• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Duduk Perkara Putusan No. :03/Pdt. Sus-Merek/2015/PN Niaga Medan Sebab timbulnya sengketa merek dagang pada Putusan No.:03/Pdt. Sus-Merek/2015/PN Niaga Medan, karena merek yang didaftarkan oleh Ng Tek Seng mempunyai persamaan elemen secara keseluruhan, persamaan keseluruhannya dengan merek Seniawati Loeis sebagai merek terkenal. Merek REZEKI milik Seniawati Loeis dengan Merek REZEKI yang didaftarkan oleh Ng Tek Seng memiliki kemiripan dengan merek yang dimiliki oleh Seniawati Loeis.

Sejak didirikan Toko Perabot “REZEKI” pada tahun 1979 di Jalan Sutomo No.83 Medan oleh Seniawati Loeis. Sepanjang Jalan Sutomo tersebut Pengusaha sejenis mengetahui dan mengenal toko REZEKI milik Seniawati Loeis. Usaha telah didaftarkan izinnya di Pemerintah Kota Medan sebagaimana dibuktikan dengan Surat Izin Usaha yang dikeluarkan oleh Dinas Perdagangan, Pajak Bumi dan Bangunan atas nama Toko REZEKI, serta surat keterangan domisili yang dikeluarkan oleh Lurah Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota, Kota Medan.Usaha tersebut telah berjalan dengan baik untuk jangka waktu yang cukup lama, dan telah diketahui oleh masyarakat luas serta memiliki pelanggan yang banyak.

Sekitar tahun 2005 berdiri pula toko yang namanya sama dengan toko yang dimiliki oleh Seniawaty Loeis, dan letaknya pun tidak jauh dari “Toko REZEKI”

yang dimiliki oleh Seniawaty Loeis tersebut. Secara ekonomi Seniawaty Loeis telah dirugikan akibat adanya toko dengan nama yang sama dengan miliknyapada

sekitar awal tahun 2006 Seniawati Loeis, sekitar bulan Januari 2006 telah menyampaikan keberatan secara lisan kepada Ng Tek Seng selaku pihak yang meniru dan memakai nama toko “REZEKI” yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhanmya.

Di tahun yang sama, Ng Tek Seng mendaftarkan merek “Toko REZEKI’

tersebut kepada Dirjen Haki, dengan nama “Toko REZEKI”, dengan sertifikat nomor IDM000137573 kelas 35 (barang dan jasa khususnya barang perabotan/furniture).Seniawati Loeis pemilik dan pemakai merek pertama atas nama toko “REZEKI” dikarenakan ketidakpahaman sehingga tidak mendaftarkan merek Toko REZEKI miliknya,sesuai dengan ketentuan didalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001Tentang Merek. Ketidakpahaman dari Seniawati Loeis yang dimanfaatkan oleh Ng Tek Seng untuk mendaftarkan merek REZEKI milik Ng Tek Seng. Pendaftaran merek “REZEKI” milik Ng Tek Seng dilandasi dengan iktikad tidak baik (bad faith) yaitu merek Ng Tek Seng terinspirasi dan membonceng merek milik Seniawati Loeis yang keberadaannya lebih dulu ada dari pada merek milik Ng Tek Seng.

Gugatan diawali dengan Ng Tek Seng membuka toko perabot/furniture pada tahun 2006 posisi toko milik Ng Tek Seng yang tidak jauh dengan toko milik Penggugat ± 150 m (kurang lebih serratus lima puluh meter) saja, dapat menjadi salah satu unsur dalam mendaftarkan merek REZEKI milik Tergugat yakni memenuhi unsur sebagai pendaftar yang beriktikad tidak baik, karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur kesengajaan dari Tergugat dalam mendaftarkan merek REZEKI tersebut.

Berdasarkan fakta-fakta dan alasan-alasan Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini, memanggil para pihak untuk datang dan duduk pada persidangan dan kemudian mengambil suatu keputusan yang amarnya menerima dan mengabulkan gugatan Seniawati Loeis untuk seluruhnya,menyatakan Seniawati Loeis pemilik satu-satunya merek “REZEKI” yang mempunyai hak ekslusif atau hak khusus untuk memakai merek tersebut di Indonesia,menyatakan Ng Tek Seng adalah pendaftar merek REZEKI yang beriktikad tidak baik serta membatalkan merek REZEKI miliknya dari Daftar Umum Merek pada Dirjen Haki.

