• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PESAN MORAL DAN MOTIVASI DALAM NOVEL SEPATU

4.3 Motivasi dalam Novel Sepatu Dahlan

4.3.2 Motivasi dari Teman dalam Novel Sepatu Dahlan

Adapun kutipan paragraf yang memuat motivasi dari teman dalam novel

Tibalah masa sekolah yang kutunggu-tunggu.bertemu teman-teman baru selalu jadi pengobar semangat bagiku, seolah melihat pelangi yang berwarna-warni. (Pabichara, 2012: 52)

Pada kutipan di atas tokoh Dahlan sangat bersemangat masuk sekolah. Ini dapat dikatakan motivasi karena teman-teman bagi Dahlan dapat dikategorikan

sebagai daya penggerak yang menjadikan Dahlan begitu antusias memasuki

sekolah.

Sekolah adalah tempat belajar. Tidak hanya terbatas pada mempelajari ilmu pengetahuan tetapi juga belajar bersosialisasi. Bertemu dengan banyak orang yang berbeda karakter tentu menjadikan sekolah sebagai “cermin” kecil untuk kehidupan yang lebih luas, artinya kehidupan bermasyarakat.

Faktanya, yang terjadi sekarang ini sering kali sekolah justru menjadi tempat yang tidak nyaman bagi pelajar. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak harmonisnya hubungan antar sesama pelajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus bullying yang terjadi antar sesama pelajar disekolah.

Bullying adalah istilah lain untuk kata intimidasi. Saat ini, Indonesia termasuk

sebagai salah satu negara dengan kasus bullying tertinggi (dalam uniqspot.com) bersama dengan negara lainnya, yaitu: Jepang, Finlandia, Kanada dan Amerika Serikat.

Berbeda halnya dengan situasi yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan,

sekolah justru menjadi tempat yang menyenangkan, dan teman-teman adalah salah satu unsur yang memotivasi (terutama) tokoh Dahlan sehingga menyukai sekolah.

Motivasi dari teman selanjutnya dalam novel Sepatu Dahlan terdapat pada

kutipan di bawah ini:

Sore ini dia ditantang oleh Bejo, pembalap kerbau ternama dari Desa Waduk, tetangga desa kami. Rambutnya seperti landak, kasar dan selalu berdiri. Di kalangan gembala, seandainya ada kejuaran dunia balap kerbau, banyak yang yakin juara sudah pasti menjadi milik si Bejo. Tapi bukan Nanang namanya kalau menampik tantangan. Baginya, ajakan balapan itu seperti sebuah pertaruhan kehormatan dan nama baik Kebon Dalem dan jika dia menang berarti reputasi kami—para gembala dari Kebon Dalem—tetap terjaga.

Kami mengelilingi Nanang, memberinya semangat.

“Aku sampe gak iso turu. Pertarungan ini bukan cuma mempertaruhkan nama

baikku atau Bejo, tapi ini pertarungan antara kampung Kebon Dalem dan Manding,” kata Nanang dengan berapi-api dan penuh pengahayatan, hingga kami merasa dicekam ketegangan, ketakutan, dan kecemasan. (Pabichara, 2012: 236-237)

Dari kutipan di atas tergambar motivasi yang diberikan Dahlan dan teman- temannya kepada Nanang. Saat itu, Nanang menerima tantangan balap kerbau dari Bejo—anak kampung sebelah— yang terkenal jago.

Walaupun semangat yang diberikan hanya berupa dukungan moril tetapi hal itu terbukti memberikan dampak positif bagi Nanang. Ia akhirnya bisa mengimbangi kelihaian Bejo menunggangi kerbau.

4.3.3 Motivasi dari Keluarga dalam Novel Sepatu Dahlan

Keluarga merupakan lingkaran inti dari sebuah kehidupan. Keluarga merupakan orang-orang terdekat yang tentu sangat berpengaruh dalam kepribadiaan seseorang. Maka tidak jarang motivasi justru hadir dari keluarga. Misalnya, seorang anak ingin belajar giat agar mendapat nilai ulangan yang tinggi. Sebelumnya si anak telah dimotivasi terlebih dahulu oleh orang tuanya,

apabila si anak mendapat nilai yang memuaskan saat ulangan maka ia akan diberikan hadiah.

