• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN (Halaman 101-107)

VI. INTISARI HASIL KEGIATAN

6.2. Kegiatan Diseminasi

6.3.5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi

Perkembangan pembangunan nasional dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi akhir-akhir ini mendorong Kementerian Pertanian untuk terus meningkatkan peran serta yang lebih proaktif dan sistematis, khususnya dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, dan umumnya dalam memecahkan berbagai masalah pembangunan pertanian. Guna mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, eksport, dan kesejahteraan petani, salah satu aktivitas Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian adalah Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI).

Konsep Model m-P3MI berada dalam koridor tupoksi Badan Litbang Pertanian sesuai Kepres Nomor: 177/2000 dan Kepmentan Nomor: 01/Kpts/OT.210/1/2001. Meskipun arahnya menuju perluasan jangkauan penggunaan inovasi, akan tetapi fokus m-P3MI tetap pada model percontohan, dan bukan pada pemasalan inovasi.

Model inovasi teknologi yang diuji cobakan dalam unit percontohan m-P3MI yaitu komponen teknologi budidaya kentang merah seperti: a) jarak tanam dalam bedengan 35 dan 40 cm untuk mendapatkan umbi kentang berukuran besar, b) pupuk kimia majemuk (NPK Phonska) dan pupuk tunggal SP-36. Komponen teknologi ini merupakan komponen teknologi yang matang dan siap digunakan pada skala pengembangan serta mempunyai potensi untuk memberikan dampak terutama dampak produksi yang tinggi.

Gambar 48. Lokasi tanaman kentang pada saat panen pertama.

Implementasi program tersebut di lapangan berbentuk unit Percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis. Unit percontohan bersifat holistik dan komprehensif meliputi aspek perbaikan teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan penguatan kelembagaan sarana pendukung agribisnis. Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran dan diseminasi teknologi berjalan secara simultan, sehingga spektrum diseminasi menjadi semakin meluas.

Unit percontohan m-P3MI itu sekaligus berfungsi sebagai laboratorium lapang, juga sebagai ajang kegiatan pengkajian, untuk perbaikan teknologi

dan perekayasaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis. Dukungan pengkajian ini dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan bio-fisik dan sosial ekonomi yang berkembang sangat dinamis. Selama proses ujicoba atau pengkajian diharapkan mendapat umpan balik (

feedback

) untuk penyempurnaan model pengembangan.

Tujuan pelaksanaan kegiatan pengkajian diseminasi m-P3MI berbasis kentang merah pada tahun 2013 adalah:

a. Mendiseminasikan inovasi teknologi Kentang Merah. b. Pembinaan kelompok tani, melalui pertemuan petani.

c. Mendorong petani menanam kentang merah sebagai tanaman spesifik lokasi Kabupaten Rejang Lebong.

Pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2013 di Kabupaten Rejang Lebong. Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Menentukan desa petani sasaran yang kelompok taninya banyak

menanam kentang merah

b. Menetapkan salah satu dari kelompok tani menjadi lokasi petak percontohan

c. Melakukan pertemuan petani

d. Identifikasi wilayah sebaran penanaman kentang merah e. Kunjungan pembinaan teknologi pertanian

f. Analisis tanah, analisis tanaman, dan analisis kompos g. Pelaksanaan petak percontohan penanaman kentang merah Parameter yang diukur dalam kegiatan pengkajian adalah: 1. Jumlah kelompok tani yang mengunjungi petak percontohan 2. Adopsi teknologi

3. Peningkatan pendapatan petani

4. Minat petani terhadap disemimasi teknologi

5. Pengamatan komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kentang merah.

Dengan adanya kegiatan m-P3MI dan penerapan komponen teknologi pada petak percontohan, beberapa dari anggota kelompok tani lain yang ingin mengetahui kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang

merah melakukan kunjungan ke lapangan untuk mengetahui secara langsung. Berdasarkan informasi dari petani pelaksana petak percontohan, ada 20 orang dari 4 kelompok yang mengunjungi petak percontohan. Petani yang mengunjungi petak percontohan biasanya petani yang respon terhadap inovasi teknologi dan masih berumur produktif (rata-rata 42,3 tahun).

Jumlah petani yang mengunjungi petak percontohan penanaman kentang merah sebanyak 20 orang dari 4 kelompok tani. Jumlah petani yang sedikit ini karena petani beranggapan bahwa teknologi yang diterapkan pada petak percontohan sama dengan teknologi yang mereka terapkan selama ini. Mereka beranggapan bahwa apa yang selama ini dilakukan petani sudah sesuai dengan teknologi anjuran, dimana petani yang biasa menanam kentang merah sebagian besar merupakan kelompok tani yang telah mendapat bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong.

Menurut BPTP Bengkulu (2012), hasil survey yang dilakukan pada petani kentang merah di lokasi kegiatan pada tahun 2012, tingkat pendidikan petani rata-rata 8,01 tahun. Deskripsi responden tersebut menggambarkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani masih rendah karena belum mencapai pendidikan dasar/wajib belajar yang ditetapkan pemerintah (9 tahun). Oleh karena itu kemampuan untuk menganalisa inovasi teknologi masih sangat rendah. Biasanya kalau produksi/produktivitas yang dicapai tinggi, baru petani akan mempercayai teknologi tersebut. Namun demikian, belum tentu petani akan menerapkan teknologi tersebut secara utuh, karena petani cenderung mengurangi semua biaya usahatani karena takut gagal dalam usahatani kentang merah yang penggunaan input tinggi dan biaya besar.

