• Tidak ada hasil yang ditemukan

dilakukan oleh Dinas Tata Kota DKI Jakarta dan PT. Gafa Multi Consultant

“CI TRA BUDAYA RELI GI US”

5.7.2. Arahan Pelestarian Ruang Terbuka Publik Bersejarah

5.7.2.2. Zona Fatahillah

Pada zona ini terdapat ruang terbuka berupa jalan (street) dan square yang didominasi bangunan disekelilingnya (dominated square). Zona ini merupakan zona yang memiliki karakter morfologi ‘kota kolonial’ yang menampilkan bentuk formalitas pola grid dan desain blok dengan orientasi pada ruang terbuka utama. Massa besar yang sebagian besar dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) = 0 atau streetwall buildings juga menjadi karakter ruang terbuka pada zona ini.

Ruang terbuka pada Zona Fatahillah perlu diarahkan pada peningkatan “Citra Kota Kolonial”. Untuk memproteksi karakter sejarah yang bernilai dari perubahan yang negatif perlu dilakukan ufisik ruang terbuka yang dapat memperkuat citra harus dipertahankan. Formalitas pada desain ruang terbuka menjadi karakter yang harus dipertahankan. Fasade improvement (perbaikan fasade) pada bangunan-bangunan bersejarah yang rusak dan pemasangan utilitas bawah tanah (underground utilitas) harus dilakukan untuk menciptakan image yang dapat meningkatkan kualitas visual pada ruang terbuka.

Ruang terbuka pada Zona Fatahillah perlu diarahkan pada peningkatan “Citra Kota Kolonial”. Pada ruang yang memiliki nilai integritas tinggi, karakter

fisik ruang terbuka yang dapat memperkuat citra harus dipertahankan. Formalitas pada desain ruang terbuka menjadi karakter yang harus dipertahankan. Facade Improvement (perbaikan fasade) pada bangunan-bangunan bersejarah yang rusak dan pemasangan utilitas bawah tanah (underground utilitas) harus dilakukan untuk menciptakan image yang dapat meningkatkan kualitas visual pada ruang terbuka (Gambar 51).

Gambar 51. Kondisi bangunan rusak di Jalan Pintu Besar Utara dan Utilitas listrik yang mengganggu kesan visual di Jalan Kali Besar

Fungsi dan aktivitas baru perlu dibatasi agar tidak merusak karakter asli pada ruang terbuka, misalnya dengan kegiatan komersil semi permanen dan insidentil. Pada ruang yang memiliki nilai integritas sedang dapat dilakukan upaya rehabilitasi atau restorasi dan dimasukkan fungsi baru sesuai kebutuhan, namun tetap mempertahankan karakter sejarah yang masih ada. Sedangkan pada ruang terbuka yang memiliki nilai rendah dapat dilakukan tindakan fisik dan pemanfaatan yang lebih bebas namun tetap mendukung kawasan. Secara khusus di bawah ini akan dibahas arahan pelestarian dan pemanfaatan yang dapat dilakukan pada setiap ruang terbuka.

a. Taman Fatahillah, Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Poskota, Jalan Lada, Jalan Bank

Taman Fatahillah merupakan pusat ruang terbuka dari Zona Fatahillah bahkan Koa Tua yang menampilkan formalitas dalam desain ruang terbuka berupa square. Sebagai ruang terbuka aktif yang merupakan titik pusat Zona 2 bahkan Kota Tua, Taman Fatahillah memiliki nilai sejarah yang paling tinggi. Hal ini

berarti karakter ruang terbuka yang dapat memperkuat citra kawasan harus dipertahankan. Jalan setapak berbentuk garis diagonal yang dulu pernah diperuntukkan untuk melintas bagi masyarakat harus terus dipertahankan dan dipertegas keberadaannya.

