PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG KONSEP
NEGARA
SKRIPSI
Ian Pasaribu
( 090906006 )
Dosen Pembimbing:
Dosen Pembaca:
Dr. Heri Kusmanto, MA
Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
IAN PASARIBU (090906006)
PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA
Rincian isi skripsi, 91 Halaman, 33 Buku, 6 Artikel, 7 Situs Internet, (Kisaran buku dari tahun 1951-2012)
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba menguraikan dan menganalisis fakta-fakta tentang Pemikiran Tan Malaka tentang konsep negara. Tan Malaka merupakan salah satu Founding Father bangsa Indonesia, dimana Tan Malaka merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia yang sangat berjasa dalam konsep negara Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori negara dan teori marxisme sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan permasalahan yang terjadi. Dalam penelitian ini data-data Masa Anak-anak, Masa Kembalinya Dari Belanda, Masa Pembuangan dan Pelarian, Masa Kembalinya Tan Malaka Ke Indonesia. Hasil dari analisis dalam penelitian ini menemukan 4 hal utama yaitu Negara Sebagai Produk konflik kelas negara tanpa kelas, Aslia dan PAN-Islam Negara Ideal Tan Malaka. Kesimpulan penelitian ini menurut Tan Malaka, munculnya sebuah negara merupakan hasil pertentangan kelas, kemudian menurut Tan Malaka agar Indonesia menjadi sebuah negara yang baik maka Negara harus mengakomodir kepentingan-kepentingan kelas yang ada.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
IAN PASARIBU (090906006)
THOUGHTS ON THE CONCEPT
Content : xv, 91 pages, 33 book, 6 articeles, 7 journal of researches, (publication from 1951-2012)
OF THE TAN MALAKA
ABSTRACT
This study tried to describe and analyze the facts about Tan Malaka thinking about the concept of the state. Tan Malaka is one of the Founding Father of Indonesia, where Tan Malaka is one of Indonesian national hero who was very instrumental in the concept of the Indonesian state. This research uses state theory and the theory of Marxism as a basis for analyzing the problems the problems occurred . In this study the data period Children, Period Return From Netherlands, and Runaway Disposal Period , Period Tan Malaka's return to Indonesia. The results of the analysis in this study found the 4 main things that the State As a product of class conflict countries without class, and PAN - Aslia Ideal Islamic State Tan Malaka. The conclusion of this study by Tan Malaka, the emergence of a state is the result of class conflict, then according to Tan Malaka that Indonesia is a country that is both the state must accommodate the interests of existing classes.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat
dan kasih-Nya, skripsi ini yang berjudul “Pemikiran Tan Malaka Tentang Negara” ini
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat
menempuh ujian akhir Strata – I, jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara Medan.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis hanturkan kepada :
1. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) USU.
2. Terima Kasih kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen
Ilmu Politik (FISIP) USU
3. Terima kasih kepada Bapak Dr. Heri Kusmanto, MA selaku dosen
pembimbing yang setia memberikan saran, kritik, dan motivasi yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.
4. Terima kasih kepada Bapak Drs. Tonny P Situmorang, M.Si selaku Dosen
Pembaca saya yang memberikan banyak masukan , kritikan dan nasihat yang
membangun kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Terima kasih buat kedua orang tua saya, Bapak Maratua Pasaribu dan Karni
Simatupang yang setia membimbing saya dari kecil dan selalu memberikan
saya semangat dan dukungan baik secara moril maupun materi, dan tidak
pernah bosan mengawasi perkembangan skripsi saya dari awal sampai akhir,
sampai pada hari ini itu semua karena doa dan dukungan kalian berikan.
Mungkin saya bukan anak yang baik tapi saya selalu berniat membuat kedua
orang tua saya tersenyum. Semoga orang tua saya selalu diberikan kesehatan,
rezeki dan ketabahan dalam mendidik saya menjalani hidup ini.
6. Kepada kakak saya Melda Santi Ria Pasaribu dan buat adikku Rizal Pasaribu
(Semangat ya kuliahnya) Semoga kita nantinya bisa membahagiakan orang
tua kita.
7. Untuk keluarga besar organisasi GmnI Medan Raya baik senior-senior
maupun kawan-kawan juang yang memberikan saya banyak ilmu dan
pengalaman untuk lebih memaknai hidup dengan berjuang tanpa henti dalam
mewujudkan mimpi. Semoga kita tetap semangat dalam berorganisasi dan
berjuang untuk membela kepentingan rakyat. Sehingga nanti ke depannya
GmnI Medan Raya tetap ada dan melahirkan Pejoeang Pemikir dan Pemikir
Pejoeang dan setia di garis perjuangan Rakyat.
8. Untuk keluarga besar Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara, terutama angkatan 2009, Leonard Varera
Tampubolon, Jimmy Comando Putra Agung Sinaga, Bagus Kurniawan
Siahaan , Try Edo Ati Pinem, Novie Hariani Ginting, Meilyska Purba,
Chastry Ertika Fatmawaty Tobing S.IP , Andy Pandapotan Samosir S.IP,
Samran Haribertus Simbolon, Dody Desmond Siboro, Fredy Johanes Purba,
Albert Septian (Kremi) Simamora, Albert Samrey (Papua) Sinurat , Alex
Fernando Pardomuan (Toto) Saragih, Hebron Sitanggang, Ben Rumapea,
9. Untuk sahabat – sahabat SMAN 3 Medan , Habib , Handoko, Guruh ,Loza
(H2GIL)
10.Untuk abang- abang dan kakak-kakak saya dari jurusan politik yang selalu
Tampubolon S.IP (03), M.Tanziel Harahap (07), Anwar Saragih S.IP dan
Senior-senior saya yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu .
11.Untuk Keluarga Besar (Stone Café) , Bg Holmes, Bg Gea, Bg Ganda, Bg
Tonggo, Bg Rudolf, Bg Agus, Lae Aran, Lae Saur, Lae Ardi, Lae Andri, Lae
Rivai, Lae Ichan dan Pra Jatendra, Lae Frengky yang juga turut membantu
dalam penyelesaian skripsi saya.
12.Untuk Klub Favorit saya Manchester United yang sekiranya memberikan saya
hiburan dalam proses pengerjaan skripsi saya ini.
13.Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik yang tidak bisa disebut
satu persatu dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
setulusnya, mohon maaf kalau tidak saya sebutkan karena keterbatasan saya,
tapi hormat dan ucapan terima kasih saya ucapkan dengan hati yang murni.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, dimana
skripsi ini masih kurang dan jauh dari kesempurnaan baik dalam
pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajiaannya. Penulis berharap
penelitian ini dapat memberikan rmanfaat bagi para pembaca walaupun
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat
terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan kembali banyak terima kasih bagi
semua pihak yang telah memberi bimbingan, masukan, bantuan, dan
dukungan selama proses pengerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Medan, 5 February 2014
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………..……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……….. 7
1.3 Pembatasan Masalah ……… 7
1.4 Tujuan Penelitian....……… 8
1.5 Siginifikansi Penelitian ………. 8
1.6 Kerangka Teori ……… 9
1.6.1 Teori Negara ……… 9
1.6.2 Teori Marxis ……… 19
1.7 Metodologi Penelitian ……….. 26
1.7.1 Jenis Penelitian ……… 27
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data ……….. 27
1.7.3 Teknik Analisis Data ………... 28
1.8 Sistematika Penulisan ……….. 28
BAB 2 BIOGRAFI TAN MALAKA ……… 30
2.1 Masa Anak-anak ……….. 30
2.2 Masa Kembalinya Dari Belanda ………. 35
2.3 Masa Pembuangan dan Pelarian ………. 41
2.4 Masa Kembalinya Tan Malaka Ke Indonesia ……… 48
BAB 3 KONSEP NEGARA TAN MALAKA ………. 54
3.1 Negara Sebagai Produk Konflik Kelas ……….. 54
3.2 Negara Tanpa Kelas ………... 63
3.4 Negara Ideal Tan Malaka ……… 79
BAB 4 PENUTUP ………... 85
4.1 Kesimpulan ………. 85
4.2 Saran ……….. 87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Skripsi ini disetujui untuk di pertahankan oleh : Halaman Persetujuan
Nama : Ian Pasaribu
NIM : 090906006.
Departemen : Ilmu Politik.
