• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II - USD Repository"

Copied!
249
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

JIGSAW

II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Armawan

NIM: 101134095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

JIGSAW

II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Armawan

NIM: 101134095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)

iii

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu

menganugerahkan kasihNya, membimbing dan menemani

langkahku

Pibadi saya sebagai calon pendidik

Segenap keluarga, terutama orang tuaku, pakdheku, dan

kekasihku yang selalu memberi kasih sayang, dukungan dan

restu

Dosen pembimbing yang selalu mmberikan bimbingan dan

arahan, serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini

Para dosen di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD) Universitas Sanata Dharma yang membimbing dan

mendidikku mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik

Teman-teman yang selalu menemani berproses dan memberi

semangat

(6)

v

MOTTO

Bersabar karena segala sesuatu akan indah tepat pada

waktuNya

Sertakan Tuhan dan lakukan segala sesuatu atas namaNya

Tuhan tidak pernah tidur, Dia tahu apa yang kita butuhkan

Semangat, Bersyukur, Berjalan bersama Yesus

Tidak ada usaha yang sia-sia

Kalau aku mau aku pasti bisa

Melakukan segala sesuatu atas nama Tuhan

Berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap apapun yang

kita kerjakan

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Juni 2014

Yang menyatakan,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Armawan

Nomor Mahasiswa : 101134095

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 11 Juni 2014

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS

SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II

Armawan

Universitas Sanata Dharma 2014

Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum diketahuinya perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta pada tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 62 siswa. Sampel kelompok kontrol adalah siswa kelas VA yang berjumlah 31 siswa, sedangkan sampel kelompok eksperimennya adalah siswa kelas VB yang berjumlah 31 siswa juga. Penelitian ini menggunakan instrumen jenis tes tipe pilihan ganda yang berjumlah 20 yang valid dan reliabel. Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan program IBM 20 SPSS Statistics for Windows 32-bit.Uji validitas menggunakan korelasi point biserial dengan taraf signifikansi 0.05 dan nilai r tabel 0.361. Uji reliabilitas menggunakan rumus

Alpha Cronbach dan hasilnya koefisien reliabilitas soal adalah 0.892 (termasuk dalam kualifikasi tinggi). Teknik pengumpulan data menggunkan soal pretest dan

posttest yang diberikan kepada siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis data menggunakan bantuan program IBM 20 SPSS Statistics for Windows 32-bit dengan independent sample t-test

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0.039 (atau < 0.05). Peningkatan prestasi belajar pada kelompok eksperimen adalah 77.17 %, sedangkan peningkatan prestasi belajar pada kelompok kontrol adalah 73.93 %. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan peningkatan prestasi belajar pada kelompok kontrol.

(10)

ix

ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF SOCIAL SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT IN 5th GRADE PIMARY SCHOOL

TO THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE II COOPERATIVE LEARNING MODEL application of Jigsaw type II cooperative learning model on the material related to respects the merit and the role of struggling figures in preparing the independence of Indonesia.

The type of this research is quasi experimental with non-equivalent control group design.The research population are the 5th grade students of Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Elementery School in 2013/2014 study year. They were 62 students. The samples of control class were 5th grade students in VA class with 31 students, while samples of experiment class were 5th grade students in VB with 31 students too. The researcher used multiple choices test as instruments. There were 20 items which valid and reliable. The validity and reliability test in this research was assist used IBM 20 SPSS Statistics for Windows 32-bit. Validity test techniques used Point Biserial Correlation with signification level 0.05 and r score table is 0.361. Reliability test formula used in this research was Alpha Cronbach with reliability coefficient 0.892 (included in high qualification). The data collecting technique was conducted using pretest and postest questions was given to students of experiment and control groups. Data analysis was conducted using IBM 20 SPSS Statistics for Windows 32-bit with

Independent sample t-test.

The results of the research showed that there were differences of IPS learning achievement in 5th grade students of Kanisius Wrobrajan Yogyakarta Elementary School to the application of Jigsaw type II Cooperative Learning Model which was proven from the results of hypothesis test showing that signification level obtained was 0.039 ( or < 0.05). The improvement of learning achievement in the experimental group is 77.17 %. Meanwhile, the increase of control group is 73.93 %. It is showed that the increase of leraning achievement in the experiment group is bigger than control group.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karuniaNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skkripsi dengan judul

‘‘PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II‘‘

Maksud penulisan skripsi ini adalah untuk memnuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., Kepala Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. YB. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing I yang selalu sabar

memberikan bimbingan dan arahan.

4. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing II yang selalu sabar

memberikan bimbingan dan arahan.

5. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan memberikan

pelayanan dengan baik.

6. Hr. Klidiatmoko, S.Pd., Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan yang

telah mengijinkan peneliti untuk untuk melakukan penelitian.

7. Ch. Tri Lestari, S.Pd., serta Lia Pratiwi, S.Pd., guru Kalas VB SD Kanisius

Wirobrajan atas kerja sama dan bantuannya untuk melakukan penelitian.

8. Siswa dan siswi kelas VA dan VB SD Kanisius Wirobrajan tahun ajaran

2013/2014 yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

9. Seluruh guru dan karyawan SD Kanisius Wirobrajan yang telah

(12)

xi

10.Kedua orang tuaku Sumaryono dan Trimah (alm) yang telah memberikan

kasih sayang, doa, restu, dukungan.

11.Sudi Sutrisno, pakdheku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan

bantuan materiil

12.Karsiyem, budheku yang telah memberikan kasih sayangnya layaknya

seorang ibu

13.Dwiningsih, kakakku yang selalu mendoakanku

14.Bernadus Srinyoto, kekasihku yang selalu mendukung, memberikan

perhatian, cinta, semangat, dan mengajariku untuk tetap bersabar

15.Keluarga besar dan sanak saudaraku yang selalu menyayangi dan

mendukungku.

16.Sahabat-sahabatku kelas B PGSD USD angkatan 2010 yang menemaniku

berproses dan memberikan dukungan

17.Teman-teman Payung Jigsaw : Novem, Fajar, Lala, Titin, Iren, Dina, Oca, Novi, dan Septi untuk kebersamaan, kerja sama dan perjuangan kita.

