BAB V PENUTUP
Bagan 3.2 Modifikasi Model Penelitian dan Pengembangan
Bagan 3.2 Modifikasi Model Penelitian dan Pengembangan oleh Peneliti
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menggunakan tahapan penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall. Peneliti memodifikasi lima tahap penelitian yang telah dipaparkan oleh Borg dan Gall (Mulyatiningsih,2014: 162-166) yaitu penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, uji coba lapangan persiapan, dan revisi dan pelaporan hasil pengembangan. Alasan peneliti menggunakan lima tahap penelitian yaitu karena keterbatasan waktu serta langkah atau tahapan tersebut dibatasi dan disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.
Berikut lima tahap yang merupakan modifikasi sepuluh langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall dapat dilihat pada bagan 3.3.
Perencanaan
Uji Coba Lapangan Persiapan Revisi dan
Pelaporan Hasil Pengembangan
Pengembangan Bentuk Awal Produk Penelitian dan
Pengumpulan Data
40
Langkah 1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Langkah 2. Perencanaan
Langkah 3. Pengembangan Bentuk Awal Produk
Langkah 4. Uji Coba Lapangan Persiapan
Langkah 5. Revisi dan Pelaporan Hasil Pengembangan
Bagan 3.3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang diterapkan oleh Peneliti
Kajian teori
Revisi produk dan analisis hasil pengembangan
Uji coba skala kecemasan aspek kognitif pada siswa kelas IV SD
Kanisius Kalasan
41 3.4.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data. Penelitian dilakukan karena adanya masalah yang ditemukan, melalui observasi dan wawancara serta menganalisis kebutuhan guru dan siswa. Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas. Peneliti juga melakukan wawancara kepada guru kelas. Peneliti juga melakukan observasi terkait dengan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas IV. Kemudian hasil dari wawancara dan observasi dianalisis terkait dengan karakteristik siswa, proses belajar di kelas, serta hasil belajar siswa. Hasil analisis tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk membuat pedoman kisi-kisi dari skala kecemasan. Wawancara dan observasi dilakukan untuk menganalisis kebutuhan siswa dan guru.
Wawancara dan Observasi dilakukan peneliti pada saat siswa mengikuti pembelajaran matematika. Peneliti mengamati siswa secara keseluruhan, melihat bagaimana respons siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas IV untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai kebutuhan siswa.
Hasil wawancara dan observasi tersebut akan dianalisis oleh peneliti untuk mengetahui kebutuhan siswa dan guru sehingga peneliti dapat membuat produk skala kecemasan sesuai dengan kebutuhan.
3.4.2 Perencanaan
Tahap yang kedua dalam penelitian yaitu perencanaan. Setelah mengetahui kebutuhan guru dan siswa, peneliti membuat kajian teori tentang kecemasan untuk aspek kognitif. Setelah itu kajian teori yang telah dibuat, peneliti menyusun instrumen skala kecemasan kemudian akan divalidasi oleh guru kelas IV, ahli
42
psikologi, dan ahli bahasa. Dari hasil validasi, instrumen tersebut dikembangkan menjadi sebuah produk skala kecemasan.
3.4.3 Pengembangan bentuk awal produk
Pada tahap penelitian yang ketiga ini adalah pengembangan bentuk awal produk. Peneliti memulai membuat desain skala penelitian kecemasan aspek kognitif yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa kelas IV. Pertama peneliti membuat desain penelitian cover sehingga terlihat lebih menarik perhatian siswa dalam mengisi skala kecemasan. Setelah itu peneliti mulai masuk dalam bagian salam pembuka untuk menyambut siswa yang akan mengisi skala sebelum masuk kebagian pengisian skala. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan indikator kecemasan menjadi sebuah pernyataan yang mudah dipahami oleh siswa. Dan tidak dilupakan pemilihan jenis font huruf dan juga ukuran huruf, tujuannya adalah supaya tulisan terlihat lebih luwes sehingga siswa tidak akan bosan membaca setiap pernyataan-pernyataan yang ada. Selain itu peneliti juga memperhatikan bahasa yang digunakan untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Pernyataan yang telah disusun oleh peneliti akan dicetak menjadi sebuah booklet yang kemudian akan divalidasi oleh guru kelas, ahli bahasa dan ahli psikologi. Hasil validasi tersebut akan dianalisis oleh peneliti serta direvisi sesuai dengan saran para validator agar skala kecemasan aspek kognitif layak untuk digunakan uji coba.