Kondisi di atas merupakan contoh motivasi sederhana yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam novel Sepatu Dahlan pun terdapat motivasi-

motivasi yang diberikan oleh keluarga. Saat Dahlan begitu menginginkan sepatu dan sepeda, orang tua Dahlan memang tidak serta merta memberikannya karena keterbatasan ekonomi. Akan tetapi, nasehat yang diberikan oleh orang tua Dahlan justru menjadi motivasi bagi Dahlan agar berusaha meraih apa yang diinginkannya. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:

Setengah sadar aku bergumam, “Coba aku punya sepatu...”

Ibu tertegun, meletakkan canting, dan menatapku dengan sedih. “Kita boleh saja bermimpi sesuka hati, Le.

Aku terdiam.

“Tak ada salahnya bermimpi punya sepatu, tapi jangan karena mimpi itu belum tercapai lantas kamu putus asa.”

Inggih, Bu...”

“Hidup ini keras, kamu harus berjuang sendiri!” (Pabichara, 2012: 40) Dari kutipan di atas ditemukan motivasi yang mempengaruhi karakter tokoh Dahlan untuk mewujudkan impiannya. Dahlan tumbuh menjadi sosok pekerja keras. Hal ini terlihat dalam cerita ketika Dahlan akhirnya berhasil membeli sepasang sepatu dan sepeda dari hasil jerih payahnya sendiri. Dahlan bekerja sebagai pelatih tim bola voli anak-anak pemilik pabrik gula Gorang-Gareng. Seperti yang tergambar pada kutipan di bawah ini:

Dan, tanpa terasa sudah tiga bulan penuh aku melatih. Upah sebesar Rp. 30.000 sudah di tangan. Langsung kubayarkan Rp. 12000 pada Arif untuk membeli sepedanya, karena kemarin ternyata aku tidak bisa mencicil.

“Pak, besok Dahlan mau ke Pasar Madiun...” “Beli Sepatu?”

Aku mengangguk. Bapak sudah tahu dari dulu bahwa aku sangat ingin membeli sepatu. (Pabichara, 2012: 332)

Contoh lain yang juga membicarakan tentang motivasi untuk bekerja atau berusaha tergambar pada kutipan di bawah ini:

“Kita harus berusaha sendiri,” tutur Bapak lagi. “Kita harus mencari, bukan berhela-hela menunggu belas kasihan orang lain. Kalian punya domba atau kerbau, piara sebaik mungkin, tawakkal dan bersyukur, rezeki akan datang dengan cara yang bisa jadi tak pernah kalian duga. Jadi, bergembiralah. Tak perlu berkecil hati karena hidup kita yang miskin seperti sekarang.” (Pabichara, 2012: 146)

Perkataan ibu dan bapak begitu kuat tertanam di benak Dahlan. Sehingga ia berusaha untuk mendapatkan sesuatu dengan perjuangan dengan memanfaatkan semua keahliannya.

Motivasi lain yang juga berasal dari keluarga yang terdapat dalam novel

Sepatu Dahlan tergambar dalam kutipan paragraf di bawah ini:

“Jabatan itu amanat, Le,” ujar Bapak sambil mengelus kepalaku sewaktu aku mencium punggung tangannya. “Tirulah sifat kakakmu, Sofwati, jujur dan disiplin.” (Pabichara, 2012: 163)

Nasehat bapak menjadi motivasi bagi Dahlan. Ia menanamkan dalam pikirannya bahwa jabatan adalah amanat, seseorang yang diberi amanat berarti dipercayai, maka harus dijalankan sebaik-baiknya.

Dahlan pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, ia ingin membuat orang tua dan juga orang-orang yang sudah menaruh kepercayaan padanya bangga. Sebagai pengurus Ikatan santri dan ketua tim bola volli, Dahlan selalu disiplin dalam berlatih hingga akhirnya bisa memberikan gelar juara se- kabupaten Magetan.