18.Teman-teman seperjuangan PPL SD Kanisius Wirobrajan : Probo, Dani,

Paska, Hendry, dan Yanti atas kebersamaan, bantuan, dan dukungannya

terutama dalam proses penelitian

19.Teman-teman PGSD USD angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu

20.Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata

Dharma.

Yogyakarta, 11 Juni 2014

Penulis

Armawan

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

(14)

xiii

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar ... 11

2.1.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar... 13

2.1.1.5 Prestasi Belajar... 20

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

2.1.2.2 Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

2.1.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 27

2.1.2.4 Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 28

2.1.2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 32

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37

2.1.3.1 Hakikat IPS ... 37

2.1.3.2 Pembelajaran IPS di SD ... 38

2.1.3.3 Pembelajaran IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 41

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan ... 44

2.3 Kerangka Berpikir ... 48

2.4 Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN... 52

3.1 Jenis Penelitian... 52

3.7.2 Penentuan Reliabilitas Instrumen ... 63

(15)

xiv

3.9 Teknik Analisis Data... 65

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 65

3.9.2 Analisis Inferensial ... 66

3.9.2.1 Uji Prasyarat Analisis ... 66

3.9.2.2 Uji Beda Pretest ... 68

3.9.2.3 Uji Hipotesis ... 69

3.9.2.4 Effect Size ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

4.1 Hasil Penelitian ... 71

4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ... 71

4.1.2 Perbedaan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Atas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 73

4.1.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 74

4.1.2.2 Hasil Uji Homogenitas ... 78

4.1.2.3 Hasil Uji Beda Pretest ... 79

4.1.2.4 Hasil Uji Hipotesis ... 80

4.1.2.5 Hasil Perhitungan Effect Size ... 81

4.2 Rangkuman Hasil Penelitian ... 82

4.3 Pembahasan... 84

4.3.1 Pembahasan Proses Pelaksanaan Penelitian ... 84

4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 89

5.3 Saran ... 90

5.3.1 Bagi Sekolah ... 90

5.3.2 Bagi Guru ... 90

5.3.3 Bagi Peneliti Lainnya ... 90

DAFTAR REFERENSI ... 92

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penentuan Poin Kemajuan ... 37

Tabel 2.2 Tingkatan Penghargaan ... 37

Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V ... 40

Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data ... 55

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 56

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen ... 58

Tabel 3.4 Nomor Soal Yang Valid ... 62

Tabel 3.5 Penentuan Validitas ... 62

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 64

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 64

Tabel 3.8 Pengumpulan Data Variabel Prestasi Belajar ... 65

Tabel 3.9 Kriteria effect size ... 70

Tabel 4.1 Data Prestasi Belajar... 72

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen ... 75

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol ... 75

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen ... 76

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ... 77

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas ... 78

Tabel 4.7 Hasil Uji Beda Pretest ... 79

Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis ... 81

Tabel 4.9 Rangkuman Uji Normalitas ... 83

Tabel 4.10 Rangkuman Uji Homogenitas Pretest ... 83

Tabel 4.11 Rangkuman Skor Pretest ke Posttest ... 83

Tabel 4.12 Rangkuman Uji Beda Pretest ... 83

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kelompok Asal ... 35

Gambar 2.2 Kelompok Ahli ... 35

Gambar 2.3 Literatur Map ... 47

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ... 53

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 57

Gambar 4.1 Distribusi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 75

Gambar 4.2 Distribusi Data Pretest Kelompok Kontrol... 76

Gambar 4.3 Distribusi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 77

Gambar 4.4 Distribusi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 77

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin akan Melaksanakan Penelitian... 95

Lampiran 2 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 96

Lampiran 3 Silabus dan RPP Kelas Eksperimen ... 97

Lampiran 4 Silabus dan RPP Kelas Kontrol ... 151

Lampiran 5 Materi Pembelajaran ... 182

Lampiran 6 Bentuk Soal yang Dikerjakan Siswa untuk Uji Coba ... 189

Lampiran 7 Output Perhitungan Validitas ... 198

Lampiran 8 Tabel Nilai r Product Moment ... 202

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas ... 203

Lampiran 10 Lembar Expert Judgement Instrumen Penelitian... 204

Lampiran 11 Instrument Soal untuk Pretest dan Posttest ... 212

Lampiran 12 Tabulasi Pengolahan Data Nilai Pretest dan Posttest ... 217

Lampiran 13 Data nilai Pretest dan Posttest ... 221

Lampiran 14 Output Perhitungan SPSS untuk Analisis Deskriptif ... 222

Lampiran 15 Output Perhitungan SPSS untuk Analisis Inferensial ... 223

Lampiran 16 Lembar Pengamatan Jigsaw II ... 225

Lampiran 17 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 227

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan lima hal yaitu latar belakang, pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Prestasi belajar (KBBI, 2008:1101) merupakan penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru.

Bertolak dari hal tersebut, maka prestasi belajar akan terlihat setelah adanya suatu

proses belajar dimana melalui mata pelajaran yang ada dikembangkan

pengetahuan maupun keterampilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa

dalam proses belajarnya (Syah, 2008:144) yaitu, faktor internal yang merupakan

kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal yang merupakan kondisi

lingkungan di sekitar siswa, dan faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi

dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Bertolak dari beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, maka

orang-orang yang ada di lngkungan sekitar siswa seperti orang tua, guru, dan

teman-temannya, khususnya teman sebaya, penerapan model dan metode

pembelajaran juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa memiliki waktu

khusus untuk belajar di sekolah, sehingga dibutuhkan kreativitas guru untuk

mengemas pembelajaran agar dapat berlangsung dengan efektif dan siswa dapat

memahami pembelajaran dengan baik yang harapannya akan memperoleh prestasi

(20)

Pembelajaran di kelas mencakup beberapa mata pelajaran yang salah

satunya adalah mata pelajaran IPS yang merupakan mata pelajaran wajib yang ada

di SD. Ruang lingkup mata pelajaran IPS di sekolah dasar di dalam standar isi

(Tim Penyusun KTSP, 2007:237) meliputi beberapa aspek, yaitu manusia, tempat,

dan lingkungan, waktu, keberlanjutan, dan perubahan; sistem sosial dan budaya;

serta perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Dilihat dari ruang lingkup materi

diatas, ada banyak materi IPS yang berisi konsep yang tidak nyata sehingga sulit

dibayangkan tetapi harus dipelajari oleh siswa sekolah dasar. Anak usia sekolah

dasar menurut Piaget (dalam Susanto, 2013:152) berada pada tahap

perkembangan intelektual pada tingkatan kongret operasional. Tingkatan kongret

operasional dapat diartikan bahwa siswa akan memahami hal-hal yang bersifat

nyata. Bertolak dari hal ini maka, ketika dihadapkan dengan konsep atau

materi-materi IPS, siswa akan sulit untuk memahaminya karena konsep tersebut bersifat

tidak nyata. Pada tahapan ini, siswa memandang dunia dalam keseluruhan yang

utuh. Siswa memperdulikan masa sekarang dan bukan masa depan atau masa lalu

seperti yang ada dalam materi sejarah yang merupakan salah satu cakupan IPS.

