto, 2013:152) berada pada tahap
perkembangan intelektual pada tingkatan kongret operasional. Tingkatan kongret
operasional dapat diartikan bahwa siswa akan memahami hal-hal yang bersifat
nyata. Bertolak dari hal ini maka, ketika dihadapkan dengan konsep atau
materi-materi IPS, siswa akan sulit untuk memahaminya karena konsep tersebut bersifat
tidak nyata. Pada tahapan ini, siswa memandang dunia dalam keseluruhan yang
utuh. Siswa memperdulikan masa sekarang dan bukan masa depan atau masa lalu
seperti yang ada dalam materi sejarah yang merupakan salah satu cakupan IPS.
Bertolak dari kebutuhan anak usia SD maka dibutuhkan usaha untuk membantu
dan memfasilitasi siswa memahami mata pelajaran IPS.
Jenjang pendidikan sekolah dasar dari tahun ke tahun memasukkan
mata pelajaran IPS sebagai salah satu mata pelajaran inti yang ada dalam ujian
nasional. Bertolak dari hal ini maka prestasi belajar IPS siswa tentu saja menjadi
hal penting yang perlu diperhatikan karena fungsinya sebagai indikator kualitas
dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa serta sebagai indikator daya
siswa di dalam belajar juga penting dan perlu diperhatkan. Proses ini tercermin
dalam pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Susanto (2013:155)
menyatakan bahwa dalam kenyataannya masih banyak guru yang melakukan
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Peran
guru dan buku teks dalam hal ini masih merupakan sumber yang utama. Cara
seperti ini cenderung membuat siswa bersikap apatis baik terhadap mata pelajaran
maupun terhadap gejala sosial yang ada di masyarakat. Guru yang memonopoli
peran sebagai sumber informasi selayaknya meningkatkan kinerja dengan metode
pembelajaran yang bervariasi. Guru dituntut menggunakan metode pembelajaran
yang lain selain metode ceramah agar suasana belajar menjadi lebih baik. Bertolak
dari hal ini dan juga sebagai salah satu usaha untuk memfasilitasi siswa SD yang
berada pada tahap operasional kongret, maka guru dapat menerapkan model
pembelajaran inovatif di dalam kelas.
Model pembelajaran inovatif ada banyak, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sebagai metode yang handal yang dapat
memberikan konstribusi yang lebih baik dalam mencapai prestasi belajar siswa.
Hubungan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan
kebutuhan siswa SD yang berada pada tahap operasional kongret adalah, melalui
model pembelajaran ini, siswa berusaha memahami materi pembelajaran dengan
bantuan orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama teman sebaya. Guru juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya baik kepada teman-teman
dalam kelompok belajarnya maupun kepada guru. Melalui bantuan teman sebaya
maupun guru, dimana ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dan
membantu siswa untuk memahami konsep yang bersifat abstrak untuk menuju ke
konsep yang mudah dipahami oleh siswa sehingga akan memberikan kontribusi
yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari beberapa teori
serta penelitian-penelitian terdahulu yang ada. Wardani (dalam Isjoni, 2012:39)
menyatakan bahwa Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mendorong
siswa beraktivitas dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal. Jigsaw terdiri atas 3 jenis yaitu Jigsaw I,
Jigsaw II, dan Jigsaw III (Huda:2012). Beberapa peneliti (Mustamin,dkk.,2013;
Darmanda,dkk.,2012; Budiawan,dkk.,2012) melakukan penelitian mengenai
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS
pada siswa sekolah dasar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
prestasi siswa dalam bidang akademik. Hasil penelitian membuktikan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh positif terhadap hasil
belajar IPS. Penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw terhadap hasil belajar IPS juga pernah dilakukan untuk siswa sekolah
menengah pertama (Mujmal, dkk:2011) dan hasilnya adalah berpengaruh positif.
Peneliti yang lainnya (Sabtanti:2009) juga melakukan penelitian mengenai
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang hasilnya adalah
berpengaruh positif terhadap prestasi belajar PKn pada siswa sekolah menengah
pertama.
Penjelasan-penjelasan yang telah diutarakan di atas, kaitannya dengan
teori dan beberapa penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, membuat penulis
atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Pemilihan kelas V
dikarenakan karena materi IPS di kelas V berisi materi yang sebagian besar adalah
materi sejarah, yang berbentuk narasi dan berisi konsep yang abstrak maka sulit
dipahami oleh siswa. Penelitian akan dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan
dengan latar belakang siswa yang heterogen dan dalam pemblajaran IPS belum
pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dipilih adalah tipe Jigsaw II karena
merupakan model yang berbeda dengan Jigsaw I dan dirancang lebih baik dari
Jigsaw I.
Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan apabila materi yang dipelajari adalah narasi tertulis (Slavin, 2008:237).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS
siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II. Materi dalam pembelajaran IPS berbentuk narasi tertulis sehingga
cocok menggunakan model pembelajaran Jigsaw II ini. Jigsaw II merupakan
penyempurnaan dari Jigsaw I. Pembelajaran yang menerapkan Jigsaw II
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari konsep secara umum
terlebih dahulu, sehingga dapat menjadi gambaran bagi siswa sebelum
benar-benar memperoleh informasi dari teman lain yang ahli dalam sub bab materi
tertentu (Trianto, 2009:75).
Jigsaw II juga menerapkan adanya penghargaan. Pembelajaran
menggunakan Jigsaw II memberikan kesempatan kelompok untuk berkompetisi
memperoleh penghargaan kelompok (Huda, 2012:118). Penghargaan diperoleh
berdasarkan poin. Poin dalam kelompok akan bertambah apabila masing-masing
individu dalam kelompok juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan
yang sebelumnya sehingga siswa memiliki semangat dan selalu berusaha untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya dalam pembelajaran IPS. Bertolak dari
perbedaan antara Jigsaw I dan II maka harapannya Jigsaw II akan memberikan
hasil yang lebih baik terhadap prestasi belajar IPS siswa.
1.2 Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar ranah
kognitif untuk mata pelajaran IPS siswa kelas V sekolah dasar pada KD 2.2,
menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas,
dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut: untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS siswa
kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pendidikan di Indonesia khususnya dalam pembelajaran IPS pada aspek prestasi
belajar IPS. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw IIdan pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPS.
1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Bagi Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman yang baru dengan merasakan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II membawa suasana baru bagi siswa dalam mata pelajaran
IPS. Siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik.
1.5.2.2 Bagi Guru
Guru memperoleh gambaran penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II. Guru dapat menggunakan hasil penelitian sebagai
referensi mengenai model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
yang dapat dipraktekkan dalam pembelajaran di kelas.
1.5.2.3 Bagi Peneliti Lain
Peneliti lainnya dapat memperoleh gambaran dan inspirasi mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan kontribusi
yang lebih baik terhadap pencapaian prestasi belajar IPS. Peneliti yang akan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Bab ini akan diuraikan menjadi empat hal
yaitu kajian teori yang berisi teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang
relevan, kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
Bagian ini akan mengkaji teori-teori yang mendukung penelitian ini.
Kajian pustaka didasarkan pada tinjauan pustaka yang dilakukan oleh peneliti.
Beberapa teori yang dikaji meliputi IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), prestasi
belajar, serta model pembelajaran kooperatif khususnya tipe Jigsaw II.
2.1.1 Belajar
Pembahasan prestasi belajar meliputi pengertian belajar, ciri-ciri
belajar, prinsip-prinsip belajar, serta faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto,2010:2). Pendapat lain mengenai pengertian belajar disampaikan oleh
Suyono (2011:9), belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa pengertian yang telah
diungkapkan oleh beberapa tokoh (Slameto,2010 dan Suyono,2011) adalah,
belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun yang berkaitan
dengan nilai dan sikap dari hasil pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
2.1.1.2 Ciri-ciri Belajar
Winataputra (2008:1.9) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar ada tiga.
Ciri belajar yang pertama adalah belajar harus memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini
adalah perubahan baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Ciri
belajar yang kedua adalah perubahan yang terjadi merupakan buah dari
pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi karena adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Ciri belajar yang ketiga adalah perubahan relatif
menetap.
Djamarah (2011:15-16) juga memiliki persamaan pendapat dengan
Winataputra mengenai ciri-ciri belajar, yaitu bahwa belajar itu memungkinkan
adanya perubahan perilaku serta perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat
menetap. Selain kedua ciri belajar tersebut, Djamarah juga menambahkan
pendapat mengenai ciri-ciri belajar. Ciri-ciri belajar yang lainnya yang
diungkapkan oleh Djamarah adalah bahwa didalam belajar, perubahan terjadi
secara sadar. Individu yang belajar menyadari atau setidaknya merasakan
terjadinya perubahan di dalam dirinya, misalnya adalah individu menyadari
bahwa pengetahuan atau kecakapannya bertambah. Ciri belajar yang lainnya
proses belajar akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan atau proses belajar selanjutnya. Misalnya individu yang belajar menulis
akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.
