• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Kondisi Umum Teluk Apar

4.2.2 Unit penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, terdiri dari nelayan, perahu/kapal penangkap ikan dan alat penangkap ikan. Ketiga elemen tersebut sangat penting dalam melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan.

1) Nelayan

Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha penangkapan ikan. Nelayan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, dalam hal ini termasuk juru masak dan ahli mesin yang bekerja di atas kapal.

Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Sumberdaya Kelautan Kabupaten Paser tahun 2008, nelayan di sekitar perairan Teluk Apar berjumlah 1.890 orang. Jumlah nelayan setiap tahun cenderung mengalami peningkatan (Gambar 14). Kondisi di atas secara tidak langsung memberikan gambaran terhadap pemanfaatan sumberdaya di perairan Teluk Apar. Semakin bertambah jumlah nelayan tekanan pemanfaatan sumberdaya ikan di Teluk Apar juga akan semakin meningkat. 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Ju m la h n e la y a n (o rg )

penuh utama tambahan jumlah

2) Kapal

Kapal perikanan menurut UU No 31 Tahun 2004 (pasal 1 ayat 9) adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/ eksplorasi perikanan (UU No 31 Tahun 2004). Secara Umum jumlah perahu dan kapal meningkat setiap tahun. Peningkatan secara signifikan pada motor ukuran 0-5 GT. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu peningkatan jumlah nelayan, kultur masyarakat di pesisir pantai kawasan Teluk Apar, kemampuan modal dan daerah operasi penangkapan. Selengkapnya perkembangan jumlah perahu/kapal di Teluk Apar periode 2003-2008 disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 15.

Tabel 4 Perkembangan jumlah perahu/kapal penangkap ikan di Teluk Apar tahun 2003-2008

Tidak bermotor Kapal motor Jumlah

Tahun

Kecil Sedang Tempel 0-5 GT 5-15 GT

2003 105 75 0 1.250 65 1.495 2004 85 76 0 1.300 65 1.526 2005 81 73 0 1.886 69 2.109 2006 78 62 0 1.375 47 1.562 2007 67 98 0 1.395 17 1.577 2008 132 163 0 1.558 29 1.882

Sumber : Data statistik DKPP Kabupaten Paser (2004-2009)

0 500 1000 1500 2000 2500 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Ju m la h k ap al (u n it ) tempel 0-5 GT 5-10 GT jumlah

Gambar 15 Perkembangan jumlah kapal motor penangkap ikan di Teluk Apar tahun 2003-2008

3) Alat tangkap

Beragam jenis alat tangkap dioperasikan di perairan Teluk Apar, diantara berbagai alat tangkap tersebut yang dominan digunakan untuk menangkap ikan pelagis antara lain : pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring insang tetap, bagan perahu, bagan tancap, rawai tetap, rawai hanyut, pancing tonda, dan pancing lainnya.

Produksi perikanana laut Kabupaten Paser secara umum ditopang oleh dua perairan laut yaitu Teluk Adang dan Teluk Apar. Terdapat perbedaan keragaman alat tangkap yang dioperasikan pada masing-masing perairan teluk. Di perairan Teluk Adang masih ditemukan atau masih beroperasi alat tangkap baby trawl

(dogol) dan tidak terdapat alat tangkap purse seine. Sebaliknya di perairan Teluk Apar masyarakat nelayan Desa Tanjung Aru dan Desa Muara Paser mengoperasikan alat tangkappurse seinedan tidak terdapat trawl.

Trawl tidak beroperasi di Teluk Apar, hal ini disebabkan oleh adanya kepatuhan terhadap kesepakatan antar nelayan, tokoh masyarakat, aparat desa yang berada di sekitar kawasan Teluk Apar untuk melarang beroperasinya trawl

di perairan Teluk Apar, mengingat alat yang dioperasikan sebagian besar merupakan alat tangkap pasif khususnya jaring tiga lapis (penambe), selain itu armada yang digunakan dominan berkapasitas kecil sehingga operasi semua unit penangkapan terfokus pada satu kawasan yang sama. Berdasarkan hal tersebut maka disepakati untuk alat tangkap trawl dilarang dioperasikan di Teluk Apar. Perkembangan jenis alat tangkap pada periode 2003-2008 (Tabel 5, Gambar 16 dan 17).