Bertolak dari kebutuhan anak usia SD maka dibutuhkan usaha untuk membantu

dan memfasilitasi siswa memahami mata pelajaran IPS.

Jenjang pendidikan sekolah dasar dari tahun ke tahun memasukkan

mata pelajaran IPS sebagai salah satu mata pelajaran inti yang ada dalam ujian

nasional. Bertolak dari hal ini maka prestasi belajar IPS siswa tentu saja menjadi

hal penting yang perlu diperhatikan karena fungsinya sebagai indikator kualitas

dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa serta sebagai indikator daya

(21)

siswa di dalam belajar juga penting dan perlu diperhatkan. Proses ini tercermin

dalam pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Susanto (2013:155)

menyatakan bahwa dalam kenyataannya masih banyak guru yang melakukan

pembelajaran IPS dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Peran

guru dan buku teks dalam hal ini masih merupakan sumber yang utama. Cara

seperti ini cenderung membuat siswa bersikap apatis baik terhadap mata pelajaran

maupun terhadap gejala sosial yang ada di masyarakat. Guru yang memonopoli

peran sebagai sumber informasi selayaknya meningkatkan kinerja dengan metode

pembelajaran yang bervariasi. Guru dituntut menggunakan metode pembelajaran

yang lain selain metode ceramah agar suasana belajar menjadi lebih baik. Bertolak

dari hal ini dan juga sebagai salah satu usaha untuk memfasilitasi siswa SD yang

berada pada tahap operasional kongret, maka guru dapat menerapkan model

pembelajaran inovatif di dalam kelas.

Model pembelajaran inovatif ada banyak, salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sebagai metode yang handal yang dapat

memberikan konstribusi yang lebih baik dalam mencapai prestasi belajar siswa.

Hubungan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

kebutuhan siswa SD yang berada pada tahap operasional kongret adalah, melalui

model pembelajaran ini, siswa berusaha memahami materi pembelajaran dengan

bantuan orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama teman sebaya. Guru juga

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya baik kepada teman-teman

dalam kelompok belajarnya maupun kepada guru. Melalui bantuan teman sebaya

maupun guru, dimana ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dan

(22)

membantu siswa untuk memahami konsep yang bersifat abstrak untuk menuju ke

konsep yang mudah dipahami oleh siswa sehingga akan memberikan kontribusi

yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari beberapa teori

serta penelitian-penelitian terdahulu yang ada. Wardani (dalam Isjoni, 2012:39)

menyatakan bahwa Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mendorong

siswa beraktivitas dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk

mencapai prestasi yang maksimal. Jigsaw terdiri atas 3 jenis yaitu Jigsaw I,

Jigsaw II, dan Jigsaw III (Huda:2012). Beberapa peneliti (Mustamin,dkk.,2013;

Darmanda,dkk.,2012; Budiawan,dkk.,2012) melakukan penelitian mengenai

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS

pada siswa sekolah dasar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

prestasi siswa dalam bidang akademik. Hasil penelitian membuktikan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh positif terhadap hasil

belajar IPS. Penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw terhadap hasil belajar IPS juga pernah dilakukan untuk siswa sekolah

menengah pertama (Mujmal, dkk:2011) dan hasilnya adalah berpengaruh positif.

Peneliti yang lainnya (Sabtanti:2009) juga melakukan penelitian mengenai

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang hasilnya adalah

berpengaruh positif terhadap prestasi belajar PKn pada siswa sekolah menengah

pertama.

Penjelasan-penjelasan yang telah diutarakan di atas, kaitannya dengan

teori dan beberapa penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, membuat penulis

(23)

atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Pemilihan kelas V

dikarenakan karena materi IPS di kelas V berisi materi yang sebagian besar adalah

materi sejarah, yang berbentuk narasi dan berisi konsep yang abstrak maka sulit

dipahami oleh siswa. Penelitian akan dilakukan di SD Kanisius Wirobrajan

dengan latar belakang siswa yang heterogen dan dalam pemblajaran IPS belum

pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dipilih adalah tipe Jigsaw II karena

merupakan model yang berbeda dengan Jigsaw I dan dirancang lebih baik dari

Jigsaw I.

Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif yang dapat

digunakan apabila materi yang dipelajari adalah narasi tertulis (Slavin, 2008:237).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS

siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II. Materi dalam pembelajaran IPS berbentuk narasi tertulis sehingga

cocok menggunakan model pembelajaran Jigsaw II ini. Jigsaw II merupakan

penyempurnaan dari Jigsaw I. Pembelajaran yang menerapkan Jigsaw II

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari konsep secara umum

terlebih dahulu, sehingga dapat menjadi gambaran bagi siswa sebelum

benar-benar memperoleh informasi dari teman lain yang ahli dalam sub bab materi

tertentu (Trianto, 2009:75).

Jigsaw II juga menerapkan adanya penghargaan. Pembelajaran

menggunakan Jigsaw II memberikan kesempatan kelompok untuk berkompetisi

memperoleh penghargaan kelompok (Huda, 2012:118). Penghargaan diperoleh

(24)

berdasarkan poin. Poin dalam kelompok akan bertambah apabila masing-masing

individu dalam kelompok juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan

yang sebelumnya sehingga siswa memiliki semangat dan selalu berusaha untuk

mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya dalam pembelajaran IPS. Bertolak dari

perbedaan antara Jigsaw I dan II maka harapannya Jigsaw II akan memberikan

hasil yang lebih baik terhadap prestasi belajar IPS siswa.