Seniawati Loeis selaku pemenang dari gugatan merek REZEKI yang diajukannya dalam perkara putusan No. 03/Pdt.Sus-Merek/2015/PN Niaga Medan, menyatakan bahwa :

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Seniawati Loeis untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Seniawati Loeis Pemilik satu-satunya merek “REZEKI” yang mempunyai hak ekslusif atau hak khusus untuk memakai merek tersebut di Indonesia;

Setelah dilakukan perubahan berbunyi sebagai berikut :

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Seniawati Loeis untuk seluruhnya ; 2. Menyatakan Seniawati Loeis Pemilik satu-satunya merek “REZEKI” yang

mempunyai hak ekslusif atau hak khusus untuk memakai merek tersebut di Indonesia;

3. Menghukum Ng Tek Seng dengan membayar biaya-biaya yang timbul dalam perkara ini.

B. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Sengketa Merek Sesuai Putusan Nomor 03/Pdt.Sus-Merek/2015/PN-Niaga Medan

Sebelum memasuki pertimbangan pokok perkara, Majelis Hakim terlebih dahulu mempertimbangkan mengenai pembelaan yang diajukan Kuasa Hukum Ng Tek Seng dalam surat jawabannya. Seniawati Loeis dalam gugatan/perbaikan gugatan mendalilkan pembatalan merek “REZEKI” atas nama Ng Tek Seng yang diterbitkan oleh Dirjen Haki. Seharusnya Seniawati Loeis juga mengikusertakan Dirjen Haki sebagai pihak berperkara. Hal ini sesuai dengan azas yang berlaku dalam hukum acara perdata yang menyatakan putusan Hakim perdata hanya berlaku bagi pihak-pihak yang berperkara, oleh karena itu, gugatan/perbaikan gugatan Seniawati Loeis tersebut tidak lengkap dan tidak sempurna para pihaknya sehingga gugatan/perbaikan gugatan Seniawati Loeis patut untuk dinyatakan tidak dapat diterima.

Seniawati Loeis mempermasalahkan pendaftaran merek “REZEKI” atas nama Ng Tek Seng yang telah terdaftar tanggal 4 Oktober 2007 di Dirjen Haki.

Gugatan Seniawati Loeis patut dinyatakan tidak dapat diterima karena telah melampaui jangka waktu gugatan pembatalan pendaftaran merek yakni paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran merek sebagaimana diatur dalam Pasal 77 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek menyatakan Gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran Merek.

Terbitnya sertifikat merek REZEKI Ng Tek Seng tentunya telah melalui mekanisme/seleksi dan prosedur hukum yang ketat sehingga Ng Tek Seng berhak

sebagai pemilik merek “REZEKI” dan oleh karenanya sangat tidak relevan Ng Tek Seng disebut sebagai pendaftar merek yang beriktikad tidak baik. UU No. 20 tahun 2016 tidak berlaku terhadap perkara merek REZEKI sehingga pengajuan gugatan Seniawati Loeis harus dinyatakan daluarsa dan dinyatakan tidak dapat diterima.

Seniawati Loeis dalam persidangan mempertahankan pendapat dengan alasan bertindak selaku pemilik merek “REZEKI” dengan nama toko “REZEKI”

yang beralamat di Jalan Sutomo No. 83/265, Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan. Gugatan Seniawati Loeis haruslah ditolak atau dinyatakan tidak dapat diterima karena kapasitas Seniawati Loeis sangatlah diragukan dalam bertindak selaku Pemilik merek “REZEKI”, mengingat Seniawati Loeis tidak memiliki alas hak secara hukum sebagai Pemilik merek

“REZEKI”. Disamping itu, diketahui pada alamat yang berada Jalan Sutomo No.

83/265, Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan tidak terdapat toko “REZEKI” yang melakukan aktifitas perdagangan menjual perabot/furniture sebagaimana gugatan Seniawati Loeis daluarsa.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Ng Tek Seng memohon Majelis Hakim yang mengadili perkara ini untukmenyatakan gugatan Seniawati Loeis tidak dapat diterima.Gugatan Seniawati Loeis kurang beralasan, karena tidak menyertakan Dirjen Haki dalam perkara. Gugatan Seniawati Loeis bertujuan untuk membatalkan Merek REZEKI yang sudah mempunyai Sertifikat Merek, Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak diikut sertakannya Dirjen Haki sebagai

pihak dalam gugatan pembatalan merek ini tidaklah mengurangi syarat formil diajukannya suatu gugatan.