Sebagai ruang terbuka yang memiliki nilai integritas tinggi (Tabel 14), Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Poskota, Jalan Lada, Jalan Kali Besar Timur 4, Jalan Kali Besar Timur 5 perlu dilakukan upaya pelestarian pada karakter asli yang dimiliki. Pola jalan yang lurus (straight) dan membentuk pola grid menjadi karakter yang kuat yang perlu dipertahankan. Fungsi ruang terbuka dapat diaktifkan melalui kegiatan publik yang tidak permanen, baik secara terjadwal maupun insidentil. Kostof (1992) menyebutkan bahwa peran utama ruang terbuka publik adalah bukan hanya sebagai tempat aktivitas publik, seperti upacara rakyat, parade, pasar dan sebagainya, juga sebagai sirkulasi publik dan tempat berkumpul. Namun aktivitas-aktivitas tersebut pada ruang terbuka publik yang memiliki nilai integritas tinggi perlu dibatasi dan diatur melalui pengelolaan jenis, frekuensi dan waktu. Keberadaan pedagang-pedagang pada ruang terbuka perlu dibatasi jumlahnya.

Sistem perparkiran juga harus diatur agar tidak mengganggu aktivitas di taman. Permasalahan yang terjadi adalah kebutuhan akan lahan parkir sangat tinggi, namun lahan yang ada untuk parkir kendaraan secara khusus tidak ada. Oleh karena itu pengaturan terhadap tempat parkir juga menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan, misalnya dengan mengalokasikan tempat parkir khusus secara profesional di tempat tertentu yang tidak mengganggu aktivitas di sekitar Taman Fatahillah. Sesuai dengan upaya yang diusulkan dalam Pengkajiaan Aspek Ketatakotaan pada Kawasan Kota Tua, adalah dengan menerapkan konsep ‘park and ride‘ dengan menyediakan kantung-kantung parkir di luar kawasan. Namun juga diusulkan untuk tetap menyediakan on street parking di sepanjang jalan yang cukup lebar di dalam kawasan Kota Tua. Namun sistem parkir on street ini haruslah tepat. Badan jalan yang dipilih diusahakan tidak mengganggu aktivitas dalam Kota Tua begitu pula pada kawasan sekitar Taman Fatahillah. Pengunjung Taman Fatahillah dapat memanfaatkan tempat parkir yang berada pada sepanjang Kali Besar baik sebelah barat maupun timur, asalkan dikelola

secara profesional sehingga memberikan keamanan yang baik. Ruang terbuka sekitar Taman Fatahillah seharusnya dibebaskan dari gangguan lalu lintas kendaraan dan perlu pemberlakuan pedestrianisasi penuh pada Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Kali Besar Timur 4 dan Kali Besar Timur 5, sebagai langkah penting untuk menjaga karakter dan aktifitas kawasan sekitar Taman Fatahillah. Pedestrianisasi yang dimaksud adalah pemnyediaan dan pembangunan fasilitas bagi pejalan kaki. Pengembangan sistem pedestrian di DKI Jakarta secara umum sudah tercantum dalam Pola Transportasi Makro (PTM-SK Gubernur No. 84/2004). Acuan program ini adalah mendukung program pengembangan fasilitas pejalan kaki yang memadai dan menumbuhkan budaya berjalan kaki, serta mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Salah satu cara sebagai upaya untuk menandakan jalur yang diberlakukan pedestriaisasi adalah dengan pemasangan barier pada segmen tertentu agar kendaraan tidak dapat melintas. Di bagian selatan Pintu Besar Utara upaya tersebut telah dilakukan, namun perlu ditambahkan pada bagian utara Jalan Pintu Besar Utara, sebelah barat Jalan Kali Besar Timur 4 dan Jalan Kali Besar Timur 5.