1.2 Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi pada penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar ranah

kognitif untuk mata pelajaran IPS siswa kelas V sekolah dasar pada KD 2.2,

menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas,

dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: apakah terdapat perbedaan

prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut: untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS siswa

kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

(25)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pendidikan di Indonesia khususnya dalam pembelajaran IPS pada aspek prestasi

belajar IPS. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw IIdan pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPS.

1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman yang baru dengan merasakan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II membawa suasana baru bagi siswa dalam mata pelajaran

IPS. Siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik.

1.5.2.2 Bagi Guru

Guru memperoleh gambaran penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II. Guru dapat menggunakan hasil penelitian sebagai

referensi mengenai model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

yang dapat dipraktekkan dalam pembelajaran di kelas.

1.5.2.3 Bagi Peneliti Lain

Peneliti lainnya dapat memperoleh gambaran dan inspirasi mengenai

penerapan model pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan kontribusi

yang lebih baik terhadap pencapaian prestasi belajar IPS. Peneliti yang akan

(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Bab ini akan diuraikan menjadi empat hal

yaitu kajian teori yang berisi teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang

relevan, kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Bagian ini akan mengkaji teori-teori yang mendukung penelitian ini.

Kajian pustaka didasarkan pada tinjauan pustaka yang dilakukan oleh peneliti.

Beberapa teori yang dikaji meliputi IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), prestasi

belajar, serta model pembelajaran kooperatif khususnya tipe Jigsaw II.

2.1.1 Belajar

Pembahasan prestasi belajar meliputi pengertian belajar, ciri-ciri

belajar, prinsip-prinsip belajar, serta faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto,2010:2). Pendapat lain mengenai pengertian belajar disampaikan oleh

Suyono (2011:9), belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,

(27)

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa pengertian yang telah

diungkapkan oleh beberapa tokoh (Slameto,2010 dan Suyono,2011) adalah,

belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun yang berkaitan

dengan nilai dan sikap dari hasil pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.

2.1.1.2 Ciri-ciri Belajar

Winataputra (2008:1.9) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar ada tiga.

Ciri belajar yang pertama adalah belajar harus memungkinkan terjadinya

perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini

adalah perubahan baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Ciri

belajar yang kedua adalah perubahan yang terjadi merupakan buah dari

pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi karena adanya interaksi antara

individu dengan lingkungannya. Ciri belajar yang ketiga adalah perubahan relatif

menetap.

Djamarah (2011:15-16) juga memiliki persamaan pendapat dengan

Winataputra mengenai ciri-ciri belajar, yaitu bahwa belajar itu memungkinkan

adanya perubahan perilaku serta perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat

menetap. Selain kedua ciri belajar tersebut, Djamarah juga menambahkan

pendapat mengenai ciri-ciri belajar. Ciri-ciri belajar yang lainnya yang

diungkapkan oleh Djamarah adalah bahwa didalam belajar, perubahan terjadi

secara sadar. Individu yang belajar menyadari atau setidaknya merasakan

terjadinya perubahan di dalam dirinya, misalnya adalah individu menyadari

bahwa pengetahuan atau kecakapannya bertambah. Ciri belajar yang lainnya

(28)

proses belajar akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan atau proses belajar selanjutnya. Misalnya individu yang belajar menulis

akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.

Perubahan yang terjadi berlangsung terus menerus sampai kecakapan menulisnya

menjadi lebih baik dan sempurna dan pada akhirnya memperoleh kecakapan yang

lain seperti menulis surat, mengerjakan soal dan sebagainya. Ciri belajar yang

lainnya yang diungkapkan oleh Djamarah adalah perubahan dalam belajar bersifat

positif dan aktif. Perubahan dalam belajar selalu bertambah dan tertuju untuk

memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan bersifat aktif

artinya bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha

individu sendiri. Ciri belajar yang lainnya adalah perubahan dalam belajar

bertujuan atau terarah. Terjadinya perubahan tingkah laku adalah karena adanya

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku

yang benar-benar disadari. Sebagai contoh, seseorang yang belajar mengenai

operasi hitung pecahan, sebelumnya sudah menentukan apa yang akan dicapai

misalnya adalah mengenai pembentukan dasar negara.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa pendapat ahli

(Winataputra, 2008 dan Djamarah, 2011) mengenai ciri-ciri belajar yang telah

dijelaskan di atas adalah, ciri-ciri belajar ditandai dengan adanya perubahan pada

diri individu. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini meliputi perubahan tingkah

laku yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, perubahan

yang terjadi bersifat menetap, perubahan yang terjadi merupakan hasil dari

(29)

perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat

positif dan aktif serta perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar

Slameto (2010:27-28) menyatakan bahwa prinsip belajar dapat dilihat

dari 4 hal yaitu berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, sesuai

hakikat belajar, sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari, serta dilihat dari

syarat keberhasilan belajar. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

dinyatakan bahwa dalam belajar setiap siswa harus diusahakan untuk

berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

yang akan dicapai. Belajar harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi

yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Belajar memerlukan

lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya

bereksplorasi dan belajar dengan lingkungannya.

Sesuai hakikatnya, belajar bersifat kontinyu yaitu harus tahap demi

tahap menurut perkembangannya, belajar adalah proses organisasi, adaptasi,

eksplorasi, dan discovery, belajar adalah proses kontinguitas, yaitu adanya

hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lainnya sehingga mendapatkan

pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan mendapatkan respon yang

diharapkan.

Sesuai materi yang harus dipelajari dinyatakan bahwa belajar bersifat

keseluruhan. Materi harus memiliki struktur dan penyajian yang sederhana

sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. Belajar juga harus

(30)

Belajar berdasarkan syarat keberhasilan belajar memerlukan sarana

yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. Pengulangan berkali-kali

terhadap pengertian/keterampilan/sikap perlu dilakukan disamping tersedianya

sarana yang mencukupi. Pengulangan dimaksudkan agar konsep yang dipelajari

dapat dipahami secara mendalam oleh siswa.

