• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.3 Tingkat Upaya dan Pemanfaatan Optimum Usaha Perikanan Pelagis

5.3.3 Optimasi manajemen usaha penangkapan ikan

Berdasarkan data-data yang diperoleh di lapangan, fungsi-fungsi yang digunakan dalam pengkajian ini adalah:

1) Fungsi tujuan

Fungsi tujuan yaitu memaksimumkan hasil tangkapan :

C = 482,6PS + 326,1IH+ 84,9IL+ 41,1IT+ 6,8BP+ 133,6BT+ 7SR+ 10RH+ 9RT + 8,2PT + 5,8PL(kondisi tahun lalu, tahun 2007)

C = 452PS+ 307,1IH+ 79,5IL+ 38,6IT+ 6,4BP+ 123,1BT+ 6,4SR+ 9,6RH+ 8,5RT + 7,5PT + 5,6PL(kondisi sekarang, tahun 2008)

C = 475,03PS + 341,45IH+ 89,98IL+ 41,77IT+ 85,01BP+ 139,75BT+ 8,78SR + 10,57RH+ 9,03RT + 8,45PT + 6,02PL(kondisi tahun yang akan datang, tahun 2009)

dimana :

C = hasil tangkapan yang akan dimaksimumkan

PS = jumlah armadapurse seine

IH = jumlah armada jaring insang hanyut IT = jumlah armada jaring insang tetap IL = jumlah armada jaring insang lingkar BP = jumlah armada bagan perahu BT = jumlah armada bagan tancap SR = jumlah sero

RH = jumlah armada rawai hanyut RT = jumlah armada rawai tetap PT = jumlah armada pancing tonda, dan RT = jumlah armada pancing lainnya

2) Fungsi pembatas

Fungsi pembatas yaitu nilai-nilai yang tidak boleh dilampaui karena kalau dialampaui akan merusak kelestarian sumberdaya

a) Hasil tangkapan lestari (Cmsy) Tahun 2007

1) Kembung = 2,43PS + 0,05IH + 0,18IL + 1,7BP ≤220 2) Layang = 5,65PS≤257

3) Selar = 1,70PS + 0,07IH + 2,7BP + 1,34BT≤144 4) Tembang = 1,53PS + 1,4BP + 1,55BT + 0,16SR≤137 5) Tenggiri = 0,36IH + 0,02IL + 0,14IT + 0,03RH + 0,11RT +

0,02PT + 0,03PL≤199 6) Teri = 1BP + 4,53BT ≤284

7) Tongkol = 0,45PS + 0,53IH + 0,08IL + 0,03IT + 0,02RH + 0,02PT + 0,02PL≤275

Tahun 2008

1) Kembung = 3,24PS + 0,03IH + 0,26IL + 1,6BP ≤220 2) Layang = 7,49PS≤257

3) Selar = 2,28PS + 0,04IH + 2,6BP + 1,28BT≤144 4) Tembang = 1,98PS + 1.3BP + 1,42BT + 0,12SR≤137 5) Tenggiri = 0,22IH + 0,03IL + 0,13IT + 0,03RH + 0,11RT +

0,02PT + 0,03PL≤199 6) Teri = 0,9BP + 4,14BT≤284

7) Tongkol = 0,60PS + 0,33IH + 0,11IL + 0,03IT + 0,02RH + 0,02PT + 0,02PL≤275

Tahun 2009

1) Kembung = 2,57PS + 0,07IH + 0,22IL + 0,77BP ≤220 2) Layang = 5,51PS≤257

3) Selar = 1,61PS + 0,08IH + 1,15BP + 0,90BT≤144 4) Tembang = 1,46PS + 0,87BP + 1,07BT + 0,09SR≤137 5) Tenggiri = 0,43IH + 0,03IL + 0,15IT + 0,02RH + 0,16RT +

0,02PT + 0,03PL≤199 6) Teri = 1,22BP + 2,16BT≤284

7) Tongkol = 0,48PS + 0,69IH + 0,09IL + 0,03IT + 0,02RH + 0,02PT + 0,02PL≤275

b) Upaya penangkapan lestari (Emsy) Tahun 2007

1) Kembung = 1PS + 0,02IH + 0,07IL + 0,70BP≤98 2) Layang = 1PS≤51

3) Selar = 1PS + 0,04IH + 1,59BP + 0,79BT≤100 4) Tembang = 1PS + 0,92BP + 1,01BT + 0,10SR≤113

