• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kelas V SD Menggunakan Model Problem Based Learning Pada Materi Benda Tunggal dan Campuran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kelas V SD Menggunakan Model Problem Based Learning Pada Materi Benda Tunggal dan Campuran"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KELAS V SD MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA

MATERI BENDA TUNGGAL DAN CAMPURAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Agustina Maria Viany Ramani NIM: 181134114

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi pelgiarisme dalam naskah ini, saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 5 Desember 2022 Penulis,

Agustina Maria Viany Ramani

(5)

v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agustina Maria Viany Ramani NIM : 181134114

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KELAS V SD MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI BENDA TUNGGAL DAN CAMPURAN

beserta perangkat yang diperlukan. dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolah dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya atau memberikan royaliti kepada saya selama tetap mecantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 5 Desember 2022 Yang menyatakan,

Agustina Maria Viany Ramani

(6)

vi PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Yang Utama Dari Segalanya

Puji Syukur Saya Panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha Esa Atas Karunia dan rahmat serta kemudahan yang telah engkau berikan, sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan.

Orang tua tercinta

Bapak Hermanus Lukas Sami dan Ibu Karitas Kantung.

Yang telah menjadi orang tua terbaik dalam hidupku memberikan segalanya untuk ku mulai dari kasih sayang, cinta, dukungan serta doa yang tiada hentinya yang

tidak mungkin dapat aku balas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Dosen Pembimbing Tugas Akhirku

Bapak Dr. Rusmawan, S.Pd. selaku dosen pembimbing tugas akhir saya. Terima kasih banyak kepada bapak yang sudah dengan sabar membimbing saya hingga

selesai.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma

(7)

vii MOTTO

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”

(Matius 21:22)

“Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan sebuah tujuan. Usaha lebih penting dari hasilnya”

(Arthur Ashe)

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya.sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim. M, Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Bapak Dr. Rusmawan, S. Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi PGSD.

4. Bapak Dr. Rusmawan, S. Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah setia dan sabar membimbing dan mengarahkan selama penyusunan skripsi.

5. Kepala Sekolah SDN Kebonagung yang telah bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Orang tua tercinta, Hermanus Lukas Sami dan Karitas Kantung yang tak pernah lelah untuk memberikan doa, semangat, dan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

7. Adik saya, Oktavianus Yeri Saputra yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk saya dalam menyelesaikan skripsi

8. Bibi Saya, Adriana Yuyun yang selalu memberikan nasehat dan semangat untuk saya dalam menyelesaikan skripsi.

9. Sahabat Saya Hadrianus, Anna Tazqa Alfatin dan Irana Dewi yang telah memberi semangat dan dukungan untuk saya dalam menyelesaikan skripsi 10. Guru Kelas V SD Negeri Kebonagung yang telah bersedia memberikan izin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

(9)

11. Teman-teman kelas V SD Negeri Kebonagung yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

12. Semua teman-teman kelas B yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

13. Terimakasih kepada diri saya sendiri yang berhasil berjuang dititik ini tidak menyerah walau sering kali merasa lelah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 5 Desember 2022 Penulis,

Agustina Maria Viany Ramani

(10)

x ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KELAS V SD MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA

MATERI BENDA TUNGGAL DAN CAMPURAN Agustina Maria Viany Ramani

Universitas Sanata Dharma 2022

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan guru akan contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Problem Based Learning untuk meningkatkan konsentrasi peserta didik pada materi benda tunggal dan campuran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui kualitas perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dan meningkatkan konsentrasi peserta didik pada materi benda tunggal dan campuran di kelas V SD.

Jenis penelitian ini adalah pengembangan atau Research and Development (R&D). RPP menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan konsentrasi pada materi benda tunggal dan campuran didwa kelas V SD Negeri Kebonagung dikembangkan dengan lima tahap ADDIE yaitu (1) Analyze, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, (5) Evaluation. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan wawancara dan kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.

Berdasarkan hasil validasi produk yang dilakukan oleh empat ahli validator yang terdiri dari 4 guru Sekolah Dasar memperoleh rerata 4,00, 3,72, 3,86, dan 3,97.

Keseluruhan skor oleh ahli memperoleh rerata skor sebanyak “3,88” dengan kategori “sangat baik”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk RPP menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan konsentrasi pada materi benda tunggal dan campuran di kelas V SD layak untuk digunakan.

Kata Kunci: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, model Problem Based Learning.

(11)

xi ABSTRACT

DEVELOPMENT OF CLASS V SD LEARNING DEVICES USING THE PROBLEM BASED LEARNING MODEL ON SINGLE AND MIXED

OBJECTS

Agustina Maria Viany Ramani Sanata Dharma University

2022

This research is motivated by the teacher's need for examples of Learning Implementation Plans (RPP) with Problem Based Learning models to increase students' concentration on single and mixed objects. This study aims to develop and determine the quality of learning tools in the form of Learning Implementation Plans using the Problem Based Learning model and to increase the concentration of students on single and mixed object material in class V SD.

This type of research is research and development (R&D). RPP uses a Problem Based Learning model to increase concentration on single and mixed objects in class V SD Negeri Kebonagung developed with five ADDIE stages, namely (1) Analyze, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, (5) Evaluation. Data collection techniques obtained by interviews and questionnaires.

Analysis of research data using quantitative and qualitative analysis.

Based on the results of product validation carried out by four validator experts consisting of 4 elementary school teachers, the average was 4.00, 3.72, 3.86, and 3.97. The overall score by the expert obtained an average score of "3.88"

in the "very good" category. So it can be concluded that the RPP product using the Problem Based Learning model to increase concentration on single and mixed object materials in class V SD is feasible to use.

Keywords: Learning Implementation Plan, Problem Based Learning model.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 7

1.5 Definisi Operasional Variabel ... 8

1.6 Spesifik Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.1.2 Perangkat Pembelajaran (RPP) ... 12

2.1.3 Model Problem Based Learning ... 21

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 29

2.1.5 Materi Pokok Benda Tunggal dan Campuran ... 31

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 32

2.3 Kerangka Berpikir ... 36

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Setting Penelitian ... 40

3.2.1 Subjek Penelitian ... 40

3.2.2 Objek Penelitian ... 40

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 40

3.2.4 Waktu Penelitian ... 41

3.3 Prosedur Pengembangan ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5 Instrumen Penelitian ... 46

3.6 Teknik Analisis Data ... 54

(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Hasil Penelitian ... 56

4.2 Kualitas Produk RPP yang dikembangkan ... 71

4.3 Pembahasan ... 80

BAB V PENUTUP ... 90

5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 91

5.3 Saran ... 91

DAFTRA PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN ... 96

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 149

(14)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning ... 26 Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 41 Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Dengan Guru Kelas V SD ... 47 Tabel 3.3 Lembar Validasi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 48 Tabel 3.4 Indikator Aspek Analisis Konsentrasi Siswa kelas V SD Negeri Kebonagung ... 48 Tabel 3.5 Instrumen Konsentrasi Siswa Kelas V SD Negeri