Pendapat mengenai prinsip-prinsip belajar juga disampaikan oleh

Suprijono (2011:4-5). Beliau menyampaikan prinsip-prinsip belajar secara lebih

sederhana yaitu mencakup tiga prinsip. Prinsip belajar yang pertama adalah

perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki beberapa

ciri yaitu: sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari, berkesinambungan dengan perilaku lainnya, bermanfaat bagi bekal

hidup, positif, aktif, permanen, bertujuan dan terarah serta mencakup keseluruhan

potensi kemanusiaan. Prinsip belajar yang kedua adalah belajar merupakan proses.

Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar

merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Prinsip belajar

yang ketiga adalah belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman

merupakan hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa prinsip yang diungkapkan

oleh beberapa ahli (Slameto,2010 dan Suprijono,2011) adalah, ada beberapa hal

yang menjadi prinsip di dalam belajar yang harus diperhatikan terutama oleh

seorang guru yang akan membelajarkan siswanya. Prinsip-prinsip didalam belajar

diantaranya adalah ketika belajar anak memerlukan lingkungan yang menantang

untuk dapat mengembangkan kemampuannya, belajar melalui proses tahap demi

(31)

harus menggunakan struktur dan penyajian yang sederhana agar mudah dipahami

anak, diperlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang,

diperlukan adanya pengulangan berkali-kali terutama untuk konsep-konsep yang

penting dan sulit bagi anak, belajar merupakan bentuk pengalaman yang

merupakan hasil dari interaksi anak dengan lingkungannya, serta hal-hal penting

lainnya yang perlu diperhatikan didalam belajar.

2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor internal dan faktor

eksternal (Syah, 2008:144). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

diri siswa yang meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis (kondisi umum jasmani)

dan aspek psikologis (kondisi rohaniah). Faktor eksternal adalah faktor yang

berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor lingkungan sosial, lingkungan

non sosial dan faktor pendekatan belajar.

Aspek fisiologis meliputi kondisi umum jasmani seperti tegangan otot,

kondisi organ tubuh yang lemah, kondisi organ khusus seperti kesehatan indera

pendengar dan indera penglihat yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam

menyerap informasi dan pengetahuan. Aspek psikologis yang meliputi kondisi

rohaniah. Kondisi rohaniah yang dimaksud meliputi tingkat kecerdasan atau

intelegensi siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin

besar peluang untuk meraih sukses begitu pula sebaliknya. Siswa yang

berintelegensi normal,termasuk anak yang sangat cerdas dan sangat berbakat (IQ

128 keatas), dan siswa yang berintelegensi di bawah rata-rata (IQ 79 kebawah)

(32)

Hal yang kedua adalah sikap siswa. Sikap siswa yang positif terhadap

guru maupun mata pelajaran yang disajikan merupakan awal yang baik bagi

proses pembelajaran, sedangkan sikap negatif siswa terhadap guru dan mata

pelajaran yang disajikan, jika ditambah dengan kebencian kepada guru maupun

mata pelajaran yang disajikan maka dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.

Hal yang ketiga adalah bakat siswa. Bakat mempengaruhi tinggi

rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Apabila tidak sesuai

dengan bakat akan berpengaruh terhadap kinerja akademik atau prestasi

belajarnya. Sebagai contoh, siswa yang yang berbakat dalam bidang berhitung

maka akan lebih mudah menyerap informasi atau pengetahuan serta keterampilan

dalam hal berhitung seperti pada mata pelajaran matematika.

Hal yang keempat adalah minat siswa. Minat mempengaruhi kualitas

pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Sebagai contoh, siswa

yang menaruh minat besar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah, suka

membaca maka akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lain

yang tidak memiliki minat.

Hal yang terakhir adalah motivasi siswa. Motivasi ini terdiri dari

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri siswa

yang mendorong untuk melaksanakan tindakan belajar, sebagai contoh adalah

perasaan menyenangi materi pelajaran. Motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri

siswa yang mendorong untuk melakukan kegiatan belajar, contohnya adalah

adanya pujian dan hadiah.

Faktor lingkungan sosial adalah seperti guru, teman-teman sekelas,

(33)

mempengaruhi semangat belajar, memberikan teladan yang baik khususnya dalam

hal belajar, dan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Lingkungan sosial yang

paling mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa.

Contoh dari lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah kebiasaan

keluarga dalam mengelola keluarga yang keliru seperti kelalaian orang tua dalam

memantau kegiatan anak yang akan mengakibatkan anak tidak terkontrol

belajarnya dan bisa juga membuat anak berperilaku menyimpang.

Faktor lingkungan non sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya,

alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Contoh dari

lingkungan non sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah waktu yang

disenangi untuk belajar, bagi siswa yang menyenangi waktu belajar di pagi hari

maka ketika diminta untuk belajar di pagi hari dia bersemangat untuk belajar,

akan tetapi bagi siswa yang senang belajar di malam hari, dia tidak bisa belajar di

pagi hari karena misalnya saja masih mengantuk.

Faktor pendekatan belajar merupakan cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran

tertentu. Strategi yang dimaksud merupakan langkah operasional yang

direncanakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Slameto (2010:54-72) juga menyampaikan pendapatnya mengenai

faktor-faktor yang mempengarui belajar. Menurut pendapatnya, faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar juga dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan

faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu,

(34)

dari pendapat Syah (2008:144) mengenai faktor dari dalam diri siswa yang

mempengaruhi belajar, Slameto (2010:54) memiliki persamaan pendapat bahwa

faktor jasmaniah dan faktor psikologis termasuk faktor intern yang

mempengaruhi belajar. Selain kedua faktor ini, beliau menambahkan bahwa faktor

kelelahan merupakan faktor intern yang mempengaruhi belajar. Faktor ekstern

yang berpengaruh terhadap belajar diungkapkan oleh Slameto (2010:60) secara

lebih spesifik yaitu meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat.

Faktor kelelahan yang disampaikan oleh Slameto yang termasuk ke

dalam faktor intern yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terjadi

karena kekacauan substansi sisa pembakaran dalam tubuh sehingga darah kurang

lancar pada bagian-bagian tertentu. Hal ini dapat terlihat dari lemah lunglainya

tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat

terjadi karena terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa

istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama tanpa variasi, serta mengerjakan

sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatiannya.

Kelelahan rohani ini dapat terlihat dari adanya kelesuan dan kebosanan sehingga

minat dan dorongan untuk mnghasilkan sesuatu hilang.