Aksesbilitas dan tautan (linkage) menjadi sangat penting manakala kawasan tersebut dimaksudkan untuk menjadi kawasan yang dikunjungi (PPS, 2001). Pembenahan aksesbilitas di kawasan Kota Tua Jakarta ini dianggap penting, karena saat ini, jalan-jalan yang berada di lingkungan tersebut cukup padat oleh kendaraan, khususnya pada jam-jam kerja. Padatnya jalan tersebut tidak disebabkan oleh banyaknya kendaraan pengunjung lingkungan, namun karena kendaraan lain yang melintas. Oleh karena itu perlu ada pembatasan bagi kendaraan yang melintas, misalnya dengan melakukan penutupan pada beberapa jalan. untuk memenuhi kebutuhan terhadap aksesibilitas, jalur pedestrian harus kontinyu dan terintegrasi. Jalur tersebut dapat diperkuat dengan perabot jalan yang bersifat festive. Pohon pelindung yang disediakan jangan menghalangi sudut pandang pejalan kaki untuk melakukan apresiasi terhadap fasade bangunan yang menurut Collins and Collins (1965) sebagai freestanding sculptural mass yang merupakan bagian dari prinsip estetika ruang terbuka perkotaan (Gambar 52).

Gambar 52. Penanamban Pohon di Jalan Pintu Besar Utara

Penyediaan shuttle bus juga sebagai alternatif bagi pengguna kawasan menuju kawasan Fatahillah atau berkeliling di kawasan Kota Tua, selain itu juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi (Dinas Tata Kota, 2005). Jalur shuttle bus tersebut dapat mengikuti jalur tram yang pernah beroperasi pada abad ke-19 yaitu berawal dari Jalan Cengkeh menuju Taman Fatahillah dan melintas Jalan Pintu Besar Utara dan Jalan Pintu Besar Selatan (Gambar 53). Jalur tram yang disediakan harus terintgrasi dengan pedestrian linkage dan tempat parkir yang disediakan agar pengguna kawasan dapat merasa nyaman untuk pindah dari satu alternatif transportasi yang satu ke alternatif lainnya.

Gambar 53. Usulan Shuttle bus di Kota Tua dan Jalur tram di Jalan Pintu Besar Utara (Sumber:Dinas Tata Kota, 2007)

Kebutuhan terhadap peningkatan jenis aktivitas/kegiatan dianggap sangat penting bagi masyarakat. Kegiatan dapat diciptakan apabila penataan ruang dapat mendukungnya. Kegiatan yang dilakukan dapat bersifat pasif seperti menonton obyek atau atraksi (people watching), dapat pula bersifat aktif (direct experiences) terhadap ruang atau orang lain (Carr et al, 1992). Selain melihat obyek-obyek

bersejarah, peningkatan people watching dapat dilakukan melalui penambahan jenis dan frekuensi dari even-even yang juga berfungsi dalam meningkatkan kehidupan sosial di kawasan Kota Tua. Even yang diadakan di Zona Fatahillah perlu diperluas, agar tidak hanya terfokus pada Taman Fatahillah. Kegiatan yang diadakan perlu disebar pada ruang terbuka lainnya di sekitarnya, seperti pada Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Lada dan Jalan Poskota. Pada ruang terbuka tersebut dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik yang bersifat aktif (direct experiences) dengan menyediakan fasilitas untuk memberikan peluang bagi masyarakat untuk saling berinteraksi, seperti meneyediakan tempat duduk, mengadakan program senam bersama dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan besar seperti karnaval atau pawai budaya dapat menggunakan ruang terbuka di sekitar Taman Fatahillah. Even-even berupa konser dapat dilakukan misalnya di sepanjang Jalan Pintu Besar Utara, atau karnaval yang melewati Jalan Poskota. Menurut Lynch (1981), pengaturan waktu (time management) merupakan salah satu pertimbangan penting dalam pengadaan aktivitas/even untuk 1) menghindari konflik, 2) menyebar ke seluruh waktu agar bermanfaat, 3) menghindari kemacetan, 4) memberikan peluang bagi kegiatan-kegitan yang disesuaikan dengan waktu-waktu khusus, seperti pada hari besar, akhir pekan atau liburan sekolah dengan mengadakan bazar, pameran, open square dan sebagainya.. Pemberlakuan Car Free Day secara berkala setiap hari Sabtu atau Minggu dapat diterapkan untuk lebih menghidupkan suasana di sekitar Taman Fatahillah yang juga memberikan alternatif bagi pengguna kendaraan untuk berjalan kaki di kawasan ini.