Perubahan yang terjadi berlangsung terus menerus sampai kecakapan menulisnya
menjadi lebih baik dan sempurna dan pada akhirnya memperoleh kecakapan yang
lain seperti menulis surat, mengerjakan soal dan sebagainya. Ciri belajar yang
lainnya yang diungkapkan oleh Djamarah adalah perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif. Perubahan dalam belajar selalu bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan bersifat aktif
artinya bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha
individu sendiri. Ciri belajar yang lainnya adalah perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah. Terjadinya perubahan tingkah laku adalah karena adanya
tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku
yang benar-benar disadari. Sebagai contoh, seseorang yang belajar mengenai
operasi hitung pecahan, sebelumnya sudah menentukan apa yang akan dicapai
misalnya adalah mengenai pembentukan dasar negara.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa pendapat ahli
(Winataputra, 2008 dan Djamarah, 2011) mengenai ciri-ciri belajar yang telah
dijelaskan di atas adalah, ciri-ciri belajar ditandai dengan adanya perubahan pada
diri individu. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini meliputi perubahan tingkah
laku yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, perubahan
yang terjadi bersifat menetap, perubahan yang terjadi merupakan hasil dari
perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif serta perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar
Slameto (2010:27-28) menyatakan bahwa prinsip belajar dapat dilihat
dari 4 hal yaitu berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, sesuai
hakikat belajar, sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari, serta dilihat dari
syarat keberhasilan belajar. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
dinyatakan bahwa dalam belajar setiap siswa harus diusahakan untuk
berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
yang akan dicapai. Belajar harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi
yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar memerlukan
lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya
bereksplorasi dan belajar dengan lingkungannya.
Sesuai hakikatnya, belajar bersifat kontinyu yaitu harus tahap demi
tahap menurut perkembangannya, belajar adalah proses organisasi, adaptasi,
eksplorasi, dan discovery, belajar adalah proses kontinguitas, yaitu adanya
hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lainnya sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan mendapatkan respon yang
diharapkan.
Sesuai materi yang harus dipelajari dinyatakan bahwa belajar bersifat
keseluruhan. Materi harus memiliki struktur dan penyajian yang sederhana
sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. Belajar juga harus
Belajar berdasarkan syarat keberhasilan belajar memerlukan sarana
yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. Pengulangan berkali-kali
terhadap pengertian/keterampilan/sikap perlu dilakukan disamping tersedianya
sarana yang mencukupi. Pengulangan dimaksudkan agar konsep yang dipelajari
dapat dipahami secara mendalam oleh siswa.
Pendapat mengenai prinsip-prinsip belajar juga disampaikan oleh
Suprijono (2011:4-5). Beliau menyampaikan prinsip-prinsip belajar secara lebih
sederhana yaitu mencakup tiga prinsip. Prinsip belajar yang pertama adalah
perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki beberapa
ciri yaitu: sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari, berkesinambungan dengan perilaku lainnya, bermanfaat bagi bekal
hidup, positif, aktif, permanen, bertujuan dan terarah serta mencakup keseluruhan
potensi kemanusiaan. Prinsip belajar yang kedua adalah belajar merupakan proses.
Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar
merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Prinsip belajar
yang ketiga adalah belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman
merupakan hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa prinsip yang diungkapkan
oleh beberapa ahli (Slameto,2010 dan Suprijono,2011) adalah, ada beberapa hal
yang menjadi prinsip di dalam belajar yang harus diperhatikan terutama oleh
seorang guru yang akan membelajarkan siswanya. Prinsip-prinsip didalam belajar
diantaranya adalah ketika belajar anak memerlukan lingkungan yang menantang
untuk dapat mengembangkan kemampuannya, belajar melalui proses tahap demi
harus menggunakan struktur dan penyajian yang sederhana agar mudah dipahami
anak, diperlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang,
diperlukan adanya pengulangan berkali-kali terutama untuk konsep-konsep yang
penting dan sulit bagi anak, belajar merupakan bentuk pengalaman yang
merupakan hasil dari interaksi anak dengan lingkungannya, serta hal-hal penting
lainnya yang perlu diperhatikan didalam belajar.