Tabel 5 Perkembangan jumlah alat tangkap di Teluk Apar tahun 2003-2008

Jumlah alat tangkap Teluk Apar (unit)

Tahun pukat cincin Jaring insang bagan

hanyut lingkar tetap perahu tancap

2003 35 211 259 214 80 79 2004 35 249 313 248 58 56 2005 56 232 287 234 26 58 2006 82 262 255 218 0 18 2007 41 324 305 237 1 18 2008 29 490 198 243 1 18 rawai pancing Tahun sero

hanyut tetap tonda lainnya jumlah

2003 66 251 48 241 170 1.720 2004 66 237 45 230 163 1.766 2005 72 225 44 214 150 1.670 2006 70 242 88 194 127 1.626 2007 44 193 79 228 119 1.633 2008 54 193 79 182 121 1.662

0 500 1000 1500 2000 2500 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Jm la la tt an gk ap (u ni t)

purse seine jaring insang bagan

Gambar 16 Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine, jaring insang, dan bagan di Teluk Apar tahun 2003-2008

0 500 1000 1500 2000 2500 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Jm la la tt an gk ap (u ni t)

sero rawai pancing

Gambar 17 Perkembangan jumlah alat tangkap sero, rawai, dan pancing di Teluk Apar tahun 2003-2008

Pasca pelarangan pengoperasian trawl telah berdampak terhadap menurunnya jumlah alat tangkap trawl (dogol) di Kabupaten Paser, kondisi ini secara tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi udang. Dampak lain dari pelarangan pengoperasian trawl adalah semakin meningkatnya luasan bukaan hutan mangrove di Kabupaten Paser untuk usaha budidaya udang. Ditinjau dari aspek pencapaian produksi khususnya udang, hal ini memberikan nilai tambah bagi Kabupaten Paser karena produksi udang yang sebelumnya dihasilkan melalui penangkapan (trawl) kini tersubstitusi melalui usaha budidaya, dan produksi yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dari hasil penangkapan. Oleh karena itu

kontribusi udang terhadap produksi perikanan di Kabupaten Paser (Teluk Apar) dominan dihasilkan oleh aktivitas budidaya.

Pembukaan lahan tambak secara besar-besaran di Kabupaten Paser khususnya di Teluk Apar telah menciptakan permasalahan baru. Pada beberapa desa pesisir disekitar kawasan Teluk Apar telah mengalami abrasi sehingga mengakibatkan rusaknya bangunan-bangunan rumah, selain itu juga karena kerasnya terpaan angin laut yang langsung mengarah kerumah-rumah diperkampungan nelayan akibat tidak adanya penghalang/terbukanya hutan mangrove untuk usaha tambak. Hal ini semakin diperparah oleh minimnya pengetahuan masyarakat bagaimana usaha budidaya tambak yang berwawasan lingkungan, sehingga dalam melakukan usahanya mereka tidak memperhatikan kaidah-kaidah keseimbangan.

5.1 Pola Musim Penangkapan Ikan Pelagis di Perairan Teluk Apar

Nilai indeks musim penangkapan ikan dapat digunakan dalam penentuan waktu yang tepat dalam melakukan operasi penangkapan ikan. Adapun kriteria yang dipakai dalam penentuan musim penangkapan ikan adalah jika nilai IMP sama dengan atau lebih dari 100% dikatakan sebagai musim penangkapan, sedangkan bukan musim penangkapan apabila nilai IMP kurang dari 100%.

Adapun hasil analisis indeks musim penangkapan ikan beberapa jenis ikan pelagis dominan di perairan Teluk Apar dapat dilihat pada Lampiran 1-8, dengan pola sebagai berikut:

85 90 95 100 105 110 115 I II III IV Kuartal IM P (% ) Kembung

Keterangan : Kuartal I = bulan Januari-Maret Kuartal II = bulan April-Juni

Kuartal III = bulan Juli-September Kuartal IV = bulan Oktober-Desember

Gambar 18 Indeks musim penangkapan ikan kembung di Teluk Apar

80 85 90 95 100 105 110 115 I II III IV Kuartal IM P (% ) Layang Selar

85 90 95 100 105 110 I II III IV Kuartal IM P (% ) Teri

Gambar 20 Indeks musim penangkapan ikan teri di Teluk Apar

80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 I II III IV Kuartal IM P (% )

Tembang Tenggiri Tongkol

Gambar 21 Indeks musim penangkapan ikan tembang, tenggiri dan tongkol di Teluk Apar

1) Kembung

Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan kembung terjadi pada kuartal II (sekitar bulan April hingga Juni). Hal ini dapat dilihat dari nilai IMP ikan kembung diatas 100%, yaitu sebesar 111%. Indeks musim penangkapan ikan kembung terendah pada kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret) dan IV (sekitar bulan Oktober hingga Desember) yaitu masing-masing sebesar 96%. Indeks musim penangkapan ikan kembung di kuartal III (sekitar bulan Juli hingga September) nilainya juga masih dibawah 100%.

