f Frekuensi gelombang yang datang
PERSAMAAN SCHRODINGER
3. Dioda Terowong Piranti elektronik yang menggunakan gejala penerowongan ini adalah dioda terowong (tunnel dioda). Potensial yang
5.2 MODEL ATOM THOMSON
Model struktur atom pertama adalah yang dikemukakan oleh JJ. Thomson, yang telah terkenal karena keberhasilanya mencirikan elektron dan mengukur nisbah muatan terhadap massa (e/m) elektron. Model atom Thomson ini berhasil menerangkan banyak sifat atom yang diketahui seperti: ukuran, massa, jumlah elektron, dan kenetralan muatan elektrik.
Gaya pada sebuah elektron yang berjarak r dari pusat sebuah bola bermuatan positif berjari-jari R dapat dihitung menggunakan rumus-rumus dasarelektrostatik. Menurut gambar 6.1, fraksi volume sebuah bola berjari-jari r dari volume keseluruhan bola berjari-jari R sama dengan fraksi muatan dalam bola itu dari muatan total Ze. Jadi,
Qdalam = Ze 4 3ππ3 4 3ππ 3 = Zeπ3 π 3 (5.1)
Menutrut hukum Gauss, medan elektrik pada jarak r dapat dicari dari muatan total yang terkandung di dalam bola berjari-jari r:
π¬. ππΊ = 1
π0 qdalam (5.2)
Karena sifat simetri bola dari persoalannya, medan elektrik E tetap nilainya di seluruh permukaan bola, sehingga integralnya dapat langsung dihitung dengan hasil E.4Οr2. Jadi, E = 1
4ππ0 ππππππ
131
Gambar 5.1: Model atom Thomson. Z buah elektron mungil tersebar secara seragam dalam sebuah bola bermuatan positif Ze berjari-jari R. Setiap permukaan bola berjari-jari r mengandung fraksi muatan sebanding dengan r3/R3.
Dengan menggunakan Persamaan (5.1) bagi muatan total yang terkandung di dalam bola, kita peroleh
E = 1
4ππ0 ππ π 3 r
Karena sebuah elektron dengan muatan e menderita gaya sebesar F = eE, maka
F = ππ 2
4ππ0π 3 r = kr Dengan k = Ze2/4ππ0π 3.
Gambar 5.2 memperlihatkan pembelokan lintasan sebuah partikel, yang bergerak dengan laju v (kita menganggap v Β« sehingga dengan menggunakan mekanika tak relativistik, K = Β½mv2) sepanjang seuah garis lurus berjarak b dari pusat atom seandainya tidak dibelokkan. [Jarak b disebut parameter impak (impact parameter)]. Tolakan gaya elektrik menyebabkan arah gerak partikel sedikit membelok, Sehingga setelah melewati atom, partikel bergerak sepanjang suatu lintasan yang agak membelok, sebesar sudut ΞΈ, dari arah gerak semulanya.
Gambar 5.2: Sebuah partikel alfa bermuatan positif yang menerobos masuk ke dalam model atom Thomson, mengalami pembelokan sebesar sudut ΞΈ. Koordinat r dan ΞΈ menentukan letak partikel alfa ketika berada di dalam atom.
132
Kita dapat menghitung sudut belok ΞΈ ini dengan meninjau impuls yang diterima partikel, yang memberikannya sebagian momentum dalam arah y
βpyβ Fy dt (5.5)
Pada sembarang titik sepanjang lintasan proyektil, berlaku Fy = F cos π
Dengan menganggap proyektilnya bermuatan q = ze, maka gaya F yang dialaminya adalah qE, dengan E diberikan oleh Persamaan (6.3),
F = 1
4π π0 π§ππ2
π 3 r = zkr (5.6)
di mana k adalah tetapan yang sama seperti yang didefinisikan oleh Persamaan (6.4). Karena cos π β b/r, kita peroleh
βpyβ π§ππ.ππ. dt = zkb ππ‘
= zkbT (5.7)
T adalah waktu total yang dibutuhkan proyektil untuk melewati atom, yang sama dengan jarak tempuh total dalam atom dibagi dengan laju rata-rata. Karena pembelokannya kecil, lintasannya dapat dihampiri dengan sebuah garis lurus, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.3, dan karena laju rata-ratanya hampir sama dengan v, maka
T β 2 π 2βπ2
π£ (5.8)
Gambar 5.3 : Geometri hampiran bagi pembelokan sebuah partikel alfa oleh sebuah atom Thomson. Sudut hambur, yang nilai maksimumnya adalah sekitar 0,01o, sengaja dibesarkan melebihi ukuran sebenarnya.