3.4.4 Uji Coba Lapangan Persiapan
Pada tahap ini, skala sudah direvisi dan dicetak ulang siap untuk diuji coba kepada siswa kelas IV sekolah dasar. Siswa yang mengisi skala tidak satu kelas tetapi hanya 10 siswa sesuai dengan rekomendasi dari guru kelas. Dari hasil uji
43
coba tersebut kemudian peneliti menganalisis untuk dijadikan pertimbangan dalam revisi produk sehingga skala kecemasan layak untuk digunakan.
3.4.5 Revisi dan Hasil Pengembangan
Pada tahap ini, setelah peneliti melakukan uji coba lapangan persiapan kemudian peneliti akan menganalisis untuk mengetahui kualitas dari skala kecemasan aspek kognitif. Dari hasil analisis tersebut menjadi acuan peneliti untuk merevisi skala kecemasan aspek kognitif agar skala tersebut dapat layak digunakan dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan. Metode pengumpulan data tersebut, antara lain wawancara, observasi, studi dokumentasi dan focus group discussion. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data diantaranya yaitu, wawancara dan observasi. Berikut dijelaskan masing-masing teknik pengumpulan data tersebut.
3.5.1 Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas IV.
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara dengan responden atau orang yang diinterview dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Widyoko, 2015 : 40).
Sedangkan menurut (Arikunto, 2016: 155) wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, guru, orang tua,
44
perhatian dan sikap terhadap sesuatu. Menurut (KBBI, 2007: 1270) wawancara merupakan tanya jawab peneliti dengan seseorang yang diperlukan untuk meminta keterangan atau pendapatnya mengenai sesuatu hal. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara yang tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka adalah wawancara bebas, di mana pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya merupakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pertanyaan disampaikan secara tidak terstruktur, akan tetapi selalu terpusat kepada satu pokok persoalan tertentu yang terkait dengan variabel yang diteliti (Widoyoko, 2015:
44).
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru kelas IV dimaksudkan untuk mencari informasi mengenai keaktifan dan respons siswa dalam mengikuti pelajaran matematika dalam kelas. Setelah melakukan wawancara ini peneliti berharap semakin mengetahui kebutuhan dari guru dan siswa.
3.5.2 Observasi
Selanjutnya teknik untuk pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap (Arikunto, 2006: 156). Selain itu observasi bisa diartikan sebagai pengamatan atau pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian (Widoyoko, 2015: 46). Pada penelitian ini peneliti
45
menggunakan jenis observasi non partisipan dan observasi sistematis. Observasi non partisipan adalah observasi yang tidak melibatkan observer dalam kegiatan observasi, dengan demikian observer hanya bertindak sebagai pengamat (Sanjaya, 2019: 92). Sementara itu observasi sistematis adalah observasi yang sudah dirancang secara sistematis, karena observer telah mengetahui aspek-aspek apa saja yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian (Widoyoko, 2015: 48).
Observasi dilakukan oleh peneliti di SD Kanisius Kalasan pada siswa kelas IV untuk mencari data dari pengalaman langsung terhadap siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dalam kelas. Adapun hal-hal yang diamati oleh peneliti saat observasi adalah : 1) hal-hal yang dilakukan siswa saat belajar matematika, 2) reaksi yang ditunjukkan siswa saat belajar matematika, 3) kemampuan belajar matematika siswa dalam mengerjakan soal, 4) cara guru mengajar dalam kelas, 5) cara guru memperhatikan siswa saat mengerjakan soal yang menurut mereka sulit.
3.5.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang memuat sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek penelitian (Mulyatiningsih, 2014: 28).
Sedangkan menurut (Widoyoko, 2015: 33) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan guru atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna.
Pada penelitian ini kuesioner digunakan untuk memvalidasi produk dari siswa serta memberikan tanggapan produk yang telah disusun oleh peneliti.
Kuesioner tanggapan siswa ini akan diberikan kepada kesepuluh siswa SD Kanisius Kalasan yang telah dipilih oleh peneliti untuk menilai validasi kelayakan
46
produk skala kecemasan aspek kognitif untuk siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan yang dibuat oleh peneliti setelah melakukan uji coba lapangan persiapan.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara, lembar observasi. Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui penanganan apa saja yang telah dibuat guru untuk menghadapi siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang membuat siswa mengalami kecemasan selama pembelajaran berlangsung. Peneliti akan menguraikan masing-masing instrumen pengumpulan data sebagai berikut.
3.6.1 Garis-garis Besar Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas IV SD Kanisius Kalasan.
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kebutuhan siswa terhadap skala kecemasan yang dibuat.