2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor internal dan faktor
eksternal (Syah, 2008:144). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri siswa yang meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis (kondisi umum jasmani)
dan aspek psikologis (kondisi rohaniah). Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor lingkungan sosial, lingkungan
non sosial dan faktor pendekatan belajar.
Aspek fisiologis meliputi kondisi umum jasmani seperti tegangan otot,
kondisi organ tubuh yang lemah, kondisi organ khusus seperti kesehatan indera
pendengar dan indera penglihat yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan. Aspek psikologis yang meliputi kondisi
rohaniah. Kondisi rohaniah yang dimaksud meliputi tingkat kecerdasan atau
intelegensi siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin
besar peluang untuk meraih sukses begitu pula sebaliknya. Siswa yang
berintelegensi normal,termasuk anak yang sangat cerdas dan sangat berbakat (IQ
128 keatas), dan siswa yang berintelegensi di bawah rata-rata (IQ 79 kebawah)
Hal yang kedua adalah sikap siswa. Sikap siswa yang positif terhadap
guru maupun mata pelajaran yang disajikan merupakan awal yang baik bagi
proses pembelajaran, sedangkan sikap negatif siswa terhadap guru dan mata
pelajaran yang disajikan, jika ditambah dengan kebencian kepada guru maupun
mata pelajaran yang disajikan maka dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.
Hal yang ketiga adalah bakat siswa. Bakat mempengaruhi tinggi
rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Apabila tidak sesuai
dengan bakat akan berpengaruh terhadap kinerja akademik atau prestasi
belajarnya. Sebagai contoh, siswa yang yang berbakat dalam bidang berhitung
maka akan lebih mudah menyerap informasi atau pengetahuan serta keterampilan
dalam hal berhitung seperti pada mata pelajaran matematika.
Hal yang keempat adalah minat siswa. Minat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Sebagai contoh, siswa
yang menaruh minat besar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah, suka
membaca maka akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lain
yang tidak memiliki minat.
Hal yang terakhir adalah motivasi siswa. Motivasi ini terdiri dari
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri siswa
yang mendorong untuk melaksanakan tindakan belajar, sebagai contoh adalah
perasaan menyenangi materi pelajaran. Motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri
siswa yang mendorong untuk melakukan kegiatan belajar, contohnya adalah
adanya pujian dan hadiah.
Faktor lingkungan sosial adalah seperti guru, teman-teman sekelas,
mempengaruhi semangat belajar, memberikan teladan yang baik khususnya dalam
hal belajar, dan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Lingkungan sosial yang
paling mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa.
Contoh dari lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah kebiasaan
keluarga dalam mengelola keluarga yang keliru seperti kelalaian orang tua dalam
memantau kegiatan anak yang akan mengakibatkan anak tidak terkontrol
belajarnya dan bisa juga membuat anak berperilaku menyimpang.
Faktor lingkungan non sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Contoh dari
lingkungan non sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah waktu yang
disenangi untuk belajar, bagi siswa yang menyenangi waktu belajar di pagi hari
maka ketika diminta untuk belajar di pagi hari dia bersemangat untuk belajar,
akan tetapi bagi siswa yang senang belajar di malam hari, dia tidak bisa belajar di
pagi hari karena misalnya saja masih mengantuk.
Faktor pendekatan belajar merupakan cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran
tertentu. Strategi yang dimaksud merupakan langkah operasional yang
direncanakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Slameto (2010:54-72) juga menyampaikan pendapatnya mengenai
faktor-faktor yang mempengarui belajar. Menurut pendapatnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar juga dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu,
dari pendapat Syah (2008:144) mengenai faktor dari dalam diri siswa yang
mempengaruhi belajar, Slameto (2010:54) memiliki persamaan pendapat bahwa
faktor jasmaniah dan faktor psikologis termasuk faktor intern yang
mempengaruhi belajar. Selain kedua faktor ini, beliau menambahkan bahwa faktor
kelelahan merupakan faktor intern yang mempengaruhi belajar. Faktor ekstern
yang berpengaruh terhadap belajar diungkapkan oleh Slameto (2010:60) secara
lebih spesifik yaitu meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.
Faktor kelelahan yang disampaikan oleh Slameto yang termasuk ke
dalam faktor intern yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terjadi
karena kekacauan substansi sisa pembakaran dalam tubuh sehingga darah kurang
lancar pada bagian-bagian tertentu. Hal ini dapat terlihat dari lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat
terjadi karena terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa
istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama tanpa variasi, serta mengerjakan
sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatiannya.
