• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEGARA SEBAGAI PRODUK KONFLIK KELAS

Dalam dokumen Pemikiran Tan Malaka Tentang Konsep Negara (Halaman 65-74)

BAB III : KONSEP NEGARA TAN MALAKA

KONSEP NEGARA TAN MALAKA

III.1. NEGARA SEBAGAI PRODUK KONFLIK KELAS

Para pemikir Borjuis seperti Krannenburg dan Krabbe (Belanda), Blackston

(Inggris) mendefenisikan bahwa Negara adalah wilayah tertentu, didiami oleh rakyat (baik bangsa asli maupun warga pendatang) tertentu dibawah kekuasaan (authority)

yang sah sah dan tetentu pula”.66

Karl Marx menggunakan logika pertentangan yang diwujudkan atas Teori Materialisme, maka ia mendefenisiskan Negara sebagai “..hasil pernyataan perjuangan kelas yang tidak dapat didamaikan (The State is the Product and the Manifestation Irrrencilability of class antagonis). Sementara angel dalam bukunya yang berjudul “Der Urspung Der Familie, de Privategeuntums und des state (1894)

menyebutkan bahwa :

“…Negara adalah hasil masyarakat pada suatu tingkat kemajuannya, dia (Negara) adalah suatu pemahaman bahwa masyarakat ini sudah terlibat dalam pertentangan dengan dirinya sendiri sehingga tidak dapat diselesaikan lagi, sampai (negara) itu terbelah dua dalam pertentangan dendam kesemuat tidak dapat disingkirkan lagi ”67

Sementara menurut Lenin menyatakan bahwa dua badan yang terpenting menjadi mesinnya. Negara adalah birokrasi dan Militer. Bahwa birokrasi dan Militer adalah lintah darat yang yang melekat pada badan masyarakat borjuis, lintah darat yang timbul dari pertentangan yang membela dua masyarakat itu namun lambat laun menghisap lubang hidup masyarakat Hakikat negara yang di sampaikan oleh Tan

66

Tan Malaka, pandangan Hidup, Jakarta : Widjaya, 1952, Hal.63.

67

Malaka sebagian besar merupakan salinan dan modifikasi dari pemikiran Marx- Engels, lenin. 68

Tan Malaka juga memiliki penjelasan sendiri dalam memaknai negara yaitu di lihat dalam beberapa tulisannya mulai dari alasan munculnya negara dalam hal ini Tan Malaka sepakat dengan Marx bahwa negara kita itu sebagai manefestasid dari pertentangan kelas. Jika di dalam masyarakat terdapat dua kelas yang bertentangan dan tak mungkin lagi di damaikan maka akan muncul sebuah kekuasaan yang akan membatasi dan menempatkan pertentangan di dalam masyarakat. Kekuasaan muncul dari masyarakat namun kemudian akan semakin mengasikan diri dari masyarakat peran negara seolah-olah sebagai wasit dari semua pertikaian yang berdiri di atas semua kepentingan.

Negara dengan sendirinya tidak ada dan tidak perlu ada jika di dalam masyarakat tidak terdapat kelas-kelas yang saling berlawanan. Perlawanan kelas tersebut di akibatkan oleh perbedaan kepemilikan alat reproduksi. Negara adalah lembaga yang mendapatkan legitimasi menindas dan menghukum. Dalam pemahaman Tan Malaka kekuasaan negara bisa ditumbangkan jka kondisi obyektif masyarakat sudah cukup. Kondisi obyektif tersebut terletak pada kebutuhan dan kemakmuran. Saat negara sudah tidak mampu lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Tan Malaka lebih banyak merujuk kepada negara kapitalis. Pengertian masa dari zaman ke tangan para proletar untuk indonesia Tan Malaka menyebutnya dengan murba).

Dalam pandangan Tan Malaka Pertentangan kelas tidak akan terjadi, jika masyarakat terbebas dari belenggu ketergantungan terhadap ekonomi. Implikasi dari hal tersebut adalah tidak diperlukannya lagi kekuasaan yang mengikat dan

68

membelenggu hak-hak mereka. Dengan kata lain masyarakat yang telah dalam tahapan tersebut tidak lagi memerlukan negara, yaitu tidak perlu membutuhkan alat penindas negara seperti birokrsi, tentara, mahkamah dan lain-lain.

