• Tidak ada hasil yang ditemukan

dilakukan oleh Dinas Tata Kota DKI Jakarta dan PT. Gafa Multi Consultant

5.3. Nilai Integritas Ruang Terbuka Publik Saat Ini di Kota Tua Jakarta

5.3.3. Nilai Fungsi (Functional Value)

Nilai fungsi didapatkan dari indikator kenyamanan, akses dan linkage serta kegunaan secara ekonomi dan sosial (Tabel 13).

a. Zona Sunda Kelapa

Semua ruang terbuka pada zona ini memiliki nilai fungsi sedang karena Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Jalan Tongkol dan Jalan Nelayan Barat termasuk ruang terbuka yang selain tidak memiliki kenyamanan yang tinggi, aktivitas ekonomi dan sosialpun belum belum terlihat menonjol.

b. Zona Fatahillah

Pada zona ini terdapat Taman Fatahillah, Jalan Kali Besar Barat-Timur, Jalan Kali Besar Timur 3 dan Jalan Cengkeh dengan nilai fungsi tinggi. Berdasarkan nilai fungsi yang diperoleh, ruang-ruang tersebut telah memenuhi kriteria atau berpotensi sebagai sebagai ruang publik aktif (Gambar 40).

c. Zona Pecinan

Pada zona ini terdapat Jalan Pancoran yang memiliki nilai fungsi paling tinggi (Gambar 40). Jalan tersebut telah dikenal sebagai pusat jajanan dan obat-obatannya. Selain kenyamanan dan akses yang cukup baik, ruang terbuka ini juga telah efektif dimanfaatkan sebagai area komersil khas Pecinan. Sedangkan ruang

terbuka lainnya termasuk kategori sedang seperti Jalan Pintu Kecil, Jalan Jembatan Batu, Jalan Perniagaan dan Jalan Asemka.

Gambar 40. Ruang Terbuka dengan Nilai Fungsi Tinggi

Tabel 13. Nilai Fungsi Ruang Terbuka Bersejarah

Keterangan: RG=representasi gaya, Pr=proporsi, Rt=ritme, Sk=skala, K = kategori (T=tinggi, S=sedang, R=rendah).

Zona Ruang Terbuka Variabel

Nilai Total

K AL KE KS N K

Sunda Kelapa

Pelabuhan Sunda Kelapa 1 3 1 2 7 S

Pasar Ikan 2 2 3 2 9 S

Jalan Nelayan Timur 2 1 2 2 7 S

Jalan Tongkol 2 3 2 2 9 S

Fatahillah Taman Fatahilah 3 3 2 3 11 T

Jalan Kali Besar Barat-Timur 3 3 2 2 10 T

Pintu Besar Utara 3 3 1 2 9 S

Jalan Bank 3 3 1 2 9 S

Jalan Poskota 3 3 1 2 9 S

Jalan Lada 2 3 2 2 9 S

Jalan kali Besar Timur 4 3 3 1 1 8 S

Jalan Kali Besar Timur 5 3 3 1 1 8 S

Jalan Cengkeh 2 3 3 2 10 T

Taman Stasiun Kota 3 3 2 2 10 T

Jalan Ketumbar 2 3 1 2 7 S

Jalan Kemukus 2 3 1 1 7 S

Jalan Kali Besar Timur 1 1 2 2 1 6 R

Jalan Kali Besar Timur 2 2 1 2 2 7 S

Jalan Kali Besar Timur 3 3 3 2 3 11 T

Jalan Teh 1 2 1 1 5 R

Pecinan Jalan Pancoran 3 2 3 3 11 T

Jalan Jembatan Batu 2 3 1 1 7 S

Jalan Perniagaan 2 2 3 2 9 S

Jalan Pintu Besar Selatan 2 2 3 2 9 S

Jalan Pintu Kecil 1 2 3 2 8 S

Pekojan Jalan Asemka 2 2 3 2 9 S

JIka ketiga penilaian digabungkan maka didapatkan nilai integritas ruang terbuka publik sebagai penilaian menyeluruh yang mencerminkan kualitas dan signifikansi ruang terbuka publik bersejarah (Tabel 14).

Tabel 14. Nilai Integritas Ruang Terbuka Publik Bersejarah di Kota Tua Jakarta

Keterangan: N= nilai, K = kategori untuk nilai total (T=tinggi, jika N=31-39, S=sedang, jika N=22-30, R=rendah, N=13-21).