Teknologi yang diaplikasikan di lapangan pada petak percontohan merupakan teknologi yang dapat diaplikasikan dengan mudah oleh petani. Dengan adanya petak percontohan, teknologi yang diterapkan diharapkan diadopsi oleh petani. Apabila petani mengembangkan usahatani kentang

mengikuti anjuran teknologi (penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, jarak tanam, dan penggunaan pestisida yang efisien), produksi yang akan dicapai menjadi lebih tinggi, dan keuntungan akan semakin besar.

Berdasarkan hasil pengkajian tahun 2012 di lokasi yang sama dengan kegiatan P3MI, penerapan teknologi seperti yang diterapkan m-P3MI tahun 2013, produktivitas kentang merah mencapai 22,5 t/ha.

Pada tahun 2013 ini produktivitas yang dicapai menurun menjadi hanya 5,06 t/ha, jauh di bawah produktivitas kentang merah di Kabupaten Rejang Lebong yang 13,65 tn/ha (Bahar, 2009). Hal ini disebabkan oleh gangguan iklim yang sangat ekstrim pada saat itu. Pada saat tanaman mencapai umur 55 hst, terjadi badai selama satu minggu berturut-turut, selanjutnya reda selama tiga hari kemudian badai lagi selama satu minggu. Akibatnya tanaman terputar-putar yang ditunjukkan oleh lubang yang mengelilingi tanaman.

Peningkatan pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya input yang digunakan dan produksi dengan harga jual pada saat panen. Harga kentang sedikit bervariasi yang dipengaruhi oleh

supply dan

demand

serta kondisi tertentu. Namun demikian fluktuasi harga kentang tidak terlalu besar seperti komoditas lain (cabe atau bawang merah/putih).

Penanaman kentang merah di lokasi kegiatan m-P3MI (kentang merah maupun kentang granola), memerlukan biaya yang relatif tinggi terutama biaya bibit dan pestisida yang digunakan. Pada saat malam maupun pagi hari yang berembun, biasanya penggunaan fungisida oleh petani sangat tinggi dengan intensitas penyemprotan mencapai dua hari sekali. Akibatnya input untuk penanaman kentang menjadi tinggi.

Penggunaan biaya input rendah dan harga jual pada saat panen yang tinggi selalu menjadi sesuatu yang diinginkan petani. Sementara harga kentang sedikit bervariasi yang dipengaruhi oleh

supply dan demand

serta kondisi tertentu seperti bulan Ramadhan menjelang lebaran. Berdasarkan

harga jualnya, harga kentang dipengaruhi juga oleh ukuran umbi yang dihasilkan. Ada tiga jenis kualitas yang ada dalam perdagangan Kentang Merah maupun Kentang Kuning yaitu:

1. Kualitas A : kentang berukuran kecil 2. Kualitas B : kentang berukuran menengah,

3. Kualitas C : kentang berukuran super. Kentang ini adalah kualitas kentang yangterbesar, biasanya harga jualnya lebih mahal dari kentang ukuran menengah (selisih harga Rp 500,- sampai Rp1.000,-/kg). Namun demikian fluktuasi harga kentang ini tidak terlalu besar seperti komoditas lain (cabe atau bawang merah/putih).

Kegiatan lain yang dilakukan untuk penyebaran inovasi teknologi dilakukan dengan melakukan pertemuan petani. Dari setiap undangan yang dilakukan pada pertemuan petani, selalu dihadiri oleh petani sebanyak jumlah undangan yang diberikan, bahkan kalau dibolehkan, petani lain yang tidak diundang juga ingin hadir pada setiap pertemuan.

Salah satu media diseminasi yang cukup efektif dalam penyampaian inovasi teknologi kepada petani yaitu pertemuan petani. Biasanya petani yang diundang akan selalu hadir untuk mengikuti pertemuan yang diselenggarakan. Ini menunjukkan minat petani terhadap inovasi teknologi yang diselenggarakan melalui pertemuan petani sangat tinggi.

Selama pelaksanaan kegiatan m-P3MI tahun 2013, dilakukan pertemuan petani sebanyak tiga kali. Melalui pertemuan petani disampaikan materi berupa: Kebijakan pemerintah daerah terhadap komoditas kentang merah, Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI), Kelembagaan Petani, Peluang Pasar Kentang Merah, Pembinaan Kelompok, Pertanian Ramah Lingkunan, Pengendalian Penyakit Penting pada Tanaman kentang merah, dan Praktek Pembuatan Pupuk Organik. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah:

a. Diseminasi inovasi teknologi kentang merah telah dilakukan pada kelompok tani kooperator dan petani sekitar melalui unit percontohan/demplot dan pertemuan petani. Pada pertemuan petani

dijelaskan inovasi teknologi yang diterapkan dan hasil yang pernah dicapai pada tahun sebelumnya yang tinggi.

b. Pembinaan petani telah dilakukan melalui 3 kali pertemuan petani, sehingga informasi kegiatan dan perkembangan lapangan m-P3MI kentang merah di Kabupaten Rejang Lebong diketahui oleh

stakeholder

dan kelompok tani di sekitar lokasi kegiatan. Materi yang dibahas pada 3 kali pertemuan petani yaitu: a) kebijakan pemerintah daerah terhadap komoditas kentang merah, b) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI), c) kelembagaan petani, d) peluang pasar kentang merah, e) pembinaan kelompok, f) pertanian ramah lingkunan, g) pengendalian penyakit penting pada tanaman kentang merah, dan h) praktek pembuatan pupuk organik.

c. Petani selalu didorong menanam kentang merah sebagai tanaman spesifik lokasi Kabupaten Rejang Lebong agar komoditas tersebut tidak punah. Untuk meyakinkan petani bahwa produktivitas tinggi dapat dicapai pada kentang merah, ditunjukkan dengan data hasil yang pernah dicapai pada tahun sebelumnya.

6.3.6. Diseminasi Model Pengembangan Pertanian Pedesaan

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN (Halaman 101-107)