5) Tenggiri = 1IH + 0,06IL + 0,40IT + 0,08RH + 0,32RT + 0,04PT + 0,08PL≤504

6) Teri = 0,22BP + 1BT ≤88

7) Tongkol = 0,85PS + IH + 0,14IL + 0,05IT + 0,04RH + 0,04PT + 0,04PL≤412

Tahun 2008

1) Kembung = 1PS + 0,01IH + 0,08IL + 0,49BP≤98 2) Layang = 1PS≤51

3) Selar = 1PS + 0,02IH + 1,14BP + 0,56BT≤100 4) Tembang = 1PS + 0,66BP +0,72BT + 0,06SR≤113

5) Tenggiri = 1IH + 0,15IL + 0,59IT + 0,12RH + 0,48RT + 0,08PT + 0,12PL≤504

6) Teri = 0,22BP + 1BT ≤88

7) Tongkol = 1,82PS + 1IH + 0,34IL + 0,08IT + 0,07RH + 0,07PT + 0,06PL≤412

Tahun 2009

1) Kembung = 1PS + 0,03IH + 0,09IL + 0,30BP≤98 2) Layang = 1PS≤51

3) Selar = 1PS + 0,05IH + 0,71BP + 0,56BT≤100 4) Tembang = 1PS + 0,59BP + 0,73BT + 0,06SR≤113

5) Tenggiri = 1IH + 0,06IL + 0,34IT + 0,062RH + 0,36RT + 0,04PT + 0,06PL≤504

6) Teri = 0,57BP + 1BT ≤88

7) Tongkol = 0,70PS + 1IH + 0,14IL + 0,05IT + 0,03RH + 0,03PT + 0,03PL≤412

3) Output

Berdasarkan hasil analisis optimasi dengan Linear Programming (LP) terhadap fungsi tujuan dan pembatas yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh nilai optimal untuk masing-masing jenis alat tangkap yang direkomendasikan pada tahun 2007, yaitu: jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring insang tetap, bagan tancap, dan sero berturut-turut sebesar 223, 1.160, 528, 62 dan 249 unit, dengan hasil tangkapan optimal yang dihasilkan adalah sebesar 203.099 ton per tahun. Tahun 2008, yaitu: jaring insang hanyut, jaring insang tetap, bagan tancap, dan sero berturut-turut sebesar 397, 180, 68, dan 339 unit. Hasil tangkapan optimal yang dihasilkan adalah sebesar 139.612 ton per tahun. Tahun 2009, yaitu: jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring insang tetap, bagan tancap, dan sero berturut-turut sebesar 261, 392, 916, 88, dan 476 unit. Hasil tangkapan optimal yang dihasilkan adalah sebesar 204.785 ton per tahun.

Pada tahun 2007 jumlah optimal jaring insang hanyut lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah aktual. Jumlah alat tangkap jaring insang lingkar, jaring insang tetap, bagan tancap, dan sero lebih banyak dibandingkan dengan jumlah aktual. Alat tangkap yang tidak disarankan pada tahun 2007 adalahpurse seine, bagan perahu, rawai hanyut, rawai tetap, pancing tonda, dan pancing lain.

Pada tahun 2008 jumlah optimal jaring insang hanyut dan jaring insang tetap lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah aktual. Jumlah alat tangkap tangkap bagan tancap dan sero lebih banyak dibandingkan dengan jumlah aktual. Pada tahun 2009 jumlah optimal alat tangkap yang diperoleh diharapkan sebagai dasar untuk proyeksi jumlah alat tangkap yang akan dioperasikan di tahun-tahun yang akan datang.

4) Simulasi

Berdasarkan hasil simulasi terhadap hasil tangkapan terlihat bahwa hanya ikan teri pada tahun 2007 dan 2008 yang belum melewati hasil tangkapan maksimum lestari (Cmsy). Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah effort yang ada

di Teluk Apar tidak seimbang dengan kondisi sumberdaya yang ada. Effort

standar tahun 2009 akan dijadikan sebagai dasar untuk menentukan seberapa banyak jumlah alat yang menjadi prioritas. Effort standar layang telah melewati

effortMSY, sementara effort untuk ikan yang lain semuanya masih dibawaheffort

No. Jenis alat tangkap Kondisi tahun lalu(tahun 2007) Jumlah optimaltahun lalu Kondisi sekarang(tahun 2008) Jumlah optimalsekarang

Jumlah optimal tahun yang akan datang

(2009)

1 Purse seine 41 0 29 0 0

2 Jaring insang hanyut 324 223 490 397 261

3 Jaring insang lingkar 305 1160 198 0 392

4 Jaring insang tetap 237 528 243 180 916

5 Bagan perahu 1 0 1 0 0 6 Bagan tancap 18 62 18 68 88 7 Sero 44 249 54 330 476 8 Rawai hanyut 193 0 193 0 0 9 Rawai tetap 79 0 79 0 0 10 Pancing tonda 228 0 182 0 0 11 Pancing 119 0 121 0 0

Effortstandar Effort MSY

1 Kembung 71 50 84 98 2 Layang 41 29 91* 51 3 Selar 69 49 88 100 4 Tembang 65 46 90 113 5 Tenggiri 498* 754* 389 504 6 Teri 18 18 81 88 7 Tongkol 438* 662* 398 412

Catchtotal 3.104,168 3.733,782 4.941,251 Catch MSY

1 Kembung 437,477* 283,771* 542,863* 220 2 Layang 584,603* 378,651* 1.753,174* 257 3 Selar 266,683* 175,337* 364,082* 144 4 Tembang 203,311* 134,453* 305,782* 137 5 Tenggiri 588,871* 1.040,385* 425,546* 199 6 Teri 127,904 127,904 762,025* 284 7 Tongkol 895,319* 1.593,282* 787,780* 275

Manajemen keragaan sumberdaya ikan pelagis dominan di Teluk Apar dilakukan dengan pendekatan trend nilai CPUE untuk menilai tingkat eksploitasi dari sisi perkembangan jumlah hasil tangkapan dan jumlah upaya tangkap dari tahun 2003 hingga tahun 2008 berdasarkan eksplorasi data empiris. Sedangkan penilaian dari segi fungsi produksi didekati secara simultan dengan analisis model

Equilibrium Schaefer.

Berdasarkan tren nilai CPUE dari ikan kembung pada periode tahun 2003- 2008 terlihat bahwa nilai CPUE terendah terjadi pada tahun 2008. Padahal memiliki effort yang paling besar, hal ini terjadi karena berkurangnya jumlah

catch yang signifikan. Terlihat dengan jelas jumlah catch kembung pada tahun tersebut menurun dibandingkan dengan tahun 2007. Kondisi tren CPUE ini jelas memperlihatkan bahwa penambahan dan pengurangan jumlah effort tidak menjamin linearitas terhadapcatch.

Nilai upaya penangkapan maksimum lestari (Emsy) dengan lebih jelas

memperlihatkan bahwa semua jumlaheffort total setiap tahunnya telah melewati batas maksimum lestari. Namun sebaliknya jumlah catchhanya pada tahun 2004 yang melewati hasil tangkapan maksimum lestari (Cmsy). Berdasarkan analisis

model Equilibrium Schaefer, maka ikan kembung masih bisa ditingkatkan pemanfaatannya dari sisicatch.

Berdasarkan tren nilai CPUE dari ikan layang terlihat adanya peningkatan dalam 3 tahun terakhir (tahun 2006-2008). Peningkatan ini lebih diakibatkan oleh berkurangnya jumlah effort, bukan karena peningkatan jumlah catch. Jumlah

catch ikan layang pada tahun 2006 lebih rendah dibanding dengan tahun 2008, walaupun tahun 2006 mempunyai jumlaheffort yang lebih tinggi.

JumlahEffortikan layang pada tahun 2006 juga telah melewati nilai upaya penangkapan maksimum lestari (Emsy). Namun tetap saja menghasilkan jumlah catchlebih rendah dibanding tahun 2007 dan 2008 yang mempunyai jumlaheffort

yang lebih rendah dari nilai upaya penangkapan maksimum lestari. Sementara untuk jumlah catch pada 3 tahun terakhir (tahun 2006-2008) semuanya masih dibawah nilai hasil tangkapan maksimum lestari. Berdasarkan analisis model

Equilibrium Schaefer, maka ikan layang masih bisa ditingkatkan pemanfaatannya. Berdasarkan tren nilai CPUE dari ikan selar, terlihat bahwa nilai CPUE tertinggi diperoleh pada tahun 2004. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah

CPUE terendah, hal ini diakibatkan oleh berkuragnya catch walaupun telah dilakukan penambahaneffortyang jauh lebih besar daripada tahun sebelumnya.