Berdasarkan hasil penilaian secara komposit, nilai integritas diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu nilai integritas tinggi, sedang dan rendah. Ruang terbuka yang memiliki nilai integritas tinggi dominan berada pada Zona Fatahillah sebagai cerminan keberhasilan dari sebuah ruang terbuka publik

Zona Ruang Terbuka

Nilai Historik Nilai Estetika Nilai Fungsi Nilai Total N K N K N K N K Sunda Kelapa

Pelabuhan Sunda Kelapa 13 T 12 T 7 S 32 T

Pasar Ikan 9 S 8 S 9 S 26 S

Jalan Nelayan Timur 7 R 6 S 7 S 20 R

Jalan Tongkol 6 R 7 S 9 S 22 S

Fatahillah

Taman Fatahilah 15 T 12 T 11 T 38 T

Jalan Kali Besar Barat- Timur

15 T 12 T 10 T 37 T

Pintu Besar Utara 15 T 12 T 9 S 36 T

Jalan Bank 13 T 12 T 9 S 36 T

Jalan Poskota 14 T 12 T 9 S 35 T

Jalan Lada 12 S 11 T 9 S 32 T

Jalan kali Besar Timur 4 13 T 10 T 8 S 31 T Jalan Kali Besar Timur 5 13 T 10 T 8 S 31 T

Jalan Cengkeh 12 S 8 S 10 T 30 S

Taman Stasiun Kota 9 S 11 T 10 T 30 S

Jalan Ketumbar 11 S 11 T 7 S 29 S

Jalan Kemukus 11 S 11 T 7 S 29 S

Jalan Kali Besar Timur 1 6 R 6 R 7 S 19 R Jalan Kali Besar Timur 2 7 R 6 R 7 S 20 R Jalan Kali Besar Timur 3 12 S 7 R 11 T 30 S

Jalan Teh 8 S 6 T 5 R 19 R

Pecinan

Jalan Pancoran 10 S 10 T 11 T 31 T

Jalan Jembatan Batu 9 S 11 S 7 S 27 S

Jalan Perniagaan 10 S 7 S 9 S 26 S

Jalan Pintu Besar Selatan 9 R 9 S 9 S 27 S

Jalan Pintu Kecil 7 R 9 S 8 S 24 S

Jalan Asemka 7 S 4 R 9 S 20 R

bersejarah. Taman Fatahillah merupakan ruang terbuka berejarah yang memiliki nilai integritas paling tinggi. Pengertian ruang publik berdasarkan Hakim (2002) bahwa ruang terbuka publik memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan seperti berjalan kaki, bermain, duduk, mengobrol dan sebagainya sudah dipenuhi pada Taman ini. Sebagai peninggalan masa lalu, ruang terbuka tersebut memiliki tingkat representasi yang tinggi terhadap karakter kesejarahannya. Pola square dan keberadaan bangunan bersejarah dengan arsitektur kolonial merupakan fakta sejarah dan representasi kota kolonial yang paling dominan. Proporsi dan skala ruang tersebut sangat mendukung nilai estetikanya. Sebagai ruang publik, ruang terbuka tersebut sudah cukup memberikan kenyamanan dan telah dimanfaatkan secara optimal bagi masyarakat (Gambar 41).

Gambar 41. Ruang Terbuka Publik dengan Nilai Integritas Tinggi

Sebagai ruang terbuka utama di Kota Tua, taman ini memiliki arti yang penting bagi Kota Tua. Selain sebagai peninggalan sejarah juga menjadi pusat aktivitas masyarakat dan sebagai kawasan yang dijadikan icon atau landmark bagi kawasan Kota Tua (Dinas Tata Kota, 2005). Pada Zona Sunda Kelapa terdapat Pelabuhan Sunda Kelapa dan Jalan Pancoran pada Zona Pecinan sebagai ruang terbuka dengan nilai integritas tinggi. Secara spasial, nilai integritas ruang terbuka tersebut dapat dilihat pada Gambar 42.

