• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAFTARAN MEREK DALAM HUKUM DI INDONESIA D. Sistem Pendaftaran Merek di Indonesia

F. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Merek di Indonesia

Perlindungan hukum berasal dari kata “lindung” yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan dan membenteng.109 Perlindungan hukum terhadap merek mutlak diberikan oleh pemerintah kepada pemegang dan pemakai hak atas merek untuk menjamin kepastian berusaha bagi para produsen dan menarik investor bagi merek dagang asing, sedangkan perlindungan hukum yang diberikan kepada merek dagang lokal diharapkan agar pada suatu saat dapat berkembang secara meluas di dunia internasional.110

Hak ekslusif atas merek ditangan pemiliknya merupakan wujud dari pengakuan yang diberikan oleh negara dan selanjutnya mengharuskan negara untuk melindunginya”.111 Untuk melindungi pemilik merek yang sah, maka dapat dilakukan dengan jalan pembatalan merek terdaftar yang melanggar hak merek orang lain. akibat kesalahan pendaftaran yang dilakukan oleh pihak yang sengaja mendaftarkan merek orang lain dengan iktikad tidak baik guna memperoleh keuntungan pribadi.

Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin berkembang dengan pesatnya orang-orang melakukan pemboncengan atas ketenaran pihak lain,112 karena merek yang sudah dikenal masyarakat cepat laku dipasaran sehingga akan mendatangkan keuntungan relatif besar dalam waktu yang relatif

109 Dedy Sugiono,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, 2008, hlm.1085

110 Hery Firmansyah, Loc.Cit.

111 Titon Slamet Kurnia, Op.Cit., hlm. 110.

112 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayan Intelektual, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001, hlm. 218

cepat. Tindakan yang mencoba meraih keuntungan melalui jalan pintas tersebut melanggar etika bisnis, norma kesusilaan, bahkan melanggar hukum.113

Lingkup perlindungan hukum yang diberikan kepada pemilik merek, meliputi:114

1. Melindungi penggunaan hak eksklusif merek, meliputi:

a) Mempergunakan tanda merek sebagai logo, label atau gambar dalam surat menyurat, pada barang atau jasa, pada kemasan (packaging) dalam advertensi atau promosi.

b) Menikmati secara eksklusif manifestasi yang lahir dari merek, meliputi goodwill atau well-known, reputasi tinggi, sumber asal, sentuhan kulturan dan sentuhan keakraban.

2. Melindungi hak eksklusif mempergunakan merek sebagai alat eksploitasi memperoleh keuntungan dalam perdagangan, meliputi:

a) memasarkan barang atau jasa dalam perdagangan nasional, regional, dan global; dan,

b) menyimpan barang yang dilindungi hak merek, asal tidak bertentangan dengan ketentuan monopoli dan spekulasi untuk menaikkan harga.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada merek bukan karena dilihat sebagai upaya yang secara mendasar untuk berlaku jujur dalam kegiatan perdagangan, tetapi melalui merek produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha menjadi dapat diidentifikasikan berdasarkan sumber asalnya. Azas fundamental dalam rangka perlindungan hukum merek terkenal yang berlaku secara universal ialah bahwa senantiasa, dan terbukti dengan sendirinya (self-evident), terdapat atau terkandung unsur iktikad tidak baik (bad faith) jika terjadi persamaan pada pokoknya/pada keseluruhannya antara suatu merek dengan merek terkenal.115 Karena itu tindakan membuat merek yang sama atau membajak dasarnya selalu

113 A. Sonny Keraf, 1993, Etika Bisnis – Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur, Kanisius, Yogyakarta, hlm. 69.

114 Yahya Harahap, Tinjauan Merek secara uum dan Hukum Merek Di Indonesia berdasarkan undang-Undang Nomor 19 tahun 1992, PT Citra Aditaya bakti, Bandung,1996, hlm 182

115 Hery Firmansyah, Loc.Cit. 230.

dengan iktikad buruk, kepada pembonceng atau pembajak tidak memperoleh perlindungan hukum.