3.6.1.1 Wawancara Guru Kelas IV SD Kanisius Kalasan
Kegiatan pengumpulan data melalui wawancara kepada guru kelas IV dengan menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur yaitu jenis wawancara yang tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis (Widoyoko, 2015: 44). Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan keaktifan siswa dan respons siswa dalam mengikuti pelajaran matematika dalam kelas. Peneliti melakukan wawancara dengan teknik wawancara tidak terstruktur. Kisi-kisi Pedoman wawancara guru kelas IV dapat dilihat melalui tabel 3.1.
47
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas IV
No. Keterangan Topik Pertanyaan
1 Prestasi siswa dalam pelajaran matematika
a. Apakah ada siswa yang pernah
mengikuti kegiatan ataupun perlombaan khususnya untuk pelajaran matematika?
2
Informasi yang berkaitan tentang keaktifan siswa
a. Bagaimana cara guru mengajar dalam kelas?
b. Bagaimana respons siswa ketika guru memberikan pertanyaan?
c. Bagaimana sikap siswa ketika mengerjakan soal di papan tulis ? 3 Hasil belajar siswa khususnya mata
pelajaran matematika
a. Bagaimana hasil belajar beberapa siswa dalam beberapa bulan terakhir?
4 Pemahaman tentang kecemasan a. Apa arti kecemasan menurut guru?
b. Apa faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kecemasan ?
5
Informasi yang berkaitan dengan sikap yang diambil guru untuk menghadapi siswa yang mengalami kecemasan
a. Bagaimana sikap guru dalam menghadapi anak yang mengalami kecemasan?
Tabel ini menjelaskan mengenai pedoman wawancara yang digunakan peneliti untuk mengetahui sebab akibat dan cara penanganan guru terhadap siswa yang mengalami kecemasan. Dari garis besar pedoman wawancara tersebut peneliti dapat mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan kepada guru kelas IV saat proses pembelajaran berlangsung.
3.6.2 Pedoman Observasi
Peneliti melakukan observasi saat pembelajaran matematika kelas IV.
Aspek yang diobservasi saat pembelajaran matematika kelas IV adalah keaktifan
48
siswa, respons siswa, sikap siswa ketika mengerjakan soal di papan tulis dan cara penyampaian materi oleh guru. Segala sesuatu dalam setiap rentang waktu tertentu akan dicatat oleh peneliti, jika ada kaitanya dengan aspek yang diobservasi. Sebelum melakukan observasi peneliti membuat kisi-kisi observasi berdasarkan FGD (Focus Group Discussion) yang dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran Matematika Kelas IV No
Item Kisi-kisi Observasi Objek yang Diamati
1,2,3 Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
4,5 Tanggapan siswa terhadap instruksi yang diberikan oleh guru
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pengamatan dilakukan selama proses
49
pembelajaran berlangsung dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada lembar observasi yang telah dibuat.
3.6.3 Blue-print Penyusunan Skala Kecemasan Aspek Kognitif
Blue-print skala kecemasan ditampilkan dalam bentuk tabel yang memuat tentang uraian komponen-komponen yang harus disusun menjadi pernyataan, proporsi pernyataan dalam setiap komponen, dan dalam kasus yang lebih lengkap sebuah blue-print memuat indikator-indikator perilaku dalam setiap komponen (Azwar, 2015). Peneliti menyusun blue-print dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk angka dan dalam bentuk kalimat pernyataan. Blue-print dalam bentuk angka dapat dilihat dalam tabel 3.3, sedangkan blue-print dalam bentuk pernyataan dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.3 Blue-print Penyusunan Skala Kecemasan Aspek Kognitif dalam Bentuk Angka
50
Blue-print juga dapat disusun dalam bentuk kalimat pernyataan yang dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Blue-print Penyusunan Skala Kecemasan Aspek Kognitif untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dalam Bentuk Kalimat Pernyataan
No Saya lupa rumus ketika
mengerjakan soal di depan Perhatian saya menjadi Saya dapat
51
Saya ingin duduk di kursi baris belakang ketika
52
Pada Blue-print yang telah disusun oleh peneliti akan dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan produk skala kecemasan aspek kognitif untuk
53
siswa kelas IV sekolah dasar. Hasil dari produk yang telah disusun peneliti akan divalidasi oleh beberapa ahli seperti ahli psikologi, ahli bahasa, dan guru wali kelas IV.
3.6.4 Validitas dan Reliabilitas
Pada pembahasan subbab ini peneliti membahas mengenai pengertian, cara penggunaan dari validitas dan reliabilitas.
3.6.4.1 Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur derajat validitas yang disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu dengan kata lain untuk melihat valid atau tidaknya hal tersebut terlebih dahulu harus melalui tahap validitas (Arifin, 2009: 247).