2) Layang

Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan layang terjadi pada kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret). Hal ini dapat dilihat dari nilai IMP ikan layang diatas 100%, yaitu sebesar 111%. Indeks musim penangkapan ikan layang terendah pada kuartal III (sekitar bulan Juli hingga September) yaitu sebesar 95%. Indeks musim penangkapan ikan layang di kuartal II (sekitar bulan April hingga Juni) dan kuartal IV (sekitar bulan Oktober hingga Desember) nilainya juga masih dibawah 100%.

3) Selar

Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan selar sama dengan ikan layang yaitu terjadi pada kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret). Hal ini dapat dilihat dari nilai IMP ikan selar diatas 100%, yaitu sebesar 112%. Indeks musim penangkapan ikan selar terendah pada kuartal III (sekitar bulan Juli hingga September) dan IV (sekitar bulan Oktober hingga Desember) yaitu masing-masing sebesar 95%. Indeks musim penangkapan ikan selar di kuartal II (sekitar bulan April hingga Juni) nilainya juga masih dibawah 100%.

4) Tembang

Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan tembang terjadi pada kuartal IV (sekitar bulan Oktober hingga Desember). Hal ini dapat dilihat dari nilai IMP ikan tembang diatas 100%, yaitu sebesar 110%. Indeks musim penangkapan ikan tembang terendah pada kuartal II (sekitar bulan April hingga Juni) yaitu sebesar 96%. Indeks musim penangkapan ikan tembang di kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret) dan III (sekitar bulan Juli hingga September) nilainya juga masih dibawah 100%.

5) Tenggiri

Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan tenggiri terjadi pada kuartal IV (sekitar bulan Oktober hingga Desember). Hal ini dapat dilihat dari

nilai IMP ikan tenggiri diatas 100%, yaitu sebesar 119%. Indeks musim penangkapan dari ikan tenggiri terendah pada kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret) yaitu sebesar 90%. Indeks musim penangkapan ikan tenggiri di kuartal II (sekitar bulan April hingga Juni) dan kuartal III (sekitar bulan Juli hingga September) nilainya juga masih dibawah 100%.

6) Teri

Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan teri terjadi pada kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret) dan IV (sekitar bulan Oktober hingga Desember). Hal ini dapat dilihat dari nilai IMP ikan teri diatas 100%, masing-masing sebesar 105% dan 103%. Indeks musim penangkapan ikan teri terendah pada kuartal III (sekitar bulan Juli hingga September) yaitu sebesar 93%. Indeks musim penangkapan ikan teri di kuartal II (sekitar bulan April hingga Juni) nilainya juga masih dibawah 100%.

7) Tongkol

Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan tongkol terjadi pada kuartal IV (sekitar bulan Oktober hingga Desember). Hal ini dapat dilihat dari nilai IMP ikan tongkol diatas 100%, yaitu sebesar 120%. Indeks musim penangkapan ikan tongkol terendah pada kuartal I yaitu sebesar 89%. Indeks musim penangkapan ikan tongkol di kuartal II (sekitar bulan April hingga Juni) dan kuartal III (sekitar bulan Juli hingga September) nilainya juga masih dibawah 100%.

Berdasarkan nilai indeks musim penangkapan, ada empat pola musim penangkapan ikan pelagis di perairan Teluk Apar Kabupaten Paser, yaitu: 1) musim penangkapan ikan kembung (Gambar 18), terjadi pada bulan April hingga Juni (akhir musim peralihan barat-timur hingga pertengahan musim timur), 2) musim penangkapan ikan layang dan selar (Gambar 19), terjadi pada bulan Januari hingga Maret (pertengahan musim barat hingga awal musim peralihan barat-timur), 3) musim penangkapan ikan teri (Gambar 20) terjadi pada bulan Oktober hingga Maret (akhir musim peraliahan timur-barat hingga awal musim peralihan barat-timur), 4) musim penangkapan ikan tembang, tenggiri, dan

tongkol (Gambar 21) pada bulan Oktober hingga Desember (akhir musim peralihan timur barat hingga pertengahan musim barat).