Melihat nilai upaya penangkapan maksimum lestari (Emsy) dari selar jelas

terlihat bahwa semua nilai effort selar telah melewati batas nilai maksimum lestari. Namun sebaliknya dari sisi catch, belum ada yang melewati hasil tangkapan maksimum lestari (Cmsy). Berdasarkan analisis model Equilibrium Schaefer, maka ikan selar masih bisa ditingkatkan pemanfaatannya.

Berdasarkan tren nilai CPUE dari ikan tembang, terlihat bahwa nilai CPUE tertinggi diperoleh pada tahun 2007. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya

effortsecara signifikan pula pada tahun tersebut dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 memiliki nilai CPUE terendah, hal ini diakibatkan oleh karena jumlah catch pada tahun tersebut nilainya paling rendah. Melihat tahun sebelumnya (tahun 2004), dengan jumlah effort yang hanya beda tiga diperoleh nilai CPUE yang lebih tinggi.

Jumlah effort ikan tembang pada tahun 2003-2006 telah melewati nilai upaya penangkapan maksimum lestari (Emsy), sedangkan 2007 dan 2008 masih

lebih kecil. Jumlah catch pada tahun 2003 dan dan 2007 telah melewati hasil tangkapan maksimum lestari (Cmsy). Berdasarkan dengan analisis model Equilibrium Schaefer, maka ikan kembung masih bisa ditingkatkan pemanfaatannya.

Tren nilai CPUE dari ikan tenggiri terlihat mengalami penurunan sejak tahun 2003. Hal ini diakibatkan oleh penambahan jumlah effort dari tahun ke tahun terus meningkat yang tidak diikuti dengan jumlah catch. Jumlah effort

selama periode tahun 2003-2008 belum ada yang melewati batas upaya penangkapan maksimum lestari (Emsy). Namun dari sisi catch terlihat bahwa

hanya pada tahun yang telah melewati nilai hasil tangkapan maksimum lestari. Melihat kondisi tersebut diatas maka pemanfaatan keberlanjutan ikan tenggiri perlu dilakukan pengurangan jumlah effort pada tahun-tahun berikutnya sesuai batas maksimum lestari.

Tren nilai CPUE dari ikan teri terlihat mengalami peningkatan yang sangat signifikan sejak tahun 2006. Hal ini disebabkan oleh jumlah catch yang relatif stabil walaupun telah terjadi pengurangan jumlah effort yang sangat signifikan pula. Jumlah effort yang telah melewati nilai upaya penangkapan maksimum lestari (Emsy) yaitu pada tahun 2003 hingga 2005. Jumlahcatchsecara keseluruhan

masih jauh dibawah hasil tangkapan maksimum lestari (Cmsy). Berdasarkan

analisis model Equilibrium Schaefer, maka ikan selar masih bisa ditingkatkan pemanfaatannya.

Tren nilai CPUE dari ikan tongkol berbeda dengan ke-6 jenis ikan pelagis lainnya, trend nilai CPUE tongkol lebih fluktiatif. Ikan tongkol menjadi satu- satunya jenis ikan pelagis yang tingkat eksploitasinya paling besar. Hal ini terlihat dari jumlah effort mulai dari tahun 2003 hingga 2008 kesemuanya telah melewati batas upaya penangkapan maksimum lestari (Emsy). Namun demikian

dilihat dari jumlah catch, hanya pada tahun 2003 dan 2005 yang telah melewati batas hasil tangkapan maksimum lestari (Cmsy). Walaupun pada tiga tahun

terakhir jumlah catch masih dibawah maksimum lestari, akan tetapi kalau manajemen didasarkan pada prinsip total allowable catch (TAC) yaitu pemanfaatan hanya diperbolehkan maksimal 80% dari nilai MSY, maka jelas ini pemanfaatannya sudah tidak bijaksana.