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu dinyatakan valid dalam kata lain valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2014: 203).
Sementara pendapat lain mengatakan bahwa dalam Arifin (Gronlund, 1985) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi hasil validitas, yaitu faktor instrumen evaluasi, faktor administrasi dan penskoran, dan faktor jawaban dari peserta didik. Beberapa faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Instrumen Evaluasi
Pada faktor ini hasil dipengaruhi oleh pemahaman terhadap prosedur dan teknik evaluasi itu sendiri, apabila instrumen kurang baik maka dapat berdampak pada hasil evaluasi menjadi kurang baik. Dalam mengembangkan instrumen evaluasi tersebut evaluator harus memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi
54
validitas instrumen seperti beberapa contohnya: silabus, kisi-kisi soal, petunjuk mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban dan lain-lainnya.
2. Faktor Administrasi dan Penskoran
Pada faktor ini banyak sekali terjadi penyimpangan atau kekeliruan seperti alokasi waktu yang tidak proporsional, memberikan bantuan dengan berbagai cara, peserta didik saling mencontek, kesalahan penskoran, dan kondisi fisik dan psikis peserta didik yang kurang menguntungkan.
3. Faktor Jawaban dari Peserta Didik
Faktor ini ketika dalam praktiknya jawaban peserta didik justru lebih berpengaruh terhadap dua faktor sebelumnya yang di mana faktor ini memiliki kecenderungan peserta didik untuk menjawab secara cepat, namun tidak tepat dan adanya keinginan melakukan coba-coba pada saat menjawab. Melengkapi pendapat diatas menurut (Widoyoko, 2015: 141-146) mengatakan bahwa validitas terbagi kembali menjadi dua yaitu validitas isi dan validitas konstruk yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Validitas Isi
Dalam validitas isi instrumen harus berbentuk tes dan memiliki validitas isi.
Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajarannya, dan dapat membandingkan antara indikator dengan instrumen yang akan dikembangkan. Instrumen dikatakan valid apabila pertanyaan yang tertulis dalam instrumen tersebut sesuai dengan indikator (Widoyoko, 2015: 142-143). Beberapa komponen dalam instrumen dapat dilihat pada tabel 3.5.
55
Tabel 3.5 Komponen Validasi Produk
No Komponen Penilaian Skor Catatan
1 Tampilan sampul terlihat
menarik 1 2 3 4
4 Pernyataan dapat menggali
keadaan siswa 1 2 3 4
5
Ukuran dan jenis huruf pada skala mudah dibaca oleh
8 Penggunaan bahasa yang
mudah dipahami oleh siswa 1 2 3 4
9 Ketepatan pemilihan kata 1 2 4 4
10 Penggunaan kalimat efektif 1 2 3 4
56 11 Ketepatan penggunaan bahasa
berdasarkan EYD 1 2 3 4
Instrumen di atas diisi oleh beberapa ahli dengan cara melingkari pada bagian penskoran 1, 2, 3, 4. Hasil yang telah didapatkan oleh peneliti kemudian dihitung dan dianalisis, dan hasil analisis tersebut menjadikan pedoman penelitian pada saat melakukan revisi. Langkah selanjutnya yaitu peneliti memberikan lembar tanggapan produk kepada siswa dan dapat dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Komponen Lembar Tanggapan Siswa
No Komponen Skor Catatan
1 Tampilan sampul terlihat menarik
Saya dapat menjawab setiap pernyataan sesuai dengan keadaan yang saya alami
1 2 3 4
4 Saya dapat memahami arti dari setiap pernyataan
57 b. Validitas Konstruk
Pada validitas konstruk terfokus pada sejauh mana suatu instrumen dapat mengukur konsep yang berasal dari sebuah teori. Maka dari itu dalam validitas ini harus adanya pembahasan mengenai teori mengenai variabel yang akan diukur menjadi dasar penentu konstruk suatu instrumen (Widoyoko, 2015: 145-146).
Melengkapi pendapat di atas menurut (Arifin, 2009: 257) mengatakan bahwa validitas konstruk sering disebut dengan validitas logis, validitas konstruk ini berhubungan dengan pertanyaan di mana suatu tes dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut.