Pasal 72 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2016 berbunyi (1) Penghapusan pendaftaran merek dapat diajukan oleh pemilik merek atau melalui kuasanya, baik untuk sebahagian maupun seluruh jenis barang dan/atau jasa. Jika gugatan tersebut dikabulkan, maka merek yang bersangkutan akan dicoret dari daftar umum merek yang mengakibatkan tidak ada perlindungan hukum lagi. Bagi pemilik merek terdaftar, merek dilarang untuk tidak digunakan pada suatu produk untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut terhitung sejak tanggal pedaftarannya atau terhitung sejak tanggal transaksi terakhir dari produk tersebut.116

Pemberian sanksi hukum merupakan bagian dari upaya pemberian perlindungan hukum bagi pemilik merek yang sah. Apabila merek telah terdaftar, maka mendapat perlindungan hukum, baik secara perdata maupun pidana. Terkait dengan perlindungan hukum secara pidana, yaitu dengan pemberian hukuman kepada barang siapa yang telah melakukan kejahatan dan pelanggaran merek sebagaimana diatur dalam Pasal 100 sampai Pasal 103 UU No. 20 Tahun 2016.

Pasal 100

1) Setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan merek yang sarna pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana

116 Manogar Sigalingging, “Penghapusan Merek Terdaftar Yang Tidak Dipergunakan Dalam 3 Tahun (Studi Putusan Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Medan No.

03/Merek/2013/PN/Niaga/Medan)”, USU Jurnal Law, 2019, hal. 9

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua miliar rupiah).

2) Setiap orang yang dengan tanpa hak rnenggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua miliar rupiah).

3) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang jenis barangnya mengakibatkan gangguan kesehatan, gangguan lingkungan hidup, dan/atau kematian manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).

Dalam Pasal 100 pada dasarnya memberikan ancaman hukuman penjara paling lama lima tahun dan/atau denda paling banyak dua miliar rupiah kepada yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan.

Pasal 101

1) Setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada keseluruhan dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua miliar rupiah).

2) Setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk yang sarna atau sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua miliar rupiah).

Pasal 102

Setiap Orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dan/atau produk yang diketahui atau patut diduga mengetahui bahwa barang dan/atau jasa dan/atau produk tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 dan Pasal 101 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).

Pasal 103

Tindak pidana merek sebagaimana disebutkan dalam pasal-pasal tersebut di atas dibentuk untuk melindungi kepentingan hukum bagi pemegang merek yang terdaftar dari perbuatan-perbuatan terhadap merek yang dapat merugikan kegiatan perdagangan secara ekonomi bagi pemegang hak tersebut.

Demikian halnya dalam perlindungan hukum secara perdata diberikan kepada pemegang merek yang sah. Kalau hak merek telah dipegang, maka menurut sistem hukum merek Indonesia, pihak pemegang merek tersebut akan mendapatkan perlindungan hukum, artinya apabila terjadi pelanggaran hak atas

merek, pihak pemegang merek dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lainnya yang melakukan pelanggaran hak atas merek.

Gugatan ini ditujukan untuk mendapatkan ganti rugi dan penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut. Gugatan diajukan di Pengadilan Niaga (Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 20 Tahun 2016) Gugatan ganti rugi dan/atau penghentian perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek secara tanpa hak tersebut memang sudah sewajarnya, karena tindakan tersebut sangat merugikan pemilik merek yang sah. Bukan hanya kerugian ekonomi secara langsung, tetapi juga dapat merusak citra merek tersebut apabila barang atau yang menggunakan merek secara tanpa hak tersebut kualitasnya lebih rendah dari pada barang atau jasa yang menggunakan merek secara sah.

UU No. 20 Tahun 2016 menyediakan upaya hukum dalam rangka perlindungan terhadap merek dalam bentuk gugatan untuk mengajukan pembatalan atas merek yang didaftarkan yang memiliki persamaan pada pokoknya atau pada keseluruhannya sebagai perwujudan dari institusi gugat kebendaan untuk memberikan hak atas merek dari gangguan kepada pengguna Hak eklusifnya atas Merek tersebut. Selain upaya hukum yang lain yaitu tindakan pidana jika ada pengaduan dari pemilik merek sehubungan terjadinya penggunaan Merek yang memiliki persamaan pada pokoknya atau persamaan pada keseluruhannya. Selain tindak pidana di bidang merek yang diatur dalam UU No.