Gugatan yang diajukan oleh Seniawati Loeis adalah bertujuan untuk membatalkan Merek REZEKI milik Ng Tek Seng dari daftar umum merek yang dikeluarkan oleh Dirjen Haki. Tata cara pelaksanaan gugatan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 85 UU No 20 Tahun 2016, yaitu :

1) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3), Pasal 68, Pasal 74, dan Pasal 76 diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili tergugat.

2) Dalam hal salah satu pihak bertempat tinggal di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

3) Panitera mendaftarkan gugatan pada tanggal gugatan yang bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran gugatan.

4) Panitera menyampaikan gugatan kepada ketua Pengadilan Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.

5) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ketua Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menunjuk majelis Hakim untuk menetapkan hari sidang.

6) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan didaftarkan.

7) Sidang pemeriksaan sampai dengan putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselesaikan paling lama 90 (sernbilan puluh) hari setelah perkara diterima oleh majelis yang memeriksa perkara tersebut dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.

8) Putusan atas gugatan sebagairnana dimaksud pada ayat (1) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

9) lsi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (8) wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak pating lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diucapkan.

Dalam melakukan gugatan atas pelanggaran merek harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 85 UU tersebut. Gugatan Ng Tek Seng mengenai pembatalan merek tersebut sebagaimana didaftarkannya merek REZEKI memang telah bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum adalah hal-hal yang jelas telah merupakan pemeriksaan dalam pokok perkara, maka terhadap pembelaan inipun haruslah ditolak juga.Pembelaan Seniawati Loeis tidak berkapasitas mengajukan gugatan, sebagaimana permasalahan hukum dibidang Haki termasuk dibidang merek merupakan suatu masalah hukum yang mengandung dimensi kepentingan publik (public interest litigation), dimana

dalam hal ini Seniawaty Loeis dirugikan dengan didaftarkannya merek REZEKI oleh Ng Tek Seng.

Gugatan pembatalan merek dilakukan oleh pemilik meter sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 83 UU No 20 Tahun 2016, yang menyebutkan :

1) Pemilik Merek terdaftar dan/atau penerirna Lisensi Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang da/atau jasa yang sejenis berupa:

a) gugatan ganti rugi; darr/atau

b) penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut.

2) Gugatan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dapat pula diajukan oleh pernilik Merck terkenal berdasarkan putusan pengadilan.

3) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga.

Rumusan Pasal 83 UU No 20 Tahun 2016 tersebut menunjukkan bahwa alasan pengajuan pembatalan suatu merek bersifat alternatif, dalam arti tidak harus seluruh alasan-alasan sebagaimana tersebut harus terpenuhi atau harus tercantum dalam duduk perkara maupun tuntutan Seniawati Loeis dalam suatu gugatan. Syarat utama yang harus dipenuhi agar suatu tanda dapat diterima sebagai suatu merek adalah bahwa tanda tersebut harus mempunyai daya pembeda (distinctive, distingvish), karena fungsi pokok dari suatu merek adalah untuk membedakan suatu produk atau jasa dengan produk atau jasa lain yang

sejenis, ketentuan suatu tanda harus memiliki daya pembeda ini secara luas telah dianut oleh seluruh sistem hukum yang ada diseluruh dunia.

Selain ketentuan diatas, perlu diperhatikan tentang ketentuan dalam Pasal 21 UU No 20 Tahun 2016, yaitu :

1) Permohonan ditolak jika Merek tersebut mernpunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan:

a) Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

b) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dari/atau jasa sejenis;

c) Merek terkenal milik pihak lain untuk barang darr/atau jasa tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau

d) Indikasi Geografis terdaftar.

2) Permohonan ditolak jika Merek tersebut:

a) Merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

b) Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem suatu negara, atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; atau

c) Merupakan tiruan atau rnenyerupai tanda atau cap atau stempel rcsmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

3) Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penolakan Permohonan Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c diatur dengan Peraturan Menteri.

Permohonan harus ditolak oleh Dirjen Haki apabila merek disebabkan mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan jasa sejenis.

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 UU No 20 Tahun 2016 tersebut dan dapat pula diberlakukan terhadap barang dan jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Penggunaan merek sebagai daya pembeda suatu merek haruslah memiliki spesifikasi yang mampu (capable) mengindikasikan adanya suatu hubungan atau koneksi antara produsen barang atau jasa yang diproduksinya maupun yang dijualnya. Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah gugatan Seniawati Loeis tersebut telah memenuhi persyaratan dan alasan sebagaimana ketentuan untuk pembatalan merek tersebut.