Judul : Pemikiran Tan Malaka Tentang Konsep Negara
Menyetujui :
Ketua
Departemen Ilmu Politik
Dra. T. Irmayani, M.Si.
NIP. 196806301994032001
Dosen pembimbing, Dosen pembaca,
(Dr. Heri Kusmanto, MA ) (
NIP.
Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si)
196410061998031002. NIP. 196210131987031004
Mengetahui:
Dekan Fisip USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
IAN PASARIBU (090906006)
PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA
Rincian isi skripsi, 91 Halaman, 33 Buku, 6 Artikel, 7 Situs Internet, (Kisaran buku dari tahun 1951-2012)
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba menguraikan dan menganalisis fakta-fakta tentang Pemikiran Tan Malaka tentang konsep negara. Tan Malaka merupakan salah satu Founding Father bangsa Indonesia, dimana Tan Malaka merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia yang sangat berjasa dalam konsep negara Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori negara dan teori marxisme sebagai dasar untuk menganalisis permasalahan permasalahan yang terjadi. Dalam penelitian ini data-data Masa Anak-anak, Masa Kembalinya Dari Belanda, Masa Pembuangan dan Pelarian, Masa Kembalinya Tan Malaka Ke Indonesia. Hasil dari analisis dalam penelitian ini menemukan 4 hal utama yaitu Negara Sebagai Produk konflik kelas negara tanpa kelas, Aslia dan PAN-Islam Negara Ideal Tan Malaka. Kesimpulan penelitian ini menurut Tan Malaka, munculnya sebuah negara merupakan hasil pertentangan kelas, kemudian menurut Tan Malaka agar Indonesia menjadi sebuah negara yang baik maka Negara harus mengakomodir kepentingan-kepentingan kelas yang ada.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
IAN PASARIBU (090906006)
THOUGHTS ON THE CONCEPT
Content : xv, 91 pages, 33 book, 6 articeles, 7 journal of researches, (publication from 1951-2012)
OF THE TAN MALAKA
ABSTRACT
This study tried to describe and analyze the facts about Tan Malaka thinking about the concept of the state. Tan Malaka is one of the Founding Father of Indonesia, where Tan Malaka is one of Indonesian national hero who was very instrumental in the concept of the Indonesian state. This research uses state theory and the theory of Marxism as a basis for analyzing the problems the problems occurred . In this study the data period Children, Period Return From Netherlands, and Runaway Disposal Period , Period Tan Malaka's return to Indonesia. The results of the analysis in this study found the 4 main things that the State As a product of class conflict countries without class, and PAN - Aslia Ideal Islamic State Tan Malaka. The conclusion of this study by Tan Malaka, the emergence of a state is the result of class conflict, then according to Tan Malaka that Indonesia is a country that is both the state must accommodate the interests of existing classes.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangManusia merupakan makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Selain itu,
manusia juga merupakan makluk politik yang mempunyai naluri utnuk berkuasa.
Oleh karena itu keberadaan sebuah negara sangat diperlukan sebagai tempat
berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari tindakan
individu, kelompok, atau masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter) karena manusia dengan manusia yang lainnya memiliki sifat seperti serigala (homo homini lupus). Dalam Negara rakyat dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah
adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang
disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu
berada.1
Negara adalah wilayah tertentu, didiami oleh rakyat (bangsa asli dan warga
baru) tertentu di bawah kekuasaan (authority) yang sah dan tertentu pula. Suatu negara bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka waktu yang lama apabila
penguasa masih sanggup mengadakan kemajuan dalam bidang teknik sosial, politik
dan kebudayaan. Negara yang lama akan tumbang dan negara baru akan muncul, jika
negara lama tidak sanggup menunjukkan lagi kemajuan-kemaajuan yang berarti,
1
sementara kelompok baru yang sebelumnya ditindas mampu berorganisasi berjuang
serta mengadakan kemajuan dalam perkembangan masyarakat.2
Negara merupakan lembaga yang secara definitif memastikan aturan-aturan
kelakuan dalam wilayahnya, terungkap dalam istilah kedaulatan. Kedaulatan adalah
cirri utama negara. Yang dimaksud adalah bahwa tidak ada pihak, baik di dalam
maupun di luar negeri, yang harus diminta izin untuk menetapkan atau melakukan
sesuatu. Kedaulatan adalah hak kekuasaan mutlak , tertinggi, tak terbatas, tak
tergantung, dan tanpa kecuali. Namun dalam kenyataannya tidak ada negara yang
sama sekali berdaulat. Ada juga negara-negara yang mengakui suatu hak “
perlindungan” negara lain. Keanggotaan dalam organisasi internasional juga
mengurangi kedaulatan suatu negara. Akan tetapi sekurang-kurangnya suatu
minimum kedaulatan termasuk ciri hakiki negara modern.3
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk
memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya.
Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai
Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai
anggota negara. Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud
didirikannya negara Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu
negara.
Negara merupakan sebuah cara mencapai tujuan yang tujuannya terletak pada
pelanggengan dan peningkatan sebuah komunitas yang secara fisik maupun psikis
terdiri dari makluk-makluk homogen. Pelanggengan ini terdiri atas makluk-makluk
homogeni. ada sebelum terbentuknya Negara,setiap individu mempunyai kebebasan
2
Fashin M Fa’al. 2005. Negara dan revolusi social, Yogyakarta : Resist book. Hal. 63-93.
3
penuh untuk melaksanakan keinginannya. Dalam keadaan dimana manusia di dunia
masih sedikit hal ini isa berlangsung tetapi dengan makin banyaknya manusia berarti
akan semakin sering terjadi persinggungan dan bentrokan antara individu satu dengan
lainnya. Akibatnya manusia seperti serigala terhadap manusia berlaku hukum rimba
yaitu adanya penindasan yang kuat terhadap yang lemah masing-masing merasa
ketakutan dan merasa tidak aman di dalam kehidupannya. Pada saat itulah manusia
merasakan perlunya ada suatu kekuasaan yang mengatur kehidupan individu-individu
pada suatu Negara.
Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak, yang tampak adalah unsur-unsur
negara yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Salah satu unsur negara adalah
rakyat. Rakyat yang tinggal diwilayah negara menjadi penduduk negara yang
bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu negara. Warga
negara memiliki hubungan dengan negaranya. Kedudukannya sebagai warga negara
menciptakan hubungan berupa peranan, hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik.
Negara menurut Marx para ideologi borjuis dan teristimewa borjuis kecil,
yang di bawah tekanan kenyataan-kenyataan sejarah yang tidak dapat dibantah
terpaksa mengakui bahwa negara hanya ada di mana terdapat antagonisme kelas dan
perjuangan kelas, sehingga negara nampak sebagai organ untuk mendamaikan
kelas-kelas. Menurut Marx, negara tidak dapat timbul atau bertahan jika pendamaian kelas
adalah mungkin. Menurut kaum borjuis, Negara adalah organ kekuasaan kelas, organ
penindasan dari satu kelas terhadap kelas yang lain, ia adalah ciptaan "tata tertib"
yang melegalkan dan mengekalkan penindasan ini dengan memoderasikan bentrokan
antar kelas. Menurut pendapat politikus-politikus borjuis kecil, tata tertib adalah
justru pendamaian kelas-kelas dan bukan penindasan atas kelas yang satu oleh kelas
metode-metode perjuangan tertentu dari kelas tertindas untuk menggulingkan kaum
penindas.4
Menurut Lenin Negara merupakan produk masyarakat pada tingkat
perkembangan tertentu, Negara adalah pengakuan bahwa masyarakat ini terlibat
dalam kontrakdisi yang tak terpecahkan dengan dirinya sendiri, bahwa ia telah
terpecah menjadi segi-segi yang berlawanan yang tak terdamaikan dan ia tidak
berdaya melepaskan diri dari keadaan dalam negara tersebut. Segi-segi yang
berlawanan ini, kelas-kelas yang kepentingan-kepentingan ekonominya berlawanan,
tidak membinasakan satu sama lain dan tidak membinasakan masyarakat, maka untuk
itu diperlukan kekuatan yang nampaknya berdiri di atas masyarakat.5
Peranan negara justru menjadi masalah yang luar biasa pentingnya, menjadi
masalah praktis, masalah yang menuntut aksi segera dalam skala massal, seluruh
kaum Sosialis-Revolusioner semuanya segera dan sepenuhnya terjerumus ke dalam
teori borjuis mendamaikan kelas-kelas. Bahwa negara adalah organ kekuasaan kelas
tertentu yang tidak dapat didamaikan dengan kelas yang berlawanan ini tak akan
dapat dimengerti oleh kaum demokrat borjuis kecil. Sikap terhadap negara adalah
salah satu manifestasi yang paling menyolok bahwa kaum Sosialis Revolusioner.6
Negara timbul dari kebutuhan untuk mengendalikan
pertentangan-pertentangan kelas, karena bersamaan itu ia timbul di tengah-tengah bentrokan
kelas-kelas, maka sebagai hukumnya, ia, lazimnya adalah negara dari kelas yang paling
perkasa, yang berdominasi di bidang ekonomi, yang dengan bantuan negara menjadi
kelas yang juga berdominasi di bidang politik.
