• Tidak ada hasil yang ditemukan

Department for Communities and Local Government: London (2009) menjelaskan bahwa semua pendekatan multi-criteria analysis (MCA) diperuntukkan untuk membuat suatu pilihan dan konstribusi terhadap kriteria yang berbeda dan semuanya memerlukan penilaian. MCA berbeda dengan cost- benefit analysis(BCA) dalam hal cara menggabungkan data. MCA secara formal menyediakan sistem pembobotan relatif terhadap kriteria yang berbeda. Peran utama dari teknik MCA adalah untuk mengatasi kesulitan dari para pengambil keputusan dalam menangani sejumlah informasi yang kompleks secara konsisten. MCA dapat digunakan untuk mengidentifikasi satu pilihan yang paling baik, membuat peringkat dari pilihan, membuat daftar pendek dari sejumlah pilihan terbatas untuk penilaian secara rinci, atau hanya membedakan kemungkinan pilihan diterima atau tidak.

Ada beberapa alasan kuat yang dapat dilihat mengapa MCA terus berkembang dan banyak digunakan sampai sekarang, yaitu: (1) banyak jenis keputusan berdasarkan dengan keadaan dan waktu, (2) waktu yang tersedia untuk analisis mungkin berbeda, (3) jumlah dan sifat data yang tersedia untuk

mendukung analisis dapat bervariasi, dan (4) keterampilan analitis dari mereka yang membuat keputusan dapat bervariasi. Beberapa kriteria penggunaan teknik MCA sebagai berikut: (1) konsistensi dan logis, (2) transparan, (3) mudah digunakan, (4) data harus konsistensi dengan keperluan, (5) kondisional dan realistis, dan (6) mudah diperoleh dan dievaluasi.

MCA menetapkan preferensi diantara pilihan dengan mengacu pada tujuan yang ada, yang dibuat oleh pengambil keputusan untuk mengidentifikasi dan membuat kriteria terukur serta menilai sejauh mana tujuan telah dicapai. Secara sederhana, proses identifikasi tujuan dan kriteria itu sendiri dapat memberikan informasi yang memadai bagi para pengambil keputusan. MCA menawarkan sejumlah cara untuk menggabungkan data dengan kriteria individu untuk memberikan pilihan indikator kinerja secara keseluruhan. Salah satu keterbatasan MCA adalah tidak dapat menunjukkan peningkatan kesejahteraan, tidak seperti CBA yang mengsyaratkan manfaat harus lebih besar daripada biaya.

European Commission (2009) menjelaskan bahwa deskripsi MCA muncul pada tahun 1960 sebagai alat pengambil keputusan. Hal ini digunakan untuk membuat penilaian komparatif atau alternatif heterogen. MCA dapat digunakan untuk menghitung beberapa kriteria secara bersamaan dalam situasi yang kompleks. Metode ini dirancang untuk membantu para pengambil keputusan untuk mengintegrasikan pilihan yang berbeda, yang mencerminkan pendapat dari pelaku yang bersangkutan. Partisipasi pengambil keputusan dalam proses ini adalah bagian penting dari pendekatan ini. Hasil biasanya diarahkan untuk memberikan nasihat operasional atau rekomendasi untuk kegiatan masa depan.

Evaluasi multikriteria dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sintesis tunggal pada akhir evaluasi, atau sebaliknya dengan maksud untuk menghasilkan kesimpulan yang disesuaikan dengan preferensi dan prioritas yang berbeda. Pada kasus program sosio-ekonomi Uni Eropa, berbagai tingkat kemitraan (Eropa, nasional dan regional) dapat terpengaruh. Masing-masing tingkat adalah sah dalam menentukan prioritas sendiri dan untuk mengekspresikan preferensi sendiri antara kriteria. Analisis multikriteria mirip dengan teknik yang digunakan dalam bidang pengembangan organisasi atau sistem manajemen informasi. Hal ini juga terlihat seperti analisis profitabilitas.

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan yaitu April hingga September 2009 di perairan Teluk Apar Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur sebagaifishing ground.

Gambar 7 Peta lokasi penelitian

3.2 Metode Pengambilan Data

3.2.1 Data oseanografi dan lingkungan

Data yang digunakan untuk menduga pola musim penangkapan ikan dalam penelitian adalah dengan mempertimbangkan data oseanografi dan meteorologi. Data-data mengenai suhu, salinitas, dan beberapa parameter oseanografi lainnya diperoleh dari data citra satelit yang diperoleh dari penelitian Rudiansyah (2008). Data meteorologi seperti kecepatan angin dan curah hujan serta hari hujan diperoleh dari Kantor Dinas Meteorologi Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.