3.6.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ukuran untuk menyatakan tingkat konsistensi suatu soal tes (Jihad dan Haris, 2012: 180). Reliabilitas adalah suatu alat ukur yang dapat dipercaya (reliabel), hasil yang akan didapatkan akan memberikan hasil yang tetap dan konsisten meskipun dilakukan tes berkali-kali (Widoyoko, 2015:
157). Reliabilitas dibagi menjadi dua bagian yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal, reliabilitas eksternal merupakan instrumen yang digunakan secara berulang-ulang (dalam waktu berbeda-beda) untuk mengukur objek yang sama dan hasil yang didapatkan dianalisis bila hasilnya sama maka instrumen tersebut dinyatakan valid. Sedangkan reliabilitas internal merupakan instrumen yang dapat dikaji dari internal consistency, dalam hal ini konsistensi internal instrumen merupakan butir instrumen dan dapat dihitung berdasarkan uji coba satu kali saja (Sugiyono, 2015: 182). Oleh karena itu pengujian reliabilitas
58
instrumen dengan internal consistency akan lebih efisien, karena dengan satu instrumen akan tetap dapat dihitung reliabilitas suatu instrumen.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan kegiatan untuk mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, tetapi untuk penelitian yang tidak memerlukan rumusan hipotesis, maka langkah terakhir tidak perlu dilakukan (Sugiyono, 2015: 207). Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif didapatkan dari skor penilaian yang diberikan oleh para ahli pada saat melakukan validasi dan data kualitatif didapatkan dari komentar, kritik, dan saran yang diberikan para ahli. Data yang didapat kemudian dianalisis untuk mengetahui kelayakan produk yang telah disusun oleh peneliti dan data-data tersebut itu juga dapat dimanfaatkan oleh peneliti sebagai acuan atau pedoman untuk memperbaiki produk tersebut. Data kuantitatif didapatkan dari instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert, dan pedoman penskoran yang digunakan oleh peneliti adalah dengan skala 1- 4.
Penggunaan pilihan 1 - 4 ditujukan agar menjauhkan peluang jawaban alternatif.
Skala penilaian terhadap produk yang dikembangkan yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).
59 3.7.1 Data Kuantitatif
Peneliti menganalisis hasil data kuantitatif yang berasal dari hasil validasi produk oleh beberapa ahli dan kuesioner produk tanggapan oleh siswa, analisis data yang digunakan peneliti menggunakan skala Likert dengan menggunakan model empat pilihan. Pada setiap skala yang memiliki kriteria masing-masing yang disesuaikan dengan instrumen yang akan dinilai, skala dan kriteria untuk pedoman penilaian instrumen validasi produk dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7 Skala dan Kriteria Pedoman Penilaian Instrumen Validasi Produk
Skala Kriteria
4 Skala kecemasan layak digunakan tanpa perbaikan
3 Skala kecemasan layak digunakan namun dengan perbaikan 2 Skala kecemasan tidak layak digunakan dan perlu ada perbaikan 1 Skala kecemasan tidak layak digunakan
Dalam mengategorikan kriteria untuk pedoman penilaian pada instrumen tanggapan produk yang dilakukan oleh siswa apakah produk sudah layak digunakan atau masih memerlukan perbaikan, kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Skala dan Kriteria Pedoman Penilaian pada Instrumen Tanggapan Produk Oleh Siswa
Skala Kriteria
4 Sangat baik (Instrumen sudah baik tanpa perbaikan )
60
3 Baik (Instrumen sudah baik namun perlu perbaikan ) 2 Cukup (Instrumen kurang baik dan perlu perbaikan ) 1 Kurang (Instrumen tidak layak )
Hasil yang didapatkan dari penilaian skala Likert model empat pilihan jawaban yang selanjutnya dilakukan perhitungan agar didapatkan rerata penilaian, Rerata penilaian ini dihitung oleh peneliti dengan menggunakan rumus 3.1.
Gambar 3.1 Rumus perhitungan rerata dengan menggunakan Skala Likert
Rerata hasil dari penilaian yang selanjutnya dikonversikan menjadi data kualitatif menurut (Widoyoko, 2015: 110). Peneliti memodifikasi pada interval disetiap kriteria penskoran dengan menyesuaikan skor maksimal, skor minimal, jumlah pernyataan, dan jumlah responden. Rumus perhitungan jarak interval dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Rumus Perhitungan Jarak Interval
Dengan menggunakan rumus pada gambar 3.2 maka dapat dilakukan perhitungan selanjutnya yaitu perhitungan kuantitatif, dilakukannya perhitungan
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
61
kuantitatif bertujuan untuk memperoleh data kualitatif yang berupa beberapa kriteria kelayakan pada instrumen. Pada gambar 3.3 dibawah akan diberikan contoh menetapkan interval skor.
Gambar 3.3 Contoh Perhitungan Interval
Hasil perhitungan pada gambar 3.3 akan menjadi dasar dalam penyusunan kriteria kelayakan instrumen penilaian ideal yang akan dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kriteria Kelayakan Instrumen
Interval Kategori Bobot
Interval Kategori Bobot