• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.3 Model Problem Based Learning

2.1.3.1 Pengertian Model Problem Based Learning

Model Problem Based Learning melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik berasal dari kehidupan aktual siswa (Shoimin, 2017: 129).

Beberapa ahli memiliki rumusannya sendiri tentang model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning ini. Menurut Duch, (Shoimin, 2017: 130) model pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar dan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Menurut Finkle dan Torp (Shomin, 2017: 130) menyatakan bahwa model Problem Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah, dasar-dasar pengetahuan, dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.

2.1.3.2 Karakteristik Model Problem Based Learning

Menurut Sudjana dan Sopandi (2020: 127) Model Problem Based Learnig memiliki karakteristik sebagai berikut:

2.1.3.2.1 Pembelajaran harus pada siswa, karena siswa diberi kebabasan Untuk mempelajari topik yang paling menarik perhatian mereka dan untuk menentukan bagaimana mereka ingin mempelajarinya. Siswa harus menidentifikasi kebutuhan belajar mereka, dan menilai pekerjaan mereka sendiri dan perkerjaan teman sekelas mereka ceker dan Ozdamli (dalam Sudjana dan Supandi, 2016; 127).

2.1.3.2.2 Pembelajaran harus terjadi pada kelompok kecil siswa di bawah Bimbingan tutor (collaborative learning in small groups), hal ini sejalan dengan pendapat merit, dkk. (2017) yang mengharuskan siswa untuk bekerja secara aktif dan kolaboratif dalam kelompok kecil untuk

menyelidiki, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, dan melaksanakan perkerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.3.2.3 Tutor sebagai fasilitator atau pembimbing, model Problem Based Learning melibatkan guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator untuk menciptakan ruang bagi siswa dimana mereka dapat mengevaluasi pembelajaran, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mempromosikan pemikiran kritis spronken smithdan Harland (Sudjana dan Supandi, 2017: 127).

2..1.3.2.4 Masalah autentik terutama ditemui dalam urutan pembelajaran, sebelum persiapan, atau studi telah terjadi. Pembelajaran model Problem Based Learning di dasarkan pada skenario, yang dihadapkan pada situasi nyata atau realistik dari berbagai variabel masalah (Gurses, 2015;

Gorhgiu, 2014; Hung dkk. (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran difokuskan pada masalah. Dengan demikian, siswa mulai belajar dengan mengatasi simulasi masalah autentik dan tidak terstruktur. Intinya, dapat membangun pengetahuan yang dirangsang oleh masalah dan diterapkan kembali pada masalah.

2.1.3.2.5 Permasalahan yang dihadapi digunakan sebagai alat untuk Mencapai pengetahuan yang dibutuhkan dan kemampuan memecahkan masalah yang diperlukan untuk akhirnya memecahkan masalah. Problem Based Learning mendorong siswa konstruksi pengetahuan dengan memulai setiap pengalaman belajar dengan menghadapkan permasalahan di kehidupan nyata yang kompleks. Hasil akhirnya, siswa akan memperoleh pengetahuan baru dan keterampilan memecahkan masalah yang dapat diterapkan kembali pada masalah yang dihadapinya (Spronken-Smith dan Harland, 2009).

2.1.3.2.6 Informasi baru diperoleh melalui pembelajaran mandiri (self directed learning). Hal ini dapat diartikan bahwa siswa secara individu dan kolaboratif bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, mereka menidentifikasi apa yang telah mereka ketahui tentang masalah tersebut kemudian memastikan apa yang perlu mereka ketahui,

pertanyaan apa yang relevan dengan penyelidikan mereka, tindakan apa yang harus mereka lakukan, dan yang terakhir mengevaluasi keseluruhan kegiatan yang telah mereka lakukan (Azis, dkk., 2014).

2.1.3.2.7 Siswa belajar menganalisis dan memecahkan masalah respresentif.

Probelam Based Learning menuntut siswa untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengumpulkan informasi, dan mencari solusi yang tepat untuk pemecahan masalah (Dochy, Segres dan Bossche, 2003).

2.1.3.2.8 Pembelajaran berbasis refleksi diri (Self-reflective) Penilaian diri dan rekan perlu dilakukan pada saat menyelesaikan setiap masalah dan pada akhir setiap unit kurikuler tujuan siswa memantau pemahaman mereka dan belajar menyesuaikan strategi belajar.