Faktor ekstern yang mempengaruhi belajar yang berupa faktor

keluarga menurut Slameto (2010:60-64) mencakup enam hal yaitu cara mendidik

orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, serta latar belakang kebudayaan. Orang tua yang

(35)

anaknya, dan tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam

belajar. Mendidik anak dengan cara memanjakan maupun dengan

memperlakukannya terlalu keras bukan merupakan cara mendidik yang baik.

Faktor ekstern yang berupa relasi antar anggota keluarga, yang dalam hal ini dapat

berupa relasi orang tua dengan anaknya maupun antara anak dan anggota keluarga

yang lainnya. Faktor yang lainnya adalah suasana rumah. Relasi yang baik di

dalam keluarga akan mendukung kelancaran dan keberhasilan belajar anak.

Faktor yang lainnya adalah suasana rumah, yang dimaksud suasana rumah adalah

kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.

Suasana rumah yang tenang dan tenteram perlu diciptakan agar anak dapat belajar

dengan baik. Kedaaan ekonomi keluarga juga merupakan faktor ekstern yang

mempengaruhi belajar. Kebutuhan pokok anak maupun fasilitas dalam belajar

dibutuhkan dan akan terpenuhi bila keluarga mempunyai cukup uang. Faktor yang

lainnya adalah pengertian orang tua. Pengertian dan dorongan dapat diberikan

kepada anak misalnya ketika anak mengalami lemah semangat maupun

mengalami kesulitan. Faktor yan lainnya adalah latar belakang kebudayaan.

Tingkat pendidikan maupun kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap

anak untuk belajar.

Faktor ekstern yang kedua adalah faktor sekolah. Faktor sekolah

meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran

di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, serta tugas rumah. Metode

mengajar merupakan cara yang dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar yang

(36)

kurang baik dapat terjadi karena kurangnya persiapan ataupun kurangnya

pemahaman terhadap materi pembelajaran. Faktor kurikulum sebagian besar

berkaitan dengan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa untuk diterima,

dikuasai, dan dikembangkan sehingga harus sesuai dengan kebutuhan maupun

kemampuan anak. Relasi guru dengan siswa juga merupakan faktor yang penting.

Relasi belajar yang baik antara siswa dan guru maupun sebaliknya akan

menyebaban proses belajar menjadi lancar serta timbul suasana yang

menyenangkan untuk belajar. Faktor relasi siswa dengan siswa berpengaruh

terhadap belajar ketika sifat-sifat atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa

diterima atau tidak oleh teman-temannya, apabila tidak diterima maka siswa bisa

merasa rendah diri, mengalami tekanan, merasa terasing dan sebagainya sehingga

akan mempengaruhi dalam belajarnya juga. Kedisiplinan sekolah erat

hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga belajarnya. Alat

pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran

yang dipelajari oleh siswa. Pemilihan waktu sekolah yang tepat akan

mempengaruhi belajar, ketika siswa harus belajar di pagi, siang, atau sore tentu

saja berbeda suasananya dan semangatnya di dalam belajar. Faktor yang lainnya

adalah standar pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tuntutan penguasaan materi

yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa tanpa

mengesampingkan tujuan yang telah dirumuskan untuk dicapai. Keadaan gedung

juga mempengaruhi belajar siswa. Metode belajar juga merupakan faktor penting

yang mempengaruhi belajar. Metode belajar berkaitan dengan cara siswa di dalam

(37)

secukupnya tanpa mengesampingkan hak anak untuk melakukan kegiatan lain

yang ada di rumah.

Faktor ekstern yang ketiga adalah faktor masyarakat. Faktor

masyarakat mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman

bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat. Kegiatan di dalam masyarakat

menguntungkan terhadap perkembangan pribadi anak, akan tetapi perlu

diperhatikan juga mengenai pembagian waktu serta prioritas kegiatan apa saja

yang diikuti sehingga tidak mengganggu belajar anak. Mass media dapat berupa

bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain sebagainya

yang beredar di masyarakat. Berkaitan dengan mass media ini, bimbingan dan

kontrol dari pihak orang tua dan pendidik, baik di lingkungan keluarga, sekolah,

maupun masyarakat sangat diperlukan. Faktor yang lainnya adalah teman bergaul,

agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan siswa memiliki

teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan

dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana. Faktor lain yang

mempengaruhi belajar adalah bentuk kehidupan masyarakat. Masyarakat yang

terdiri dari orang-orang yang terpelajar dengan yang tidak terpelajar tentu saja

berbeda cara pandang mereka terhadap pendidikan bagi anak mereka,

anak-anak akan cenderung berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa pendapat di

atas (Syah, 2008 dan Slameto, 2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar adalah, faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar individu.

(38)

sendiri dan terutama oleh orang-orang dewasa yang ada di lingkungan siswa baik

di rumah, sekolah, maupun masyarakat seperti orang tua dan guru.

2.1.1.5 Prestasi Belajar

2.1.1.5.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah

dilakukan, dikerjakan dsb). Prestasi belajar didefinisikan sebagai penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru (KBBI,

2008:1101). KBBI menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari

yang telah dilakukan, maka ketika seorang siswa melakukan proses belajar dan

mendapatkan hasil dari belajarnya, maka siswa tersebut juga memiliki prestasi

belajar, sehingga prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai hasil belajar.

Prestasi belajar yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah

prestasi belajar IPS, yaitu hasil yang didapatkan oleh siswa setelah melaksanakan

proses belajar IPS yang dapat berupa penguasaan pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran IPS yang ditunjukkan

dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

2.1.1.5.2 Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar penting dibahas karena memiliki beberapa fungsi

utama (Arifin, 2009:12-13) yaitu: sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuasan rasa

ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan karena prestasi

belajar dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu

(39)

pendidikan, sebagai indikator intern yang berarti prestasi belajar dijadikan

indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan dan indikator ekstern

yang berarti tinggi rendahnya prestasi belajar dijadikan indikator tingkat

kesuksesan peserta didik di masyarakat), fungsi yang terakhir bahwa prestasi

belajar dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa fungsi penting dari prestasi belajar

sehingga prestasi belajar menjadi penting pula untuk diperhatikan dan diusahakan

untuk dicapai sebaik-baiknya

2.1.1.5.3 Indikator Prestasi Belajar

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar

diungkapkan oleh Syah (2008:217-218). Prestasi belajar mencakup tiga ranah,

yaitu ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif), dan ranah karsa (psikomotorik).