Gambar 42. Peta Nilai Integritas Ruang Terbuka Publik Bersejarah di Kota Tua Jakarta

Ruang terbuka di Zona Fatahillah yang juga memiliki nilai integritas tinggi adalah Jalan Kali Besar Barat-Timur, Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Cengkeh, Jalan Poskota, Jalan Lada, namun juga terdapat ruang terbuka dengan nilai sedang dan rendah. Jalan Kali Besar Timur 3, Taman Stasiun Kota, Jalan Kemukus dan Jalan Ketumbar dengan nilai sedang dan Jalan Kali Besar Timur 1, Jalan Kali Besar Timur 2 serta Jalan Teh. Walaupun nilai dan arti sejarah pada Jalan Cengkeh tinggi, namun karena faktanya sudah mengalami banyak perubahan sehingga menurunkan nilai estetikanya dan ruang terbuka bersejarah ini termasuk nilai integritas sedang nilai integritas sedang.

Kawasan yang memiliki nilai sedang pada zona Sunda Kelapa adalah Pasar Ikan dan Jalan Tongkol, sedangkan yang memiliki nilai rendah adalah Jalan Nelayan Timur. Pada Zona Pecinan terdapat Jalan Pintu Besar Selatan, Jalan Pintu Kecil dan Jalan Perniagaan dengan nilai integritas sedang, dan Jalan Asemka dengan nilai integritas rendah. Pada Zona Pekojan terdapat Jalan Pekojan dengan nilai integritas sedang.

Ruang terbuka publik dengan nilai integritas tinggi merupakan perwakilan dari ruang terbuka bersejarah yang dianggap memiliki karakter sejarah yang dapat merepresentasikan citra pada masing-masing zona, memiliki nilai estetika yang masih tinggi dan sebagai ruang yang telah memenuhi kriteria sebagai ruang publik. Sedangkan pada ruang dengan nilai integritas sedang dan rendah dianggap belum atau tidak memenuhi ketiga kriteria nilai integritas ruang terbuka publik, baik pada nilai sejarah, estetika maupun fungsi.

5.4

.

Kebijakan Pemerintah dan Pengelolaan di Kota Tua Jakarta 5.4.1. Kebijakan Pemerintah

Dukungan terhadap upaya pengembangan Kota Tua dapat dilihat dari berbagai peraturan perundangan lainnya yang secara langsung dan tidak langsung terkait dengan kawasan tersebut. Pada Tabel 15 dipaparkan beberapa perangkat peraturan yang dikeluarkan pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah dalam upaya pelestarian aset-aset sejarah di Kota Tua Jakarta dan pemanfaatannya :

Tabel 15. Peraturan Terkait Revitalisasi Kota Tua Jakarta No. Peraturan

Perundangan

Tingkat Perundangan

Isi Peran dukungan 1. Staadblad No. 238

Tahun 1931

Pusat Penetapan Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Perlindungan Benda-benda yang memiliki niali penting bagi sejarah, kesenian dean

paleoanthropologi

Memberikan perlindungan dan melakukan pendaftaran benda-benda bersejarah dan pemiliknya

2. Undang-undang RI Nomor : 5 Tahun

1992

Pusat Benda cagar budaya Memberikan arahan pengaturan bagi

penguasaan, perlindungan, pemanfaatan dan

pengawasan benda cagar budaya

Mengamanatkan masalah pelaksanaan pengaturannya 3. Kepmen Dikbud RI

No. 0128/M/1988

Pusat Penetapan beberapa gedung, museum,

masjid, dan gereja sebagai cagar budaya yang dilindungi

Memberikan perlindungan terhadap gedung, museum, masjid dan gereja di Kota Tua Jakarta spt : Museum Keramik, Museum

Fatahillah, Museum Bahari, Masjid Annawir (di Pekojan)

4. SK KDKI Jakarta No. Cd. 3/1/70

Daerah Pernyataan daerah Taman Fatahillah, Jakarta Barat sbg di bawah daerah pemugaran Pem. DKI Jakarta yang

dilindungi oleh UU Monumen

Perlindungan terhadap bangunan dan benda bersejarah yang berada di sekitar Taman Fatahillah

5. SK Gubernur DKI Jakarta No. Cb.

11/1/12/1972

DKI Jakarta Penetapan bangunan-bangunan bersejarah dan monumen di wilayah DKI Jakarta sebagai bangunan yang dilindungi

Memberi penjabaran, penjelasan dan pedoman mengenai penguasaan, perlindungan, pemanfaatan dan pengawasan berkenaan upaya pelestarian benda cagar budaya

5. SK Gubernur KDKI Jakarta No. :

D.III-b/11/4/54/1973

Daerah Pernyataan Jakarta Kota dan Pasar Ikan, Jakarta Barat dan Utara sebagai kawasan yang dilindungi