20 Tahun 2016.117

Dalam kasus-kasus yang pernah terjadi yang diputus pengadilan yang dimenangkan oleh Hakim, baik pengguna pertama merek maupun pendaftar

117 Titon Slamet Kurnia, Konstitusi HAM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm. 112

pertama adalah yang sesuai dengan aturan hukum dan Undang-Undang yang berlaku. Beberapa contoh kasus dimana merek yang dibatalkan oleh pengguna merek pertama dan pengguna pertama merek yang dikalahkan oleh pendaftar pertama.

Contoh Perlindungan Hukum Pemilik Merek di Indonesia

No Kasus Persamaan Keterangan

Kasus Pengguna Merek Pertama Yang di Menangkan 1 Gudang

Gudang Garam selaku pemegang merek pertama merasa dirugikan karena Gudang Baru memproduksi produk yang sama dengan Gudang Garam dengan Lukisan mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek Gudang Garam, sehingga banyak mengelabui konsumen dan pemegang merek pertama merasa dirugikan. Sehingga pemegang merek pertama menggugat pemegang merek Gudang Baru dan akhirnya pemegang merek pertama dimenangkan. pemegang merek pertama merasa dirugikan karena Donats’ Donuts di Yogyakarta memproduksi produk yang sama dengan Dunkin’ Donuts milik Dunkin’ Donuts INC., USA, sehingga banyak mengelabui konsumen dan pemegang merek pertama merasa dirugikan. Sehingga pemegang merek pertama menggugat pemegang merek pertama dan akhirnya pemegang merek pertama dimenangkan.

Boneka Barbie selaku pemegang merek pertama merasa dirugikan karena Boneka Babie memproduksi produk yang sama dengan Boneka Barbie, sehingga banyak mengelabui konsumen dan pemegang merek pertama merasa

dirugikan. Sehingga pemegang merek pertama menggugat pemegang merek pertama dan akhirnya pemegang merek pertama dimenangkan

Kasus Pengguna Merek Pertama Yang di Kalahkan 1. Pierre Cardin perancang asal Perancis yang telah mendaftarkan dan menggunakan mereknya lebih dahulu dari merek milik alexander, akan tetapi hakim memenangkan Pierre Kardin lokal milik Alexander karena memiliki pembeda dengan selalu mencantumkan kata-kata Product by PT. Gudang Rejeki sebagai pembeda, disamping keterangan lainnya sebagai produk Indonesia akhirnya pemegang merek pertama dikalahkan. prolexus ke pengadilan karena dianggap telah melakukan itikad tidak baik, yaitu menggunakan nama prolexus dengantujuan untuk membonceng nama yang sudah cukup terkenal. Majelis hakim memenangkan merek prolexus baik ditingkat banding dan kasasi karena gugatan yang diajukan pemegang merek lexus sebagai merek mobil baru diajukan pada tanggal 03 Desember 2013, sedangkan merek prolexus sebagai merek sepatu atau sandal yang sudah didaftarkan sejak tanggal 29 September 2000, dan hakim memenangkan prolexus, akhirnya pemegang merek pertama dikalahkan.

Sumber : https://etno06.wordpress.com/2010/01/10/contoh-contoh-kasus-merek/

diakses tanggal 1 Juli 2019

Perlindungan hukum merek yang diberikan baik kepada merek asing atau lokal, terkenal atau tidak terkenal hanya diberikan kepada merek yang terdaftar.

Untuk itu setiap pemilik merek diharapkan agar mendaftarkan mereknya ke Dirjen Haki agar dapat memperoleh perlindungan hukum terhadap mereknya.

Perlindungan yang diberikan pemerintah kepada pemilik merek yang mendaftarkan mereknya ke Dirjen Haki adalah menggunakan sendiri merek tersebut dan/atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

BAB III

PEMBUKTIAN YANG DAPAT DIAJUKAN PENGGUNA MEREK