Seperti memenangi olimpiade saja gaya kami saat Bupati Magetan menyerahkan piala setinggi setengah meter kepadaku. Piala itu kucium sepenuh hati, berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Penonton bergemuruh. (Pabichara, 2012: 279)

4.4 Proses Penyampaian Motivasi dalam Novel Sepatu Dahlan

Proses Penyampaian motivasi yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan, sama halnya dengan proses penyampaian pesan moral, yaitu disampaikan melalui tokoh-tokoh yang bermain dalam cerita.

Motivasi dalam novel Sepatu Dahlan terbagi atas: pepatah yang memotivasi, motivasi dari teman dan motivasi dari keluarga. Adapun tokoh-tokoh yang berpatisipasi dalam penyampaian motivasi-motivasi tersebut adalah: Dahlan, Bapak, Ibu, Mbak Sofwati, Maryati, Komariyah, dan teman-teman Dahlan yang tidak disebutkan namanya diantaranya Arif, Dirham, Kadir, Nanang, dan lain-lain.

Berikut ini adalah tabel penempatan tokoh-tokoh dalam proses penyampaian motivasi dalam novel Sepatu Dahlan:

Tokoh Motivasi

Bapak Motivasi dari keluarga, pepatah yang

memotivasi

Ibu Motivasi dari keluarga

Kiai Irsjad Pepatah yang memotivasi

Mbak Sofwati Motivasi dari keluarga

Maryati Motivasi dari teman Teman-teman Dahlan (Arif, Dirham,

Kadir, Nanang, dll)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, yaitu tentang pesan moral dan motivasi dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara, maka dapat ditarik

simpulan sebagai berikut:

1. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra

dengan meganalisis pesan moral yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan

karya Khrisna Pabichara maka dapat ditemukan empat pesan moral yang paling pokok, yaitu: kejujuran, ketaatan dalam beribadah, ketaatan pada orang tua, dan loyalitas dalam berteman.

2. Proses penyampaian pesan moral yang terdapat dalam novel Sepatu

Dahlan digambarkan lewat dialog-dialog tokoh.

3. Setelah peneliti menganalisis menggunakan teori sosiologi sastra maka

dapat ditemukan motivasi apa saja yang tergambar dalam novel Sepatu

Dahlan karya Khrisna Pabichara. Motivasi tersebut terbagi atas: pepatah

yang memotivasi, motivasi dari teman, dan motivasi dari keluarga.

4. Motivasi yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan proses

5.2 Saran

Objek yang dikaji peneliti dalam novel ini, yaitu Sepatu Dahlan tidak

hanya bisa dikaji dari prespektif sosiologi sastra saja. Akan tetapi, novel ini pun dapat direkomendasikan untuk penelitian berbasis analisis struktural dan dapat juga dianalisis dengan menggunakan teori-teori di luar sosiologi sastra, seperti psikologi sastra untuk lebih mendalami tokoh secara psikologis (kejiwaan) dalam menghadapi setiap problematika yang terjadi pada setiap tokoh.

DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an:

Al-Qur’an. Suroh An Nisa’. Ayat 36 Al-Qur’an. Suroh Yaasiin. Ayat 36-61 Al-Qur’an Suroh At Taubah. Ayat 119 Buku:

Budiningsih, Asri. 2004, Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta. Collons, Randall. 1975. Conflict Sosiology. New York: Academic Press.

Dirdjosisworo, Soedjono. 1996. Esensi Moralitas dalam Sosiologisme. Bandung: Mandar Maju.

Durkheim, Emile. 1964. The Rules of Sociological Methode. New York: Free

Press

Endaswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: CAPS.

Jabrohim. 2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Malayu. 2005. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir. 1988. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pabichara, Khrisna. 2012. Sepatu Dahlan. Jakarta: Noura Books.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salam, Burhanuddin. 2000. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta: Rineka Cipta.