4
Ibid. Frans magnis suseno. Hal. 198.
5
Mac Iver. 1982, Negara Modern, Jakarta : Aksara Baru. Hal.149.
6
Sejalan dengan Pemikiran kaum Marxis tentang negara, Tan Malaka juga
memiliki pemikiran tentang Negara, Tan Malaka merupakan salah satu Founding Father Republik Indonesia yang menulis tentang Konsep Negara, dimana Tan Malaka Adalah tokoh Indonesia Pertama yang menulis konsep Negara yang
dituliskan dalam buku Naar de Revublik atau Menuju Republik Indonesia tahun
1925, bahkan lebih dulu ada dari tulisan Soekarno tentang Perjuangan dan konsep
negara dalam buku Indonesia menggugat 1930.
Dalam pandangan Tan Malaka, munculnya sebuah negara karena penjelmaan
dari pertentangan kelas. Pertentangan kelas yang terdiri dari kelas bawah seperti
budak, petani, pekerja, dan kelas atas seperti tuan, bangsawan, pemilik modal,
kapitalis karena dipicu oleh perbedaan kepemilikan alat produksi yang
mengakibatkan munculnya ketidakadilan. Kasus Indonesia berbeda karena bukan
negara industri dan jumlah buruh industry belum begitu banyak. Mata pencaharian
orang Indonesia pada saat itu buruh perkebunan dan sebagian besar petani yang hidup
dalam ikatan kekeluargaan yang sangat kuat, sehingga sulit membedakan atau
mengetahui adanya kelas. Oleh karena itu negara Indonesia muncul hasil revolusi
nasional mengusir penjajahan ekonomi dan politik bangsa asing. Untuk itu revolusi
nasional diperlukan guna menciptakan sebuah tatanan hidup tanpa penindasan dan
berpihak kepada keadilan, penataan kepemilik-an alat produksi, strategi
pem-bangunan nasional harus dipersiapkan dengan cermat agar imperialis tidak kembali
walaupun hanya dalam bentuk penguasaan ekonomi. Untuk menjalankan revolusi
sosial yang mengikuti revolusi nasional diserahkan kepada kaum murba sebagai
mayoritas.7
Kaum Murba Indonesia terdiri dari murba mesin (buruh pabrik dan tambang),
murba tanah (buruh tani, perkebunan), buruh angkutan, buruh dagang, kaum miskin
7
kota dan intelektual gembel. Kemampuan murba mesin lebih dipercaya oleh Tan
Malaka karena merupakan kelompok yang paling terorganisir, punya kesadaran kelas
dan punya hati nurani. Dalam pandangan kaum Marxis negara merupakan penjelmaan
dari pertentangan kelas karena dipicu oleh perbedaan kepemilikan alat produksi yang
mengakibatkan munculnya ketidakadilan. Demikian pula dalam pandangan Tan
Malaka mengenai terbentuknya negara Indonesia berupa revolusi massa demi
terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Selain itu Tan Malaka juga keterampilan tinggi
yang dibutuhkan untuk menopang kemajuan Indonesia dangan industri. Hal ini
didasari dengan anggapan bahwa kemakmuran negara dapat terwujud dengan
kemajuan industrinya. Namun untuk Indonesia sesuai dengan kondisi dan situasinya
revolusi tahap awal masih harus menghargai kepemilikan dan alat reproduksi secara
pribadi, terutama tanah dan perdagangan kecil.8
Negara Indonesia terbentuk atas dasar kontrak sosial, ketika tahun 1928 para
pemuda Indonesia mendeklarasikan sumpah dan tekadnya untuk hidup bersatu
sebagai bangsa (nation), dan kepulauan nusantara dipersiapkan menjadi sebuah negara bangsa (nation state). Untuk mewujudkan harus dilakukan dengan revolusi nasional untuk memperoleh kemerdekaan karena saat itu Indonesia masih dalam
kekusaan penjajah, dilakukan melaui massa aksi. Setelah itu revolusi sosial untuk
mewujudkan perubahan radikal menuju tatanan masyarakat yang sosialitis.
Dalam pandangan Tan Malaka hukum dialektika dalam kemajuan sebuah
negara , yaitu tesis, antitesis, dan sintesis. Yang dimaksud tesis adalah sebuah
masyarakat yang berada atas dasar kerja bersama dan memiliki alat serta hasil
produksi yang sama. Tan malaka mendapati masyarakat tersebut diseluruh dunia pada
zaman komunisme asli. Sementara itu yang menjadi antitesis adalah masyrakat
kapitalis yang mulai terpecah dan menimbulkan pertentangan atas dasar milik
8
bersama terhadap milik seseorang, antara kelas borjuis yang bekerja dan kelas borjuis
yang tidak bekerja. Kemudian sebagai sintesisnya adalah masyarakat diseluruh dunia
yang menuju masyarakat komunis modern. Pada tahapan ini sudah terjadi
pertentangan dalam masyarakat kapitalis, yakni pertentangan antara kaum perkerja
dan majikan. Dalam pandangan Tan Malaka, saat itu masyarakat dunia, termasuk
Indonesia sedang menuju pada tatanan masyarakat komunisme modern yang berdasar
atas kerja bersama dan kepemilikan bersama atas alat hasil produksi. Bagi Tan
Malaka, Indonesia haruslah berjuang menuju komunisme modern, yang artinya
adalah terciptanya keteraturan social, mandiri dan kemerdekaan 100%.
Perwujutan dari komunisme modern yang dimaksud oleh Tan Malaka adalah
terbentuknya ASLIA yang menurut Tan Malaka adalah penggabungan antara Asia
dan Australia, dimana wilayah-wilayah ASLIA meliputi Birma, Thailand, Annam,
Filiphina, semenanjung Malaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Papua, Sunda Kecil dan Australia9. Berdasarkan latar belakang diatas saya kemudian tertarik untuk meneliti Tentang Pemikiran Tan Malaka tentang konsep Negara.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “ Bagaimana Pemikiran
Tan Malaka Tentang konsep Negara ?.“
1.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan
penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi
faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan faktor mana saja
9
yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka untuk memperjelas dan
membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang
sitematis diperlukan adanya batasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan
diteliti oleh penulis yaitu :
1. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana Konsep Negara menurut Tan
Malaka (1925-1948)
2. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana Pandangan Tan Malaka terhadap
ASLIA (1925-1948)
1.4. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana konsep Negara menurut Tan Malaka.
2. Mengetahui bagaimana Pandangan Tan Malaka tentang ASLIA.
1.5. Signifikansi Penelitian
1. Penelitian mampu mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah proses
penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru bagi
peneliti sendiri.
2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan
mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai Negara, Kekuasaan dan
memberi solusi atas permasalahan untuk hal yang berhubungan negara dan
kekuasaan.
3. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bagi
dalam Ilmu Politik, dan menjadi referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu
Politik Fisip USU.
1.6. Kerangka Teori
1.6.1 Teori Negara
Manusia dapat dikategorikan dalam berbagai kelompok, Pengelompokan atas
dasar jenis kelamin secara konvensional dikenali dengan kategori wanita dan pria.
