• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRILOGI NOVEL NEGERI 5 MENARA

A. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan dalam Pendidikan di Indonesia

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama. Mewarnai kehidupan sehari- harinya dengan nilai-nilai agama. Senantiasa berbuat baik dimana pun dan kapan pun karena merasa selalu diawasi oleh Allah (ihsan).

Amak memiliki kemauan yang keras agar anaknya (Alif) menjadi seorang pemimpin agama yang akan senantiasa mengajak ummat untuk melaksanakan

kebaikan dan meninggalkan keburukan (melakukan amar ma’ruf nahi mungkar).

“….Amak tidak akan lupa ketika ananda mencium tangan. Amak sebelum berangkat masuk sekolah di jawa tiga tahun yang lalu. Tidak terkatakan bahagianya hati Amak. Inilah cita- citanya Amak sejak ananda masih sebulan dalam kandungan Amak. Waktu itu Amak berniat, kalau Amak diberi anak laki-laki, Amak akan mendidiknya menjadi seorang pemimpin agama. Melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, mengajak orang kepada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran (N5M : 370-371).

Keinginan Amak agar Alif menjadi pemimpin agama rupanya tidak tanggung-tanggung, dia berkeinginan Alif menjadi ulama besar seperti Buya Hamka (Haji Abdul Malik Amrullah). Oleh karena itulah, Amak bersi kukuh agar Alif menimba ilmu di PM.

Amak bermimpi ananda nanti akan bisa menerangi jalan umat islam, seperti yang dilakukan Buya Hamka. Amak sedih melihat kualitas pemimpin agama kita menurun. Amak ingin memberikan anak yang terbaik untuk kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat (N5M : 371).

Sejak itu, tidak lepas-lepasnya doa Amak kirimkan untuk kesuksesan ananda belajar di Jawa (N5M : 371).

Tidak terkatakan pula sedihnya Amak menerima surat ananda seminggu selalu. Selama ini Amak sudah tenang karena dari membaca surat-surat ananda sebelumnya, pondok ini cocok dan cukup menyenangkan buat ananda. Amak bertanya-tanya kepada ananda sekarang berubah dari tenang menjadi gelisah? Masuk sekolah agama tidak kalah hebat dibanding sekolah umum. Bahkan belajar agama itu lebih utama dan lebih mulia (N5M : 371).

Maafkan Amak telah menyuruh-nyuruh ananda untuk sekolah agama. Tapi ini untuk kebahagiaan kita semua dunia dan akhirat. Karena dengan sepenuh hati, Amak minta ananda bertahan di pondok. Ini permintaan Amak. Tolonglah ananda pertimbangkan matang-matang (N5M : 371).

Amak berkeyakinan bahwa belajar agama dan menjadi pemuka agama merupakan profesi yang lebih mulia dibanding dengan belajar ilmu umum dan menjadi tokoh masyarakat dalam bidang nonagama. Dengan menjadi pemuka agama diharapkan dapat menyebarkan nilai-nilai agama di tengah-tengah masyarakat luas dengan harapan masyarakat lebih dapat mengenal ajaran agama sehingga motivasi setiap aktivitas dalam hidupnya hanya untuk mecari ridha Allah. Keyakinan semacam ini tentu tidak mungkin dimiliki oleh seseorang yang tingkat religiusnya rendah.

Demikian pula tingkat religiusitas yang tinggi juga dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai tekat yang kuat dan ghiroh (semangat) yang tinggi untuk mempelajari dan mendalami Al-Quran dan Hadits Nabi. Dengan mempelajari dan mendalami kedua sumber utama ajaran Islam tersebut dimungkinkan seseorang akan lebih mengenal dan dekat kepada Allah sehingga orientasi hidupnya tidak akan menyimpang dari tuntunan agama.

Di usia muda dia telah merantau ke Madinah untuk menuntut ilmu hadits dan Al-Quran, di Madinah University. Dan kembali ke PM dengan gelar ad- Duktur (N5M:112).

Sementara khusus untuk hadits, kami diajari mendeteksi hadist yang otentik. .. Bacalah AL-Quran dan hadits dengan mata hati kalian (N5M:113).

Mungkin ini berawal dari betapa cintanya dia dengan AL-Quran (N5M:118).

Pada dasarnya sikap religius yang tertinggi adalah manakala seseorang melakukan segala aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari tidak ada niat atau motif lain kecuali ikhlas hanya untuk meraih ridha Allah SWT, sebagai mana pernyataan Kiai Tais pada kutipan berikut ini.

Kiai Rais kembali melanjutkan pidato. “Menuntut ilmu di PM bukan buat gagah-gagahan dan bukan biar bisa bahasa asing. Tapi menuntut ilmu karena Tuhan semata. Karena itulah kalian semua tidak akan kami beri ijazah, tidak akan kami beri ikan, tapi akan mendapat ilmu dan kail. Kami, para ustadz ikhlas mendidik kalian dan kalian ikhlaskan pula niat kalian untuk mau dididik.” Tangan beliau bergerak-gerak diudara mengikuti tekanan suaranya (N5M:50).