Ranah kognitif mencakup beberapa kemampuan yaitu pengamatan, ingatan,

pemahaman, penerapan, analisa, dan sintesis. Pengamatan memiliki indikator

antara lain dapat menunjukkan, dapat membandingkan, dan dapat

menghubungkan. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan pada bagian pengamatan

ini adalah tes tertulis, tes lisan, dan observasi. Ingatan memiliki indikator yang

dapat menyebutkan dan dapat menunjukkan kembali. Bentuk evaluasi yang dapat

dilakukan antara lain tes lisan, tes tertulis dan observasi. Pemahaman, indikator

yang dapat diukur antara lain dapat menjelaskan, dapat mendefinisikan dengan

lisan. Bentuk evaluasi yang digunakan tes lisan dan tertulis. Penerapan, indikator

yang dapat diukur antara lain dapat memberikan contoh dan dapat menggunakan

secara tepat. Bentuk evaluasi yang digunakan adalah tertulis dan observasi, dan

(40)

menguraikan, dapat mengklasifikasikan. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan

adalah tes tertulis dan pemberian tugas. Sintesis, indikator pencapaian belajar

dapat terlihat dari dapat menghubungkan, dapat menyimpulkan, dan dapat

menggeneralisasikan. Bentuk evaluasi dari kemampuan sintesis ini tersebut

adalah tes tertulis dan pemberian tugas.

Ranah afektif mencakup lima hal antara lain penerimaan, sambutan,

apresiasi, internalisasi, karakterisasi. Penerimaan, indikator pencapaian prestasi

terlihat apabila menunjukkan sikap menerima, menunjukkan sikap menolak.

Bentuk evaluasi dari indikator tersebut antara tes tertulis, skala sikap, dan

observasi. Sambutan, indikator ini terlihat dari kesediaan berpartisipasi, kesediaan

memanfaatkan. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan adalah menggunakan skala

sikap, tugas, dan observasi. Apresiasi, indikator pencapaian prestasi terlihat dari

apabila menganggap penting dan bermanfaat, menganggap indah dan harmonis,

dan mengagumi. Bentuk evaluasi yang dapat digunakan adalah tes skala sikap,

pemberian tugas, dan observasi. Internalisasi (pendalaman), indikator pencapaian

prestasi terlihat dari mengakui dan menyakini, mengingkari. Bentuk evaluasi yang

dapat dilakukan adalah tes skala sikap, tugas, dan observasi. Karakterisasi,

indikator pencapaian prestasi dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain

melembagakan atau meniadakan, menjelmakan dalam pribadi dan perilaku

sehari-hari. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan antara lain pemberian tugas ekspresif

maupun observasi.

Ranah psikomotorik mencakup dua hal yaitu keterampilan bergerak

dan bertindak serta kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Indikator dari

(41)

tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Bentuk evaluasi dari indikator ini dapat

berupa observasi atau tes tindakan. Indikator dari kecakapan ekspresi verbal dan

non verbal adalah mengucapkan dan membuat mimik dan gerakan jasmani.

Bentuk evaluasi dari indikator ini dapat berupa tes lisan, observasi, atau tes

tindakan.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan beberapa penjelasan di

atas adalah, indikator prestasi belajar mencakup ranah kognitif yang berkaitan

dengan pengetahuan, ranah afektif yang berkaitan dengan sikap, serta ranah

psikomotorik yang berkaitan dengan keterampilan. Bentuk evaluasi atau

pengukuran evaluasi prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dapat dilakukan

dengan tes tertulis, tes lisan, pemberian tugas, dan observasi. Pada aspek afektif,

lebih pada tes mengukur sikap atau perbuatan, salah satunya dengan skala sikap

dapat pula menggunakan observasi. Pada aspek psikomotor, dapat dilakukan

dengan observasi dan tes tindakan.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Bagian ini akan membahas mengenai pengertian model pembelajaran

kooperatif, unsur-unsur model pembelajaran kooperatif, tujuan model

pembelajaran kooperatif, jenis-jenis pembelajaran kooperatif, langkah-langkah

pembelajaran kooperatif, serta pembahasan khusus pada salah satu tipe

pembelajaran kooeparatif yaitu Jigsaw II.

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tokoh kooperatif memberikan penjelasan mengenai

pengertian model pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2010:37) menyatakan

(42)

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menurut

Huda (2012:32) adalah bahwa pembelajaran kooperatif mengacu pada metode

pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling

membantu dalam belajar. Pendapat yang lainnya mengenai pengertian

pembelajarn kooperatif disampaikan oleh Majid (2013:174) yaitu bahwa model

pembelajaran koopertaif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang,

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian pembelajaran

kooperatif yang telah disampaikan oleh beberapa tokoh di atas (Sugiyanto,2010;

Huda, 2012; Majid,2013) adalah, bahwa model pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama didalam kelompok kecil

yang beranggotakan 4-6 orang yang bersifat heterogen, saling membantu dan

bertanggungjawab terhadap pemahaman materi sebaik yang mereka bisa lakukan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2.2 Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik atau unsur-unsur dari pembelajaran kooperatif menurut

pendapat Slavin (2008:26-27) ada 6. Karakteristik yang pertama adalah tujuan

kelompok. Beberapa tipe atau jenis pembelajaran kooperatif menggunakan

beberapa bentuk tujuan kelompok, dapat berupa sertifikat atau regognisi lain yang

(43)

sebelumnya. Karakteristik yang kedua adalah tanggung jawab individu yang

dilaksanakan dengan dua cara. Cara yang pertama adalah skor kelompok

didapatkan dari jumlah nilai rata-rata kuis individual. Cara yang kedua adalah

dengan adanya spesialisasi tugas, dimana masing-masing siswa diberi tanggung

jawab khusus dari sebagian tugas kelompok yang ada. Karekteristik yang ketiga

adalah kesempatan sukses yang sama, yaitu penggunaan skor yang memastikan

semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam

kelompoknya. Sebagai contoh, dalam tipe STAD ada skor kemajuan, dalam TGT

adanya kesempatan kompetisi yang sama dan sebagainya. Karakteristik yang

keempat adalah kompetisi tim atau kelompok digunakan sebagai sarana motivasi

bagi siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya khususnya terlihat pada tipe

STAD dan TGT. Karakteristik yang kelima adalah spesialisasi tugas, khususnya

terlihat pada tipe Jigsaw, GI yng masing-masing anggota kelompok melaksanakan

sub tugas masing-masing. Karakteristik yang terakhir adalah adaptasi terhadap

kebutuhan kelompok, sebagian besar tipe pembelajarn kooperatif menggunakan

petunjuk langkah-langkah kelompok, tetapi untuk tipe TAI dan CIRC ada

penyesuaian petunjuk kebutuhan individual siswa.