Kelelahan rohani ini dapat terlihat dari adanya kelesuan dan kebosanan sehingga
minat dan dorongan untuk mnghasilkan sesuatu hilang.
Faktor ekstern yang mempengaruhi belajar yang berupa faktor
keluarga menurut Slameto (2010:60-64) mencakup enam hal yaitu cara mendidik
orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, serta latar belakang kebudayaan. Orang tua yang
anaknya, dan tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam
belajar. Mendidik anak dengan cara memanjakan maupun dengan
memperlakukannya terlalu keras bukan merupakan cara mendidik yang baik.
Faktor ekstern yang berupa relasi antar anggota keluarga, yang dalam hal ini dapat
berupa relasi orang tua dengan anaknya maupun antara anak dan anggota keluarga
yang lainnya. Faktor yang lainnya adalah suasana rumah. Relasi yang baik di
dalam keluarga akan mendukung kelancaran dan keberhasilan belajar anak.
Faktor yang lainnya adalah suasana rumah, yang dimaksud suasana rumah adalah
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.
Suasana rumah yang tenang dan tenteram perlu diciptakan agar anak dapat belajar
dengan baik. Kedaaan ekonomi keluarga juga merupakan faktor ekstern yang
mempengaruhi belajar. Kebutuhan pokok anak maupun fasilitas dalam belajar
dibutuhkan dan akan terpenuhi bila keluarga mempunyai cukup uang. Faktor yang
lainnya adalah pengertian orang tua. Pengertian dan dorongan dapat diberikan
kepada anak misalnya ketika anak mengalami lemah semangat maupun
mengalami kesulitan. Faktor yan lainnya adalah latar belakang kebudayaan.
Tingkat pendidikan maupun kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap
anak untuk belajar.
Faktor ekstern yang kedua adalah faktor sekolah. Faktor sekolah
meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, serta tugas rumah. Metode
mengajar merupakan cara yang dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar yang
kurang baik dapat terjadi karena kurangnya persiapan ataupun kurangnya
pemahaman terhadap materi pembelajaran. Faktor kurikulum sebagian besar
berkaitan dengan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa untuk diterima,
dikuasai, dan dikembangkan sehingga harus sesuai dengan kebutuhan maupun
kemampuan anak. Relasi guru dengan siswa juga merupakan faktor yang penting.
Relasi belajar yang baik antara siswa dan guru maupun sebaliknya akan
menyebaban proses belajar menjadi lancar serta timbul suasana yang
menyenangkan untuk belajar. Faktor relasi siswa dengan siswa berpengaruh
terhadap belajar ketika sifat-sifat atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa
diterima atau tidak oleh teman-temannya, apabila tidak diterima maka siswa bisa
merasa rendah diri, mengalami tekanan, merasa terasing dan sebagainya sehingga
akan mempengaruhi dalam belajarnya juga. Kedisiplinan sekolah erat
hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga belajarnya. Alat
pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran
yang dipelajari oleh siswa. Pemilihan waktu sekolah yang tepat akan
mempengaruhi belajar, ketika siswa harus belajar di pagi, siang, atau sore tentu
saja berbeda suasananya dan semangatnya di dalam belajar. Faktor yang lainnya
adalah standar pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tuntutan penguasaan materi
yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa tanpa
mengesampingkan tujuan yang telah dirumuskan untuk dicapai. Keadaan gedung
juga mempengaruhi belajar siswa. Metode belajar juga merupakan faktor penting
yang mempengaruhi belajar. Metode belajar berkaitan dengan cara siswa di dalam
secukupnya tanpa mengesampingkan hak anak untuk melakukan kegiatan lain
yang ada di rumah.
Faktor ekstern yang ketiga adalah faktor masyarakat. Faktor
masyarakat mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat. Kegiatan di dalam masyarakat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadi anak, akan tetapi perlu
diperhatikan juga mengenai pembagian waktu serta prioritas kegiatan apa saja
yang diikuti sehingga tidak mengganggu belajar anak. Mass media dapat berupa
bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain sebagainya
yang beredar di masyarakat. Berkaitan dengan mass media ini, bimbingan dan
kontrol dari pihak orang tua dan pendidik, baik di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat sangat diperlukan. Faktor yang lainnya adalah teman bergaul,
agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan siswa memiliki
teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan
dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana. Faktor lain yang
mempengaruhi belajar adalah bentuk kehidupan masyarakat. Masyarakat yang
terdiri dari orang-orang yang terpelajar dengan yang tidak terpelajar tentu saja
berbeda cara pandang mereka terhadap pendidikan bagi anak mereka,
anak-anak akan cenderung berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa pendapat di
atas (Syah, 2008 dan Slameto, 2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar adalah, faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar individu.
sendiri dan terutama oleh orang-orang dewasa yang ada di lingkungan siswa baik
di rumah, sekolah, maupun masyarakat seperti orang tua dan guru.