Tan Malaka memaparkan perkembangan masyarakat dan negara dengan ilmu tahapan, yaitu masyarakat komunisme asli, masyarakat budak (slave

Tesis adalah sebuah masyarakat yang berada atas dasar kerja sama dan memilki alat serta hasil produksi yang sama yaitu masyarakat komunisme asli, antitesis ialah adalah masyarakat kapitalis yang mulai terpecah dan menimbulkan pertentangan atas dasar milik bersama terhadap milik seseorang. Sedangkan sintesisnya ialah masyarakat seluruh dunia yang menuju masyarakat modern. Pada tahapan ini telah terjadi pertentangan dalam masyarakat kapitalis yakni pertentangan antara kaum pekerja dan majikan.

), masyarakat feodal, masyarakat kapitalis dan masyarakat sosialis. Pada tahapan pertama adalah masyarakat komunis. Negara adalah kelas di atas kelas. Pada tingkat kedua ialah dimana masyarakat telah terpecah menjadi kaya dan budak. Pada tingkat ketiga negara telah menjadi kelompok ningrat dan kaum aristokrat. Tan Malaka berkesimpulan bahwa akan berlaku hukum dialektika dalam kemajuan sebuah negara yaitu tesis melalui antitesis menuju sintesis.

Teori konflik sosial adalah teori Marxis berbasis sosial yang berpendapat bahwa individu-individu dan kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat memiliki perbedaan jumlah sumber daya material dan non-material (Orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuasaan mereka untuk mengeksploitasi kelompok yang lebih lemah.

Dua metode dimana eksploitasi ini terjadi melalui kekerasan yang biasanya dilakukan oleh polisi dan tentara dan kegiatan ekonomi. Ahli teori konflik sosial sebelumnya berpendapat bahwa uang adalah mekanisme yang menciptakan kekacauan sosial. Teori menyatakan lebih lanjut bahwa masyarakat diciptakan dari konflik sosial yang sedang berlangsung antara berbagai kelompok. Terdapat teori lain tentang penyimpangan, teori fungsionalis, teori kontrol dan teori ketegangan. Hal ini juga mengacu pada berbagai jenis interaksi sosial yang positif yang mungkin terjadi dalam hubungan sosial.

Teori konflik sosial menyatakan bahwa kelompok-kelompok dalam masyarakat kapitalis cenderung berinteraksi dengan cara destruktif, yang tidak memungkinkan adanya hubungan yang saling menguntungkan atau sedikit kerjasama. Marxisme mengusulkan untuk masalah ini adalah bahwa buruh harus mengadakan revoludi untuk mematahkan dominasi politik dan ekonomi dari kelas kapitalis dengan tujuan reorganisasi masyarakat yang mengarah pada kepemilikan kolektif dan kontrol demokratis massa.69

Menurut Karl Marx dalam semua lapisan masyarakat terdapat dua kelompok sosial utama, kelas penguasa dan kelas subjek. Kelas penguasa memperoleh kekuasannya dari kepemilikan dan kontrol kekuatan-kekuatan produksi. Kelas penguasa mengeksploitasi dan menindas kelas subjek. Akibatnya ada konflik dasar kepentingan antara dua kelas. Berbagai lembaga masyarakat seperti sistem hukum dan politik merupakan instrumen dominasi kelas penguasa dan yang ditujukan untuk melayani kepentingannya. Marx percaya bahwa masyarakat Barat dikembangkan dari

69

empat tahap utama: zaman-primitif, masyarakat kuno, masyarakat feodal dan masyarakat kapitalis.70