Dari segi adat istiadat dan bahasa, dikenal berbagai kelompok suku bangsa, seperti
suku bangsa Jawa, Sunda, Arab, dan Rusia. Lalu berdasarkan cirri fisik biologis ,
manusia dikelompokkan menjadi beberapa ras seperti Mongoloid, Eropa, Melayu,
dan Melanisia. Menurut iman kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia
berkelompok menjadi penganut agama Islam (sunni dan syiah), Katolik, Kristen
Protestan, Katolik Ortodoks, Yahudi, Hindu, Budha, Shinto. Berdasarkan juridis
formal, manusia dikelompokkan dalam kategori warga negara dan kategori warga
negara asing.
Seluruh kategori diatas dipelajari dalam ilmu politik. Hal itu disebabkan
kategori tersebut sangat berkaitan denga konsep – konsep bangsa dan negara. Ilmu
politik memusatkan perhatian pada konsep bangsa dan negara karena semua proses
politik menyangkut bangsa dan negara. Apabila permasalahan bangsa dibahas, dua
konsep lain muncul ke permukaan, yaitu suku bangsa (ethnic group) dan ras. Suku
bangsa merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan ciri – cirri fisik
biologis, seperti warna kulit, bentuk wajah (hidung dan mata), bentuk rambut dan
perawakan.
Suatu suku bangsa dapat memiliki lebih dari satu negara seperti suku Arab
yang terkelompokkan menjadi lebih dari sepuluh negara Arab. Lalu, suatu ras terdiri
dunia yang memiliki satu negara saja. Ternyata ras bukan faktor yang menentukan
dalam pembentukan bangsa dan negara. Sebaliknya, suatu negara dapat terdiri atas
beberapa suku bangsa dan ras, seperti Indonesia dan Amerika Serikat.
Negara juga bukanlah pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan
identitas cultural atau fisik biologis, negara menggambarkan adanya satu struktur
kekuasaan yang memonopoli penggunaan paksaan fisik yang sah terhadap keelompok
masyarakat yang tinggal dalam wilayah yang jelas batas – batasnya. Jadi, negara
merupakan pengelompokan masyarakat atas dasar kesamaan struktur kekuasaan yang
memerintahnya. Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya
keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas cultural yang baru pula. Hal itu
dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan.
Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya
meliputi satu nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses pembentukan negara –
negara. Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda dengan pengertian
bangsa dalam istilah bangsa-negara (nation-state). Bangsa dalam bangsa-negara
mencakup jumlah kelompok masyarakat (berbagai suku bangsa dan ras) yang lebih
luas dari pada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas cultural dalam suku
bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas cultural dalam bang-negara.Ben
Anderson, seorang ilmuwan politik dari Universitas Cornell merumuskan pengertian
bangsa secar unik. Menurut pengamatannya, bangsa merupakan komunitas politik
yang dibayangkan (imagined political community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.10
Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa yang
paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain. Dibayangkan
10
secara terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun yang penduduknya ratusan
juta jiwa mempunyai batas wilayah yang relatif jelas. Dibayangkan sebagai berdaulat
karena bangsa ini berada di bawah suatu negara yang mempunyai kekuasaan atas
seluruh wilayah dan bangsa tersebut. Akhirnya, disebut sebagai komunitas yang
dibayangkan karena terlepas dari adanya kesenjangan dan penindasan, para anggota
bangsa itu selalu memandang satu sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air
Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta – juta orang bersedia mati bagi
komunitas yang dibayangkan itu. Pengertian Negara Menurut beberapa para ahli :
Menurut Max Weber Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah
Menurut Logemann Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia yg kemudian disebut bangsa
Menurut Robert M. Mac.Iver Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam masyarakat berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa
Menurut Hegel Negara merupakan organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sintesis antara kemerdekaan individu dengan kemerdekaan universal
Menurut J.J. Rousseau Kewajiban negara adalah memelihara kemerdekaan individu dan menjaga ketertiban kehidupan manusia
Menurut Karl Marx Negara adalah alat kelas yang berkuasa untuk menindas atau mengeksploitasi kelas yang lain. Benedictus de Spinoza: “Negara adalah susunan
masyarakat yang integral (kesatuan) antara semua golongan dan bagian dari seluruh
Menurut Hugo de Groot Negara merupakan ikatan manusia yang insyaf akan arti dan panggilan hukum kodrat.
Menurut Pringgodigdo Negara adalah suatu organisasi kekuasaan atau organisasi kewibawaan yang harus memenuhi persyaratan unsur-unsur tertentu, yaitu
harus memiliki pemerintah yang berdaulat, wilayah tertentu, dan rakyat yang hidup
teratur sehingga merupakan suatu nation (bangsa).
Menurut Prof. R. Djokosutono, SH Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Menurutmu Notohamidjojo Negara adalah organisasi masyarakat yang bertujuan mengatur dan memelihara masyarakat tertentu dengan kekuasaannya.
Menurut Dr. Wiryono Prodjodikoro, SH Negara adalah suatu organisasi di antara kelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus
tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia itu.
Menurut Solly Lubis, SH Negara adalah suatu bentuk pergaulan hidup manusia yang merupakan suatu community dengan syarat-syarat tertentu: memiliki
wilayah, rakyat dan pemerintah.
Menurut Prof. Miriam Budiardjo Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga
negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan
Menurut Prof. Nasroen Negara adalah suatu bentuk pergaulan manusia dan oleh sebab itu harus ditinjau secara sosiologis agar dapat dijelaskan dan dipahami.11
Sementara itu, secara umum dikenal adanya dua model proses pembentukan
bangsa-negara. Pertama, model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa
terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Setelah
bangsa-negara ini terbentuk, kemudian rezim politik (konstitusi) dirumuskan dan
ditetapkan, dan sesuai dengan pilihan rezim politik itu, ikembangkan sejumlah bentuk
partisipasi politik warga masyarakat dalam kehidupan bangsa-negara. Kedua, model
mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui
proses tersendiri, sedangkan penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok
suku bangsa dan ras.
Pada tingkat perkembangan tertentu, munculnya kesadaran politik di kalangan
satu atau beberapa kelompok suku bangsa untuk berpartisipasi dalam proses politik
akan membawa mereka kepada pertanyaan yang lebih mendasar. Pertanyaan ini
berkaitan dengan pilihan rezim politik. Hal itu dipertanyakan setelah melalui proses
politisasi yang secukupnya.12
Suatu bangsa akan terbentuk apabila masalah – masalah bentuk pertisipasi
politik dan rezim politik disepakati jawabannya. Namun, pada proses politisasi yang
dilakukan, secara memadai, mungkin saja terdapat satu atau lebih kelompok suku
bangsa yang tidak bersedia ikut serta dalam bangsa yang baru. Mungkin disebabkan
oleh ketidaksetujuan mereka terhadap pillihan bentuk-bentuk partisipasi politik dan
rezim politik. Dalam situasi ini, mungkin terdapat satu atau lebih kelompok etnis
yang menghendaki suatu negara sendiri atau mungkin menghendaki bentuk
kompromi seperti daerah istimewa dengan hak – hak dan kewenangan khusus.
11
Arief Budiman, ibid Hal.112.
12
Manusia merupakan makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Selain itu,
manusia juga merupakan makluk politik yang mempunyai naluri utnuk berkuasa.
Oleh karena itu keberadaan sebuah negara sangat diperlukan sebagai tempat
berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari tindakan
individu, kelompok, atau masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter) karena
manusia dengan manusia yang lainnya memiliki sifat seperti serigala (homo homini
lupus). Kata negara sendiri berasal dari bahasa Inggris (state), bahasa belanda (staat),
bahasa perancis (etat) yang sebenarnya kesemua kata itu berasal dari bahasa latin
(status atau statum) yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap. dimana makna luas dari kata tersebut juga
bisa diartikan sebagai kedudukan persekutuan hidup manusia.13
Asal mula negara pada zaman Yunani kuno yaitu dari keluarga, menjadi
kelompok, lalu menjadi desa dan akhirnya menjadi polis ( kota ). Tujuan mereka
berkelompok adalah untuk meminta perlindungan atau bisa dikatakan saling tolong
menolong ( sifat manusia yang homo homini lopus ), jadi pada waktu itu negara
merupakan sebuah kota atau city state. Bentuk negara pada zaman Yunani kuno adalah city state. Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu
keharusan yang bersifat objektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti
manusia. Sedang tugas negara adalah menciptakan hukum yang harus dilakukan para
pemimpin atau para penguasa yang dipilih secara saksama oleh rakyat.
