• Tidak ada hasil yang ditemukan

Munculnya Kembali Isu Sektarian dalam Konflik Suriah

BAB IV ANALISA FAKTOR –FAKTOR YANG MEMENGARUHI

B. Analisis Tingkat Sistemik

2. Munculnya Kembali Isu Sektarian dalam Konflik Suriah

Kasus Arab Spring tidak bisa dipisahkan dari isu sektarian antara Sunni-Syiah. Sejak konflik dimulai pada 2011, rezim Assad telah melakukan kekerasan terhadap mayoritas Muslim Sunni, kecuali mereka yang menyatakan kesetiaannya kepada Assad.240 Isu sektarian berakar pada politik domestik Suriah yang erat dengan politik identitas. Baik itu Presiden Bashar al-Assad, maupun ayahnya Hafez al-Assad telah memanipulasi pembagian antar-komunal untuk mempertahankan kekuasaannya. Melalui Partai Sosialis Ba’ath, Assad memilih orang-orang yang loyal kepada identitasnya.241

Ironisnya, pemerintahan Suriah didominasi oleh minoritas Syiah Alawi yang hanya 10% dari populasi, sedangkan mayoritas Sunni yang berjumlah 65% berada di bawah kekuasaannya.242 Meskipun sebagai

238 Karim Sadjadpour, “Iran’s Unwavering Support to Assad’s Syria,” CTC Sentinel vol. 6 (August 2013): 11.

239 Mintz dan DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making, 122.

240 M. Zuhdi Jasser, “Sectarian Conflict in Syria,” Syria Supplement 4 (2014): 60.

241 Jasser, “Sectarian Conflict in Syria,” 59.

242 Fabrice Balanche, Sectarianism in Syria’s Civil War, (Washington DC: The Washington Institute for Near East Policy, 2018), 22.

84

minoritas, namun golongan Assad (Syiah Alawi) berhasil menjadi penguasa Suriah sejak era Hafez al-Assad yang juga didukung oleh minoritas Kristen.243 (Adapun data mengenai presentase rakyat Suriah berdasarkan etnis dapat dilihat di lampiran 3).

Berdasarkan data di atas, pengaruh politik domestik Suriah yang erat dengan isu sektarian telah menjadi pemicu memanasnya konflik. Di dalam internal Suriah dapat dipetakan pertarungan antara pemerintah sekuler Assad, kristen dan agama minoritas lainnya menghadapi al-Qaeda berafiliasi dengan Front Nusra.244 Baik itu pihak pemerintah maupun oposisi saling menuduh adanya penggunaan agitasi sektarianisme.245

Investigasi yang dilakukan oleh United Nations Human Rights menunjukkan bahwa perang sipil Suriah dengan cepat mengarah kepada konflik sektarian dan etnis. Hal ini berpengaruh terhadap meningkatnya angka pembunuhan dan kekerasan yang disebabkan adanya perasaan terancam oleh etnis atau agama lainnya yang bersebrangan dalam konflik Suriah.246

243 Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah: Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi, (Jakarta: Kompas, 2012), 84.

244 Neil Clark, “Crisis, What Crisis? The al-Qaeda Takeover of Syria,” RT, April 27, 2015,

https://www.rt.com/op-ed/253481-al-qaeda-syria-takeover-assad/ (diakses pada 22 November

2019).

245 Rania Abouzeid, “Syrian Refugees: Itching for a Flight with Assad and His Regime,”

Time, October 25, 2011, http://content.time.com/time/world/article/0,8599,2097761,00.html

(diakses pada 22 November 2019).

246 Jobby Warrick, “Syrian Conflict’s Sectarian, Ethnic Dimensions Growing, U.N. Warns,” The Washington Post, December 20, 2012,

https://www.washingtonpost.com/world/national-security/syrian-conflicts-sectarian-ethnic-dimensions-growing-un-warns/2012/12/19/727183a2-4a2c-11e2-820e-17eefac2f939_story.html

85

Selain itu, isu sektarian dalam konflik Suriah secara eksplisit semakin menguat pasca pengambilalihan wilayah-wilayah penting oleh oposisi Sunni pada 2012. Pengambil-alihan wilayah tersebut tak dapat dilepaskan dari faktor pembelotan tentara Suriah beridentitas Sunni yang secara tidak langsung menyebabkan berkurangnya jumlah tentara yang berperang di pihak Assad. Keadaan ini mendorong Assad untuk memperkuat militer Suriah dengan merekrut Hizbullah dan milisi Syiah Irak. Di bawah arahan Iran selanjutnya, faksi-faksi militer ini membentuk Pasukan Pertahanan Nasional (NDF).247

Lebih lanjut di level regional, sektarianisme dalam konflik Suriah telah membentuk polarisasi dalam konflik tersebut, yaitu pemerintah minoritas Alawi yang didukung oleh sekutu Syiah seperti Iran melawan mayoritas Muslim Sunni di Suriah yang didukung oleh negara-negara Sunni, seperti Arab Saudi, Turki, Mesir dan lain-lain.248

