• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN (Halaman 60-68)

VI. INTISARI HASIL KEGIATAN

6.1. Kegiatan Pengkajian

6.1.4. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk

Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu

Di provinsi Bengkulu terdapat beberapa komoditas tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan yang mempunyai potensi nilai ekonomi yang cukup baik bila diberi sentuhan teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai tambahnya, seperti jagung, jeruk Gerga Lebong, pisang Curup, labu kuning (prenggi), kentang merah, terung dan tomat, yang tersedia sepanjang musim dengan harga di tingkat petani yang masih sangat rendah. Sentra produksi komoditas jagung, pisang Curup, dan prenggi terdapat di kabupaten Rejang Lebong sedangkan sentra buah jeruk Gerga Lebong terdapat di kabupaten Lebong. Namun komoditas tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai contoh, jagung yang saat ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara pisang Curup yang bertekstur lembut mengalami proses pematangan yang cepat serta mudah terkena infeksi dan penyakit pascapanen sehingga memiliki daya simpan yang rendah, dan labu kuning yang masih banyak terbuang karena hasil yang melimpah dengan nilai komoditas yang rendah.

Jeruk Gerga Lebong pemasarannya sudah cukup luas. Namun, terdapat permasalahan budidaya jeruk Gerga Lebong yakni banyaknya buah yang rontok akibat berbagai faktor salah satunya pengaruh iklim. Peristiwa rontok buah sebesar ±20% sehingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi petani produsen. Dengan luas areal pertanaman jeruk Gerga Lebong sekitar 500 ha dan masih dilakukan pengembangan areal tanam oleh pemerintah daerah setempat hingga menjadi 6000 ha dalam kurun 5 tahun kedepan.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemanfaatan jagung dan pisang Curup serta mengurangi kerugian pada budidaya jeruk yaitu adanya kerontokan buah jeruk Gerga Lebong, maka dilakukan pengolahan komoditas tersebut menjadi aneka produk olahan. Pengolahan komoditas tanaman

pangan dan hortikultura lokal unggul Provinsi Bengkulu ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah aneka produk jagung lokal, jeruk Gerga Lebong, dan pisang Curup.

Tujuan dari kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu adalah:

1. Mengidentifikasi berbagai jenis produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu.

2. Meningkatkan diversifikasi produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu.

3. Mengkaji dan menganalisis nilai tambah aneka produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu.

4. Mendiseminasikan hasil kajian ke

stakeholder

dan pengguna.

Gambar 21. Berbagai hasil olahan produk tanaman pangan dan hortikultura.

Pengkajian dilaksanakan di Kelompok Pengolah Hasil/Kelompok tani. Pengkajian diawali dengan ujicoba pembuatan produk di Laboratorium Pascapanen BPTP Bengkulu dan hasil formula produk yang tebaik diintroduksikan kepada kelompok tani di lokasi pengkajian Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Lebong. Ruang lingkup kegiatan meliputi pengkajian pendahuluan berupa identifikasi produk olahan tanaman pangan dan hortikultura di Propinsi Bengkulu dan formulasi produk, dan pengkajian

utama yang mencakup kegiatan introduksi teknologi ke kelompok tani. Selanjutnya dilakukan analisis nilai tambah produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu.

Hasil kegiatan pengkajian menunjukkan bahwa Propinsi Bengkulu memiliki potensi produk tanaman dan hortikultura unggulan yang sebagian besar sudah ada diipasaran dan identifikasi hasil produk olahan tersebut meliputi produk olahan jagung berupa marning, dan produk olahan komoditas hortikultura yang paling banyak ditemukan di pasaran seperti keripik pisang, lempuk durian, manisan terong, dan manisan tomat. Selain itu, sudah dilakukan diversifikasi pengolahan tanaman pangan sehingga dihasilkan produk olahan tanaman pangan seperti stik ubi jalar, macaroni ubi jalar, dan kare-kare. Sementara, produk olahan hortikultura juga sudah beraneka ragam, terdiri dari permen pepaya, dodol terong, dodol pepaya, permen tomat, keripik bayam.

Hasil pengkajian diperoleh formulasi terbaik produk

tortilla

jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup. Sejauh ini sudah dilakukan introduksi teknologi pengolahan produk tersebut kepada kelompok pengolahan hasil di Kabupaten Rejang Lebong dan kelompok tani di Kabupaten Lebong. Pengolahan jagung menjadi

tortilla

jagung menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 28.000,00. Sementara pengolahan jeruk Gerga menjadi selai dan pisang Curup menjadi es krim meningkatkan nilai tambah masing-masing komoditas sebesar Rp. 22.500,00 dan Rp. 31.200,00.