Perlindungan kawasan Jakarta Kota (sebagian dari Kota Tua Jakarta) dan Pasar Ikan

6. Surat Keputusan Gubernur No :

D.III-b.11/4/56/1973

Daerah Pernyataan daerah Glodok sebagai daerah yang dilindungi

Perlindungan terhadap kawasan Glodok

No. Peraturan Perundangan

Tingkat Perundangan

Isi Peran dukungan 8. Surat Keputusan

Gubernur KDKI No : 475 Tahun

1993

Daerah Penetapan bangunan-bangunan bersejarah di DKI Jakarta sebagai benda cagar budaya

Memberikan penjelasan kepentingan pelestarian dan penetapan bangunan bersejarah di DKI Jakarta sebagai benda cagar budaya 9. Peraturan Daerah

No. 6 tahun 1999 tentang RTRW DKI Jakarta 2010

Daerah misi dan strategi pengembangan Tata ruang Kotamadya terutama terkait dengan pengembangan kawasan kota tua

Memberikan arahan dalam pengembangan Kota Tua Jakarta

10 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 tahun

1999

Daerah Pelestarian dan pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya Mendefinisikan BCB Mendorong partisipasi masyarakat dalam pelestarian BCB

Mengatur tolak ukur BCB 11. SK Gubernur DKI

Jakarta No. 475 Tahun 2006

Daerah Penetapan bangunan bersejarah sebagai benda cagar budaya

Memberikan perlindungan terhadap bangunan dan lingkungan bersejarah di DKI Jakarta

12. SK Gubernur DKI Jakarta No. 34

Tahun 2006

Daerah Tentang Penguasaan Perencanaan dalam rangka penataan kawasan Kota Tua seluas + 846 Ha yang terletak di

Kotamadya Jakarta Utara dan Jakarta Barat

Memberikan kejelasan batasan luas Kota Tua

13. Peraturan Gubernur No. 127 Tahun 2007

Daerah Pembentukan, organisasi dan tata kerja unit penataan dan pengembangan kawasan Koatua

Pembentukan UPT Kota Tua sebagai lembaga yang mengkoordinasi semua hal yang menyangkut Kota Tua dengan berbagai instansi atau pihak yang ada. 14. Draft Rencana

Induk Kota Tua 2007

Daerah Arahan

Pengembangan yang berisi Konsep dan Penataan Kota Tua

Memberikan arahan umum dalam pengembangan Kota Tua Jakarta pada semua aspek

Sumber: Dinas Museum dan Kebudayaan, Draft Rencana Induk Kota Tua

Secara umum, kebijakan pemerintah melalui peraturan perundangan yang telah ditetapkan baik tingkat pusat maupun daerah sudah menunjukkan dukungannya terhadap upaya perlindungan aset-aset bersejarah di Kota Tua Jakarta baik berupa bangunan maupun lingkungan bersejarah (cagar budaya). Melalui peraturan-peraturan ini diharapkan aset-aset yang mempunyai nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat dipertahankan, dipulihkan,

dilindungi dan dipelihara baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk kepentingan pembangunan dan citra positif kota Jakarta sebagai kota yang memiliki berbagai sejarah perjuangan.

Upaya pelestarian atas aset bersejarah telah dimulai sejak jaman Hindia Belanda, yaitu sejak diterbitkannya Monumenten Ordonnantie Staatsblad tahun 1931 nomor 238 yang mengatur perlindungan terhadap benda-benda yang memiliki nilai penting bagi prasejarah, sejarah, kesenian dan paleoanthropologi. Setelah itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sejak kepemimpinan Ali Sadikin, telah mengupayakan penyelamatan bangunan cagar budaya dan lingkungan cagar budaya melalui SK KDKI Jakarta No. Cd. 3/1/70.