2.1.3.3 Manfaat Model Problem Based Learning

Model probelem based learning memiliki banyak manfaat.

Menurut Smith (dalam Amir, 2009: 36) mengemukakan manfaat manfaat model Problem Based Learning sebagai berikut :

2.1.3.3.1 menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi Yang diajarkan oleh guru. Pengetahuan yang didapatkan karena lebih dekat dengan konteks praktiknya akan lebih muda di ingat. Konteks atau materi yang berada di sekitar siswa dan pertanyaan yang sering diajukan terhadap masalah yang diperoleh siswa tersebut akan memudahkan dalam memahami materi pelajaran.

2.1.3.3.2 Mendorong siswa untuk berpikir Dalam proses belajar Menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong siswa untuk mempertanyakan, kritis, dan reflektif. Pada model pembelajaran ini, siswa dianjurkan untuk tidak terlalu terburu buru dalam menyimpulkan sebuah materi pelejaran melainkan berusaha untuk menemukan landasan dan argumennya dan fakta-fakta yang mendukung alasannya.

2.1.3.3.3 Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan Pada model pembelajaran berbasis masalah ini, dapat melatih pendidik untuk membangun masalah yang berisi konteks praktis (realita).

Dengan demikian, siswa dapat merasakan secara lebih dekat konteks yang terjadi secara langsung di lapangan.

2.1.3.3.4 Membangun kecakapan belajar (Life-long learning skills) Permasalahakn dalam belajar yang diajukan oleh siswa dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berpotensi untuk melatih kecakapan siswa dalam belajar.

2.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Model Problem Based Learning ini memiliki kelebihan dan kelemahan.

2.1.3.4.1 Menurut Sohimin (2017: 132), beberapa kelebihan dari model Problem Based Learning adalah :

2.1.3.4.1.1 Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata atau fakta

2.1.3.4.1.2 Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuan sendiri secara mandiri melalui aktivitas belajar.

2.1.3.4.1.3 Pembelajaran berfokus pada masalah saat ini sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa.

2.1.3.4.1.4 Terjadinya kegiatan ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok

2.1.3.4.1.5 Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari buku perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi dll.

2.1.3.4.1.6 Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya secara mandiri.

2.1.3.4.1.7 Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi dalam kegiatan diskusi atau melakukan presentasi dari hasil pekerjaan yang telah dilakukan.

2.1.3.4.2 Kemudian beberapa kelemahan dari Model Problem Based Learning adalah menurut Shoimin (2017: 132) :

2.1.3.4.2.1 Tidak dapat dilakukan untuk setiap materi pelajaran, ada beberapa bagian guru berperan aktif dalam menyajikan sebuah materi pembelajaran. Pembelajaran tersebut menuntut kemampuan setiap siswa yang berkaitan dengan pemecahan masalah.

2.1.3.4.2.2 Dalam kondisi kelas yang memiliki keragaman siswa yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam pembagian tugas.

2.1.3.5 Sintakss Model Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran pasti memiliki sintakss atau langkah-langkah pembelajarannya, berikut ini

2.1.3.5.1 Langkah-langkah dari model Problem Based Learning sebagai berikut (Shoimin, 2017: 131) :

2.1.3.5.1.1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. kemudian, menjelaskan informasi yang dibutuhkan. Lalu, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas atau kegiatan pemecahan masalah yang dipilih.

2.1.3.5.1.2 Guru membantu siswa untuk menentukan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dialami siswa.

2.1.3.5.1.3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan materi, lalu ada kegiatan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan masalah, hipotesis, dan pemecahan masalah.

2.1.3.5.1.4 Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai kebutuhan siswa seperti laporan dan membantu berbagai tugas dengan teman satu kelas.

2.1.3.5.1.5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses proses yang telah didapatkan selama pembelajaran.