Selama periode 2011-2013, rezim negara-negara Teluk tidak dapat menghalangi gerakan yang dilakukan masyarakat dan badan amal di negara mereka yang menggalang dana sejumlah ratusan dolar untuk milisi sektarian.249 Free Syrian Army (FSA) dan gerakan perlawanan lainnya

247 Christopher Phillips, “Sectarian and Conflict in Syria,” Third World Quarterly 36, no. 2 (March 2015): 369.

248 Potter, Sectarian Politics in the Persian Gulf, 36.

249 Elizabeth Dickinson, “Follow the Money: How Syrian Salafis are Funded from the Gulf,” Carnegie Middle East Center, https://carnegie-mec.org/diwan/54011 (diakses pada 25 November 2019).

86

berusaha menjadi representasi gerakan perlawanan Sunni dalam konflik Suriah.250

Tindakan lainnya yang dilakukan negara-negara Teluk untuk memperbesar isu sektarian adalah melalui media massa. Salah satunya Adnan al-Arour, tokoh ulama Sunni Suriah yang mengampanyekan sikap anti-rezim Alawi melalui media Arab Saudi al-Safa. Tokoh lainnya yaitu Sheikh Yusuf al-Qaradawi melalui media Qatar al-Jazeera. Pada 2013, ia mengatakan bahwa Hizbullah merupakan partai setan yang bertujuan untuk memerangi Sunni. Tindakan tersebut menurutnya adalah implementasi dari orientasi Iran untuk membunuh orang-orang Sunni.251

Kemudian isu sektarian dalam konflik Suriah menyebar ke wilayah lain, misalnya konflik Yaman. Dalam konflik ini, aktor-aktor yang mempunyai pengaruh dan kepentingan langsung melakukan intervensi. Arab Saudi dan Iran menggunakan identitas Sunni-Syiah sebagai motif intervensi. Pihak Riyadh mendukung Presiden Rabbo Mansour Hadi dan para pendukungnya (termasuk Hamas) yang melihat kaum Houthi sebagai alat politik Iran. Di lain pihak, Teheran yang mendukung Houthi dan melihat Arab Saudi sebagai lawan ideologis yang menjadi ancaman bagi sekutu Iran di kawasan.252

250 Phillips, “Sectarian Conflict in Syria,”

251 “Syria Conflict: Cleric Qaradawi Urges Sunnis to Join Rebels,” BBC News, June 1, 2013, https://www.bbc.com/news/world-middle-east-2E2741588 (diakses pada 25 November 2019).

252 Farea al-Muslimi, “How Sunni-Shia Sectarianism is Poisoning Yemen,” Carnegie

Middle East Center, December 29, 2015, https://carnegie-mec.org/diwan/62375 (diakses pada 27 November 2019).

87

Dalam konteks ini, Hamas juga terpengaruh oleh isu sektarianime yang berkembang di kawasan, sehingga pada periode ini Hamas beberapa kali menyatakan sikap politiknya dalam konflik Suriah dan Yaman. Dalam konflik Suriah, Hamas menyatakan dukungan terhadap oposisi Sunni,253 sedangkan dalam konflik Yaman, Hamas mendukung pemerintah Abd Rabbo Mansur Hadi.254 Perbedaan sikap politik dengan Iran inilah yang menyebabkan Iran semakin mengukuhkan penghentian bantuan militernya terhadap Hamas.

Senada dengan argumen di atas, Mohammad Reza Djalili profesor di bidang ilmu politik dan diplomasi Free University of Brussels berpendapat bahwa sikap sektarian Iran itu semakin menguat pasca dimulainya intervensi negara Sunni, seperti Qatar, Saudi, Turki dan negara-negara teluk. Kebijakan tersebut Iran tanggapi sebagai isu sektarian, sehingga pada konflik tersebut Iran banyak merangkul gerakan-gerakan

pro-axis of resistance.255

Berdasarkan pemaparan di atas, menguatnya isu sektarian telah mengantarkan negara-negara di kawasan melakukan kebijakan luar negerinya berdasarkan isu sektarian. Konflik internal di Suriah sarat dengan konflik Sunni-Syiah Alawi dan etnis pendukung kemudian meluas ke tingkat regional. Di level ini terbentuk dua polar, yaitu negara-negara Sunni termasuk Hamas sebagai aktor non-negara menghadapi blok Syiah, yaitu

253 Nashashibi, “The Palestinian Dilemma over Syria,”

254 Rajoub, “Hamas wa Iran... Hal tastamirru al Qatia,”

255 Mohammad Reza Djalili, “Iran’s Syria Policy in the Wake of the Arab Springs,”

88

Iran dan pemerintah Suriah.256 Begitu pula dengan konflik Yaman pada 2015, isu sektarian juga menjadi alasan negara-negara di kawasan melakukan intervensi.257 Kondisi yang terjadi di kawasan ini berpengaruh terhadap kebijakan Iran yang menghentikan bantuannya ke Hamas.

Dokumen terkait