Sihaloho, Faber. 1987. “Tinjauan Amanat yang Terdapat di dalam Novel Maut dan Cinta Karya Mochtar Lubis”. Skripsi. Fakultas Sastra USU. Sadirman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Sadirman, A,M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Grafindo.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusasteraan (Terjemahan oleh

Melani Budianto). Jakarta: Gramedia.

Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra

Darwati. Kamus:

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Skripsi:

Ginting, Rita Vat Nova. 2000. “Saat Untuk Menaruh Dendam dan Saat Untuk Menaburkan CintaKarya Julius R. Siaranamual: Analisis Moral”. Skripsi. Fakultas Sastra USU.

Irwaning. 1992. “Tinjauan Nilai-Nilai Didaktis Pada Tiga Cerita Anak”.Skripsi. Fakultas Sastra USU.

Pranata, Andrey. 2009. “Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra”. Skripsi. Fakultas Sastra USU.

Internet:

Bidnalia,2009, Teori Motivasi (blog)

Fransiska, 2004, Aspek Moral dalam Lirik Lagu Jamrud: Tinjauan Sosiologi Sastra

(skripsi),

Dwi Handaru, Pengertian Hakikat Kejujuran (blog), http://dwihandaru.blogspot.com/2012/06/pengertian-hakikat-kejujuran.html?m=1. Diunduh pada tanggal 9 September 2013.

Zeniar Badriah, Defenisi Sahabat Menurut Para Ahli (blog),

https://zeniarbadriah.blogspot.com/2013/05/defenisi-sahabat-menurut-para- ahli.html?m=1. Diunduh pada tanggal 10 September 2013.

Al- Ustaz Abu Hamzah Yusuf, Patuh Kepada Orang Tua (blog), abuhumairad.wordpress.com/tag/patuh-kepada-orang-

tua/http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id.artikel=172

Kongrespendidikan.web.id/tag/prof-dr-afrizal. Diunduh pada tanggal 10 September 2013.

Lampiran

Biodata Pengarang Novel Sepatu Dahlan

Nama : Khrisna Pabichara

Nama Panggilan : Daeng Marewa

Tempat tanggal lahir : Borongtammatea (Makassar), 10 November 1975

Anak ke : lima

Nama Ayah : Malik Dg. Ngadele

Nama Ibu : Shafiya Djumpa

Pekerjaan : Penyunting dan aktif dalam berbagai kegiatan literasi

Karya : Kumpulan cerita pendek Mengawini Ibu: Senarai Kisah

yang Menggetarkan (Kayla Pustaka 2010), novel Sepatu

Dahlan

Akun Twitter : @1bichara

Sinopsis Novel Sepatu Dahlan

Sepatu Dahlan adalah novel yang isinya menceritakan kisah hidup Dahlan

Iskan yang kini menjabat sebagai menteri Indonesia di bidang BUMN. Dahlan adalah tokoh utama dalam cerita ini. Dahlan lahir di Kebon Dalem sebuah

kampung kecil di kabupaten Magetan. Bersama dengan keluarganya, di tempat inilah Dahlan menghabiskan masa kecilnya yang penuh dengan kenangan.

Kehidupan mendidik Dahlan kecil dengan keras. Baginya, rasa perih karena lapar adalah sahabat baik yang enggan pergi. Begitu pula dengan lecet di kakinya, bukti perjuangan dalam meraih ilmu. Ya, dia harus berjalan berkilometer untuk bersekolah tanpa alas kaki. Tidak hanya itu, sepulang belajar dari sekolah, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan Dahlan demi sesuap tiwul. Mulai dari nguli nyeset, nguli nandur, sampai melatih tim bola voli anak-anak juragan

tebu.

Semua itu tidak membuat Dahlan putus asa. Tidak juga berarti keceriaan masa kanak-kanaknya hilang. Ketegasan Ayah serta kelembutan hati sang ibu, membuatnya bertahan. Persahabatan yang murni menyemangatinya untuk terus berjuang dan apa pun yang terjadi, Dahlan terus berusaha untuk mengejar dua cita-cita besarnya: sepatu dan sepeda.

Dokumen terkait