Kebonagung ... 49 Tabel 3.6 Instrumen Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) ... 50 Tabel 3.7 Instrumen Validasi Angket ... 53 Tabel 3.8 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 55 Tabel 4.1 Skor Hasil Validasi Reancana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) ... 72 Tabel 4.2 Rekapitulasi Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) ... 76 Tabel 4.3 Kategori Kriteria Kemampuan Konsentrasi Siswa Kelas V SD

Negeri Kebonagung ... 77 Tabel 4.4 Hasil Rerata Dua Angka Sebelum Menggunakan RPP ... 77 Tabel 4.5 Kategori Kriteria Kemampuan Konsentrasi Siswa Kelas V SD

Negeri Kebonagung ... 78 Tabel 4.6 Hasil Rerata Dua Angket Setelah Menggunakan RPP ... 78 Tabel 4.7 Kategori Kenaikan Sebelum dan Sesudah Menggunakan

RPP ... 79 Tabel 4.8 Hasil Skor Sebelum dan Sesudah Menggunakan RPP ... 79

(15)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Zat Tunggal ... 31

Gambar 2.2 Zat Campuran ... 32

Gambar 3.1 Model ADDIE dan Tahapnya ... 42

Gambar 4.1 Identitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 62

Gambar 4.2 Tujuan Pembelajaran ... 63

Gambar 4.3 Kompetensi Inti ... 63

Gambar 4.4 KD dan Indikator ... 64

Gambar 4.5 Materi Pembelajaran ... 65

Gambar 4.6 Pendekatan, Model, Metode dan Teknik Pembelajaran ... 65

Gambar 4.7 Skenario Pembelajaran ... 66

Gambar 4.8 Media, Alat/bahan, dan Sumber Belajar ... 67

Gambar 4.9 Evaluasi Pembelajaran ... 69

(16)

xvi DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penelitian Yang Relevan ... 35 Bagan 2.2 Skema Kerangka Berpikir ... 37

(17)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Observasi dan Wawancara ... 97

Lampiran 2 Surat Izin Validasi Produk ... 98

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ... 102

Lampiran 4 Hasil Validasi Produk oleh Guru Kelas V SD Negeri Kebonagung ... 103

Lampiran 5 Hasil Validasi Produk oleh Guru Kelas V SD Negeri Balangan 1 ... 109

Lampiran 6 Hasil Validasi Produk oleh Guru Kelas V SD Negeri Ngluwar 3 ... 115

Lampiran 7 Hasil Validasi Produk oleh Guru Kelas V SD Negeri Jonggrangan ... 121

Lampiran 8 Instrumen Validasi Angket ... 127

Lampiran 9 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas V ... 129

Lampiran 10 Hasil Wawancara ... 130

Lampiran 11 Rangkuman Hasil Validasi Keempat Ahli ... 132

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Terbatas ... 133

Lampiran 13 Surat Pernyataan Validasi Instrumen Guru Kelas V SD Negeri Kebonagung ... 134

Lampiran 14 Surat Pernyataan Validasi Instrumen Guru Kelas V SD Negeri Balangan 1 ... 135

Lampiran 15 Surat Pernyataan Validasi Instrumen Guru Kelas V SD Negeri Ngluwar 3 ... 136

Lampiran 16 Surat Pernyataan Validasi Instrumen Guru Kelas V SD Negeri Jonggrangan ... 137

Lampiran 17 Hasil Angket ... 138

Lampiran 18 Rekapitulasi Angket ... 147

Lampiran 19 Dokumentasi ... 148

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sfesifik produk, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Menurut Syah (2017: 10), pendidikan adalah sebuah proses dengan metode – metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhannya.

Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar dan pembelajaran, karena dengan hal itu seseorang akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang baru. Proses pembelajaran dapat dilakukan secara formal dan informal, salah satu cara untuk memperoleh pembelajaran secara formal adalah melalui kegiatan di sekolah. Sekolah adalah salah satu tempat yang digunakan para siswa untuk memenuhi ilmu (Wijaya, 2019: 121). Hal ini dapat terlihat dari kepercayaan orang tua yang menitipkan anaknya kepada sekolah untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidikan (Majid, 2014: 15).

Dengan adanya proses pembelajaran, diharapkan siswa akan memperoleh pengetahuan baru yang mereka dapatkan dari siswa lain, sumber belajar, atau pendidik. Pembelajaran juga melatih mental aktif pada siswa untuk berusaha mempelajari hal baru atas kehendak dan kemampuan usahanya sendiri, bukan hanya menerima dari pengajaran guru. Guru memiliki peran yang besar dalam proses pembelajaran yaitu seperti membimbing, memotivasi, membantu dan melatih siswa dalam menyelesaikan masalah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Perlu adanya komunikasi yang baik antar guru dengan siswa agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Model pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan oleh guru juga dapat mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran. Penting untuk memperhatikan pemilihan model pembelajaran dan bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

(19)

karena hal itu dapat membantu guru dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran lebih muda untuk tercapai. Pemilihan bahan ajar dan model pembelajaran yang akan digunakan oleh guru harus memperhatikan karakteristik siswa di dalam kelas.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan membantu siswa dalam memahami materi serta dapat menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru adalah Perangkat Pembelajaran. Perangkat pembelajaran menurut Zuhdan, dkk (2011: 16) merupakan alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.

Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas.

Pembelajaran indikator adalah suatu tanda keberhasilan peserta didik dalam mencapai KD yang diharapkan (Supriyatna dan Asriani, 2019: 29).

“Tanda” tersebut dibutuhkan oleh pendidik untuk mengetahui sejauh mana atau seberapa dalam peserta didik memiliki kompetensi yang diajarkan. Pencapaian KD tersebut ditandai oleh adanya perubahan perilaku meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Para ahli menyatakan bahwa indikator yang baik adalah indikator yang harus bisa diamati dan bisa diatur. Artinya, indikator pembelajaran adalah kemampuan peserta didik yang dapat diamati dan diukur (observabel) (Prastowo, 2015: 162).

Supriyatna dan Asrani (2019: 30) memaparkan bahwa indikator memiliki kedudukan untuk mengukur tercapainya kompetensi yang fungsinya sebagai berikut: pedoman pengembangan materi pembelajaran materi pembelajaran wajib disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai sesuai dengan karakteristik muatan pelajaran, keahlian, kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan, pedoman pendesainan kegiatan pembelajaran desain kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai, karena indikator dapat memberikan pandangan mengenai kegiatan

(20)

pembelajaran yang efektif guna mencapai kompetensi yang diharapkan, pedoman pengembangan bahan ajar pengembangan dan pemilihan bahan ajar harus disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai, sehingga dapat menunjang pencapaian kompetensi peserta didik dengan maksimal, pedoman rancangan dan pelaksanaan penilaian hasil belajar rancangan penilaian hasil belajar disesuaikan dengan indikator, karena indikator bertindak sebagai pedoman untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi hasil belajar peserta didik, serta menentukan jenis penelitiannya sesuai dengan tuntutan KI dan KD.