Selain Slavin, Lie (2010:31) juga berpendapat mengenai unsur-unsur

dalam model pembelajaran kooperatif. Beliau sependapat dengan Slavin bahwa

tanggung jawab perseorangan merupakan salah satu karakteristik dari

pembelajaran kooperatif. Selain tanggung jawab persoarangan ada empat unsur

pembelajaran kooperatif lainnya yang diungkapkan oleh Lie. Unsur-unsur tersebut

diantaranya adalah saling ketergantungan positif, tatap muka, komunikasi antar

(44)

Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan bergantung pada

usaha setiap anggotanya. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memberikan

sumbangan berupa poin yang yang berhasil didapatkan oleh siswa. Setiap siswa

menyelesaikan tugasnya agar anggota kelompok yang lain di dalam kelompoknya

bisa mencapai tujuan mereka.

Tatap muka berarti bahwa setiap anggota kelompok diberi kesempatan

untuk tatap muka dan berdiskusi sehingga terjalin interaksi. Interaksi yang

terbentuk akan menghasilkan hasil pemikiran yang lebih kaya daripada hasil

pemikiran dari satu orang saja. Interaksi yang terjalin akan membentuk sinergi

yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai

perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

Komunikasi antar anggota berarti keberhasilan kelompok bergantung

pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka

untuk mengutarakan pendapat mereka.

Evaluasi proses kelompok berarti guru atau pengajar perlu

menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja

kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih

efektif. Evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi

diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam

kegiatan pembelajaran kooperatif.

Pendapat kedua tokoh diatas mengenai karakteristik pembelajaran

kooperatif memberikan informasi kepada kita mengenai unsur-unsur apa saja yang

ada di dalam pembelajaran kooperatif. Beberapa unsur yang ada menjadi

(45)

misalnya dalam bentuk piagam penghargaan, tanggung jawab individu yang dapat

dilihat dengan adanya spesialisasi tugas, kesempatan sukses yang sama, kompetisi

kelompok yang digunakan sebagai sarana motivasi bagi siswa, saling

ketergantungan positif antara satu anggota dengan anggota lain dalam kelompok,

adanya tatap muka, komunikasi antar anggota, serta evaluasi proses kelompok

yaitu mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya

bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

2.1.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Trianto (2009:58) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran

kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa

dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan

belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Pendapat yang

lainnya mengenai tujuan pembelajaran kooperatif disampaikan oleh Rusman

(2011:209-210). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

tujuan-tujuan. Tujuan yang dimaksud diantaranya adalah hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, serta pengembangan keterampilan sosial. Tujuan

yang lainnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan

kolaborasi.

Tujuan pembelajaran kooperatif juga disampaikan oleh Majid

(2013:175). Beliau menyampaikan 3 tujuan pembelajaran kooperatif. Tujuan yang

pertama adalah meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik, hal ini terjadi

karena dalam pembelajaran kooperatif terdapat bantuan dari teman lain dalam satu

(46)

adalah melatih siswa untuk belajar menerima dan menghargai perbedaan latar

belakang dari teman-temannya dalam kelompok. Tujuan yang juga penting adalah

adanya kesempatan bagi siswa untuk melatih kerampilan sosial selama berproses

didalam kelompok, misalnya adalah ketika mau bertanya, menjawab pertanyaan

teman, menyampaikan ide dalam kelompok dan sebagainya.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas

(Trianto, 2009; Rusman, 2011; Majid 2013) adalah bahwa tujuan dari

pembelajaran kooperatif berkaitan dengan tujuan akademik, kemampuan sosial

dan juga pengembangan diri. Tujuan akademik berhubungan dengan hasil belajar

akademik. Kemampuan sosial dimana siswa belajar untuk berinteraksi, menerima

keberagaman, belajar bekerja sama, berkolaborasi dan sebagainya. Pengembangan

diri dimana siswa belajar untuk menghargai, melatih keberanian, belajar memiliki

sikap kepemimpian, belajar bertanggung jawab dan sebagainya

2.1.2.4 Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif. Tipe-tipe tersebut

diantaranya adalah:

2.1.2.4.1 STAD (Students Teams Achievement Divisions)

STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana (Slavin: 1995). Dalam tipe ini penghargaan tim diberikan dengan tujuan

memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuannya.

2.1.2.4.2 TGT (Teams Games Tournament)

TGT merupakan salah satu tipe metode pembelajaran yang hampir

sama dengan STAD (Slavin: 1995). Pada TGT sebagai bentuk evaluasi tidak

Gambar

Gambar 2.2 Kelompok Ahli
Tabel 2.1 Penentuan  Poin Kemajuan (Slavin, 2008:159)
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester II (Tim
Gambar 2.3 Literature Map
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang didapat adalah pelaksanaan teknologi PTT berjaln dengan baik, dan mengalami perkembangan produksi dari tahun ke tahun, kemudian tingkat keberhasilan

Komponen protein pada kedelai dan karbohidrat yang ada padajagung manis akan memungkinkan terjadinya interaksi antara protein dan karbohidrat yang berpengaruh pada

adalah beban yang lebih besar daripada standar beban angin untuk bangunan gedung menurut PMI 1983 sehingga diharapkan struktur yang terjadi mempunyai kekuatan maksimum..

bahwa dalam rangka pembinaan, penataan, dan pengendalian atas setiap kegiatan mendirikan, merubah, dan/atau menambah bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau

bahwa bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2000

Laporan keuangan merupakan informasi yang menunjukkan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang telah lalu dan prospeknya di

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul : Efektivitas Gel Putih Telur pada

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara