• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.4 Analisis Kapasitas Unit Penangkapan Ikan Pelagis di Perairan

5.4.3 Output potensial maksimum

Berdasarkan analisis DEA terhadap kapasitas perikanan dengan perhitunganmulti-output, maka diperolehoutputpotensial maksimum setiap jenis ikan hasil tangkapan dari armada purse seinedan unit penangkapan bagan tancap. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33 Perbedaan antara output potensial maksimum dengan tingkat output

optimal yang diinginkan

Jenis alat

tangkap Jenis ikan Outputpotensial TAC Keterangan

1. Purse seine 1. Kembung 99,798 96,800 overcapacity

2. Layang 250,203 205,000 overcapacity

3. Selar 71,953 61,056 overcapacity

4. Tembang 61,960 56,576 overcapacity

5. Tongkol 19,633 17,600 overcapacity

Jumlah 503,547

2. Bagan tancap 1. Selar 23,616 21,888 overcapacity

2. Tembang 25,738 26,112 undercapacity

3. Teri 75,436 152,229 undercapacity

Jumlah 124,790

Berdasarkan pendekatan dengan perhitungan secara multi-output pada armadapurse seine total produksi atau output potensial dari masing-masing jenis ikan telah melewati batas TAC. Kondisi diatas jelas memperlihatkan kondisi perikanan telah overcapacity. Bagan tancap dengan hasil tangkapan selar juga telah melewati batas TAC. Hasil tangkapan bagan perahu untuk ikan tembang dan teri masihundercapacity.

Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas penangkapan armada purse seine

di Teluk Apar, menunjukkan bahwa nilai kapasitas penangkapan (CU) pada pendekatan multi-output lebih baik dibandingkan dengan nilai CU pada pendekatan single-output baik secara total maupun per kuartal. Nilai total rata- rata CU multi-output sebesar 0,943 dan CU single-output sebesar 0,933. Pengukuran CU dan TE dengan multi-output lebih akurat dibandingkan dengan pengukuransingle-output(Tingleyet al. 2002).

Berdasarkan hasil analisis DEA single-output dan multi-output

menunjukkan nilai kapasitas pemanfaatan kapal purse seine baik secara total maupun per kuartal belum optimal (dengan nilai CU<1). Hal ini diduga karena penggunaan output yang belum maksimal pada pendekatan single-output dan penggunaan input secara berlebih pada pendekatan multi-output. Agar menjadi optimal diperlukan perbaikan dengan cara menambah output pada pendekatan

single-output dan mengurangi penggunaan input variabel (VIU) seperti ABK, BBM, dan HOP pada pendekatan multi-output. Khusus untuk pendekatanmulti- output pengurangan tingkat VIU dengan asumsi inputtetap (panjang kapal, lebar kapal, daya muat kapal, dan kekauatan mesin) diabaikan karena input tersebut sangat kompleks untuk diterapkan. Upaya perbaikan agar tingkat kapasitas pemanfaatan menjadi optimal dapat dilakukan dengan penambahan pada output

atau pengurangan padainput(Kirkley and Squaire, 1999).

Tingkat VIU kapal purse seine dapat diukur berdasarkan rasio dari penggunaan inputoptimal (target) denganinputaktual (observasi). Input optimal merupakan input yang digunakan pada kondisi efisiensi teknis penuh (kapasitas optimal). Jika rasio VIU kurang dari satu maka telah terjadi surplus penggunaan

input variabel sehingga perlu mengurangi penggunaan input tersebut (Farë et al. 1994). Tingkat VIU kapal purse seine yang beroperasi di perairan Teluk Apar menunjukkan nilai dibawah 1 atau tingkat kapasitas belum optimal secara rata- rata untuk pendekatansingle-output, namun VIU ABK pada kuartal I dan III telah menunjukkan tingkat kapasitas optimal (efisien). Secara total proyeksi perbaikan pada pendekatan multi-output dengan mengurangi VIU anak buah kapal (ABK) sebesar 9,06%, VIU bahan bakar minyak (BBM) sebesar 24,12%, dan VIU hari operasi penangkapan (HOP) sebesar 18,09%.

Namun untuk pendekatan multi-output menunjukkan nilai masing kurang dari satu baik secara total maupun per kuartal. Hal ini mengindikasikan diduga

perikanan purse seinedi Teluk Apar telah mengalamai kapasitas berlebih. Oleh karena itu perlu perbaikan VIU agar usaha penangkapan menjadi optimal. Secara total proyeksi perbaikan pada pendekatan multi-output dengan mengurangi VIU anak buah kapal (ABK) sebesar 26,67%, VIU bahan bakar minyak (BBM) sebesar 17,03%, dan VIU hari operasi penangkapan (HOP) sebesar 12,78%.

Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas penangkapan bagan tancap di Teluk Apar, menunjukkan bahwa nilai kapasitas penangkapan (CU) pada pendekatan single-output lebih baik dibandingkan dengan nilai CU pada pendekatanmulti-outputbaik secara total maupun per kuartal. Nilai total rata-rata CUsingle-outputsebesar 0.994 dan CUmulti-outputsebesar 0.992.

Berdasarkan hasil analisis DEA single-output dan multi-output

menunjukkan nilai kapasitas pemanfaatan kapal bagan tancap baik secara total maupun per kuartal tidak optimal (dengan nilai CU<1). Hal ini diduga karena penggunaan output yang belum maksimal pada pendekatan single-output dan penggunaan input secara berlebih pada pendekatan multi-output. Agar menjadi optimal diperlukan perbaikan dengan cara menambah output pada pendekatan

single-output dan mengurangi penggunaan fixed input seperti panjang (P), lebar (L), dan tinggi (D) bagan tancap pada pendekatan multi-output. Upaya perbaikan agar tingkat kapasitas pemanfaatan menjadi optimal dapat dilakukan dengan penambahan pada output atau pengurangan pada input (Kirkley and Squaire, 1999).

Tingkat VIU bagan tancap dapat diukur berdasarkan rasio dari penggunaan inputoptimal (target) denganinputaktual (observasi). Input optimal merupakan input yang digunakan pada kondisi efisiensi teknis penuh (kapasitas optimal). Jika rasio VIU kurang dari satu maka telah terjadi surplus penggunaan

input variabel sehingga perlu mengurangi penggunaaninput tersebut (Farë et al. 1994). Tingkat VIU ABK bagan tancap yang ada di perairan Teluk Apar menunjukkan nilai 1 atau tingkat kapasitas optimal (efisien) baik secara total maupun per kuartal untuk pendekatan single dan multi-output. Namun untuk Tingkat VIU BBM, HOP, dan alat bantu penangkapan (ABT) menunjukkan nilai dibawah 1 atau tingkat kapasitas belum optimal baik secara total maupun per kuartal untuk pendekatan single dan multi-output. Hal ini mengindikasikan diduga perikanan bagan tancap di Teluk Apar telah mengalamai kapasitas berlebih.

Secara total proyeksi perbaikan pada pendekatan single-output dengan mengurangi VIU bahan bakar minyak (BBM) sebesar 47,37%, VIU hari operasi penangkapan (HOP) sebesar 15,79%, dan VIU alat bantu penangkapan (ABT) sebesar 36,84%. Secara total proyeksi perbaikan pada pendekatan multi-output

dengan mengurangi VIU bahan bakar minyak (BBM) sebesar 39,26%, VIU hari operasi penangkapan (HOP) sebesar 13,08%, dan VIU alat bantu penangkapan (ABT) sebesar 30,53%.

Hasil penelitian Sularso (2005) mengenai alternatif manajemen perikanan udang di Laut Arafura, menyatakan bahwa DEA dapat pula digunakan untuk menghitung perbaikan angka efisiensi, secara prinsip adalah dengan mengurangi

input atau menambah output (Cooper et al. 2004), baik secara total maupun individu kapal. DEA menghasilkan suatu resume potensi perbaikan angka efisiensi secara total maupun tiap kapal dalam bentuk besaran prosentase pengurangan input atau penambahan output tiap variabel. Efisiensi kapal pukat udang di Laut Arafura secara umum bisa ditingkatkan dengan cara mengurangi

effort (hari trip) sebesar 11,17%, pengurangan GT sebesar 15,45%, penurunan umur pemakaian sebesar 17,74%, penurunan biaya sebesar 16,34%.

Hasil penelitian Desniarti (2007) mengenai analisis kapasitas perikanan pelagis di perairan pesisir Provinsi Sumatera utara, menyatakan bahwa potensi perbaikan efisiensi terhadap 13 kapal pukat cincin yaitu: dengan penambahan produksi ikan pelagis besar sebesar 13,60%, pengurangan GT sebesar 13,46%, pengurangan panjang kapal sebesar 14,27%, pengurangan PK sebesar 22,20%, pengurangan trip sebesar 24,77%, dan pengurangan ABK sebesar 11,70%. Potensi perbaikan efisiensi terhadap 96 kapal bagan yaitu: dengan pengurangan GT sebesar 21,29%, pengurangan panjang kapal sebesar 19,92%, pengurangan PK sebesar 20,15%, pengurangan trip sebesar 20,05%, dan pengurangan ABK sebesar 18,59%.

Hasil penelitian Olii (2007) mengenai analisis kapasitas perikanan tangkap dalam rangka manajemen armada penangkapan di Provinsi Gorontalo, menyatakan bahwa dalam rangka peningkatkan efisiensi terhadap 20 kapal pukat cincin di perairan utara Gorontalo dapat dilakukan dengan mengurangi ukuran GT kapal sebesar 16,39%, mengurangi lama penangkapan sebesar 47,96%, pengurangan jumlah trip per bulan sebesar 18,16%, dan mengurangi biaya operasional sebesar 17,50%. Peningkatkan efisiensi terhadap 11 kapal pukat

cincin di perairan selatan Gorontalo dapat dilakukan dengan mengurangi ukuran GT kapal sebesar 27,97%, mengurangi lama penangkapan sebesar 29,49%, pengurangan jumlah trip per bulan sebesar 26,87%, dan mengurangi biaya operasional sebesar 15,67%.