Kegiatan introduksi teknologi pengolahan

tortilla

jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup tidak hanya terbatas pada lokasi pengkajian, tetapi juga dilakukan pelatihan kepada kelompok lain diluar kelompok pengkajian dengan tujuan mempercepat transfer teknologi kepada pengguna. Kesimpulan kegiatan pengkajian ini adalah:

1. Jenis produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan di Provinsi Bengkulu adalah keripik pisang, sale pisang kering dan basah,

tepung singkong, stik ubi jalar, makaroni ubi jalar, kare-kare ubi jalar, lempuk durian, emping melinjo, marning, manisan terong, manisan tomat, dodol terong, dodol tomat, dodol pepaya.

2. Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu di kabupaten Rejang Lebong dan Lebong cukup memiliki potensial untuk diterapkan dan dikembangkan oleh kelompok tani, karena bahan baku cukup mudah didapatkan di pasar dan harganya cukup murah.

3. Diversifikasi produk berupa paket teknologi produk olahan tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu yaitu es krim pisang Curup, tortila jagung, selai Jeruk Gerga lebon

4. Peningkatan nilai tambah paket teknologi aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal unggulan Bengkulu untuk Pengolahan jagung menjadi

tortilla

jagung menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 28.000,00. Sementara pengolahan jeruk Gerga menjadi selai dan pisang Curup menjadi es krim meningkatkan nilai tambah masing-masing komoditas sebesar Rp. 22.500,00 dan Rp. 31.200,00.

5. Penerapan pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu di kabupaten Rejang Lebong dan Lebong di tingkat petani perlu dukungan dengan memberikan pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam memproses pembuatan aneka produk tanaman pangan dan hortikultura lokal unggul mulai dari penanganan buah segar sebagai bahan baku, sortasi buah, persiapan mulai dari pengupasan, pengirisan, perendaman, pemasakan hingga pengemasan agar produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan dapat diterima konsumen.

6. Kegiatan Ekspose Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Aneka Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Lokal Unggulan Bengkulu merupakan salahsatu cara untuk mendiseminasikan teknologi pengolahan aneka produk tanaman pangan dan hortikultura lokal unggulan Bengkulu sebagai salah satu pemanfaatan hasil komoditas lokal unggulan daerah dan dapat meningkatkan nilai tambah produk kepada pengunjung ekspose.

Hasil perhitungan nilai tambah dan kelayakan ekonomi (Tabel 12), menunjukkan bahwa pengolahan jagung menjadi tortilla menghasilkan nilai

tambah sebesar Rp. 28.000,00, sementara pengolahan jeruk Gerga menjadi selai memberikan nilai tambah sebesar Rp. 22.500,00. Nilai tambah yang lebih tinggi yakni sebesar Rp. 31.200,00 diperoleh dari pengolahan pisang Curup menjadi es krim. Hal ini karena harga bahan baku pisang Curup lebih rendah daripada produk yang lain. Selain itu, proses pembuatan es krim juga relatif lebih mudah, hanya membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan pembuatan tortilla jagung dan es krim pisang Curup.

Selain itu, usaha pengolahan tortilla jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup memiliki nilai R/C ratio masing-masing sebesar 1.59, 1.52 dan 1,75. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluaran sebesar 1 rupiah akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.59 pada proses pembuatan tortilla jagung, Rp 1.52 pada proses pembuatan selai jeruk Gerga, dan Rp. 1,75 pada pembuatan es krim pisang Curup. Walaupun ketiga produk tersebut memiliki nilai R/C ratio > 1 namun usaha es krim pisang Curup lebih layak dikembangkan dibandingkan dengan tortilla jagung dan selai jeruk Gerga.

Berdasarkan hasil perhitungan titik impas, BEP pengolahan tortilla jagung, selai jeruk Gerga, dan es krim pisang Curup akan tercapai apabila masing-masing produk telah terjual sebanyak 93.54 kg dengan penerimaan sebesar Rp.4.665.094,00 untuk proses pembuatan tortilla jagung, dan 135.33 kg dengan penerimaan sebesar Rp.4.446.428,00 untuk proses pembuatan selai jeruk Gerga, serta 7800 cup es krim pisang Curup dengan penerimaan sebesar Rp.15.600.000,00.

6.1.5. Pengkajian Teknologi Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Provinsi Bengkulu

Sektor perkebunan di Provinsi Bengkulu menyumbang devisa negara cukup tinggi setelah tanaman pangan. Kakao merupakan salah satu komoditas andalanyang cukup prospektif di Provinsi Bengkulu karena

didukung oleh kesesuaian agroekosistem dan kondisi sosial masyarakat petani yang mengusahakannya. Luas areal perkebunan Kakao di Bengkulu saat ini mencapai 14.363 hektar dengan produksi 3.959 ton (produktivitas rata rata 0,8 ton/ha) dan jumlah petani yang mengusahakannya sebanyak 22.667 KK. Sebaran perkebunan kakao rakyar hampir merata di semua Kabupaten yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan 1.437 hektar, Bengkulu Utara 2.424 ha, Kepahiang 6.040 ha dan Kaur 1.454 hektar. Perkebunan terluas saat ini berada di Kabupaten Kepahiang yang mencapai 42% dari luas perkebunan kakao di Provinsi Bengkulu. Pesatnya pertambahan luasan di Kabupaten Kepahiang karena pada tahun2005 Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiangmengembangkan tanaman Kakao sebanyak 4 juta batang untuk petani dengan luas mencapai 2000 ha.