Tingkat pemanfaatan rata-rata ikan kembung di Teluk Apar periode tahun 2003-2008 sebesar 87,17% dan tingkat upaya tangkap rata-rata sebesar 86,50%. Hal ini terlihat dengan tingginya tingkat pemanfaataan pada tahun 2004, serta tingkat upaya tangkap mengalami peningkatan yang cukup besar terutama pada tahun 2005-2006. Kondisi diatas memungkinan masih adanya ruang penambahan tingkat pemanfaatan sebesar 12,83% dengan syarat perlu perngurangan tingkat upaya tangkap sebesar 13,5%. Tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap secara rata-rata memang belum mencapai tingkat jenuh (diatas 100%), akan tetapi tingkat pemanfaatan pada tahun 2004 telaah mencapai 107%, terlihat pula bahwa nilai tingkat upaya tangkap pada tahun 2005-2006 sebesar 109% dan 150%, namum secara rata-rata masih memungkinkan adanya ruang penambahan tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap.

Tingkat pemanfaatan rata-rata ikan layang sebesar 86,67% dan tingkat upaya tangkap rata-rata sebesar 91,50%. Hal ini mengindikasikan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap mendekati tingkat jenuh. Idealnya perlu pengurangan sampai pada tingkat dibawah 80% kalau mengacu pada kaidah TAC 80% dari MSY.

Tingkat pemanfaatan rata-rata ikan selar periode tahun 2003-2008 sebesar 86,67% sementara tingkat upaya tangkap rata-rata sebesar 87,83%. Nilai tingkat pemanfaatan rata-rata ikan selar sama dengan ikan layang, namun dari segi tingkat

upaya tangkap, ikan selar sedikit dibawah nilai tingkat upaya tangkap ikan layang. Kondisi diatas memungkinan masih adanya ruang penambahan tingkat pemanfaatan sebesar 13,33% dengan syarat perlu perngurangan tingkat upaya tangkap sebesar 12,17%.

Tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya ikan tembang tidak terlalu berbeda dibanding dengan ikan kembung, layang, dan selar. Tingkat pemanfaatan rata-rata ikan tembang sebesar 86,17% dan tingkat upaya tangkap rata-rata sebesar 80%. Kondisi diatas memungkinan masih adanya ruang penambahan tingkat pemanfaatan sebesar 13,83% dengan syarat perlu perngurangan tingkat upaya tangkap sebesar 20%.

Tingkat pemanfaatan rata-rata ikan tenggiri periode tahun 2003-2008 sebesar 90,67% sementara tingkat upaya tangkap rata-rata sebesar 90,17%, jelas terlihat tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap sudah hampir mencapai titik jenuh. Oleh karena itu perlu pembatasan jumlah input (effort). Tingkat upaya tangkap dalam periode tahun 2003-2008 terus mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan tingginya tekanan terhadap jenis ikan pelagis ini.

Ikan teri mempunyai tingkat pemanfatan yang trendnya berbeda dengan ikan kembung, layang, selar, dn tembang. Tingkat pemanfaatan rata-rata ikan teri periode tahun 2003-2008 sebesar 45,67%, sementara tingkat upaya tangkap rata- rata sebesar 91,17%. Terlihat bahwa nilai pemanfaatan masih rendah, akan tetapi tingkat upaya tangkap sudah hampir mencapai 100%. Tingkat upaya tangkap secara rata-rata memang tinggi, akan tetapi tingkat upaya sejak tahun 2003 terus mengalami penurunan yang siginifikan terutama pada tiga tahun terakhir (2007- 2008) nilai tingkat upaya tangkap masih sangat rendah dengan nilai masing- masing sebesar 20%, hal ini memungkinkan terdapatnya ruang penambahan tingkat upaya tangkap.

Sama halnya dengan ikan tenggiri, pada ikan tongkol juga terlihat adanya indikasi tekanan eksploitasi yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan rata-rata ikan tongkol periode tahun 2003-2008 sebesar 90,33% dan tingkat upaya tangkap rata-rata sebesar 96,67%, jelas terlihat bahwa tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya sudah hampir mencapai titik jenuh. Maka langkah bijaksana yang harus dilakukan adalah melakukan pengurangan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya sampai pada tingkat dibawah 80%.

5.4 Analisis Kapasitas Unit Penangkapan Ikan Pelagis Di Perairan Teluk