Prinsip-prinsip yang harus ditekankan dalam perumusan indikator Pembelajaran menurut Supriyanto dan Asriani (2019: 33), yaitu: Teramati rumusan indikator harus menggambarkan bahwa perilaku peserta didik dapat diamati, disaksikan, dan observasi oleh pendidik, Terukur rumusan indikator harus terukur tingkat ketercapaian kompetensinya. Misalnya, dalam kemampuan “menyebutkan” maka yang menjadi ukuran adalah tepat tidaknya apa yang disebutkan, atau seberapa banyak yang disebutkan, Dapat dicapai indikator harus bisa dicapai peserta didik. Sebagai contoh, pendidik merumuskan indikator membedakan warna tertentu yang sangat tidak mungkin dicapai oleh anak berkebutuhan khusus yang tuna netra. Hal itu bukan indikator yang dapat dicapai oleh peserta didik dengan keterbatasan. Oleh karena itu pendidik perlu merumuskan indikator dengan memperhatikan karakteristik dan kondisi peserta didik, Semua ranah terwakilkan indikator yang baik mewakili satu ranah kemampuan tertentu, meliputi ranah efektif, kognitif, dan psikomotorik, Banyaknya indikator penanda kompetensi dalam setiap KD, pendidik perlu merancang indikator sebanyak-banyaknya untuk memastikan bahwa peserta didik dapat menguasai kompetensi yang ingin dicapai. Lebih banyak indikator, maka lebih muda memastikan peserta didik memiliki kemampuan yang ditunjukkan, Kelengkapan rumusan-rumusan indikator setidaknya mencangkup empat komponen pokok, yaitu: siapa yang diharapkan mencapai hasil belajar, hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan untuk mencapai hasil belajar, dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan, seberapa jauh hasil belajar itu bisa dicapai.

(21)

Model Problem Based Learning melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik berasal dari kehidupan aktual siswa (Shoimin, 2017: 129). Menurut Duch, (Shoimin, 2017: 130) model pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar dan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu pengetahuan yang telah tersusun secara sistematik yang di dalam pengunannya secara umum terbatas dengan gejala-gejala alam (Daryanto, 2014: 160). Mata pelajaran IPA wajib diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar (SD) walaupun dikombinasi dengan mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, IPS, SBdP, dan sebagainya. Pada penelitian ini peneliti membahas Kompetensi Dasar (KD) 3.9 Mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunannya (Zat tunggal dan campuran).

Peneliti memilih Mata Pelajaran IPA sebagai penelitian tugas akhir skripsi karena Mata Pelajaran IPA memiliki materi-materi yang bisa di uji cobakan salah satunya materi yang peneliti gunakan yaitu pada subtema 1 Benda tunggal dan campuran, siswa dapat melakukan masalah yang diberikan guru sehingga siswa bisa konsentrasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti khusus melakukan penelitian di kelas V SDN Kebonagung karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, pada saat proses belajar mengajar berlangsung masih ada beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi contohnya ketika diminta untuk menyelesaikan tugas siswa tidak bisa menyelesaikan karena tidak menyimak penjelasan, dan ada siswa yang sering bolak-balik keluar dengan alasan ke wc, maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian di kelas V untuk meningkatkan konsentrasi siswa kelas V pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti akan membahas mengenai Benda tunggal dan campuran.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau disingkat menjadi R&D.

(22)

Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2016: 7). Model dalam pengembangan ini adalah model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation). Model ADDIE merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya memecahkan masalah belajar yang berkaitan dengan sumber media belajar yang sesuai kebutuhan dan karakteristik pelajaran. Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu : (1) analisis (analyze), (2) Perencanaan (design, (3) pengembangan (development), (4) implementasi (implementation), (5) evaluasi (evaluation).

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Guru Kelas V di SDN Kebonagung Sleman Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 2022 peneliti Menemukan masalah tentang siswa kelas V yaitu kurang berkonsentrasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan guru kelas V melakukan proses pembelajaran hanya terpaku pada Buku LKS, Guru hanya membuat RPP jika ada keperluan dan diminta oleh Dinas Pendidikan saja, Jadi dari hasil wawancara tersebut Peneliti menyimpulkan bahwa guru membutuhkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan Konsentrasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan menyelesaikan masalah dengan tepat terutama pembelajaran IPA Materi Benda tunggal dan campuran. Oleh karena itu peneliti ingin membuat penelitian dengan judul “Pengembangan perangkat pembelajaran kelas V SD menggunakan model Problem Based Learning pada materi benda tunggal dan campuran”. Pengembangan yang dilakukan oleh peneliti diharapkan bisa membantu guru untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lebih beragam untuk pedoman pembelajaran.

Berdasarkan pamaparan penelitian yang sudah pernah dilakukan, maka peneliti membuat penelitian yang berjudul “PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KELAS V SD MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI BENDA TUNGGAL DAN CAMPURAN ”, sesuai yang dibutuhkan guru berdasarkan hasil

(23)

wawancara. Pengembangan perangkat pembelajaran (RPP) juga memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning yaitu mengklarifikasi istilah dan konsep, merumuskan dan menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dan pengujian hipotesis, merumuskan pemecahan masalah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang dirumuskan dalam penelitian pengemban ini adalah :

1.2.1 Bagaimana mengembangkan Perangkat pembelajaran (RPP) IPA menggunakan model Problem Based Learning untuk pembelajaran IPA materi Benda tunggal dan campuran Kelas V SD ?

1.2.2 Bagaimana kualitas Perangkat Pembalajaran (RPP) IPA Materi Benda Tunggal dan Campuran menggunakan model Problem Based Learning untuk kelas V SD ?

1.2.3 Bagaimana Efektivitas penerapan Perangkat Pembelajaran (RPP) IPA materi Benda tunggal dan campuran menggunakan model Problem Based Bearning untuk meningkatkan konsentrasi siswa kelas V SD ? 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengembangkan Perangkat Pembelajaran (RPP) IPA materi Benda Tunggal dan Campuran menggunakan model Problem Based Learning untuk guru kelas V SD.

1.3.2 Mengetahui kualitas perangkat pembelajaran (RPP) IPA Materi Benda tunggal dan campuran menggunakan model problem based learning untuk guru kelas V SD.