Negara pada Zaman Yunani kuno
Pada zaman Yunani kuno dapat dilaksanakan suatu sistem pemerintahan
negara yang bersifat demokratis karena:
13
1. Negara Yunani pada waktu itu masih kecil yaitu berupa polis atau City
State.
2. Persoalan di dalam negara dahulu tidaklah seruwet dan berbelit-belit
seperti sekarang ini, lagipula jumlah warga negaranya masih sedikit.
3. Setiap warga negara ( kecuali yang masih bayi, sakit ingatan dan
budak-budak belian ) adalah negara minded, dan selalu memikirkan tentang
penguasa negara, cara memerintah dan sebagainya.
Pandangan Plato dan Aristoletes
Menurut Plato negara itu timbul atau ada karena adanya kebutuhan dan
keinginan manusia yang beraneka macam, menyebabkan mereka harus bekerja sama
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tiap-tiap orang itu mempunyai tugas
sendiri-sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi kepentingan mereka bersama. Kesatuan
mereka inilah yang kemudian disebut masyarakat atau negara. Plato mengatakan
bahwa tujuan negara yang sebenarnya adalah untuk mengetahui atau mencapai atau
mengenal idea yang sesungguhnya, sedang yang dapat mengetahui atau mencapai
idea yang sesunguhnya itu hanyalah akhli-akhli filsafat saja.
Maka dari itu pimpinan negara atau pemerintahan negara sebaiknya harus
dipegang oleh akhli-akhli filsafat saja. Untuk hakekat negara, Plato mengatakan
bahwa luas negara itu harus diukur atau disesuaikan dengan dapat atau tidaknya,
mampu atau tidaknya negara memelihara kesatuan di dalam negara itu karena pada
hakekatnya negara itu adalah suatu keluarga yang besar. Kemudian, Menurut
Aristoteles negara itu merupakan suatu kesatuan yang tujuannya untuk mencapai
kebaikan yang tertinggi yaitu kesempunaan diri manusia sebagai anggota dari negara.
Menurut Aristoteles negara terjadi karena penggabungan keluarga-keluarga menjadi
Dan desa ini bergabung lagi demikian seterusnya hingga timbul negara yang sifatnya
masih merupakan suatu kota atau polis. Menurut Aristoteles tujuan negara adalah
kesempurnaan diri manusia sebagai anggota masyarakat sebab kebahagiaan manusia
tergantung daripada kebahagiaan masyarakat.14
Bahwa negara merupakan lembaga yang sangat defenitif memastikan
aturan-aturan kelakuan dalam wilayahnya, terungkap dalam istilah kedaulatan, kedaulatan
adalah ciri utama negara. yang dimaksud ialah bahwa tidak ada pihak, baik di dalam
dan diluar negeri yang harus dimintai ijin untuk menetapkan atau melakukan sesuatu.
Kedulatan adalah hal yang mutlak, tertinggi, tak terbatas namun dalam kenyataan
tidak ada negara sama sekali berdaulat.15 Kekuasaan kedaulatan merupakan atribut kehendak umum, dibuat untuk berlaku umum oleh tujuan yang bersifat umum oleh
tujuan yang bersifat umum, dikehendaki oleh semua orang. Kekuasaan kedaulatan
mempertahankan dan menciptakan susunan peebagai pelembagaan dan paksaan
hanya merupakan salah sau karakteristiknya, tetapi sedikitnya jika paksaan esensi
daripada kekuasaan kedaulatan, ia merupakan sifat khusus dan faktor pembanding.
Pada negara saja, dalam segi kedaulatannya, terletak hak penentu untuk yang
menggunakan kekerasan.16
Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras akan berupaya
keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas cultural yang baru pulak hal ini
dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan ampuh mencapai tujuan, proses
terbentuknya negara modern yang penduduknya meliputi satu nasionalitas (suatu
bangsa) merupakan proses pembentukan bangsa-bangsa.pengertian bangsa dalam
istilah satu dengan pengertian dalam istilah bangsa-negara (nation-state). Bangsa
14
.
15
Frans magnis suseno, Op.,Cit., Hal.175.
16
dalam bangsa-negara mencakup jumlah masyarakat (berbagai suku,bangsa dan ras)
yang lebih luas daripada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas cultural
dalam suku bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam
bangsa-negara.17
Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Sovereignty yang dalam bahasa Italia disebut Sovranus. Istilah-istilah itu diturunkan dari kata latin
superanus yang berarti tertinggi. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi atau kekuasaan yang tidak terletak dibawah kekuasaan lain. Di mana letak kekuasaan
tertinggi pada suatu Negara bermacam-macam pada berbagai Negara, terkadang
hanya sebagai slogan, tetapi terkadang memang diikuti secara konsekuen. Ada
Negara yang menganggap bahwa kedaulatan ditangan rakyat, artinya suara rakyat
banyak benar-benar didengar keluhannya dan penderitaannya, menurut mereka inilah
contoh Negara demokrasi, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Tetapi hal ini tampaknya hanya sekedar menutupi perilaku pemerintah yang
berkuasa. Negara-negara komunis sering mengatakan sebagai Negara demokrasi,
tetapi memaksakan kehendaknya demi partai tunggal dan sosialisme. Negara liberal
sering mengucapkan demokrasi, tetapi mereka menyebarluaskannya melalui
pemaksaan. Padahal mereka sendiri dulunya adalah Negara penjajah. Oleh karena itu,
bila ada yang mengatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat maka yang
membuktikannya adalah sejauh mana pertanggungjawaban pemerintah kepada
rakyatnya, baik langsung maupun melalui perwakilan pada badan legislatif.18
17
Ramlan surbakti, . Op.Cit , Hal.52.
18
Pandangan Hobbes
Hobbes mengibaratkan negara sebagai Leviathan, sejenis monster (makhluk
raksasa) yang ganas, menakutkan dan bengis yang terdapat dalam kisah perjanjian
lama. Makhluk menakutkan ini selalu mengancam keberadaan makhluk-makhluk
lainnya. Leviathan tidak hanya ditakuti, tetapi juga dipatuhi segala perintahnya.
Hobbes menjuluki negara kekuasaan sebagai Leviathan. Negara ini menimbulkan
rasa takut kepada siapapun yang melanggar hukum negara. Bila warga negara
melanggar hukum, Negara Leviathan tidak segan-segan menjatuhkan vonis hukuman
mati. Negara leviathan harus kuat. Bila lemah, akan timbul anarkhi, perang sipil
mudah meletus dan dapat mengakibatkan kekuasaan negara terbelah. Apapun kritik
terhadap negara Leviathan, Hobbes berkeyakinan, negara seperti itulah bentuk negara
terbaik.19
Pandangan John Locke
Kekusaan negara menurut locke pada hakikatnya dibentuk untuk menjaga
hak-hak pemilikan individual. Tidak akan ada negara dan kekuasaan politik apabila
tidak terdapat hak-hak pemilikan individual. Negara hanya dibenarkan bertindak dan
berbuat sejauh bertujuan untuk melaksanakan tujuan yang dikehendaki rakyat. Jadi
menurut Locke, tugas Negara tidak boleh melebihi apa yang menjadi tujuan rakyat.
Negara tidak dibenarkan mencampuri segala hal yang menyangkut kepentingan
rakyat. Peran negara dalam mengatur kehidupan harus dibatasi dan seminimal
mungkin. Locke , sebagaiman pemikir liberal lainnya percaya bahwa rakyat
mengetahui apa yang dibutuhkannya, mampu mencari cara bagaimana mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan mampu mengatur dirinya sendiri.
19
Kekuasaan tertinggi negara diperkenankan mengatur dan mengambil pemilikan
individual sejauh hanya bila individu bersangkutan mengizinkannya. 20
1.6.2. Teori marxis
Pada permulaan abad ke 19 keadaan kaum buruh di Eropa Barat
menyedihkan. Kemajuan industri secara pesat telah menimbulkan keadaan sosial
yang sangat merugikan kaum buruh, seperti misalnya upah yang rendah, jam kerja
yang panjang, tenaga perempuan dan anak yang disalahgunakan sebagai tenaga
murah, keadaan di dalam pabrik yang membahayakan dan menganggu kesehatan.