Pada pola musim penangkapan pertama, dimulainya musim penangkapan ikan ditandai dengan semakin berkurangnya hasil tangkapan ikan layang, selar, dan teri pada akhir bulan Maret, kemudian ikan kembung mulai tertangkap pada awal bulan April hingga Juni. Waktu penangkapan ikan kembung hanya berlangsung sekitar tiga bulan, namun pada bulan-bulan tersebut ikan kembung cukup melimpah. Secara umum ikan kembung paling banyak ditangkap dengan

purse seine. Kalau mengacu pada pola angin musim (monsoon) maka musim ikan kembung terjadi pada akhir musim peralihan I (pancaroba barat-timur) hingga pertengahan musim timur. Nelayan Teluk Apar menyebut musim timur dengan istilah musim selatan, hal ini dikarenakan letak Teluk Apar berada pada posisi lintang tepatnya berhadapan dengan Selat Makassar bagian barat.

Pola musim penangkapan kedua, musim penangkapan ikan layang dan selar sebenarnya mengikuti pola penangkapan ikan pelagis kecil lainnya (teri). Musim ikan teri dimulai sejak bulan Oktober hingga Maret. Namun musim ikan layang dan selar baru mulai pada bulan Januari, dan juga berakhir pada bulan Maret. Nilai IMPnya yang cenderung menurun saat memasuki akhir musim perlihan I (pancaroba barat-timur). Hal ini memperlihatkan bahwa ikan layang dan selar mempunyai puncak penangkapan yang relatif singkat.

Musim penangkapan ikan layang dan selar terjadi pada kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret) dengan nilai IMP masing-masing sebesar 111% dan 112%. Pada bulan-bulan tersebut dapat dikatakan bahwa ikan layang dan selar cukup melimpah. Ikan layang dan selar merupakan target tangkapan utama pada waktu musim barat, dan biasanya musim ikan di Teluk Apar disebut dengan musim ikan layang dan selar. Nelayan pada musim barat biasanya melakukan operasi penangkapan ikan layang dan selar di waktu malam hari, pada saat angin teduh. Karena pergerakan angin musim barat cukup kencang di waktu pagi hari hingga sore hari.

Pola musim penangkapan ketiga, musim penangkapan ikan teri. Terjadi pada bulan Oktober hingga Maret yaitu akhir musim peralihan II (pancaroba timur-barat) hingga awal musim peralihan I (pancaroba barat-timur). Munculnya ikan teri hampir bersamaan dengan musim ikan tembang, tenggiri, dan tongkol. Namun musim puncak penangkapan ikan tenggiri dan tongkol lebih singkat. Ikan

teri tersebut merupakan ikan yang makanan utamanya plankton sehingga kelimpahannya tergantung pada faktor-faktor lingkungan perairan (Merta et al. 1998, diacu dalam Desniarti 2007). Diduga pada bulan Januari dengan berakhirnya musim hujan, kondisi oseanografi perairan cocok untuk pertumbuhan produktivitas plankton. Kondisi ini mengundang datangnya ikan pelagis terutama pelagis kecil.

Pola musim penangkapan keempat, musim penangkapan ikan tembang, tenggiri, dan tongkol pada bulan Oktober hingga Desember. Pada bulan-bulan tersebut angin musim merupakan akhir musim peralihan II (pancaroba timur- barat) hingga pertengahan musim barat. Munculnya musim ikan tembang, tenggiri, dan tongkol ditandai dengan munculnya ikan teri. Hal ini memperlihatkan adanya mekanisme rantai makanan pada daerah tersebut, bergerombolnya ikan pelagis kecil mengundang datangnya ikan palagis besar yang makanan utamanya ikan-ikan kecil. Selain itu, karakteristik tingkah laku ikan pelagis besar sebagai perenang cepat memiliki keterkaitan kuat terhadap arus. Pada musim timur (Mei-Agustus) ikan pelagis bermigrasi dari Laut Jawa ke arah utara menuju Natuna dan Laut Cina Selatan (Djamali 1971, diacu dalam Almuas 2005).

Berdasarkan pada pengalaman nelayan bahwa kalau musim barat jadi, maka ikan demersal yang melimpah. Sebaliknya kalau musim barat tidak jadi, maka ikan pelagis yang melimpah. Membandingkan musim penangkapan ikan pelagis menurut nilai IMP dengan pola angin musim, maka ikan pelagis ternyata banyak tertangkap pada pertengahan musim barat sampai dengan musim peralihan I (pancaroba barat-timur).