1.3.3 Mengetahui efektivitas penerapan perangkat pembelajaran (RPP) IPA materi Benda tunggal dan campuran menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan konsentrasi siswa kelas V SD.

(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberi tambahan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam mempersiapkan diri sebagai calon pendidik yang baik serta dapat meningkatkan wawasan peneliti tentang jenis penelitian Research and Development (penelitian dan pengembangan) dalam mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP) IPA materi Benda tunggal dan campuran untuk siswa kelas V SD Negeri Kebonagung.

1.4.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan referensi berupa perangkat pembelajaran (RPP) IPA materi Benda tunggal dan campuran untuk siswa kelas V SD Negeri Kebonagung sebagai bahan ajar tambahan yang dapat digunakan untuk membantu penyampaian pelajaran IPA materi Benda tunggal dan campuran.

1.4.3 Bagi Siswa

Penelitian ini bisa menjadi bahan ajar tambahan berupa perangkat pembelajaran (RPP) IPA Materi Benda tunggal dan campuran sehingga siswa dapat belajar mandiri dan memudahkan siswa memahami pelajaran IPA materi Benda tunggal dan campuran untuk siswa kelas V SD Negeri Kebonagung.

1.4.4 Bagi Sekolah

Sekolah mendapat wawasan baru mengenai produk perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning.

Dengan demikian, sekolah dapat mempertimbangkan dan merekomendasikan pengembangan Perangkat pembelajaran.

(25)

1.4.5 Bagi prodi PGSD

menambah bahan pustaka untuk pengembangan perangkat pembelajaran yang kontekstual mengacu kurikulum 2013 untuk kelas V Sekolah Dasar.

1.5 Definisi Operasional Variabel

Beberapa istilah yang perlu didefinisikan dalam penelitian ini adalah :

1.5.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik berasal dari kehidupan aktual siswa (Shoimin, 2017: 129).

1.5.2 Zat Tunggal adalah yang terdiri atas materi sejenis. Contoh benda termasuk dalam zat tunggal adalah air, garam, gula, dan emas 24 karat.

Zat tunggal dapat berupa unsur dan senyawa. Zat Campuran adalah zat yang terdiri atas beberapa jenis materi atau zat tunggal. Campuran dapat dibedakan menjadi campuran homogen dan campuran heterogen.

1.5.3 Perangkat Pembelajaran adalah perangkat yang disusun oleh guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bersifat inspiratif dan menyenangkan bagi siswa supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik yang berupa RPP.

1.5.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan yang dibuat oleh guru sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka untuk pertemuan atau lebih.

1.5.5 Konsentrasi dalam belajar adalah pemusatan perhatian terhadap mata pelajaran dengan mengenyampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran

(26)

1.6 Spesifikasi Produk

Komponen RPP yang disusun lengkap, terdiri dari : 1.6.1 Identitas RPP terdiri dari :

Sekolah yaitu nama satuan Pendidikan, kelas/semester, tema, subtema, pembelajaran ke, muatan pelajaran yang terkait, alokasi waktu, hari/tanggal 1.6.2 Perumusan indikator

Disusun sesuai dengan komponen dasar, disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan kompetensi yang dapat diamati dan di ukur, rumusan yang sesuai dengan aspek keterampilan, rumusan yang sesuai dengan aspek keterampilan, indikator memuat kemampuan konsentrasi tinggi berdasarkan Taksonomi Bloom (HOTS).

1.6.3 Perumusan tujuan pembelajaran

Seluruh tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator kompetensi yang ingin dicapai, mencangkup sikap, pengetahuan, dn keterampilan, mencangkup komponen A,B,C,D (Audience, Behavior, Condition, Degree).

1.6.4 Materi pembelajaran

Sesuai dengan seluruh kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai, sesuai dengan tujuan pembelajaran, sesuai dengan karakteristik peserta didik, memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan secara lengkap.

(27)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini berisi kajian pusaka, hasil penelitian relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pusaka

Pada Sub Bab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian yang digunakan oleh peneliti. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan penelitian ini adalah Belajar dan pembelajaran, perangkat pembelajaran (RPP), model Problem Based Learning, materi Benda tunggal dan campuran

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Menurut Suyoto (2014: 9), belajar adalah aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Baharudin dan Wahyuni (2015: 13), bahwa belajar adalah proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Menurut Majid (2014: 15), belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Proses belajar sendiri dapat terjadi melalui banyak cara, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dan berlangsung sepanjang waktu sampai adanya perubahan diri. Perubahan diri yang dimaksud adalah perubahan perilaku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan yang telah diperoleh individu.

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar, peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, perubahan perilaku seperti sikap, kebiasaan, dan kepandaian.

(28)

2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, serta anak dengan pendidik (Majid, 2014: 15).

Menurut Trianto (2009: 17), pembelajaran adalah interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Komunikasi (transfer) yang terjadi antara guru dengan peserta didik mengenai pengetahuan, keterampilan, kepribadian, norma, moral, sampai kecakapan hidup (life skills). Menurut syah (2018:

92), pembelajaran adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik lain untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik merupakan interaksi edukatif (interaksi pembelajar). Interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara pendidik dan siswa dengan sejumlah norma sebagai media untuk tujuan pendidikan (Pane, 2019: 137). Dibutuhkannya norma dan proses pembelajaran agar pendidik dan peserta didik memiliki batasan-batasan tertentu agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif, efesien dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai pembelajaran, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik, peserta didik dengan sumber belajar, peserta didik dengan peserta didik lain, dimana keduanya terjadi komunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.1.2 Perangkat Pembelajaran (RPP)

2.1.2.1 Pengertian Perangkat Pembelajaran

Perangkat Pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran (Zuhdan, dkk (dalam Masitha, 2018: 41). Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru dalam

(29)

melakukan kegiatan pembelajaran (Hobri (dalam Santi, dkk, 2015:

85). Perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan bahan, alat, media, petunjuk, dan pedoman yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat pembelajaran yang dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas (Kurniawan dkk, 2015: 144).

Pendapat beberapa penulis di atas dapat di ringkas, bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat yang disusun guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang bersifat inspiratif, dan menyenangkan bagi siswa supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2.1.2.2 Komponen Perangkat Pembelajaran 2.1.2.2.1 Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang mencangkup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto 2010:

201). Silabus dapat diartikan sebagai rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, pokok materi yang harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya dan bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan. (Sanjaya 2010: 167).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap kajian bahan mata pelajaran.

(30)

2.1.2.3 Konsep Dasar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan pembelajaran disusun dari dua kata, yaitu kata

“Perencanaan” dan “Pembelajaran” perencanaan adalah rangkaian langkah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan pembelajaran adalah pengalaman belajar untuk peserta didik yang dilakukan oleh pendidik guna membimbing dan mengarahkan peserta didik (Ratumanan dan Rosmiati, 2019: 22).