Karl marx (1818-1883) dari jerman juga banyak mengecam keadaan social dan
ekonomi sekeilingnya, akan tetapi ia berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat
diperbaiki secara tambal sulam dan harus diubah seara radikal melalui pendobrakan
sendi-sendinya. Untuk keperluan itu ia menyusun suatu teori social yang menurutnya
didasari hukum-hukum ilmiah dan karena itu pasti terlaksana. Untuk membedakan
ajarannya dari gagasan-gagasan sosial utopi ia menamakan ajaran sosialisme ilmiah
(scientific socialism). 21
Sejak masa mahasiswa marx melakukan kegiatan politik yang radikal.
Sesudah diusir dari jerman ia menetap di London, inggris. Bekerja sama dengan
friedrich Engels, ia menerbitkan bermacam-macam karangan, diantaranya paling
terkenal adalah Manifesto Komunis dan Das Kapital. Tulisan-tulisan mencakup
hampir semua segi kehidupan masyarakat. Dalam menyusun teori mengenai
perkembangan masyarakat ia sangat tertarik dengan gagasan filsuf jerman George
Hegel (1170-1831) mengenai dialektik. Filsafat Hegel dimanfaatkan Marx bukan
untuk menjadi seorang filsuf sendiri melainkan untuk mengubah masyarakat secara
radikal. Katanya “semua filsafat hanya menganalisa masyarakat, tetapi masalah
20
Ahmad suhelmi, Ibid, hal. 198
21
sebenarnya bagaimana mengubahnya” Banyak dari teori serta ramalan marx telah
dibuktikan ketidak benarannya secara ilmiah, dan dalam dunia ilmiah hanya
merupakan salah satu dari sekian banyak teori social yang telah timbul dalam sejarah
perkembangan teori social lainnya. Akan tetapi tidak dapat disangkal bahwa sebagai
ideologi gagasan-gagasan sampai masa ini masih banyak pengaruhnya dan dunia
barat malahan mengalami perkembangan baru dengan nama kiri baru (new left). 22 Marx tertarik oleh gagasan dialektik seperti dibentangkan oleh Hegel, karena
di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur
inilah yang ia perlukan untuk menyusun teorinya mengenai perkembangan
masyarakat melalui revolusi. Untuk konsep-konsep yang ia pakai untuk menganalisa
sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya materialism historis. Atas
dasar analisa terakhir ia sampaikan pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah,
dunia kapitalis akan mengalami revolusi (yang olehnya disebut revolusi proletar)
yang akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat itu, dan akan meratakan jalan
untuk timbulnya masyarakat komunis. Materialisme dialkektis Dari ajaran hegel, marx mengambil dua unsur, yaitu gagasan mengenai terjadinya pertentangan antara
segi-segi yang berlawanan, dan gagasan bahwa semua berkembang terus. Dalam hal
itu marx menolak asas pokok dari aliran idealisme bahwa hukum dialektik hanya
berlaku didalam dunia yang abstrak, yaitu dalam pikiran manusia.
Marx menandaskan bahwa hukum dialektik terjadi dalam dunia kebendaan (
dunia materi ) dan sesuai dengan pandangan itu, ia menamakan ajarannya
materialism. Selanjutkan ia berpendapat bahwa setiap benda atau keadaan berlawanan
(opposites). Segi-segi yang berlawanan dan bertentangan satu sama lain ini
dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan ini akhirnya timbul semacam kesimbangan ;
dikatakan bahwa benda atau keadaan telah di negasi-kan. Sesuai dengan hukum
22
dialektik, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi yang
lebih baru. Setiap negasi dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama,
suatu kemenangan yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi dalam tubuhnya
sendiri. Jadi, setiap obyek dan phenomenon melahirkan benih-benih untuk
penghancurkan diri sendiri untuk selanjutkan diubah menjadi sesuatu yang lebih
tinggi mutunya. Negasi dianggap sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil
dari perkembangan sendiri yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksiintern. Jadi
setiap phenomenon bergerak dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih tinggi ,
bergerak dari keadaan yang sederhana kea rah yang lebih kompleks. Gerak ini terjadi
dengan melompat-lompat melalui gerak spiral keatas dan tidak melalui gerak lurus
keatas. Dengan tercapainya negasi yang tertinggi , maka selesailah perkembangan
dialektis.
Materialism historis. Pokok-pokok materialism dialektis dipakai mark untuk menganalisis masyarakat mulai dari permulaan zaman sampai masyarakat di mana
marx berada. Maka dari itu, teori ini disebut materialism historis (historical
materialism) dan karena materi oleh marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka
teori marx disebut “analisa ekonomis terhadap sejarah “ dalam menjelaskan teorinya
marx menekannkan bahwa sejarah menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau
telah berkembang menurut hukum-hukum dialektis ( yaitu maju melalui pergolakan
yang disebabkan oleh kontadiski –kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke
atas) sampai menjadi masyarakat dimana marx berada
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari
Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem
ekonomi, sistem sosial dan sistem politik. Dalam pandangan Marx Negara adalah
produk kontradiksi kelas dan perjuangan kelas, dan secara ekonomis semua itu
kontrol dan pemaksaan bagi pembagian kelas yang memiliki sarana-sarana produksi
untuk menjalankan kekuasaan atas kelas-kelas yang tereksploitasi dalam masyarakat.
Nampak luar, negara borjuis ini seakan-akan berbentuk demokrasi, namun sistem
politiknya sangat terstruktur sehingga malah menjamin dominasi para borjuis-borjuis
selanjutnya. Kita lihat bahwa pemerintah bertindak sebagai eksekutif kelas para
penguasa, yang mana dapat mengkoordinir tindakan dan kerja para
anggota-anggotanya guna kepentingan kelas di masa selanjutnya. Mau kita lihat
bagaimanapun, negara borjuis tak dapat disangkal lagi mempunyai otonomi dan
penampakan kejujuran yang relatif. Marx beranggapan bahwa tingkat produksi tinggi
yang dijamin sistem kapitalis, dikarenakan mungkin karena adanya kemiskinan orang
banyak atau karena hanya sedikit orang yang mempunyai kekayaan. Namun jika
semua ini di satukan kemudian diberi jalan bagi masyarakat komunis yang kita
ketahui mengusung sistem pemerataan ekonomi dan memuaskan kebutuhan setiap
orang. Maka lanjut Marx, dalam situasi tanpa kelas itu maka tidak akan ada oposisi,
terus masyarakat tidak ada kebutuhan terhadap aparat negara yang suka menindas.23
Kaum Marxis berpendapat bahwa sementara keadilan membantu menengahi
konflik, keadilan juga cenderung menciptakannya, atau bagaimanapun, mengurangi
ungkapan natural dari sosiabilitas. Maka, selain sebuah rintangan pada bentuk
masyarakat yang lebih tinggi di bawah kondisi kelimpah-ruahan, keadilan merupakan
kebutuhan yang disesalkan pada saat ini. Justru lebih baik jika orang bertindak secara
spontan satu sama lain tanpa cinta, ketimbang memandang dirinya sendiri dan orang
lain sebagai pengemban hak pemilikan legal yang adil. Jadi disinilah dia kekurangan
23
marxis dalam menganalisis konflik dimana kita tidak tau dimana letak keadilan yang
dimaksut kaum marxis.24
Konflik adalah aspek intrinsic dan tidak mungkin dihindarkan dalam
perubahan social . konflik adalah sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai,
dan keyakinan yang muncul dalam formasi baru yang ditimbulkan oleh perubahan
social yang muncul bertentangan dengan hambatan yang diwariskan.25
Dalam Pandangan Marxis, Karena konflik-konflik politik dan krisis ekonomi
yang menjadikan satu penghalang bagi kemajuan lebih lanjut, kapitalisme tak pelak
lagi akan jatuh dan membangkitkat metode yang baru 26
Disamping itu Menurut Gramsci, Jika Kelas pekerja ingin beranjak dari kelas
rendah untuk mengambila alih kepentingan bangsa dan membangun kesadaran politik
melalui reformasi moral dan intelektual yang menyeluruh, maka mereka harus
menciiptakan kelas iintelekttual organiknya sendiri. Namun, proses penciptaan perubahan inilah yang
kemudian menjadi cita-cita dan keinginan mahasiswa dan masyarakat pada waktu itu,
namunn perbedaan kepentingan antara mahasiswa dan masyarakat bertentangan
dengan apa yang di inginkan kaum borjuis dan negara sehingga terjadi konflik yang
mengakibatkan terjadinya kekerasan, pemukulan, penghilangan orang dan
pembunuhan yang secara umum adalah bentuk pelanggaran Hak Asasi manusia yang
seolah-olah di legalitaskan oleh negara. Sampai saat ini kasus Semanggi secara
Yuridis atau secara hukum belum mendapatkan kejelasan sebab negara masih
menganggap Konflik yang terjadi pada saat itu adalah bentuk penyelamatan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
24
Frans magnis suseno. Op.cit., hal. 67.