Komunisme primitif diwakili oleh masyarakat pra-sejarah dan merupakan contoh satu-satunya dari masyarakat tanpa kelas. Sejak saat itu semua masyarakat berkembang dan terbagi menjadi dua kelompok utama: tuan-hamba dalam masyarakat kuno, penguasa-budak dalam masyarakat feodal dan kapitalis, dan pemilik modal-buruh dalam masyarakat kapitalis. Tan Malaka melihat kelas dalam hal ekonomi. Dia berpendapat bahwa kelas berkembang dalam ekonomi pasar di mana individu bersaing untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Dia mendefinisikan kelas sebagai sekelompok individu yang berbagi posisi yang sama dalam ekonomi pasar dan berdasarkan fakta menerima penghargaan ekonomi serupa. Dengan demikian situasi kelas seseorang pada dasarnya merupakan situasi pasar nya. Mereka yang berbagi situasi kelas yang sama juga berbagi kesempatan hidup yang sama. Posisi ekonomi mereka secara langsung akan mempengaruhi peluang mereka untuk mendapatkan hal-hal sebagaimana yang didefinisikan dalam masyarakatnya.

Pendekatan konflik menekankan interpretasi materialis tentang sejarah, metode dialektika analisis, sikap kritis terhadap pengaturan sosial yang ada, dan program politik dari revolusi atau, setidaknya, reformasi. Para materialis pandang sejarah dimulai dari premis bahwa penentu paling penting dari kehidupan sosial adalah pekerjaan yang dilakukan orang, terutama bekerja yang menghasilkan penyediaan kebutuhan dasar kehidupan, sandang, dan papan. Marx berpikir bahwa cara kerja secara sosial terorganisir dan teknologi yang digunakan dalam produksi akan memiliki dampak yang kuat pada setiap aspek masyarakat lainnya. Dia mempertahankan bahwa semua nilai dalam masyarakat dari hasil kerja manusia.

70

T.Z. Lavine, 2003. Karl Marx: Konflik Kelas dan Orang Yang Terasing, Jakarta Selatan : Jendela, Hal.110.

Dengan demikian, Marx melihat orang-orang bekerja dan perempuan sebagai terlibat dalam membuat masyarakat, dalam menciptakan kondisi untuk keberadaan mereka sendiri.71

Dalam produksi sosial keberadaan mereka, orang pasti masuk ke dalam hubungan tertentu, yang independen dari keinginan mereka, yaitu hubungan- hubungan produksi sesuai dengan tahap yang diberikan dalam pengembangan kekuatan materi mereka produksi. Totalitas dari hubungan-hubungan produksi ini merupakan struktur ekonomi masyarakat-dasar yang nyata, di atas mana timbul superstruktur hukum dan politik dan dengan mana cocok pula bentuk-bentuk kesadaran sosial. Cara produksi kehidupan materiel proses umum kehidupan sosial, politik dan intelektual. Bukan kesadaran manusialah yang menentukan eksistensinya, melainkan eksistensi sosial yang menentukan kesadarannya mereka.

Menurut Tan Malaka lembaga sentral dari masyarakat kapitalis adalah milik pribadi, sistem dengan mana modal (yang, uang, mesin, peralatan, pabrik, dan benda- benda lain yang digunakan dalam produksi) dikendalikan oleh minoritas kecil dari populasi. Susunan ini menyebabkan dua kelas menentang, para pemilik modal dan pekerja yang hanya properti sendiri tenaga mereka waktu, yang mereka harus menjual kepada kaum kapitalis.

Pemilik dianggap membuat keuntungan dengan membayar pekerja kurang dari pekerjaan mereka bernilai dan, dengan demikian, mengeksploitasi mereka. Eksploitasi ekonomi mengarah langsung ke penindasan politik, sebagai pemilik menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk menguasai negara dan mengubahnya menjadi hamba kepentingan ekonomi borjuis. Kekuasaan polisi, misalnya, digunakan untuk menegakkan hak kepemilikan dan menjamin kontrak yang tidak adil antara