Jalan Pintu Besar Utara yang dulunya bernama Prinsen Straat dan pernah menjadi kawasan perdagangan ini dapat dimanfaatkan sebagai shopping street dengan juga memfungsikan bangunan di sepanjangnya terutama lantai dasar, misalnya sebagai kafe, restoran, toko-toko eceran dan galeri. Jalan Pintu Besar Utara dapat dijadikan sebagai pintu gerbang menuju kawasan Fatahillah dari arah Stasiun Kota dan menjadikannya sebagai jalur khusus pejalan kaki (pedestrianisasi) dan jalur shuttle bus (Gambar 54).

Gambar 54. Ilustrasi Pemanfaatan Jalan Pintu Besar Utara

b. Jalan Cengkeh

Jalan yang memiliki nilai integritas sedang ini (Tabel 14), berdasarkan sejarahnya berfungsi sebagai penghubung (axis) antara kastil, Amsterdam Poort, Stadhuisplein dan Stadhuis. Karena nilai penting dari jalan ini, maka Jalan Cengkeh perlu dikembalikan sebagai axis yang menghubungkan antara Taman Fatahillah dengan kawasan Sunda Kelapa (Gambar 55). Tindakan yang dilakukan dapat melalui rekonstruksi yaitu dengan membangun ulang mengikuti karakter fungsi aslinya (Harvey dan Buggey, 1988). Amsterdam Port yang pernah berfungsi sebagai pintu gerbang dari utara perlu dihadirkan kembali (Gambar 56). Sepanjang Jalan Cengkeh ini dapat ditanami pohon Cengkeh (Syzgium aromaticum) yang berfungsi selain sebagai peneduh juga sebagai pengarah dan mempertegas fungsi axis pada jalan.

Gambar 55. Axis penghubung Taman Fatahillah dengan Zona Sunda Kelapa (Sumber: Guidelines Kota Tua)

Gambar 56. Amsterdam Port dulu dan sekarang (Sumber: Sejarah Kota Tua)

c. Jalan Bank

Jalan ini merupakan akses dari jalan Pintu Besar Utara menuju Kali Besar. Di sepanjang jalan ini merupakan bagian samping dari bangunan Bekas kantor Nederlands Indische Escomto Maatschappij (NIEM), yang arsitekturnya sangat unik, campuran Neo-Klasik Renaissance dan Modern Art Deco. Fasade bangunan di jalan ini menjadi view tersendiri bagi pengendara yang melewati jalan ini. Jalan ini merupakan jalur satu-satunya bagi kendaraan bermotor dari Jalan Pintu Besar menuju Kali Besar, karena akses langsung menuju Taman Fatahillah ditutup bagi kendaraan. Walaupun jalan ini pendek, perlu dioptimalkan sebagai jalur kendaraan dan perlu dibatasi fungsinya sebagai ruang publik.

d. Taman Stasiun Kota

Taman yang sekarang menjadi sebuah plaza sebagai sirkulasi bawah tanah menuju bus way, tetap haru membuka view ke luar dan ke arah bangunan bersejarah yang ada di sekitarnya seperti Stasiun Kota dan Museum Bank Mandiri dan BanK Indonesia. Selain itu fungsi di dalamnya dapat diperluas, tidak hanya sebagai ruang peralihan moda transportasi busway, tapi dapat diisi dengan kegiatan komersil di beberapa titik dalam plaza.

Arahan pelestarian dan pemanfaatan ruang terbuka publik di Zona Fatahillah pada kawasan sekitar Taman Fatahillah dapat dilihat pada Gambar 57.