Dilihat darisegi produktivitas yang baru mencapai rata-rata 0,8 ton/ha/th, maka kondisi ini masih jauh dari potensi tanaman yangt bisa mencapai diatas 2 ton/ha/th. Permasalahan utama yang dihadapi adalah adanya serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) yang hampir menyerang semua pertanaman. PBK merupakan hama penting kakaoyang menyerang buah tanamanyang mengakibatkan pertumbuhan buah dan biji tidak normal. Serangan PBK ini dapat menurunkan produksi lebih dari 80%. Disamping produksi menurun juga mengakibatkan mutu tanaman sangat rendah yang berakibat pada harga jual sangat juga rendah, sehingga pendapatan petani kakao turun drastis.

Gambar 22, 23. Lokasi Kegiatan Pengkajian Pengendalian hama PBK.

Beratnya serangan yang disebabkan oleh PBK serta peningkatan luas areal terserang memerlukan pengendalian yang harus segara dilakukan. Sebagai daerah yang sedang melakukan pengembangan kakao dalam skala yang cukup besar diharapkan terbebas dari hama PBK. Sehingga pengkajian mengenai pengendalian spesifik lokasi perlu dilakukan agar serangan PBK dapat ditekan sekecil mungkin. Komponen teknologi pengendalian Pengandalian Penggerek Buah Kakao (PBK) dari Badan Litbang Pertanian saat ini sudah tersedia antara lain: 1) pemangkasan; 2) frekuensi panen sering; 3) sanitasi dan system rampasan; 4) pengendalian hayati; 5) pengendalian kimiawi;dan sarungisasi buah kakao.

Tujuan kegiatan pengkajian teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) di Provinsi Bengkulu tahun 2013 adalah:

1. Mendapatkan paket teknologi pengendalian hama PBK pada perkebunan kakao rakyat.

2. Evaluasi penerapan petani terhadap teknologi pengendalian hama PBK. Pengkajian dilaksanakan di Desa Suro Bali Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu pada bulan Januari sampai Desember 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan melalui survei. Pengkajian dilaksanakan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu; 1) penyemprotan kimia, 2) penyemprotan pestisida nabati, 3) penyarungan buah kakao dan 4) pemeliharaan tanaman yang biasa dilakukan petani sebagai kontrol. Pemeliharaan tanaman lain yang dilakukan pada masing-masing perlakuan adalah pemangkasan tanaman kakao dan tanaman naungan, panen sering, pengendalian gulma serta pemupukan. Pengamatan dilakukan 3 Bulan Setelah Aplikasi (BSA). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%.

Hasil pengujian statistik dengan menggunakan Uji Duncan pada taraf 5% menunjukkan perbedaan nyata terhadap persentase serangan hama PBK pada masing-masing pengamatan. Perlakuan penyarungan buah kakao menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap perlakuan penyemprotan kimia, pestisida nabati dan kontrol. Perlakuan penyarungan buah kakao menurunkan serangan dari 78,57% menjadi 40,00% dengan intensitas sebelum perlakuan 62,50% (intensitas serangan berat) menjadi 5,84% (intensitas serangan ringan). Berdasarkan hasil tersebut, perlakuan penyarungan buah kakao menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan penyemprotan pestisida kimia dan pestisida nabati. Berdasarkan hasil kajian, maka penggunaan sarung dapat direkomendasikan sebagai teknologi untuk penghendalian hama penggerek buah kakao di Kabupaten Kepahiang. Tingkat pemahaman petani terhadap paket pengendalian hama PBK cukup tinggi yang diindikasikan dengan aplikasi lapangan secara berkelanjutan dan diikuti oleh petani lainnya.

Kesimpulan dari pengkajian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengkajian paket teknologi pengendalian hama PBK (Pemangkasan, panen sering, sanitasi, penyarungan, pengendalian nabati dan penyemprotan kimia), maka metode penyarungan buah lebih efektif menurunkan intensitas serangan berat (50%) menjadi intensitas

ringan (5,84%). Metode penyarungan dapat direkomendasi sebagai teknologi pengendalian hama PBK di Kabupaten Kepahiang.

2. Tingkat pemahaman petani terhadap paket pengendalian hama PBK cukup tinggi yang diindikasikan dengan aplikasi lapangan secara berkelanjutan dan diikuti oleh petani lainnya.

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN (Halaman 60-68)