2.1.1.5 Prestasi Belajar
2.1.1.5.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan dsb). Prestasi belajar didefinisikan sebagai penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru (KBBI,
2008:1101). KBBI menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari
yang telah dilakukan, maka ketika seorang siswa melakukan proses belajar dan
mendapatkan hasil dari belajarnya, maka siswa tersebut juga memiliki prestasi
belajar, sehingga prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai hasil belajar.
Prestasi belajar yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar IPS, yaitu hasil yang didapatkan oleh siswa setelah melaksanakan
proses belajar IPS yang dapat berupa penguasaan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran IPS yang ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
2.1.1.5.2 Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar penting dibahas karena memiliki beberapa fungsi
utama (Arifin, 2009:12-13) yaitu: sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuasan rasa
ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan karena prestasi
belajar dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu
pendidikan, sebagai indikator intern yang berarti prestasi belajar dijadikan
indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan dan indikator ekstern
yang berarti tinggi rendahnya prestasi belajar dijadikan indikator tingkat
kesuksesan peserta didik di masyarakat), fungsi yang terakhir bahwa prestasi
belajar dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa fungsi penting dari prestasi belajar
sehingga prestasi belajar menjadi penting pula untuk diperhatikan dan diusahakan
untuk dicapai sebaik-baiknya
2.1.1.5.3 Indikator Prestasi Belajar
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar
diungkapkan oleh Syah (2008:217-218). Prestasi belajar mencakup tiga ranah,
yaitu ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif), dan ranah karsa (psikomotorik).
Ranah kognitif mencakup beberapa kemampuan yaitu pengamatan, ingatan,
pemahaman, penerapan, analisa, dan sintesis. Pengamatan memiliki indikator
antara lain dapat menunjukkan, dapat membandingkan, dan dapat
menghubungkan. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan pada bagian pengamatan
ini adalah tes tertulis, tes lisan, dan observasi. Ingatan memiliki indikator yang
dapat menyebutkan dan dapat menunjukkan kembali. Bentuk evaluasi yang dapat
dilakukan antara lain tes lisan, tes tertulis dan observasi. Pemahaman, indikator
yang dapat diukur antara lain dapat menjelaskan, dapat mendefinisikan dengan
lisan. Bentuk evaluasi yang digunakan tes lisan dan tertulis. Penerapan, indikator
yang dapat diukur antara lain dapat memberikan contoh dan dapat menggunakan
secara tepat. Bentuk evaluasi yang digunakan adalah tertulis dan observasi, dan
menguraikan, dapat mengklasifikasikan. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan
adalah tes tertulis dan pemberian tugas. Sintesis, indikator pencapaian belajar
dapat terlihat dari dapat menghubungkan, dapat menyimpulkan, dan dapat
menggeneralisasikan. Bentuk evaluasi dari kemampuan sintesis ini tersebut
adalah tes tertulis dan pemberian tugas.
Ranah afektif mencakup lima hal antara lain penerimaan, sambutan,
apresiasi, internalisasi, karakterisasi. Penerimaan, indikator pencapaian prestasi
terlihat apabila menunjukkan sikap menerima, menunjukkan sikap menolak.
Bentuk evaluasi dari indikator tersebut antara tes tertulis, skala sikap, dan
observasi. Sambutan, indikator ini terlihat dari kesediaan berpartisipasi, kesediaan
memanfaatkan. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan adalah menggunakan skala
sikap, tugas, dan observasi. Apresiasi, indikator pencapaian prestasi terlihat dari
apabila menganggap penting dan bermanfaat, menganggap indah dan harmonis,
dan mengagumi. Bentuk evaluasi yang dapat digunakan adalah tes skala sikap,
pemberian tugas, dan observasi. Internalisasi (pendalaman), indikator pencapaian
prestasi terlihat dari mengakui dan menyakini, mengingkari. Bentuk evaluasi yang
dapat dilakukan adalah tes skala sikap, tugas, dan observasi. Karakterisasi,
indikator pencapaian prestasi dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain
melembagakan atau meniadakan, menjelmakan dalam pribadi dan perilaku
sehari-hari. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan antara lain pemberian tugas ekspresif
maupun observasi.