Gambar 57. Arahan Pelestarian dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan Sekitar Taman Fatahillah

e. Jalan Kali Besar Barat-Timur

Satu diantara beberapa kawasan di Kota Tua yang masih memiliki kondisi fisik kawasan yang cukup baik adalah kawasan Kali Besar. Sampai sekarang sebagian besar gedung-gedung masih dalam kondisi cukup baik dan beberapa masih berfungsi sebagai perkantoran. Ruang terbuka ini memiliki nilai integritas tinggi sehingga elemen-elemen yang dapat memperkuat karakter harus dipertahankan. Melihat potensi yang ada, maka koridor ini seharusnya dapat diarahkan sebagai high street Kota Tua Jakarta sebagai daerah tujuan belanja yang unik (Dinas Tata Kota, 2005). Merujuk pada peruntukan lahan makro kawasan Kota Tua, maka arahan tata guna lahan mikro pada kawasan ini adalah untuk kegiatan komersil. Ruang terbuka di sepanjang bangunan dapat dijadikan sebagai

perluasan kegiatan yang ada di lantai dasar bangunan-bangunan yang menghadap Kali Besar.

Pemberian insentif bagi pemilik bangunan bersejarah untuk mempertahankan penampilan fasadenya dan membuka kegiatan minimal di lantai dasarnya perlu dilakukan untuk mendukung arahan tata guna lahan mikro yang ada. Selasar di sepanjang jalan ini juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi sebagai street market sebagai perluasan kegiatan dari dalam bangunan. Menurut Alexander et al. (1977), kegiatan dari bangunan merupakan daya tarik bagi passers-by (orang lewat) dan berkontribusi dalam memberikan rasa aman. Oleh karena itu desain fasade bangunan harus bersifat terbuka dan mudah diakses dari jalan baik secara fisik maupun visual untuk menambah daya tarik dan vitalitas pada ruang terbuka publik. Jumlah pintu atau entrance pada bangunan yang berisi kegiatan merupakan indikator yang baik untuk menciptakan street life di perkotaan (Gambar 58).

Gambar 58. Desain Fasade Bangunan sebagai Daya Tarik Ruang Terbuka Publik Badan jalan yang cukup lebar dengan jalur pedestrian yang memadai, bangunan yang bernilai tinggi dan keberadaan sungai kali Besar sebagai potensi yang tidak dimiliki ruang terbuka lainnya. Jalur pedestrian tepi air dapat difungsikan sebagai ruang aktivitas ekonomi yang semi permanen dan insidentil, misalnya pameran, bazaar, tenda-tenda makanan atau warung berjalan sehingga tercipta kehidupan dan interaksi sosial di kawasan ini. Ruang terbuka sepanjang sisi kanal Kali Besar Timur dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka aktif yang diisi berbagai kegiatan baik bersifat aktif ataupun pasif.

Jalan Kali Besar Barat-Timur ini dibelah oleh sungai dahulunya pernah sebagai sarana transportasi air yang ramai dilalui (Gambar 59). Kini area pinggir sungai perlu dikembangkan sebagai ruang publik atau kawasan wisata waterfront dengan memanfaatkan sungai sebagai bagian depan yang harus dipelihara, bukan menjadi bagian belakang sebagaimana kondisinya sekarang. Desain street furniture yang kini membelakangi sungai perlu dibenahi agar dapat diakses dengan secara visual dan fisik (Gambar 60). Insentif perlu disediakan bagi pengusaha atau masyarakat lokal yang bersedia mengembangkan wisata air di kawasan ini. Arahan pelestarian dan pemanfatan ruang terbuka publik di kawasan Kali Besar secara spasial dapat dilihat pada Gambar 61.

Gambar 59. Kali Besar Ketika Dimanfaatkan sebagai Sarana Transportasi (Sumber: Ataladjar, 2003)

Gambar 60. Contoh Sungai sebagai Bagian Depan yang Dipelihara (Sumber: www. Capetown. dj)

Konservasi Fasade Bangunan

st reet m arket

Gambar 61. Peta Arahan Pelestarian dan Pemanfaatan Kawasan Kali Besar