25
Hugh miall, 2000, resolusi damai konflik kontemporer, Jakarta : Grafindo persada, hal. 8.
26
intelekttual ini berlangsung lama,sulit dan penuh dengan pertentangan dimana
kesetiaan masyarakat benar-benar di uji.27
Selama produktivitas kerja tetap pada tingkat dimana satu orang hanya dapat
menghasilkan cukup untuk kebutuhan hidupnya sendiri, pembagian sosial tidak
terjadi dan diferensiasi sosial apapun didalam masyarakat adalah tidak mungkin.
Dibawah kondisi tersebut, semua orang adalah produsen dan mereka semua ada pada
tingkat ekonomi yang sama. Setiap peningkatan dalam produktivitas kerja melewati
titik rendah tersebut membuat surplus kecil menjadi mungkin, dan seketika terdapat
surplus produk, seketika dua tangan manusia dapat memproduksi lebih dari yang dia
butuhkan untuk kebutuhan hidupnya sendiri, kemudian kondisi telah dibentuk untuk
sebuah perjuangan bagaimana surplus tersebut akan dibagikan. Sejak saat ini,
pengeluarkan total kelompok sosial tidak lagi terdiri hanya dari kerja kebutuhan
untuk keberlangsungan hidup produsennya. Beberapa dari hasil kerja tersebut
sekarang dapat digunakan untuk melepaskan sebuah seksi masyarakat dari kewajiban
untuk berkerja demi keberlangsungan hidupnya sendiri hal itu terdapat dalam
Manifesto Komunis.
Dalam Manifesto Komunis, Marx menerangkan apa sebabnya revolusi merupakan satu-satunya cara bagi perubahan bentuk yang pokok dibidang sosial.
Apabila “knowhow” dilapangan teknologi atau tenaga-tenaga produksi mulai mengatasi lembaga-lembaga sosial , hukum dan politik yang ada (hubungan-hubungan produksi), para pemilik alat-alat produksi tidak melapangkan jalan secara terhormat untuk membiarkan sejarah mengikuti arah yang mau tidak mau harus
ditempuhnya. Karena iideologi kelas yang berkuasa mencerminkan sistem ekonomi
yang berlaku, para pemilik alat-alat produksi sungguh percaya bahwa sistem yang
berlaku secara ekonomis adalah yang paling efisien, secara sosial yang paling adil,
27
dan secara filosofis paling selaras dengan undang-undang alam, dan dengan kemauan
Tuhan yang mana pun yang mereka puja. 28
Marx dengan tajam menyangkal bahwa tuan tanah feodal atau kapitalis
industri , perseorangan menghalangi perubahan social karena ketamakan diri sendiri.
Perlawanan kelas yang berkuasa terhadap perubahan adalah sedemikian gigih-
sehingga akhirnya membuat revolusi menjadi suatu hal yang tidak dapat dielakkan-
tegasnya, karena ia menyamakan nilai-nilainya sendiri dengan nilai-nilai universal
yang berlaku. Maka, kelas yang berkuasa akan menggerakkan segala alat superstuktur
hukum, politik dan ideologi untuk memblokir pertumbuhan kekuatan-kekuatan yang
mewakili sistem ekonomi yang potensial lebih progresif. Hal ini mendasari marx
dalam penjelasan dibagian permulaan manifesto komunis, “sejarah seluruh
masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah dari perjuangan kelas”.
Kapan saja situasi tersebut muncul, sebuah seksi masyarakat dapat menjadi
klas berkuasa, yang karakteristik luar biasanya adalah emansipasinya dari kebutuhan
untuk bekerja demi keberlangsungan hidupnya sendiri. Sejak saat itu, kerja produsen
dapat dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian dari kerja tersebut terus digunakan
untuk pemenuhan kebutuhan hidup si produsen itu sendiri dan kita menyebut bagian
ini sebagai kerja kebutuhan, bagian yang lainnya digunakan untuk menjaga klas
berkuasa dan kita memberikannya nama surplus kerja.
Produk dari setiap tipe kerja yang sangat berbeda dapat didefinisikan dalam
dua ungkapan yang berbeda. Ketika produsen melakukan kerja kebutuhan, dia
menghasilkan produk kebutuhan. Ketika dia melakukan kerja surplus, dia
menghasilkan produk surplus sosial. Demikian, produk surplus sosial adalah bagian
dari produksi sosial yang dihasilkan oleh klas yang bekerja tetapi diambil oleh klas
28
berkuasa, terlepas dari bentuk yang diambil oleh produk surplus sosial, entah hal
tersebut produk alami, atau komoditi untuk dijual, atau uang. Nilai lebih
sederhananya adalah bentuk moneter dari produk surplus sosial. Ketika klas berkuasa
mengambil bagian produksi masyarakat yang sebelumnya disebut sebagai “produk surplus” secara eksklusif dalam bentuk moneter, kemudian kita menggunakan istilan “nilai lebih” ketimbang “produk surplus”. Kita akan melihat lebih jauh dalam asal usul nilai lebih kapitalis, itu untuk mengatakan, pendapatan klas borjuasi dalam
masyarakat kapitalis, adalah hal yang sama: hal tersebut adalah kerja tanpa bayaran,
kerja gratis, dimana proletar, pekerja upahan, memberi para kapitalis tanpa menerima
nilai apapun sebagai pertukaran.29
1.7. Metodologi Penelitian
Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka
dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif
(melukiskan). Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data
yang ada. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai
suatu gejala atau fenomena.30
Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran,
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
seta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai
mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk
menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu
gejala atau kenyataan sosial. Karenanya pada penelitian deskriptif tidak
29
pukul 19.23 Wib
30
menggunakan atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada
penelitian ekspalanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan
mengembangkan perbendaharaan teori.31
1.7.1 Jenis Penelitian
Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi
penelitian kualitaif ini adalah konsekuensi metodologis dari penggunaan metode
deskriptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa ”metodelogi kualitaif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.32
Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses
penjaringan informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek,
dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun
praktis.
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data
Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik dokumentasi.
Data-data yang bersumber dari beragam media (buku, jurnal, buletin, majalah,
skripsi, dan sebagainya) yang relevan dengan topik penelitian tersebut setelah
dihimpun kemudian dipilah melalui proses pembacaan yang cermat dan pencatatan
dalam rangka untuk menemukan data-data pokok yang dinilai sebagai bahan utama
penelitian yang akan mempermudah penulis dalam melakukan langkah-langkah
(proses) penelitian selanjutnya.
31
Sanafiah Faisal, 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Hal. 20.
32
1.7.3. Teknik Analisis Data
Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas
masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran jelas tentang objek yang akan diteliti
dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk
mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri ke dalam 4 (empat) bab, yakni:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi
penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika
penelitian.
BAB II : BIOGRAFI TAN MALAKA
Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek
penelitian yaitu biografi Tan Malaka mulai masa anak-anak, Masa
kembali dari Belanda, Masa pembuangan dan pelarian dan masa
kembalinya Tan Malaka ke Indonesia.
BAB III : KONSEP NEGARA TAN MALAKA
Bab ini nantinya akan berisikan Negara sebagai produk konflik kelas,
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh
dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berisi
kemungkinan adanya saran-saran yang peneliti peroleh setelah
BAB II
BIOGRAFI TAN MALAKA
II.1. Masa Anak-anak.