Prastowo (2015: 35) mengemukakan bahwa perencanaan adalah langkah yang dibuat agar kegiatan dapat berjalan dengan baik, memperkecil kemungkinan melakukan kesalahan guna memenuhi suatu tujuan, sedangkan pembelajaran adalah proses untuk mengkondisikan peserta didik dalam belajar.

RPP menurut Pemendikbud RI No. 81a Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dan Lampiran IV sipaparkan, bahwa “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus” (Prastowo, 2015: 36). Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian tindakan yang dilakukan dalam suatu pengembangan program pendidikan dalam bentuk yang serasi dan dapat dipercaya (Ratumanan dan Rosmiati, 2019: 23).

Berdasarkan beberapa pendapat para Ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan yang dibuat oleh guru sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka untuk pertemuan atau lebih.

Menurut Ratumanan dan Rosmiati (2019: 245), RPP setidaknya mengandung sembilan (9) Komponen, antara lain:

2.1.2.2.1 Identitas, meliputi satuan pendidikan dan kelas, mata pelajaran atau tema/subtema, kelas/semester, dan alokasi waktu atau pertemuan ke

(31)

2.1.2.2.2 KI dan KD merupakan kepanjangan dari kompetensi inti yang di dalamnya mengandung pengkategorian kompetensi pembelajaran dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan KD merupakan kepanjangan dari Kompetensi Dasar yang di dalamnya memuat kemampuan yang spesifik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta muatan pelajaran yang terkait.

2.1.2.2.3 Indikator pencapaian kompetensi indikator merupakan parmenter pencapaian yang diturunkan dari kompetensi dasar yang meliputi aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.

2.1.2.2.4 Tujuan Pembelajaran tujuan dirumuskan berdasarkan KD dengan mengacu pada indikator yang disusun menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dengan meliputi aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.

2.1.2.2.5 Materi pembelajaran pengetahuan faktual, konseptual, prinsip, dan prosedural dicantumkan sesuai rumusan indikator.

2.1.2.2.6 Metode pembelajaran suasana belajar dan pembelajaran yang interaktif dan kondusif dapat terwujud dengan adanya metode yang digunakan dengan tepat agar peserta didik dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

2.1.2.2.7 Media dan Sumber Belajar media dapat memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran dan peserta didik dalam menyerap materi. Sumber belajar bisa didapatkan dari buku atau media cetak elektronik, lingkungan sekitar, dan sebagainya.

2.1.2.2.8 Kegiatan pembelajaran kegiatan diuraikan secara terperinci pada setiap langkah-langkah sesuai dengan metode yang diterapkan.

2.1.2.2.9 Penilaian hasil belajar penilaian meliputi instrumen, rubrik penilaian, dan pedoman penilaian.

(32)

2.1.2.3 Hal Yang Mendasari Penyusunan RPP

Terdapat 5 (lima) hal yang mendasari penyusunan perencanaan pembelajaran kunci yang harus dicermati oleh seorang pedidik menurut Ratumanan dan Rosmiati (2019: 25), Yaitu:

2.1.2.3.1 Karakter peserta didik pengaruh kondisi fisik, pisikis dan pengetahuan awal sangat berpengaruh pada kesiapan peserta didik untuk belajar.

2.1.2.3.2 Kompetensi yang diharapkan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh peserta didik setelah terlaksananya pembelajaran.

2.1.2.3.3 Materi pembelajaran menyampaikan materi dan pendalaman materi (Pengayaan) dilakukan dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat dikuasai oleh peserta didik.

2.1.2.3.4 Model/pendekatan/strategi/metode pembelajaran ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan tergantung bagaimana cara penyampaian dan langkah yang digunakan.

2.1.2.3.5 Evaluasi proses dan hasil belajar keberhasilan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan dapat diukur melalui evaluasi dan memberikanhasil belajar selama pembelajaran dan dapat mengukur keefektivitasan rencana pembelajaran yang telah dirancang.

2.1.2.4 Fungsi RPP

Adanya perencanaan pembelajaran dapat dikatakan bahwa artinya 50%

suatu proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan memuaskan.

Perencanaan pembelajaran memuat gambaran atas segala hal yang akan dilakukan saat kegiatan pembelajaran secara detail, seperti hal yang harus dilakukan, benda apa yang dibawah dan digunakan, serta bagaimana cara pendidik menciptakan kondisi lingkungan peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2015: 46).

Sanjaya (2015:35-37) memaparkan terdapat delapan fungsi pembelajaran, yaitu fungsi kreatif, fungsi inovatif, fungsi selektif, fungsi

(33)

komunikatif, fungsi predektif, fungsi akurasi, fungsi pencapaian tujuan dan fungsi kontrol, penjelasan sebagai berikut:

2.1.2.4.1 Fungsi kreatif pembelajaran yangterencana dengan matang dapat memberikan respon yang mengungkapkan permasalahan. Dengan perencanaan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara kreatif.

2.1.2.4.2 Fungsi inovatif sebuah pembaruan dapat dilaksanakan jika pendidik benar-benar memahami sistematika perencanaan pembelajaran, sehingga pendidik bisa menganalisis ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan.

2.1.2.4.3 Fungsi selektif pencapaian suatu tujuan didasarkan pada pemilihan strategi yang tepat. strategi ini meliputi pemilihan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui perencanaan pembelajaran ini, pendidik dapat memilih dan memilih materi apa yang sesusi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2.4.4 Fungsi komunikatif adanya perencanaan pembelajaran dapat mengungkapkan tujuan maupun hasil yang ingin dicapa, dan langkah kegiatan yang ingin dilakukan tanpa menjelaskan secara verbal kepada orang lain meliputi guru, siswa, kepala sekolah, orangtua siswa, bahkan masyarakat.

2.1.2.4.5 Fungsi Predektif pendidik memperkirakan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi, strategi untuk mengatasi kesulitan tersebut, dan hasil yang akan diperoleh saat menyusun perencanaan secara tepat dan sistematis.

2.1.2.4.6 Fungsi akurasi tanpa adanya perencanaan, pendidik akan merasa kesulitan membagi waktu untuk menentukan kriteria keberhasilan pada suatu materi pembelajaran dalam waktu yang terbatas.

Ketidaksesuaian waktu dengan materi yang akan disampaikan akan berdampak buruk pada keberlangsungan penyampaian materi

(34)

berikutnya. Melalui perencanaan pembelajaran ini pendidik dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan materi secara efektif.

2.1.2.4.7 Fungsi pencapaian tujuan keseimbangan antara penyampaian tujuan pembelajaran dan pembentukan karakter peserta didik harus diutamakan. Pentingnya pembelajaran bukan hanya hasil yang diperoleh, namun juga proses belajarnya.