Ranah psikomotorik mencakup dua hal yaitu keterampilan bergerak
dan bertindak serta kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Indikator dari
tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Bentuk evaluasi dari indikator ini dapat
berupa observasi atau tes tindakan. Indikator dari kecakapan ekspresi verbal dan
non verbal adalah mengucapkan dan membuat mimik dan gerakan jasmani.
Bentuk evaluasi dari indikator ini dapat berupa tes lisan, observasi, atau tes
tindakan.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa penjelasan di
atas adalah, indikator prestasi belajar mencakup ranah kognitif yang berkaitan
dengan pengetahuan, ranah afektif yang berkaitan dengan sikap, serta ranah
psikomotorik yang berkaitan dengan keterampilan. Bentuk evaluasi atau
pengukuran evaluasi prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dapat dilakukan
dengan tes tertulis, tes lisan, pemberian tugas, dan observasi. Pada aspek afektif,
lebih pada tes mengukur sikap atau perbuatan, salah satunya dengan skala sikap
dapat pula menggunakan observasi. Pada aspek psikomotor, dapat dilakukan
dengan observasi dan tes tindakan.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Bagian ini akan membahas mengenai pengertian model pembelajaran
kooperatif, unsur-unsur model pembelajaran kooperatif, tujuan model
pembelajaran kooperatif, jenis-jenis pembelajaran kooperatif, langkah-langkah
pembelajaran kooperatif, serta pembahasan khusus pada salah satu tipe
pembelajaran kooeparatif yaitu Jigsaw II.
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tokoh kooperatif memberikan penjelasan mengenai
pengertian model pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2010:37) menyatakan
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menurut
Huda (2012:32) adalah bahwa pembelajaran kooperatif mengacu pada metode
pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling
membantu dalam belajar. Pendapat yang lainnya mengenai pengertian
pembelajarn kooperatif disampaikan oleh Majid (2013:174) yaitu bahwa model
pembelajaran koopertaif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang,
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian pembelajaran
kooperatif yang telah disampaikan oleh beberapa tokoh di atas (Sugiyanto,2010;
Huda, 2012; Majid,2013) adalah, bahwa model pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama didalam kelompok kecil
yang beranggotakan 4-6 orang yang bersifat heterogen, saling membantu dan
bertanggungjawab terhadap pemahaman materi sebaik yang mereka bisa lakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.2.2 Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik atau unsur-unsur dari pembelajaran kooperatif menurut
pendapat Slavin (2008:26-27) ada 6. Karakteristik yang pertama adalah tujuan
kelompok. Beberapa tipe atau jenis pembelajaran kooperatif menggunakan
beberapa bentuk tujuan kelompok, dapat berupa sertifikat atau regognisi lain yang
sebelumnya. Karakteristik yang kedua adalah tanggung jawab individu yang
dilaksanakan dengan dua cara. Cara yang pertama adalah skor kelompok
didapatkan dari jumlah nilai rata-rata kuis individual. Cara yang kedua adalah
dengan adanya spesialisasi tugas, dimana masing-masing siswa diberi tanggung
jawab khusus dari sebagian tugas kelompok yang ada. Karekteristik yang ketiga
adalah kesempatan sukses yang sama, yaitu penggunaan skor yang memastikan
semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam
kelompoknya. Sebagai contoh, dalam tipe STAD ada skor kemajuan, dalam TGT
adanya kesempatan kompetisi yang sama dan sebagainya. Karakteristik yang
keempat adalah kompetisi tim atau kelompok digunakan sebagai sarana motivasi
bagi siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya khususnya terlihat pada tipe
STAD dan TGT. Karakteristik yang kelima adalah spesialisasi tugas, khususnya
terlihat pada tipe Jigsaw, GI yng masing-masing anggota kelompok melaksanakan
sub tugas masing-masing. Karakteristik yang terakhir adalah adaptasi terhadap
kebutuhan kelompok, sebagian besar tipe pembelajarn kooperatif menggunakan
petunjuk langkah-langkah kelompok, tetapi untuk tipe TAI dan CIRC ada
penyesuaian petunjuk kebutuhan individual siswa.