Kini sebagai pegangan dalam pengembangan Kota Tua, Dinas tata Kota akan menyelesaikan Rencana Induk Kota Tua Jakarta yang kini masih berupa draf yang sedang dimatangkan. Terkait dengan ruang terbuka publik, berdasarkan Draf Rencana Induk Kota Tua yang akan ditetapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta secara khusus sudah digambarkan mengenai konsep dalam penataan ruang terbuka publik di Kota Tua Jakarta. Salah satu isi konsep umum dalam Draft Rencana Induk Kota Tua 2007 adalah ‘Pelestarian Kota Tua melalui integrasi aktivitas manusia di dalam ruang terbuka hijau kawasan’ dengan prinsip tata guna lahan sebagai berikut :

1. Mengembalikan peran ruang terbuka sebagai ruang integrasi sosial antar komunitas

2. Menciptakan ruang terbuka dan ruang terbuka hijau pada berbagai layer aktivitas kota, misalnya di lantai dasar, podium,lantai atap, dan lain-lain 3. Merumuskan dan memberlakukan kembali KDH kawasan yang mendukung

terciptanya karakter kawasan

4. Membuat sistem kompensasi atau insentif/disinsentif untuk merangsang penyediaan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau terutama di kawasan berkepadatan tinggi

5. Menghidupkan kembali Ruang Terbuka Hijau menjadi ruang terbuka aktif yang mendukung meningkatkan jumlah dan kualitas ruang terbuka.

Isi dari prinsip tata guna lahan ruang terbuka telah menunjukkan bahwa telah ada upaya pemerintah untuk mengembalikan peran ruang terbuka sebagai

ruang publik. Ruang terbuka publik selain sebagai ruang integrasi sosial, diharapkan dapat menghidupkan ruang terbuka hijau untuk meningkatkan kualitas ruang terbuka. Namun isi dari draf tersebut masih belum menggambarkan arahan secara lebih spesifik.

Insentif dan disinsentif juga disediakan untuk merangsang penyediaan ruang terbuka publik. Namun seharusnya usulan kebijakan tersebut tidak hanya bagi penyedia ruang terbuka publik, tetapi juga bagi yang bersedia memanfaatkan ruang terbuka publik berdasarkan aturan pelestarian. Misalnya insentif diberikan kepada pihak yang bersedia mengembangkan aktivitas wisata air di kawasan Sunda Kelapa dan Kali Besar serta memberikan disinsentif bagi pihak pengembang yang merusak kawasan atau melanggar aturan pelestarian. Menurut Arifin (2005) salah satu pendekatan dalam pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara menjalankan insentif dengan tujuan menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan, dan sistem disinsentif bertujuan untuk menanggulangi kerusakan lingkungan.

Dalam Draf Rencana Induk Kota Tua telah diusulkan beberapa kawasan yang dianggap membutuhkan ruang terbuka publik yaitu kawasan Pekojan, Pinangsia, Glodok dan Peremajaan dengan Taman Fatahillah sebagai ruang publik utama (Gambar 43). Usulan tersebut dibuat dengan pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki tingkat kepadatan tinggi. Namun usulan tersebut perlu dikaji kembali bagaimana strategi pelaksanaanya, mengingat kawasan tersebut hampir sudah tidak lagi memiliki lahan kosong, berarti untuk membuka ruang terbuka perlu dilakukan pembongkaran kawasan yang sudah terbangun. Dalam draf tersebut, ruang terbuka di Zona Inti sebagai ruang terbuka publik hanya dialokasikan pada Taman Fatahillah sebagai ruang publik utama sedangkan ruang terbuka lainnya belum menjadi alternatif sebagi ruang publik.

Pertimbangan ruang terbuka publik bersejarah seharusnya dapat dijadikan sebagai alternatif pemilihan ruang publik yang pemanfaatannya disesuaikan dengan nilai integritas dan karakter kawasan. Ruang terbuka publik bersejarah yang memiliki nilai integritas tinggi dapat diusulkan menjadi alternatif ruang terbuka publik tambahan sebagai perluasan dari ruang publik utama.

Ruang terbuka sebagai ruang terbuka hijau yang menjadi usulan Draf Rencana Induk adalah kawasan Kali Besar, Roa Malaka, Jalan Nelayan Timur, Jalan Pintu Kecil dan Jalan Pancoran serta Taman Gedung BNI (Gambar 43). Usulan ruang terbuka pada Draf Rencana Induk yang termasuk Zona Inti adalah hanya kawasan Kali Besar, Jalan Nelayan Timur dan Jalan Pancoran serta taman yang berada di depan Gedung BNI.

Gambar 43. Usulan Ruang Terbuka dan Tata Hijau dalam Rencana Induk Kota Tua Jakarta (Sumber: Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2007)

Ruang terbuka publik sebagai tempat aktivitas publik harus juga memberikan kenyamanan. Hal ini dapat dilakukan dengan menata penghijauannya. Penanaman pohon yang tepat akan membantu memberikan

PETA USULAN