2.1.2.4.8 Fungsi kontrol keberhasilan siswa dapat dikonterol melalui perencanaan. Dari perencanaan tersebut pendidik dapat memonitor sejauh mana materi dapat dipahami dan yang belum dipahami peserta didik. Perencanaan ini nantinya berfungsi sebagai tindak lanjut untuk mengembangkan program pembelajaran berikutnya.

Dari uraian di atas dapat dimaknai bahwa perencanaan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang tepat sasaran pada keberhasilan tujuan pembelajaran dengan berbagai pertimbangan dan persiapan yang sangat matang. Meskipun begitu, terdapat faktor x yang dapat mempengaruhi kondisi di luar kendali pendidik, seperti kondisi peserta didik, ketersediaan sarann dan ketersediaan sumber daya. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran sebaiknya disusun dengan mempertimbangkan beberapa faktor di atas agar tujuan dari pembelajaran yang sudah terencana dapat tercapai dengan optimal.

2.1.2.5 Manfaat RPP

Adanya perencanaan pembelajaran dapat memberikan pedoman atau pandangan yang jelas kepada seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan fungsi- fungsi yang telah dipaparkan diatas, dapat dilihat ada banyak manfaat pembelajaran menurut Ratumanan dan Rosmiati (2019: 29-30), antara lain sebagai berikut:

2.1.2.5.1 untuk memberikan petunjuk bagi pendidik dalam mengelolah pembelajaran yang sangat berpeluang tujuan tersebut tercapai dan

(35)

peserta didik dapat memiliki kompetensi tang diharapkan dengan cara yang tersistematis dan terorganisir dengan baik.

2.1.2.5.2 Untuk mengasah koprofesionalitasan pendidik agar lebih kreatif dan reflektif saat memilih strategi, pendekatan, model, atau metode yang tepat untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran yang relevan dengan peserta didik.

2.1.2.5.3 Untuk melakukan proses evaluasi selama dan setelah pembelajaran berlangsung

2.1.2.5.4 Untuk memetakan materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan supaya tidak terjadi pembahasan materi yang ganda atau berulang-ulang.

2.1.2.5.5 Untuk menjamin daya guna yang tepat berupa penggunaan media, bahan ajar, dan alat evaluasi yang hanya dibutuhkan pada saat pembelajaran berlangsung, serta pengalokasian waktu yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Manfaat perencanaan yang lain juga diungkapkan oleh (Prastowo 49: 2015), Yaitu:

2.1.2.5.6 Terhindar dari keberhasilan dari “keberuntungan” perencanaan yang matang akan menghasilkan tujuan, strategi, sumber belajar, dan hasil belajar yang optimal. Sedangkan perencanaan yang bersifat seadanya akan menghasilkan hasil belajar yang kurang optimal, karena ketidaktepatan antara tujuan, strategi dan sumber belajar yang digunakan.

2.1.2.5.7 Alat pemecahan masalah perencanaan pembelajaran memudahkan pendidik untuk mengantisipasi kemungkinan diluar rencana yang akan terjadi. Jika perencanaan tersebut dirancang dengan matang akan dapat memprediksi kesulitan yang akan dialami oleh peserta didik maupun pendidik saat proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, saat menemukan kesulitan pendidik bisa langsung mengambil tindakan yang tepat.

(36)

2.1.2.5.8 Pemanfaatan sumber belajar yang tepat di era teknologi ini, tentunya sangat mudah untuk mengakses sumber belajar dari mana saja.

Perencanaan pembelajaran memudahkan pendidik untuk menentukan sumber belajar yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan.peserta didik juga tidak akan mengalami kesulitan untuk memilih sumber belajar yang sesuai.

2.1.2.5.9 Pembelajaran berlangsung secara sistematis berkaitan dengan poin nomor enam, bahwa pembelajaran yang sistematis tidak akan berlangsung seadanya dan tanpa tujuan jelas. Setiap tahap dirancang agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dari beberapa uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa manfaat RPP antara lain: (1) pembelajaran dapat berlangsung secara sistematis, (2) megasah keprofesionalitasan pendidik, (3) memberikan kemudahakn untuk memetahkan materi, tujuan, dan sumber belajar yang tepat, (4) melakukan evaluasi dan pemecahan masalah, (5) pemanfaatan media, dan alat evaluasi secara efesien.

2.1.2.6 Karakteristik Perangkat Pembelajaran (RPP) SD Kurikulum 2013 Perencanaan pembelajaran dapat dilihat dengan jelas bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang sistematis dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem memperhatikan berbagai komponen pembelajaran seperti kondisi peserta didik, pendidik, sumber daya, metode, model, kurikulum, sarana dan prasarana, dan sebagainya bertahap (Ratumanan &

Rosmiati, 2019: 22).

Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat 4 (empat) karakteristik Perencanaan Pembelajaran yaitu Sistematis, Pendekatan sistem, Bertahap, Perubahan peserta didik.

(37)

2.1.3 Model Problem Based Learning

2.1.3.1 Pengertian Model Problem Based Learning

Model Problem Based Learning melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik berasal dari kehidupan aktual siswa (Shoimin, 2017: 129).

Beberapa ahli memiliki rumusannya sendiri tentang model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning ini. Menurut Duch, (Shoimin, 2017: 130) model pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar dan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Menurut Finkle dan Torp (Shomin, 2017: 130) menyatakan bahwa model Problem Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah, dasar-dasar pengetahuan, dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.

2.1.3.2 Karakteristik Model Problem Based Learning

Menurut Sudjana dan Sopandi (2020: 127) Model Problem Based Learnig memiliki karakteristik sebagai berikut:

2.1.3.2.1 Pembelajaran harus pada siswa, karena siswa diberi kebabasan Untuk mempelajari topik yang paling menarik perhatian mereka dan untuk menentukan bagaimana mereka ingin mempelajarinya. Siswa harus menidentifikasi kebutuhan belajar mereka, dan menilai pekerjaan mereka sendiri dan perkerjaan teman sekelas mereka ceker dan Ozdamli (dalam Sudjana dan Supandi, 2016; 127).

2.1.3.2.2 Pembelajaran harus terjadi pada kelompok kecil siswa di bawah Bimbingan tutor (collaborative learning in small groups), hal ini sejalan dengan pendapat merit, dkk. (2017) yang mengharuskan siswa untuk bekerja secara aktif dan kolaboratif dalam kelompok kecil untuk

(38)

menyelidiki, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, dan melaksanakan perkerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.3.2.3 Tutor sebagai fasilitator atau pembimbing, model Problem Based Learning melibatkan guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator untuk menciptakan ruang bagi siswa dimana mereka dapat mengevaluasi pembelajaran, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mempromosikan pemikiran kritis spronken smithdan Harland (Sudjana dan Supandi, 2017: 127).