dan
βpyβ 2π§ππ
π£ π 2β π2 (5.9)
133 tan ΞΈ = ππ¦
ππ₯ β βππ¦
π (5.10)
dan jika ΞΈ kecil, maka tan ΞΈ β ΞΈ sehingga ΞΈ β βππ¦
π = 2π§ππ
π π£2 π 2β π2 (5.11)
Bila kita melakukan percobaan semacam ini yang dikenal sebagai percobaan hamburan, kita tidak dapat menembakkan satu proyektil k pada sebuah atom, dan juga tidak dapat mengendalikan atau menentukan parameter impak b. Yang kita lakukan adalah menembakkan seberkas partikel pada selembar tipis bahan tertentu. Berkasnya mungkin dibelokkan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.4, dan kita dapat menentukan sudut hambur βav atau sudut hambur βmaks-nya. (β menyatakan sudut hambur yang diukur; sedangkan ΞΈ adalah sudut hambur oleh satu atom).
Gambar 5.4: Percobaan hamburan yang khas. Seberkas partikel datang dihamburkan oleh selembar tipis bahan; partikel-partikel yang dihamburkan diamati pada semua nilai β yang mungkin dalam laboratorium
Dengan menurunkan Persamaan (6.11) terhadap b, kita dapat memperoleh yakni sudut hambur ΞΈmaks bagi satu tumbukan:
ΞΈmaks = π§π π 2
π π£2 (5.12)
Gambar 5.5 Geometri hamburan bagi satu atom. Partikel-partikel yangg memasuki suatu daerah cincin berjari-jari b dan lebar db dihamburkan ke dalam rentang sudut dΞΈ pada ΞΈ.
134
Setiap kali proyektil memasuki daerah sebuah cincin berjari-jari b dengan lebar db, ia dihamburkan ke dalam rentang sudut dΞΈsekitar ΞΈ(lihat Gambar 6.5). Fraksi partikel (dari berkas) datang pada atom yang memasuki cincin tersebut (dan dengan demikian yang terhambur pada sudut ΞΈ) adalah tidak lain daripada fraksi luas sasaran yang ditempati cincin tersebut, atau 2πb db/πR2. Sudut hambur rata-rata bagi satu tumbukan diperoleh dengan merata-rata-rata-ratakan terhadap semua nilai b yang mungkin:
ΞΈ avg = 2πb db
ππ 2 π
0 ΞΈ (5.13)
dengan melakukan integrasinya, dan mempergunakan ΞΈ dari Persamaan (6.11), akhirnya kita peroleh
ΞΈ avg =π
4 π§π π 2
π π£2 (5.14)
CONTOH 5.1
Dengan menggunakan model Thomson dengan R = 0,1 nm (jari-jari khas atom), hitunglah sudut belok rata-rata per tumbukan apabila berkas partikel alfa berenergi 5 MeV (z = 2) dihamburkan dari atom emas (Z = 79).
Pemecahan
Besaran zkR2 dapat langsung dihitung, hasilnya: zkR2 = 2 ππ
2 4ππ0π 3 R2
= 2,79 1,44 ππππ
0,1 ππ β 2,3 keV
(Dengan mengingat bahwa e2/4ππ0 = 1,44 eV.nm).Karena mv2 = 2K = 10 MeV, maka ΞΈ avβ π 4 2,3 πππ 10 πππ β 2 X 10-4 rad
Beberapa dari antara tumbukan ini memberikan hasil sudut belok total yang lebih besar, sedangkan yang lainnya memberikan hasil sudut belok total yang lebih kecil (lihat Gambar 6.6). Nilai sudut hambur total yang diamati β tunduk pada hukum-hukum statistik; khususnya bila terdapat N tumbukan, maka βav = πΞΈav
dan bahwa probabilitas hamburan pada sembarang sudut yang lebih besar daripada suatu sudut β adalah πβ β/βππ£ 2.
135
Gambar 5.6 : Gambaran mikroskopik dari hamburan. Beberapa hamburan tunggal cenderung memperbesar ΞΈ. Sedangkan yang lainnya cenderung memperkecil ΞΈ.
Pada kasus proyektil menembus selembar emas setebal 1 πm (10-6 m), ia akan menumbuk sekitar 104 buah atom (karena masing-masing atom memiliki diameter sekitar 0,1 nm). Karena itu, sudut hambur laboratoris rata-rata besarnya βav sekitar 104ΞΈav, atau sekitar 1o. Angka ini tidak menyimpang jauh dari yang diamati dalam berbagai percobaan seperti itu.