Sejarah pemikiran politik Modern di Indonesia diawai dengan bangkitnya
nasionalisme modern, dimulai awal abad ke-20, ketika sekelompok kecil orang-orang
terpelajar (kaum terdidik) mulai menyadari arti kemodernan dan tantangan bangsanya
dimasa-masa yang akan datang. Umumnya mereka memandang masa-masa yang
akan datang, akan banyak bergantung pada mereka dan anggapan peemimpin
potensial masa depan begitu diyakininya.33
Tan Malaka dilahirkan dengan nama Ibrahim namun kelak dia mendapatkan
gelar dengan nama sutan Ibrahim Gelar datuk Tan Malaka. Sebuah gelar feudal
terlihat tidak tepat untuk disandangnya karena sebenarnya dia membenci feodalisme,
Tan Malaka lahir di desa kecil bernama Padang Gadang, suliki, Minangkabau,
Sumatera Barat. Dari data yang ditemukan Haary Poezoe, Tan Malaka menganggap
tanggal lahirnya adalah tanggal 14 Oktober 1894 sementara muncul juga data yang
beragam misalnya 1893, 1894, 1895, 2 Juni 1896, 2 Juni 1897 dan 1899. Poezoe
cenderung berpendapat bahwa tahun kelahiran tan malaka adalah 1897, asumsinya
pada 1903 dia telah mengikuti pendididkan di sekolah rendah, maka dapat
disimpulkan bahwa Tan Malaka berusia lebih kurang 6 Tahun.34
Ayah Tan Malaka adalah seorang mantri kesehatan yang pernah bekerja untuk
pemerintah daerah setempat dan mendapatkan gaji beberapa puluh gulden setiap
bulannya.
35
33
Safrizal raambe. 2003. Pemikikiran politik Tan Malaka. Jogyakarta : Pustaka Pelajar.Hal.1.
Dikantornya ayah Tan Malaka termasuk pegawai biasa-biasa saja, Tan
34
Fahsin M. Fa’al.,Op.,Cit., Hal.15.
35
Malaka lahir dalam lingkungan keluarga yang menganut agama secara puritan, taat
pada perintah Allah serta senantiasa menjalankan ajaran Islam. Sejak kecil Tan
Malaka dididik oleh tuntunan Islam secara ketat, suatu hal lazim dalam tradisi
masyarakat Minangkabau yang amat religius. Sejak kecil Tan Malaka tumbuh
bersama bocah-bocah sebaya di kampung-nya dan telah menampakkan bakatnya
sebagai seorang anak yang cerdas, periang dan berkemauan keras. Saat saat
menginjak usia remaja Tan Malaka telah mampu berbahasa Arab dan menjadi guru
muda di surau kampungnya. Pendidikan agama Islam ini begitu membekas dalam diri
Tan Malaka sehingga kemudian sedikit banyaknya memberikan warna dalam corak
pemikiran Tan Malaka.
Masa kecil Tan Malaka dilewati sebagaimana anak-anak seusianya pada masa
itu. Ia sering dimarahi ibunya karena bandal dan nakal seperti dikisahkan, Beberapa
tahun dibelakang ketika nafas masih lemas, kaki dan tangan masih lemah, diajak oleh
kanak-kanak teman olahraga berenang menyebrangi sungai Ombilin, maka tewaslah
nafas, kaki dan tangan itu, dan hilanglah ingatan saya diombang-ambingkan ombak
yang deras. Untunglah ada teman yang besar ada disamping dan segera memberi
pertolongan. Setelah ingatan kembali, tiba-tiba saya sudah berada didepan rotannya
ibu yang siap hendak memukul sebagai pelajaran. Ayah yang rupanya tahu benar,
bahwa pukulan ibu sungguh jitu pedih mengajak member pelajaran yang katanya
lebih tepat. Dengan kekang kuda dimulut, saya ditempatkan dipagar pinggir jalan
supaya ditonton anak-anak para Engku yang tidak diperbolehkan bermain dengan
anak kampong seperti saya, bercampur gaul dengan mereka. Tetapi ibu menganggap
itu hanya diplomasi ayah buat menghindarkan saya dari ibu. Sesudah melihat saya
dengan kekang kuda di mulut itu, walau ayah berdiri disamping menjaga, dan banyak
anak-anak berkerumun, ibu tidak merasa puas. Sangka ibu ada lagi otoriteit yang
lebih tinggi yakni Guru-Gadang (Guru Kepala). Atas aduan ibu, maka Guru Gadang
dengan nama pilin pusat ( cabut pusar). Cerita ini menggambarkan betapa Tan
Malaka mendapatkan pendidikan moralitas yang ketat dan penuh dispilin yang tinggi.
Setamat dari sekolah rendah ia menjadi satu-satunya anak muda
dikampungnya yang mendapat kesempatan sekolah pada Kweekschool di Bukit Tinggi (1908-1913). Kweekschol dikenal sebagai sekolah raja karena tak tergapai oleh kaum inlanders merupakan satu-satunya sekolah guru untuk anak-anak Indonesia di Sumatera Barat36
Horensma menggangap Tan Malaka sebagai anak angkatnya sendiri. Atas
anjuran dari Horensma pula ia dipromosikan untuk meneruskan sekolah lanjutan di
negeri Belanda. Atas biaya dan jaminan keuangan yang diupayakan oleh
"Engkufonds" yaitu semacam lembaga keuangan para Engku di Suliki dan juga bantuan dari Horensma yang menyediakan diri sebagai penjamin bagi Tan Malaka
untuk melakukan perantauan yang nantinya berpengaruh besar pada kehidupannya
kemudian. Bulan Oktober 1913 Tan Malakameninggalkan tanah kelahiranya . Ia di kirim bersekolah beradasarkan Keputusan rapat
tetua Nagari Pandan Gadang, Suliki. Dalam keputusan rapat dinyatakan jelas pada
suatu kepercayaan tradisional bahwa Tan Malaka pada akhirnya akan kembali untuk
memperkaya alamnya. Kecerdasan dan keinginannya yang keras serta perangainya
yang sopan mendapatkan perhatian serius dari seorang guru Belanda bernama
Horensma.
37
36
Inlanders adalah sebutan dalam bahasa Belanda untuk menyebut orang-orang bangsa pribumi, sebutan iniberkonotasi kasar dan merendahkan
.
Perantauan bagi seorang individu menurut adat Minangkabau merupakan suatu cara
untuk memenuhi panggilan penyerahan diri pada kebebasan dunia. Dengan
meninggalkan nagarinya, seorang individu dapat mengenal kedudukannya sendiri di
37
dalam alam dan karena pengalaman perantauannya akan dapat berkembang sampai
menjadi anggota dewasa di dalam alam. 38
Tinggal di perantauan merupakan suatu pengorbanan dan menjadi tugas bagi
sang perantau untuk memberikan segala pengetahuan yang diperolehnya dirantau
kepada nagarinya. Keberangkatanya ke Belanda saatitu adalah buah dari politik etis
yang dikembangkan pemerintah kolonial Belanda saat itu. Sebuah gagasan tentang
pentingnya membalas budi pada negara jaiahan yang telah banyak menghasilkan
kemakmuran untuk Belanda. Politik etis diusung oleh seorang tokoh liberal di
Parlemen Belanda bemama Conrad Theodore Van Deventerlewat sebuah tulisan yang
diterbitkan dalam media berkala De Gilds berjudul"Een Eeresschuld" (Hutang Budi) pada tahun 1899. Conrad terinspirasi karya Multatuli yang berjudul Max Havelar. Sebelum Van Deventer masih ada tokoh bernama Ir. Hendrikus Hubertus Van Kol
yang pada tahun 1896 menyerukan Geen roof meer ten bate van Nederland
(berhentilah merampok Hindia Belanda untuk kepentingan Nederland).
Gagasan-gagasan progresif muncul sebagai kritik atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda
selanjutnya menjadi bahasan dalam Majelis Rendah maupun Majelis Tinggi Belanda.
39
Di Belanda Tan Malaka masuk Rijkskweekschool sebuah sekolah untuk mendapatkan gelar diploma guru kepala atau Hoofdakte di kota Haarlem. Tan Malaka memulai hidup baru dinegeri orang dalam kondisi yang jauh berbeda dengan
kampong halaman asalnya. Dalam otobiografi yang ditulisnya ia mengatakan bahwa
kehidupan di negeri Belanda lebih banyak didekap derita ketimbang suka40
38
Rudolf. Mrazek, 1994. Semesta Tan Malaka. Bigraf Publishing.Yogyakarta..hal.13
. Kondisi
iklim Belanda yang jauh berbeda dengan Indonesia membuat kesehatanya merosot,
bulan Juli 1915 ia terserang radang paru-paru yang cukup parah dimana penyakit
39
Harry. A.Poeze. op.cit, hal.6
40