Melihat hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa dinamika pergerakan pola angin musim selama periode tahun 2003 hingga 2008 kebanyakan musim baratnya berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, maka didapatkan informasi bahwa baru sekitar dua tahun terakhir pola angin musim berjalan sebagaimana biasanya. Anomali pernah terjadi sekitar 5 tahun lalu, hal tersebut tidak lepas dari pengaruh perubahan iklim dunia secara global.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap nelayan responden dan para punggawa (juragan) diperoleh informasi musim ikan. Rincian waktu musim ikan pelagis dominan yang tertangkap di Teluk Apar versi nelayan dibandingkan dengan perhitungan nilai IMP sebagai berikut:

Tabel 6 Perbandingan musim ikan pelagis antara versi nelayan dengan nilai IMP di Teluk Apar

Musim ikan (bulan)

Versi Jenis Ikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nelayan Kembung IMP Nelayan Layang IMP Nelayan Selar IMP Nelayan Tembang IMP Nelayan Tenggiri IMP Nelayan Teri IMP Nelayan Tongkol IMP

Sumber : Data primer dan data diolah dari data statistik DKPP Kabupaten Paser (2009)

Berdasarkan Tabel 6 diatas, terlihat bahwa tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan musim ikan versi nelayan dengan IMP. Hasil analisis IMP menunjukkan dinamika musim puncak ikan pelagis besar (tenggiri dan tongkol), biasa mengawali datangnya musim ikan pelagis kecil. Setelah puncak musim ikan pelagis kecil berakhir, muncul lagi ikan pelagis besar.

Hasil penelitian Balai Riset Perikanan Laut, Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 2004 mengenai musim penangkapan ikan pelagis kecil di wilayah manajemen perikanan Laut Jawa. Bahwa berdasarkan zona penangkapan, konsentrasi layang pada bulan September hingga Februari berada di bagian timur Laut Jawa dan Selat Makassar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terhadap ikan layang di Teluk Apar yang berada pada zona Selat Makassar, dengan nilai IMP ikan layang sebesar 111% pada kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret). Artinya konsentrasi ikan layang pada bulan-bulan tersebut merupakan musim puncaknya.

Hasil penelitian Wiyono (2001) menyatakan bahwa musim penangkapan ikan tembang di Teluk Pelabuhanratu terjadi sekitar bulan Mei sampai Oktober. Ikan layur pada bulan Agustus sampai Oktober, ikan tongkol pada bulan Juni sampai Oktober, dan ikan pepetek pada bulan Juli hingga November. Musim penangkapan ikan yang ditunjukkan oleh besarnya nilai indek musim penangkapan (IMP), menunjukkan bahwa IMP diatas 100% beberapa jenis ikan

terjadi di musim peralihan I sampai dengan musim timur. Pada musim barat nilai indeknya secara umum dibawah angka 100%.

Hasil penelitian Taeran (2007) menyatakan bahwa musim penangkapan enam jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara hampir tersebar disetiap bulan sepanjang tahun. Musim penangkapan ikan cakalang pada bulan Maret, April, Juli, Agustus, dan September. Musim penangkapan tuna pada bulan Januari, Maret, September, dan Oktober. Musim penangkapan tongkol pada bulan Februari, Juni, September, Oktober, dan November. Musim penangkapan layang pada bulan Mei, Juni, Juli, November, dan Desember. Musim penangkapan ikan kembung pada bulan Januari-Maret, Mei, dan Agustus-Oktober. Musim Penangkapan julung-julung pada bulan Februari, Maret, Mei, dan Desember.

Hidayat (2009) menyatakan bahwa musim penangkapan ikan pelagis di perairan Kabupaten Bangka terjadi pada peralihan I hingga peralihan II dan puncaknya pada musim timur, sedangkan musim paceklik terjadi pada musim barat. Perubahan musim penangkapan ikan tersebut telah mempengaruhi daerah penangkapan ikan pelagis secara temporal dan spasial. Faktor utama yang mempengaruhi musim dan daerah penangkapan ikan yaitu angin muson barat dan timur, oseanografi perairan, produktivitas primer perairan, dan behavior ikan pelagis.

Adnan (2008) menyatakan bahwa pada musim barat hasil tangkapan tinggi dengan suhu permukaan laut (SPL) relatif rendah di perairan Kalimantan Timur, dimana terjadi peningkatan jumlah hasil tangkapan ikan layang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terhadap ikan layang di Teluk Apar, dengan nilai IMP ikan layang sebesar 111% pada kuartal I (sekitar bulan Januari hingga Maret) berarti puncak ikan layang ini terjadi pada musim barat. Selanjutnya dikatakan bahwa pada musim barat dimana klorofil-a meningkat, terjadi peningkatan hasil tangkapan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terhadap ikan layang, selar, teri, tembang, tenggiri dan tongkol yang paling banyak ditangkap pada musim barat. Secara umum SPL dan klorofil-a berpengaruh terhadap setiap spesies ikan.

5.2 Karakteristik Teknik-Ekonomi Alat Penangkapan Ikan Pelagis Di