Tetapi, jika kita menguji probabilitas hamburan ini untuk sudut yang lebih besar (β>90o), kita dapati bahwa ramalannya meleset jauh dari percobaan. Untuk βavβ 1o, probabilitas yang kita perkirakan bagi sudut yang lebih besar daripada 90o adalah πβ902 = πβ8100 = 10-3500. Percobaan semacam ini dilakukan oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden dalam laboratorium Profesor Ernest Rutherford pada 1910. Hasil yang mereka peroleh memperlihatkan bahwa probabilitas sebuah partikel alfa dihamburkan pada sudut-sudut yang lebih besar daripada 90o adalah sekitar 10-4. Penyimpangan yang cukup mencolok anatara hasil yang diperkirakan (yakni 10-3500) dan nilai yang diamati (10-4) dilukiskan oleh Prof. Rutherford dalam kata-kata berikut:
ο· Ini adalah peristiwa sangat tidak masuk akal yang pernah terjadi dalam hidup saya.
ο· Ini sama tidak massuk akalnya dengan ibarat anda menembakkan sebuah peluru 15 inci pada selembar kertas tissue dan peluru itu kemudian balik menembaki anda.
136 5.3 INTI ATOM RUTHERFORD
Apabila seberkas partikel, seperti berkas partikel alfa menumbuki sebuah sasaran tipis seperti selembar tipis emas, sudut hambur rata-ratanya kecil(dalam orde sekitar 1o). Pembelokan besar yang teramati ternyata sangatlah kecil(10-3500) bertentangan dengan hasil pengamatan eksperimen(10-4). Cara paling mungkin bagi sebuah partikel alfa(m=4u) untuk dapat dibelokkan hingga mencapai sudut yang sangat besar adalah bila terjadi tumbukan tunggal dengan suatu objek sangat padat(masif). Gambar 5.7 melukiskan geometri hamburan bagi kasus ini. Proyektil, bermuatan ze, menderita gaya tolak oleh muatan positif inti sebesar:
πΉ =(π§π )(ππ)
4π π0 (5.15)
(Proyektilnya kita anggap selalu berada diluar inti, sehingga ia rasakan muatan inti Ze secara lengkap). Elektron-elektron atom, dengan massanya yang lebih kecil, tidak banyak mempengaruhi lintasan proyektil, jadi pengaruhnya pada hamburan dapat kita abaikan.
Gambar : 5.7 Hamburan oleh sebuah inti atom. Lintasan partikel terhambur
berbentuk sebuah hiperbola
Sebagaimana diperlihatkan oleh gambar 5.7, bagi setiap parameter impak b, terdapat suatu sudut hambur tertentu π. Jadi kita perlu mencari hubungan antara b dan π. Sebagaimana telah diturunkan dalam berbagai buku ajar, proyektil menempuh suatu lintasan berbentuk hiperbola; dalam koordinat polar r dan π, persamaan hiperbola adalah
1 π =1
ππ πππ + π§π π2
8ππ0π2πΎ(cos π β 1) (5.16)
Sebagaimana diperlihatkan oleh gambar 6.8, kedudukan awal partikel adalah pada π = 0, π β β, dan kedudukan akhir adalah pada π = π β π, π β 8. Dengan menggunakan kedua koordinat kedudukan akhir, persamaan 5.16) tersederhanakan menjadi
137 π = π§π π2 8π π0π2πΎcot 1 2π = π§π 2πΎ π2 4π π0πππ‘1 2π (5.17)
Gambar : 6.8 : Lintasan hiperbola dari sebuah partikel terhambur
Kajian kita terhadap hamburan partikel bermuatan oleh inti atom akan kita bagi dalam tiga bagian:
1) perhitungan fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar daripada π,
2) rumus Rutherford dan pembuktian kebenarannya lewat percobaan, dan 3) jarak terdekat ke inti atom, yang dapat dicapai oleh partikel bermuatan.
Masing-masing atom tampak sebagai sebuah piringan bundar, dengan luas ππ 2. Jika lembar tersebut mengandung N buah atom , maka luas atomnya adalah πππ 2. Untuk hamburan untuk sudut yang lebih besar daripada π, parameter impaknya berada antara nol dan b β yang berarti bahwa jarak hampiran proyektil ke inti atom berada dalam daerah piringan bundar seluas ππ2. Jika semua proyektil dianggap tersebar merata pada luas lembar tadi , fraksi proyektil yang berada dalam luas tersebut adalah ππ2/ ππ 2.