Pendaftaran merek REZEKI pada Dirjen Haki atas nama Seniawaty Loeis tanggal 27 Juni 2015, maka terhadap gugatan Seniawati Loeis tersebut telah memenuhi ketentuan dalam UU No 20 Tahun 2016 tersebut. Keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Ng Tek Seng menerangkan bahwa toko perabot REZEKI milik Ng Tek Seng berdiri/buka sejak tahun 1981 dan buka terus menerus hingga sampai sekarang, sedangkan saksi Ng Tek Seng lainnya yaitu saksi lain yang juga

rekan bisnis Ng Tek Seng menerangkan bahwa telah memasok barang perabotan ke toko REZEKI milik Ng Tek Seng sejak tahun 2002. Disamping bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak, maka dapat disimpulkan bahwa Merek toko REZEKI untuk jasa perabot rumah tangga milik Ng Tek Seng terlebih dahulu mendaftarkan dan menggunakannya, akan tetapi dari keseluruhan bukti yang ada dapat dibuktikan bahwa Seniawati Loeis merupakan pengguna atau pemakai pertama merek REZEKI sekaligus pemilik dari merek toko REZEKI yang telah didirikan sejak tahun 1979, selain itu jenis usaha yang dilakukan oleh Ng Tek Seng yang juga menjual perabot rumah tangga/furniture, adalah sama dengan jenis usaha yang dilakukan oleh Seniawaty Loeis.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka Seniawati Loeis dipandang sebagai pemilik yang sah, pemakai pertama dan pemegang hak khusus atasmerek REZEKI yang harus mendapat perlindungan hukum.Gugatan Seniawati Loeis ini telah memenuhi ketentuan dalam UU No 20 tahun 2016 tersebut, sehingga dengan demikian gugatan Seniawati Loeis patut dan layak untuk dikabulkan seluruhnya. Oleh karena gugatan Seniawati Loeis dikabulkan, maka Ng Tek Seng dihukum untuk membayar biaya perkara ini.

C. Analisis Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 03/Pdt.Sus-Merek/2015/PN Niaga Medan Terkait Sengketa Antara Pengguna Merek Pertama Dengan Pendaftar Merek Pertama Sudah Memberikan Kepastian Hukum Bagi Para Pihak

Berdasarkan duduk perkara dan dasar pertimbangan Hakim diatas, akan disampaikan analisis dalam Putusan Nomor 03/Pdt.Sus-Merek/2015/PN Niaga Medan antara Ng Tek Seng dengan Seniawati Loeis. Dalam pertimbangan-pertimbangannya, Majelis Hakim pada Tingkat Pengadilan Niaga Medan sudah

tepat dalam menerapkan Putusan Nomor 03/Pdt.Sus-Merek/2015/PN Niaga Medan, dimana Hakim dalam putusannya mengabulkan gugatan Seniawati Loeis.

Dalam menganalisis putusan hakim Pengadilan Niaga Medan tetap dipergunakan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (untuk selanjutnya disebut UU No 15 Tahun 2001), karena putusan tersebut diputus sebelum UU No. 20 Tahun 2016 keluar. Pada dasarnya perbandingan dan persamaan kedua UU tersebut tetap ada terlihat dari pasal-pasal yang dibuat dalam kedua UU tersebut.

Pasal 68 ayat (1) undang-undang nomor 15 Tahun 2001 yang berbunyi

“gugatan pembatalan pendaftaran merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, 5 dan 6”. Itikad tidak baik yang terdapat dalam Pasal 4 undang-undang nomor 15 tahun 2001 yang menyatakan “merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik”.154

Pendaftar pertama merek secara hukum memang dilindungi, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pendaftaran merek tersebut juga harus mengutamakan itikad baik dalam mendaftarkan mereknya. Dalam hal ini penulis setuju dengan putusan hakim, akan tetapi dalam putusan tersebut pendaftar merek pertama memang tidak memiliki itikad baik, karena Ng Tek Seng selaku pendaftar pertama merek mengetahui dengan jelas bahwa merek tersebut adalah milik Seniawati Loeis yang telah dijalankan kurang lebihn sejak tahun 70-an. Meskipun

154 Putri Ayu, Penerapan Itikad Tidak Baik Sebagai Alasan Pembatalan Menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 2001, Semarang: UNDIP, 2010, hlm 131

Ng Tek Seng telah mengetahui merek tersebut milik Seniawati Loeis, tetapi Ng Tek Seng tetap mendaftarkan merek tersebut untuk keuntungannya secara pribadi.