Data lainnya yang dikumpulkan untuk menentukan musim penangkapan ikan adalah data primer dari hasil wawancara dengan nelayan. Nelayan diminta untuk menjelaskan dimana biasa melakukan penangkapan ikan berdasarkan

2° 1 5' 2 ° 1 5 ' 2° 0 0' 2 ° 0 0 ' 1° 4 5' 1 ° 4 5 ' 1° 3 0' 1 ° 3 0 ' 1 1 6 ° 0 0' 1 1 6 ° 0 0' 1 16 ° 1 5 ' 1 16 ° 1 5 ' 1 1 6° 3 0 ' 1 1 6° 3 0 ' 11 6 °4 5 ' 11 6 °4 5 ' $ T # S & V # ³ % a # Y N 2 0 0 2 0 Km 11 1 11 1 114 114 117 117 1 20 1 20 - 3 -3 0 0 3 3 L o k asi p e ne l itia n $ T % U # S & V # ³ % a # Y De s a M u ar a P a si r De s a P as ir B a ru De s a L o ri De s a L a b ua n gk a ll o De s a Ta n ju n g A ru De s a S el e ng o t L e g en d a Se la t Maka s sa r Telu k A dang Teluk Ap ar

bulan/musim dengan menggunakan pendekatan wawancara langsung dengan alat bantu peta laut.

Populasi yang diteliti adalah nelayan pemilik unit penangkapan pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring insang tetap, bagan tancap, bagan tancap, sero, rawai hanyut, rawai tetap, pancing tonda, dan pancing lainnya. Responden nelayan ditentukan secara acak berstrata dari populasi tersebut untuk masing-masing jenis alat tangkap, dengan jumlah responden sebanyak 20% dari jumlah pemilik tiap alat tangkap per lokasi penelitian.

3.2.2 Data produksi ikan

Data produksi ikan di Teluk Apar diperoleh dari Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Paser. Data ini berupa jumlah hasil tangkapan dan jumlah armada penangkapan yang melakukan operasi penangkapan ikan di Teluk Apar Kabupaten Paser periode tahun 2003-2008.

3.2.3 Data bio-ekonomi penangkapan ikan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan adalah total produksi perikanan tangkap yang didaratkan dari Teluk Apar dan jumlah armada penangkapan yang telah dibukukan dalam buku Statistik Perikanan. Data primer yang dikumpulkan adalah data mengenai aspek ekonomi (harga ikan, penerimaan total, biaya penangkapan ikan per satuan upaya, total biaya penangkapan ikan per satuan upaya, hasil tangkapan, upaya penangkapan) usaha perikanan di Teluk Apar. Metode pengambilan sampel responden dilakukan secara acak berstrata.

3.2.4 Datainputdanoutputkapasitas penangkapan ikan

Data yang dibutuhkan untuk menganalisis kapasitas unit penangkapan ikan pelagis adalah data panel kapal setiap jenis alat tangkap, berupainputdan output

produksi penangkapan ikan. Data input produksi untuk purse seine terdiri dari

input tetap (fixed input) meliputigross tonnage (GT), ukuran panjang dan lebar kapal (m), kekuatan mesin (HP) dan input tidak tetap (variable input) meliputi jumlah ABK (orang), konsumsi BBM (rupiah), dan upaya penangkapan (HOP), Data output produksi terdiri atas single-output (data total produksi ikan) dan

Data input produksi untuk bagan tancap terdiri dari input tetap (fixed input) meliputi ukuran panjang, lebar, dan tinggi bangunan bagan tancap (m), sedangkan input tidak tetap (variable input) meliputi jumlah ABK (orang), konsumsi BBM (rupiah), upaya penangkapan (HOP), dan alat bantu penangkapan (unit). Data output produksi terdiri atas single-output (data total produksi ikan) danmulti-output(data jenis ikan pelagis dominan).

Data panel kapal per alat tangkap purse seine dan ukuran bagan tancap serta data penunjang lainnya seperti laporan tahunan statistik perikanan dan teks kebijakan manajemen perikanan diperoleh dari studi literatur terhadap bahan- bahan pustaka dan literatur instansi terkait.

3.2.5 Data manajemen penangkapan ikan

Data yang digunakan dalam menganalisis manajemen penangkapan ikan, adalah data yang telah dianalisis pada bagian penentuan pola musim penangkapan ikan, karakteristik teknik-ekonomi alat penangkapan ikan, tingkat upaya dan pemanfaatan optimum penangkapan ikan, serta kapasitas penangkapan.