Ketebalan lembar hambur yang sebenarnya, dapat mencapai sekitar susunan seribu atau sepuluh ribu buah atom. Andaikanlah t adalah ketebalan lembar hambur dan A adalah luasnya, dan andaikanlah pula bahwa π adalah kerapatan dan M adalah massa molekul bahan pembuat lembar itu. Jadi, volume lembar tersebut adalah At, dan massanya ππ΄π‘, sehingga jumlah molnya ππ΄π‘/π. Jadi jumlah atom atau inti per satuan volume adalah
π = ππ΄ππ΄π‘ π
1
π΄π‘ = ππ΄π
π (5.18)
ππ΄ adalah bilangan Avogadro. Bagi sebuah proyektil datang, jumlah inti atom per satuan luas yang tampak baginya adalah ππ‘ = ππ΄ππ‘
138 setiap inti memberi saham luas sebesar (ππ΄ππ‘
π)-1
pada medan tampak proyektil. Untuk sudut hambur yang lebih besar daripada π, proyektil harus berada dalam daerah lingkaran seluas ππ2 yang berpusat pada sebuah atom. Dengan demikian, fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar daripada π adalah tidak lain daripada jumlah partikel yang menghampiri sebuah atom dalam suatu daerah cakupan ππ2
π<π = π>π = ππ‘ππ2 (5.19)
Dengan anggapan bahwa semua partikel datang tersebar merata pada luas lembar hambur.
Dengan anggapan bahwa semua partikel datang tersebar merata pada luas lembar hambur.
Contoh 6.2
Selembar emas (π = 19,3 π/ππ3, π = 197 π/πππ)dengan ketebalan 2,0.10-3 cm, digunakan untuk menghamburkan partikel-partikel alfa berenergi kinetik 8,0 MeV. (a) berapa fraksi partikel alfa yang dihamburkan kedalam sudut yang lebih besar daripada 900? (b) berapa fraksi partikel alfa yang dihambur dalam sudut antara 900 dan 450?
Pemecahan:
a) Untuk kasus ini, jumlah per satuan volume dapat dihitung sebagai berikut: π =(6,02 x 10
23 atom/mol)(19,3 g/ππ3) 197π/πππ
= 5,9 π₯1028ππ‘ππ/π
Untuk hamburan pada sudut 900 , parameter impak b dapat dihitung dari persamaan (6.17):
π = 2 79
2 8,0 π₯106ππ 1,44ππ. ππ cot 450 = 1,4 π₯10β14π Sehingga ππ2 = 6,4 π₯10β28π2/πππ‘π, dan dengan demikian kita peroleh: π>90 = (5,9 π₯1028πππ‘π/π3)(2,0 π₯10β6π)(6,4 π₯10β28π2/πππ‘π)
139
(a) Dengan mengulangi perhitungan diatas untuk π = 450, kita peroleh: π = 2 79
2 8,0 π₯106ππ 1,44ππ. ππ cot 22,50 = 3,4 π₯10β14m
1. Rumus hamburan Rutherford dan bukti percobaanya. Agar kita dapat menghitung probabilitas hamburan sebuah partikel kedalam suatu selang sudut kecil pada π, kita syaratkan parameter impaknya terletak dalam suatu selang kecil db di b (lihat gambar 5.10).
Gambar 5.10 Partikel yang memasuki daerah cincin antara b dan b+db.
Dengan demikian, fraksi df adalah
ππ = ππ‘ 2ππππ
Menurut persamaan (6.19). Dengan mendiferensiasikan persamaan (6.17), kita peroleh pernyataan db dalamππ sebagai berikut:
ππ = π§π 2πΎ π2 4ππ0(1 β ππ π2 1 2π)(1 2ππ) (5.20) Jadi, ππ = πππ‘(π§π 2πΎ)2( π2 4π π0)2ππ π2 1 2ππππ‘1 2πππ (5.21)
(tanda minus pada persamaan (5.20) tidaklah begitu penting β ia hanyalah memberitahukan kita bahwa π bertambah bila b berkurang). Andaikan kita tempatkan sebuah detektor bagi partikel yang terhambur pada sudut π sejauh jarak r dari inti atom. Maka probabilitas bagi sebuah partikel untuk dihamburkan ke dalam detektor tersebut bergantung pada df. Namun demikian, df hanyalah memberikan peluang bagi semua proyektil yang dihamburkan pada sudut π ke dalam ππ, dan dapat anda lihat bahwa semua proyektil itu akan terdistribusi
140
secara merata sekitar sebuah cincin berjari-jari r sinπ dengan ketebalan rππ. Luas cincinnya adalah dA =(2πππ πππ) rππ. Selanjutnya, dengan melakukan suatu manipulasi perhitungan, akhirnya kita peroleh:
π π = ππ‘ 4π2(π§π 2πΎ)2( π2 4π π0)2 1 π ππ4 1 2π (5.22)
Ini adalah rumus hamburan Rutherford.