Pasal 4 undang-undang nomor 15 tahun 2001 ditentukan bahwa merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Pemohon yang beritikad tidak baik di sini adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara tidak layak dan tidak jujur dengan niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Itikad tidak baik yang dimaksud dalam pasal tersebut meliputi:

1. menyerupai atau meniru secara keseluruhan lukisan ciptaan orang lain untuk barang/jasa yang tidak sejenis yang sudah terdaftar atau yang lebih dahulu diajukan permohonan pendaftarannya.

2. menyerupai atau meniru secara keseluruhan design logo orang lain yang sudah terdaftar atau permohonan pendaftaran yang lebih dahulu diajukan.

3. menyerupai atau meniru secara keseluruhan cara/bentuk tulisan atau kata temuan (inventive words) milik orang lain yang sudah terdaftar atau permohonan pendaftaran yang lebih dahulu diajukan.

4. menyerupai atau meniru cara penempatan dan susunan warna.

berdasarkan uraian di atas telah terjadi peniruan merek yang sah milik orang lain. Suatu merek mendapat perlindungan hukum, maka merek tersebut harus didaftarkan di Dirjen HAKI, karena disebutkan dalam perjanjian TRIPs dan di dalam Pasal 3 undang-undang merek 2001 bahwa merek terdaftar memiliki hak

eksklusif untung melarang pihak ketiga yang tanpa izin dan sepengetahuan pemilik merek tersebut untuk memakai merek yang sama untuk barang dan/atau jasa yang telah didaftarkan terlebih dahulu. Adapun yang dimaksud dengan hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar meliputi:

1. Menciptakan hak tunggal (sole or single right) hukum atau undang-undang memberi hak tersendiri kepada pemilik merek. Hak itu terpisah danberdiri sendiri secara utuh tanpa campur tangan pihak lain;

2. Mewujudkan hak monopoli (monopoly right) siapapun dilarang meniru, memakai, dan mempergunakan dalam perdagangan barang dan jasa tanpa izin pemilik merek;

3. Memberi hak paling unggul (superior right) hak superior merupakan hak yang diberikan doktrin hak paling unggul bagi pendaftar pertama. Oleh karena itu, pemegang hak khusus atas suatu merek menjadi unggul dari merek orang lain untuk dilindungi.155

Pemohon pendaftaran merek haruslah beritikad baik. Itikad baik yang dianut dalam undang-undang nomor 15 tahun 2001 lebih cenderung menunjuk kepada ukuran kepatutan daripada ukuran norma hukum. Pentingnya pemilik merek beritikad baik ditetapkan sebagai salah satu syarat pendaftaran merek, tujuannya untuk mencari kepastian hukum mengenai siapa yang sesungguhnya orang yang menjadi pemilik merek. Dalam sistem konstitutif dimaksudkan supaya Negara tidak keliru memberikan perlindungan hukum beserta hak atas merek

155Sudargo Gautama, Hak Merek Dagang Menurut Perjanjian TRIPs-GATT dan Undang-Undang Merek RI, Bandung: Citra Aditya Bakti: 1994, hlm. 19

kepada orang yang tidak berhak menerimanya.156 Oleh sebab itu maka penerapan dari itikad tidak baik dalam pendaftaran merek dijadikan sebagai alasan pembatalan merek menurut undang-undang nomor 15 tahun 2001, bertujuan untuk mengetahui adanya penerapan persamaan pada pokoknya dan itikad tidak baik dalam suatu gugatan pembatalan pendaftaran merek. Alasan terjadinya suatu pembatalan pendaftaran merek yang didasarkan pada persamaan pada pokoknya sama dengan yang dibuktikan pada itikad baik dalam suatu gugatan pembatalan terhadap pendaftaran merek.

Pasal 5 huruf a undang-undang nomor 15 tahun 2001 yang menyatakan:

“Merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini : (a) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum”; Pasal 6 ayat (3) huruf (b) undang-undang nomor 15 tahun 2001 yang menyatakan : Permohonan juga harus ditolak oleh Dirjen HAKI apabila merek tersebut: (b) merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau Simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun Internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang”.

Pasal 69 ayat (2) undang-undang nomor15 tahun 2001 yang menyatakan :gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum. Penjelasan Pasal 69 ayat (2) undang-undang nomor 15 tahun 2001yang menyatakan pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan atau

Pasal 69 ayat (2) undang-undang nomor15 tahun 2001 yang menyatakan :gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum. Penjelasan Pasal 69 ayat (2) undang-undang nomor 15 tahun 2001yang menyatakan pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan atau