2..1.3.2.4 Masalah autentik terutama ditemui dalam urutan pembelajaran, sebelum persiapan, atau studi telah terjadi. Pembelajaran model Problem Based Learning di dasarkan pada skenario, yang dihadapkan pada situasi nyata atau realistik dari berbagai variabel masalah (Gurses, 2015;

Gorhgiu, 2014; Hung dkk. (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran difokuskan pada masalah. Dengan demikian, siswa mulai belajar dengan mengatasi simulasi masalah autentik dan tidak terstruktur. Intinya, dapat membangun pengetahuan yang dirangsang oleh masalah dan diterapkan kembali pada masalah.

2.1.3.2.5 Permasalahan yang dihadapi digunakan sebagai alat untuk Mencapai pengetahuan yang dibutuhkan dan kemampuan memecahkan masalah yang diperlukan untuk akhirnya memecahkan masalah. Problem Based Learning mendorong siswa konstruksi pengetahuan dengan memulai setiap pengalaman belajar dengan menghadapkan permasalahan di kehidupan nyata yang kompleks. Hasil akhirnya, siswa akan memperoleh pengetahuan baru dan keterampilan memecahkan masalah yang dapat diterapkan kembali pada masalah yang dihadapinya (Spronken-Smith dan Harland, 2009).

2.1.3.2.6 Informasi baru diperoleh melalui pembelajaran mandiri (self directed learning). Hal ini dapat diartikan bahwa siswa secara individu dan kolaboratif bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, mereka menidentifikasi apa yang telah mereka ketahui tentang masalah tersebut kemudian memastikan apa yang perlu mereka ketahui,

(39)

pertanyaan apa yang relevan dengan penyelidikan mereka, tindakan apa yang harus mereka lakukan, dan yang terakhir mengevaluasi keseluruhan kegiatan yang telah mereka lakukan (Azis, dkk., 2014).

2.1.3.2.7 Siswa belajar menganalisis dan memecahkan masalah respresentif.

Probelam Based Learning menuntut siswa untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengumpulkan informasi, dan mencari solusi yang tepat untuk pemecahan masalah (Dochy, Segres dan Bossche, 2003).

2.1.3.2.8 Pembelajaran berbasis refleksi diri (Self-reflective) Penilaian diri dan rekan perlu dilakukan pada saat menyelesaikan setiap masalah dan pada akhir setiap unit kurikuler tujuan siswa memantau pemahaman mereka dan belajar menyesuaikan strategi belajar.

2.1.3.3 Manfaat Model Problem Based Learning

Model probelem based learning memiliki banyak manfaat.

Menurut Smith (dalam Amir, 2009: 36) mengemukakan manfaat manfaat model Problem Based Learning sebagai berikut :

2.1.3.3.1 menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi Yang diajarkan oleh guru. Pengetahuan yang didapatkan karena lebih dekat dengan konteks praktiknya akan lebih muda di ingat. Konteks atau materi yang berada di sekitar siswa dan pertanyaan yang sering diajukan terhadap masalah yang diperoleh siswa tersebut akan memudahkan dalam memahami materi pelajaran.

2.1.3.3.2 Mendorong siswa untuk berpikir Dalam proses belajar Menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat mendorong siswa untuk mempertanyakan, kritis, dan reflektif. Pada model pembelajaran ini, siswa dianjurkan untuk tidak terlalu terburu buru dalam menyimpulkan sebuah materi pelejaran melainkan berusaha untuk menemukan landasan dan argumennya dan fakta-fakta yang mendukung alasannya.

(40)

2.1.3.3.3 Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan Pada model pembelajaran berbasis masalah ini, dapat melatih pendidik untuk membangun masalah yang berisi konteks praktis (realita).

Dengan demikian, siswa dapat merasakan secara lebih dekat konteks yang terjadi secara langsung di lapangan.

2.1.3.3.4 Membangun kecakapan belajar (Life-long learning skills) Permasalahakn dalam belajar yang diajukan oleh siswa dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berpotensi untuk melatih kecakapan siswa dalam belajar.

2.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Model Problem Based Learning ini memiliki kelebihan dan kelemahan.

2.1.3.4.1 Menurut Sohimin (2017: 132), beberapa kelebihan dari model Problem Based Learning adalah :

2.1.3.4.1.1 Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata atau fakta

2.1.3.4.1.2 Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuan sendiri secara mandiri melalui aktivitas belajar.

2.1.3.4.1.3 Pembelajaran berfokus pada masalah saat ini sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa.

2.1.3.4.1.4 Terjadinya kegiatan ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok

2.1.3.4.1.5 Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari buku perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi dll.

2.1.3.4.1.6 Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya secara mandiri.

2.1.3.4.1.7 Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi dalam kegiatan diskusi atau melakukan presentasi dari hasil pekerjaan yang telah dilakukan.

(41)

2.1.3.4.2 Kemudian beberapa kelemahan dari Model Problem Based Learning adalah menurut Shoimin (2017: 132) :

2.1.3.4.2.1 Tidak dapat dilakukan untuk setiap materi pelajaran, ada beberapa bagian guru berperan aktif dalam menyajikan sebuah materi pembelajaran. Pembelajaran tersebut menuntut kemampuan setiap siswa yang berkaitan dengan pemecahan masalah.

2.1.3.4.2.2 Dalam kondisi kelas yang memiliki keragaman siswa yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam pembagian tugas.

2.1.3.5 Sintakss Model Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran pasti memiliki sintakss atau langkah- langkah pembelajarannya, berikut ini

2.1.3.5.1 Langkah-langkah dari model Problem Based Learning sebagai berikut (Shoimin, 2017: 131) :

2.1.3.5.1.1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. kemudian, menjelaskan informasi yang dibutuhkan. Lalu, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas atau kegiatan pemecahan masalah yang dipilih.

2.1.3.5.1.2 Guru membantu siswa untuk menentukan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dialami siswa.

2.1.3.5.1.3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan materi, lalu ada kegiatan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan masalah, hipotesis, dan pemecahan masalah.

2.1.3.5.1.4 Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai kebutuhan siswa seperti laporan dan membantu berbagai tugas dengan teman satu kelas.

(42)

2.1.3.5.1.5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses proses yang telah didapatkan selama pembelajaran.