71

kapitalis dan pekerja. Penindasan juga mengambil bentuk yang lebih halus: agama melayani kepentingan kapitalis oleh menenangkan penduduk; intelektual, dibayar langsung atau tidak langsung oleh kapitalis, menghabiskan karir mereka membenarkan dan rasionalisasi pengaturan sosial dan ekonomi yang ada. Singkatnya, struktur ekonomi masyarakat cetakan suprastruktur, termasuk ide-ide dan lembaga- lembaga sosial yang mendukung struktur kelas masyarakat. Karena kelas dominan atau yang berkuasa (kaum borjuis) mengatur hubungan-hubungan sosial produksi, dominan ideologi dalam masyarakat kapitalis adalah bahwa dari kelas penguasa. Ideologi dan sosial lembaga, pada gilirannya, berfungsi untuk mereproduksi dan melestarikan struktur kelas ekonomi. Dengan demikian, Marx memandang pengaturan ekonomi eksploitatif kapitalisme sebagai dasar yang nyata yang di atasnya superstruktur kesadaran sosial, politik, dan intelektual dibangun.72

Pandangan Tan Malaka tentang sejarah mungkin tampak benar-benar sinis atau pesimis, kalau bukan karena kemungkinan perubahan diungkapkan oleh metodenya analisis dialektik. Tan Malaka adalah seorang optimis. Dia percaya bahwa setiap panggung sejarah berdasarkan pengaturan ekonomi eksploitatif yang dihasilkan dalam dirinya benih-benih kehancurannya sendiri. Sebagai contoh, feodalisme, di mana pemilik tanah dieksploitasi kaum tani, memunculkan kelas kota yang tinggal pedagang, yang dedikasi untuk membuat keuntungan akhirnya mengarah pada revolusi borjuis dan era kapitalis modern. Demikian pula, hubungan kelas kapitalisme pasti akan mengarah ke tahap berikutnya, sosialisme.

Hubungan Kelas kapitalisme mewujudkan kontradiksi: kapitalis membutuhkan tenaga kerja, dan sebaliknya, tetapi kepentingan ekonomi kedua kelompok secara mendasar bertentangan. Kontradiksi seperti itu berarti konflik

72

Louis Althousser, 2004. Tentang Ideologi: Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis dan Sastra, Jkarta : Jalasutra, Hal. 46.

inheren dan ketidakstabilan, perjuangan kelas. Menambah ketidakstabilan sistem kapitalis adalah kebutuhan tak terelakkan untuk selalu lebih luas pasar dan selalu lebih besar investasi modal untuk mempertahankan keuntungan kapitalis yang mana siklus ekonomi yang dihasilkan dari ekspansi dan kontraksi, bersama dengan ketegangan yang akan membangun sebagai kelas pekerja keuntungan lebih memahami posisinya dieksploitasi akan berujung pada sebuah revolusi sosialis.73

Meskipun rasa logika tidak dapat diubah dari sejarah, Tan Malaka melihat kebutuhan untuk kritik sosial dan kegiatan politik untuk mempercepat kedatangan sosialisme, yang, tidak berdasarkan kepemilikan pribadi, tidak diharapkan untuk melibatkan banyak pertentangan dan konflik sebagai kapitalisme. Tan Malaka percaya bahwa teori sosial dan praktek politik yang terjalin secara dialektis, dengan teori ditingkatkan dengan keterlibatan politik dan dengan praktek politik selalu dipandu oleh teori. Kaum intelektual harus, karena itu, untuk terlibat dalam praksis, untuk menggabungkan kritik politik dan kegiatan politik. Teori itu sendiri dipandang sebagai sesuatu yang penting dan nilai-sarat, karena hubungan sosial yang berlaku didasarkan pada mengasingkan dan manusiawi eksploitasi tenaga kerja dari kelas pekerja.