2.1.3.5.2 Menurut Hamdatama (2014: 211) mengemukakan enam langkah pembelajaran Problem Based Learning, yaitu :

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

No Langkah PBL Kegiatan Siswa

2.1.3.5.2.1 Merumuskan masalah

Siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan secara mandiri 2.1.3.5.2.2 Menganalisis

masalah

Siswa dapat meninjau masalah dari berbagai sudut pandang yang telah diperoleh

2.1.3.5.2.3 Merumuskan Hipotesis

Siswa merumuskan berbagai pemacahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya 2.1.3.5.2.4 Mengumpulkan Data Siswa mencari informasi atau

sumber (di internet, buku perpustakaan dll) yang diperlukan untuk pemecahan masalah

2.1.3.5.2.5 Penguji Hipotesis Siswa mengambil kesimpulan atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan sebelumnya 2.1.3.5.2.6 Merumuskan

Rekomendasi Pemecahan Masalah

Siswa melakukan kegiatan dengan

menggambarkan sesuai

rekomendasi yang dapat dilakukan dengan rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan

2.1.3.5.3 Sedangakan, menurut Amir (2009: 24) mengemukakan bahwa terdapat tujuh langkah Model Problem Based Learning, yaitu :

2.1.3.5.3.1 Mengklarifikasi istilah dan konsep

Pada tahap ini, setiap kelompok atau individu harus memastikan bahwa semua anggotanya telah memiliki pemahaman terhadap berbagai istilah atau konsep yang terdapat didalam masalah. Melalui tahap ini, setiap kelompok dipastikan untuk memiliki pandangan terhadap berbagai istilah tersebut.

2.1.3.5.3.2 Merumuskan masalah

Pada tahap ini, kelompok atau individu harus mampu menjelaskan hubungan yang lebih nyata antara setiap kejadian.

2.1.3.5.3.3 Menganalisis Masalah

Pada tahap ini, setiap anggota kelompok atau individu menyampaikan pengetahuan yang sudah dimiliki terkait masalah.

Setiap anggota kelompok atau individu melakukan diskusi untuk membahas informasi faktual yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Tahap ini dapat melatih siswa untuk menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis terkait masalah.

2.1.3.5.3.4 Menata gagasan secara sistematis

Pada tahap ini, setiap kelompok atau individu melihat keterkaitan dari bagian-bagian dari masalah yang telah dianalisis sebelumnya kemudian mengkelompokannya, mana yang saling menunjang, mana yang saling bertantangan, dan sebagainya.

2.1.3.5.3.5 Memformulasikan tujuan pembelajaran

Pada tahap ini, setiap kelompok atau individu merumuskan tujuan pembelajaran karena sudah mengetahui bagian-bagian pengetahuan yang masih kurang dipahami. Tujuan pembelajaran yang dilakukan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran tersebut akan menjadi dasar tugas secara individu disetiap kelompok belajar yang ada.

2.1.3.5.3.6 Mencari informasi tambahan dan sumber yang lain

Pada tahap ini, setiap anggota kelompok atau individu mencari informasi tambahan dan sumber yang berbeda. Setiap anggota kelompok belajar sendiri dengan efektis pada tahap ini agar mendapatkan informasi yang relevan.

2.1.3.5.3.7 Menggabungkan dan menguji informasi baru dan membuat laporan

Pada tahap ini, setiap anggota kelompok atau individu mempresentasikan laporannya dihadapan anggota kelompok lain. Setelah itu, kelompok menggabungkan informasi-informasi yang penting dari hasil laporan setiap anggota.

Tahap-tahap Model Problem Based Learning dapat berlangsung dalam satu kali pertemuan dan dapat pula berlangsung dalam beberapa pertemuan. Hal demikian juga tergantung pada kondisi dan konteks materi yang diajarkan pada setiap kelas. Pada produk yang dihasilkan, peneliti menggunakan lima langkah model Problem Based Learning yang merupakan perpaduan antara pendapat Amir (2009: 24) dan Hamdatama (2014: 211). Kelima langkah tersebut hanya akan digunakan selama satu kali pembelajaran disetiap mata pelajaran karena materi yang diajarkan tidak begitu luas dan tidak menuntuk aktivitas yang berat, kemungkinan akan melakukan kegiatan di rumah. Secara umum, perpaduan tujuh langkah model pembelajaran yang digunakan peneliti yaitu :

a) Orientasi peserta didik pada masalah, b) Mengorganisasikan peserta didik c) Membimbinga penyelidikan individu d) Mengembangkan dan menyajikan hasil

e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Dalam sintakss atau langkah dari model Problem Based Learning dapat Peneliti simpulkan bahawa model yang menekankan pada masalah yang relevan dengan siswa dalam kehidupan sehari-hari hingga nantinya

siswa dapat menemukan pengetahuan serta pengalaman baru dari masalah yang diberikan. Langkah awal dalam model Problem Based Learning yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individu, mengembangkan dan menyajikan hhasil, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Dokumen terkait