2.1.3.5.2 Menurut Hamdatama (2014: 211) mengemukakan enam langkah pembelajaran Problem Based Learning, yaitu :

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

No Langkah PBL Kegiatan Siswa

2.1.3.5.2.1 Merumuskan masalah

Siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan secara mandiri 2.1.3.5.2.2 Menganalisis

masalah

Siswa dapat meninjau masalah dari berbagai sudut pandang yang telah diperoleh

2.1.3.5.2.3 Merumuskan Hipotesis

Siswa merumuskan berbagai pemacahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya 2.1.3.5.2.4 Mengumpulkan Data Siswa mencari informasi atau

sumber (di internet, buku perpustakaan dll) yang diperlukan untuk pemecahan masalah

2.1.3.5.2.5 Penguji Hipotesis Siswa mengambil kesimpulan atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan sebelumnya 2.1.3.5.2.6 Merumuskan

Rekomendasi Pemecahan Masalah

Siswa melakukan kegiatan dengan

menggambarkan sesuai

rekomendasi yang dapat dilakukan dengan rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan

2.1.3.5.3 Sedangakan, menurut Amir (2009: 24) mengemukakan bahwa terdapat tujuh langkah Model Problem Based Learning, yaitu :

(43)

2.1.3.5.3.1 Mengklarifikasi istilah dan konsep

Pada tahap ini, setiap kelompok atau individu harus memastikan bahwa semua anggotanya telah memiliki pemahaman terhadap berbagai istilah atau konsep yang terdapat didalam masalah. Melalui tahap ini, setiap kelompok dipastikan untuk memiliki pandangan terhadap berbagai istilah tersebut.

2.1.3.5.3.2 Merumuskan masalah

Pada tahap ini, kelompok atau individu harus mampu menjelaskan hubungan yang lebih nyata antara setiap kejadian.

2.1.3.5.3.3 Menganalisis Masalah

Pada tahap ini, setiap anggota kelompok atau individu menyampaikan pengetahuan yang sudah dimiliki terkait masalah.

Setiap anggota kelompok atau individu melakukan diskusi untuk membahas informasi faktual yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Tahap ini dapat melatih siswa untuk menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis terkait masalah.

2.1.3.5.3.4 Menata gagasan secara sistematis

Pada tahap ini, setiap kelompok atau individu melihat keterkaitan dari bagian-bagian dari masalah yang telah dianalisis sebelumnya kemudian mengkelompokannya, mana yang saling menunjang, mana yang saling bertantangan, dan sebagainya.

2.1.3.5.3.5 Memformulasikan tujuan pembelajaran

Pada tahap ini, setiap kelompok atau individu merumuskan tujuan pembelajaran karena sudah mengetahui bagian-bagian pengetahuan yang masih kurang dipahami. Tujuan pembelajaran yang dilakukan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran tersebut akan menjadi dasar tugas secara individu disetiap kelompok belajar yang ada.

(44)

2.1.3.5.3.6 Mencari informasi tambahan dan sumber yang lain

Pada tahap ini, setiap anggota kelompok atau individu mencari informasi tambahan dan sumber yang berbeda. Setiap anggota kelompok belajar sendiri dengan efektis pada tahap ini agar mendapatkan informasi yang relevan.

2.1.3.5.3.7 Menggabungkan dan menguji informasi baru dan membuat laporan

Pada tahap ini, setiap anggota kelompok atau individu mempresentasikan laporannya dihadapan anggota kelompok lain. Setelah itu, kelompok menggabungkan informasi-informasi yang penting dari hasil laporan setiap anggota.

Tahap-tahap Model Problem Based Learning dapat berlangsung dalam satu kali pertemuan dan dapat pula berlangsung dalam beberapa pertemuan. Hal demikian juga tergantung pada kondisi dan konteks materi yang diajarkan pada setiap kelas. Pada produk yang dihasilkan, peneliti menggunakan lima langkah model Problem Based Learning yang merupakan perpaduan antara pendapat Amir (2009: 24) dan Hamdatama (2014: 211). Kelima langkah tersebut hanya akan digunakan selama satu kali pembelajaran disetiap mata pelajaran karena materi yang diajarkan tidak begitu luas dan tidak menuntuk aktivitas yang berat, kemungkinan akan melakukan kegiatan di rumah. Secara umum, perpaduan tujuh langkah model pembelajaran yang digunakan peneliti yaitu :

a) Orientasi peserta didik pada masalah, b) Mengorganisasikan peserta didik c) Membimbinga penyelidikan individu d) Mengembangkan dan menyajikan hasil

e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Dalam sintakss atau langkah dari model Problem Based Learning dapat Peneliti simpulkan bahawa model yang menekankan pada masalah yang relevan dengan siswa dalam kehidupan sehari-hari hingga nantinya

(45)

siswa dapat menemukan pengetahuan serta pengalaman baru dari masalah yang diberikan. Langkah awal dalam model Problem Based Learning yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individu, mengembangkan dan menyajikan hhasil, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Suryandari (2014: 20), Ilmu Pengatahuan Alam atau sains adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Makhluk hidup contohnya hewan, tumbuhan, dan manusia. Makhluk tak hidup contohnya ada tanah dan batu. Menurut Trianto (2012: 137), Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu kumpulan yang sistematis penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Ada berbagai macam metode ilmiah yang dapat dilakukan dalam proses IPA, contohnya mengukur, megklarifikasikan , dan menyimpulkan. Menurut Sulistyorini (Susanto, 2013:169), terdapat sembilan aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA atau sains, yaitu : sikap ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu, sikap kerjasama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.

Dari berbagai penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa IPA atau sains merupakan ilmu yang mempelajari mengenai fenomena- fenomena alam yang berkaitan dengan hewan, manusia, dan bumi, yang berkembang melalui ilmiah dan juga menuntut adanya sikap ilmiah.

2.1.4.2 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA atausains mempunyai karakteristik yang khusus yaitu adanya proses, produk, dan sikap ilmiah (Suryandari, 2014: 20). Pada

Referensi

Dokumen terkait

Analisis yang digunakan untuk mengetahui pendapatan petani yaitu dengan mengurangi penerimaan dengan total biaya, R/C digunakan untuk mengtahui setiap musim panen

Penelitian ini merupakan penelitian pemecahan masalah ( problem solving) yang difokuskan pada pembelajaran eksperimen pada konsep gerak harmonik dengan tujuan

Angket tersebut dapat disimpulkan bahwa para peserta dapat memperoleh manfaat dari program pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas media pembelajaran, mengetahui cara

DAMPAK KONVERSI KOMODITAS TEH MENJADI KELAPA SAWIT TERHADAP PENDAPATAN.. BURUH TANI DAN LINGKUNGAN Studi Kasus

Jika probabilitas ( P ) > 0,05 pada tingkat kepercayaan tertentu dan taraf nyata yang dipilih, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha ditolak, ini

Industri kecil batik bapak Halil dan bapak Fadhali ini adalah industri keluarga yang menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya. Bapak Halil selain sebagai

Hubungan tingkat pengetahuan responden tentang dismenorea dengan upaya penanganan terhadap dismenorea sesuai dengan hasil analisis memperlihatkan bahwa sebagian besar

Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis pengaruh stimulasi bermain ular tangga terhadap perilaku cuci tangan pada anak prasekolah di TK ABA 02 Mejayan