Dalam pandangan Tan Malaka, munculnya sebuah negara karena penjelmaan dari pertentangan kelas. Pertentangan kelas yang terdiri dari kelas bawah seperti budak, petani, pekerja, dan kelas atas seperti tuan, bangsawan, pemilik modal, kapitalis karena dipicu oleh perbedaan kepemilikan alat produksi yang mengakibatkan munculnya ketidakadilan. Kasus Indonesia berbeda karena bukan negara industri dan jumlah buruh industry belum begitu banyak. Mata pencaharian orang Indonesia pada saat itu buruh perkebunan dan sebagian besar petani yang hidup dalam ikatan kekeluargaan yang sangat kuat, sehingga sulit membedakan atau

73

mengetahui adanya kelas. Oleh karena itu negara Indonesia muncul hasil revolusi nasional mengusir penjajahan ekonomi dan politik bangsa asing. Untuk itu revolusi nasional diperlukan guna menciptakan sebuah tatanan hidup tanpa penindasan dan berpihak kepada keadilan, penataan kepemilik-an alat produksi, strategi pem- bangunan nasional harus dipersiapkan dengan cermat agar imperialis tidak kembali walaupun hanya dalam bentuk penguasaan ekonomi. Untuk menjalankan revolusi sosial yang mengikuti revolusi nasional diserahkan kepada kaum murba sebagai mayoritas.74

Tan Malaka telah mengeluarkan karyanya yang berjudul Aksi Massa pada sekitar tahun 1926. Aksi Massa merupakan upaya Tan Malaka untuk memberikan dasarpanduan perjuangan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Buku itu ia ditulis tergesa-gesadan dicetak di Singapura. Ia melihat bahwa perebutan kemerdekaan dengan jalan “Putch” atau anarkisme bukanlah jalan terbaik, hal itu ia katakan sebagai impian saja, dan upayapengembangan keyakinan itu di masyarakat merupakan satu perbuatan yang menyesatkan.“Putch” adalah satu aksi segerombolan kecil yang bergerak diam-diam dan tidak berhubungan dengan rakyat banyak. Gerombolan seperti itu hanya bisa membuat rancanganmenurut kemauan dan kecakapan sendiri, tanpa peduli perasaan dan kesanggupan massa.

Tan Malaka percaya bahwa revolusi tidak dapat sepenuhnya direncanakan, apalagi oleh hanyasegelintir orang yang sok tahu. Ia lebih percaya bahwa revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai macam keadaan. Namun dalam realitasnya, kaum Proletar berjuang untuk memenuhi ke butuhan terdekat dan sesuai kepentingan ekonomi merekasaja. Dalam Aksi Massa ia terlebih dahulu menggambarkan riwayat Indonesia yangmendapat pengaruh dari beberapa agama dan budaya lain.

74

Setelah itu ia gambarkan macam-macam imperialisme, mulai dari cara dan model penindasannya, hingga akibat yangditimbulkannya di India, Filipina, dan Indonesia. Tan Malaka menyebut tentang paham kapitalismedi Indonesia. Semua gambaran dasar itu kemudian ia kontekstualisasikan dengan realitakeadaan rakyat Indonesia, utamanya kondisi sosial dan politik yang ada. Dari situlahkemudian ia merumuskan gagasan revolusi Indonesia. Ia kemudian menyebut beberapaperangkat revolusi yang ada di Indonesia, yaitu partai dengan laskar nasional sertapertimbangan strategis perjuangan aksi massa.

Bagi Tan Malaka kebutuhan perjuangan kelas dalam Revolusi bertolak dari kesadaran sejati manusia setelah menemukan pencerahan Ilmu pengetahuan dan menjauhkan kesadaran lama mengenai dogma-dogma kuno. Pencerahan otak manusia yang berdasarkan pada realita objektif dalam pergaulan hidup dan sampai pembongkaran adanya pertentangan kelas dalama masyarakat. Tan malaka mengkendaki lahirnya sebuah Revolusi total yakni Revolusi cara berpikir rasional dan lewat aksi-aksi revoluisioner. Dalam perjuangan untuk keadilan ekonomi dan politikmanusi sejak itu tidak lagi membutuhkan Tuhan atau mencari petunjuk- petunjuk dalam ayat Suci dan mantra penganut Mistik langsung bertindak meenuju sebab-sebab nyata yang merusak dan berjuang memperbaiki sendiri kondisi penghidupannya.75

Dalam dokumen Pemikiran Tan Malaka Tentang Konsep Negara (Halaman 65-74)