Selain Slavin, Lie (2010:31) juga berpendapat mengenai unsur-unsur
dalam model pembelajaran kooperatif. Beliau sependapat dengan Slavin bahwa
tanggung jawab perseorangan merupakan salah satu karakteristik dari
pembelajaran kooperatif. Selain tanggung jawab persoarangan ada empat unsur
pembelajaran kooperatif lainnya yang diungkapkan oleh Lie. Unsur-unsur tersebut
diantaranya adalah saling ketergantungan positif, tatap muka, komunikasi antar
Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan bergantung pada
usaha setiap anggotanya. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memberikan
sumbangan berupa poin yang yang berhasil didapatkan oleh siswa. Setiap siswa
menyelesaikan tugasnya agar anggota kelompok yang lain di dalam kelompoknya
bisa mencapai tujuan mereka.
Tatap muka berarti bahwa setiap anggota kelompok diberi kesempatan
untuk tatap muka dan berdiskusi sehingga terjalin interaksi. Interaksi yang
terbentuk akan menghasilkan hasil pemikiran yang lebih kaya daripada hasil
pemikiran dari satu orang saja. Interaksi yang terjalin akan membentuk sinergi
yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
Komunikasi antar anggota berarti keberhasilan kelompok bergantung
pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka.
Evaluasi proses kelompok berarti guru atau pengajar perlu
menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif. Evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam
kegiatan pembelajaran kooperatif.
Pendapat kedua tokoh diatas mengenai karakteristik pembelajaran
kooperatif memberikan informasi kepada kita mengenai unsur-unsur apa saja yang
ada di dalam pembelajaran kooperatif. Beberapa unsur yang ada menjadi
misalnya dalam bentuk piagam penghargaan, tanggung jawab individu yang dapat
dilihat dengan adanya spesialisasi tugas, kesempatan sukses yang sama, kompetisi
kelompok yang digunakan sebagai sarana motivasi bagi siswa, saling
ketergantungan positif antara satu anggota dengan anggota lain dalam kelompok,
adanya tatap muka, komunikasi antar anggota, serta evaluasi proses kelompok
yaitu mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
2.1.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2009:58) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran
kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Pendapat yang
lainnya mengenai tujuan pembelajaran kooperatif disampaikan oleh Rusman
(2011:209-210). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
tujuan-tujuan. Tujuan yang dimaksud diantaranya adalah hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, serta pengembangan keterampilan sosial. Tujuan
yang lainnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan
kolaborasi.
Tujuan pembelajaran kooperatif juga disampaikan oleh Majid
(2013:175). Beliau menyampaikan 3 tujuan pembelajaran kooperatif. Tujuan yang
pertama adalah meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik, hal ini terjadi
karena dalam pembelajaran kooperatif terdapat bantuan dari teman lain dalam satu
adalah melatih siswa untuk belajar menerima dan menghargai perbedaan latar
belakang dari teman-temannya dalam kelompok. Tujuan yang juga penting adalah
adanya kesempatan bagi siswa untuk melatih kerampilan sosial selama berproses
didalam kelompok, misalnya adalah ketika mau bertanya, menjawab pertanyaan
teman, menyampaikan ide dalam kelompok dan sebagainya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas
(Trianto, 2009; Rusman, 2011; Majid 2013) adalah bahwa tujuan dari
pembelajaran kooperatif berkaitan dengan tujuan akademik, kemampuan sosial
dan juga pengembangan diri. Tujuan akademik berhubungan dengan hasil belajar
akademik. Kemampuan sosial dimana siswa belajar untuk berinteraksi, menerima
keberagaman, belajar bekerja sama, berkolaborasi dan sebagainya. Pengembangan
diri dimana siswa belajar untuk menghargai, melatih keberanian, belajar memiliki
sikap kepemimpian, belajar bertanggung jawab dan sebagainya
2.1.2.4 Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif. Tipe-tipe tersebut
diantaranya adalah:
2.1.2.4.1 STAD (Students Teams Achievement Divisions)
STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana (Slavin: 1995). Dalam tipe ini penghargaan tim diberikan dengan tujuan
memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuannya.
2.1.2.4.2 TGT (Teams Games Tournament)
TGT merupakan salah satu tipe metode pembelajaran yang hampir
sama dengan STAD (Slavin: 1995). Pada TGT sebagai bentuk evaluasi tidak