Rumus Rutherford ini kemudian diuji. Untuk percobaan ini, mereka menggunakan partikel-partikel alfa (z=2) dengan mengamati hamburannya dari berbagai jenis lembar tipis logam. Mengingat pada dewasa itu belum tersedia pencatat elektronik dan alat pemrosesnya, maka Geiger dan Marsden mengamati dan mencatat partikel-partikel alfanya dengan menghitung kerdipan cahaya(scintillatios) yang dihasilkan apabila partikel-partikel alfa tersebut menumbuk sebuah layar sulfida seng. Skema peralatan ini diperlihatkan pada gambar 6.11. hasilnya, keempat ramalan rumus hamburan Rutherford semuanya terbukti keberlakuannya:
(a) N π β π‘, untuk percobaan ini Geiger dan Marsden menggunakan sumber 8 MeV partikel alfa dari peluruhan radioaktif yang kemudian dihamburkan pada berbagai lembar hambur berketebalan t yang berbeda, dengan sudut hambur π dipertahankan tetap pada 250. Hasil-hasil yang mereka peroleh diperlihatkan pada gambar 6.12 yang menampakkan secara jelas ketergantungan N π pada t secara linear. Juga terbukti bahwa pada sudut hamburan sedang ini pun, hamburan tunggal lebih berperan daripada hamburan jamak (multiple).
141
(b) N π β π2, untuk percobaan ini Geiger dan Marsden menggunakan beraneka jenis bahan penghambur,dengan ketebalan yang hampir sama. Hasil-hasil yang diperoleh sesuai dengan kebergantungan linear dari N π pada π2.
(c) N π β 1/πΎ2. Untuk menguji ramalan rumus hamburan Rutherford ini, Geiger dan Marsden mempertahankan ketebalan lembar hamburan tetap dan mengubah laju partikel-partikel alfanya. Semua hasil percobaan mereka itu diperlihatkan yang sekali lagi menampakkan kesesuaian yang luar biasa baik dengan hubungan yang diperkirakan.
(d) N π β 1/π ππ41/2π. Ketergantungan N pada πmungkin adalah ciri yang paling utama dan istimewa dari rumus hamburan Rutherford. Dengan demikian, semua ramalan rumus hamburan Rutherford terbuktikan kebenarannya lewat percobaan, yang sekaligus membuktikan keberadaan βinti atomβ.
142
2. Jarak hampiri terdekat partikel hambur ke inti penghambur. Semakin dekat partikelnya menghampiri inti atom, maka semakin besar pula energi potensial yang ia peroleh,karena:
π = 1 4ππ0 π§ππ2 πΌ πΈ = 1 2ππ£πππ2+ 1 4π π0 π§ππ2 ππππ =1 2ππ£2 (5.23a) π = 0 πΎ = 1 2ππ£2 π = ππ£π vmin π =π§π π2 4π π0 1 ππππ v rmin πΎ = 1 2ππ£πππ2 b π = ππ£πππππππ d π =π§ππ 2 4ππ0 1 π K = 0
143
Momentum sudut juga kekal. Ketika jauh dari inti atom, momentum sudut partikel adalah mvb, dan pada rmin, momentum sudutnya adalah mvminrmin. Karena itu,
ππ£π = ππ£πππππππ Atau
π£πππ = π
ππππ π£ (5.23b)
Dengan menggunakan persamaan (5.23a) dan (5.23b) kita peroleh 1 2ππ£2 =1 2π π2π£2 ππππ2 + 1 4ππ0 π§π π2 ππππ (5.24)
Persamaan ini dapat dipecahkan untuk memperoleh nilai rmin.
Perhatikan bahwa energi kinetik partikel tidaklah nol pada rmin. Kecuali jika b = 0. Pada saat itu jarak terdekat ke inti atom adalah d, jarak hampiran terdekat. Jarak ini dapat kita dapati dengan memecahkan persamaan (6.24) bagi rmin untuk b = 0 yang memberikan π = 1 4π π0 π§ππ2 πΎ (5.25)