2. Jujur

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Jika setia orang dapat berperilaku jujur niscaya kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan sangat baik dan kondusif untuk mencapai kamajuan dan kejayaan. Dengan perilaku jujur, kehidupan akan diliputi dengan suasana saling percaya sehingga

dapat saling bekerjasama dan bersinergi dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan berperilaku jujur tentu para pejabat negara tidak ada yang korupsi sehingga anggaran negara dapat betul-betul untuk menyejahterakan rakyat.

Ketika Alif mendapatkan amanat untuk memotret keluarga Kiai Khalid, sudah berkali-kali memotret ternyata filmnya dalam kameranya belum dipasang. Atas kejadian ini, Alif berkata secara jujur kepada keluarga Ustadz Khalid bahwa ia lupa memasang filmnya seraya meminta maaf dan mohon izin untuk melakukan pemotretan ulang.

“Ustadz, mohon maaf, ada kesalahan teknis. Filmnya lupa belum di pasang,” kataku. Mukaku merah saperti kepiting dibakar. Aku menangkap getar di kumisnya, tapi wajah Ustadz Khalid tidak berubah. Istrinya bilang “Tidak apa-apa”. Yang paling aku khawatirkan bagaimana aku di mata Sarah. Alisnya terangkat sebentar, lalu senyum dikulum. Dia mungkin tahu bagaimana gugupnya aku (N5M: 260).

3. Toleransi

Toleransi adalah sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Di antara bukti bahwa novel N5M merepresentasikan nilai-nilai toleransi adalah dihadirkan tokoh-tokoh utama dalam novel yang disebut Shahibul Menara berbeda latar belakang etnisnya, yakni Alif Fikri dari Sumatera Barat, Atang dari Jawa Barat, Baso Salahudin dari Gowa, Sulawesi, Said Jufri dari Surabaya, Raja dari Medan, dan Dulmajid dari Madura.

Sahibul Menara tentu hadir dengan lemgkap. Atang, Raja, Dulmajid dan Baso duduk di baridan paling depan, dekat gawang. Atang yang kreatif membawa selimut “batang padi” yang bermotif strip hitam putih dari kamarnya dan mengambangkannya di pinggir lapangan. Di atas selimut itu dia menempelkan kertas warna-warni yang berbentuk tulisan:”Kelas Satu Juara Satu. Ayo Al-Barq “(N5M:278).

4. Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang baik. Kepatuhan terhadap berbagai peraturan yang berlaku, terutama peraturan yang berasal dari Islam (Allah dan rasul-Nya) akan menjamin keselamatan manusia dan tertibnya kehidupan di masyarakat, karena memang pada dasarnya ajaran Islam itu fungsinya untuk melindungi jiwa,

kehormatan, keturunan, dan harta manusia serta terbentuknya masyarakat yang tertib, aman, dan nyaman.

Untuk menegakkan kedisiplinan bagi seluruh santri di PM, kepada seluruh santri baru dibacakan aturan atau tata tertib (qanun) yang harus dipatuhi semua santri. Qanun ini tidak tertulis dan hanya dibacakan sekali dimana seluruh santri harus menyimaknya dengan seksama. Diharapkan dengan strategi semacam ini para santri senantiasa dalam kepekaan yang tinggi dalam merespon setiap ilmu atau informasi, baik dari lingkungan PM maupun masyarakat luas.

Representasi nilai disiplin juga tampak pada kutipan berikut ini yang berisi tata tertib, jadwal kegiatan pembelajaran, dan kegiatan sehari-hari di PM (qanun) yang wajib ditaati seluruh santri PM dengan penuh disiplin, karena jika ada santri yang tidak disiplin menaati qanun itu pasti akan diberi sanksi.

“Para siswa PM, bersama ini saya bacakan qanun di depan Anda semua untuk diperhatikan, dipahami dan dipatuhi

1. Jadwal bangun pagi jam 4.30 dan waktu boleh tidur jam 9.30 malam. Di antara itu jadwal telah diatur dengan ketat oleh lonceng. Disiplin waktu ditegakkan dengan ketat.

2. Semua harus mengikuti aturan berpakaian sopan dan pada tempatnya. Ada pakaian olahraga, pakaian sekolah, dan pakaian ke masjid.

3. Setiap orang harus memakai papan nama kapan saja dimana saja.

4. Tidak dibenarkan memakai bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

5. Tiga kali seminggu waktu latihan pidato dalam bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia.

6. Hari Kamis sore waktu latihan pramuka.

7. Pelanggaran berat adalah mencuri, berkelahi, dan berhubungan dekat dengan perempuan. Hukumannya adalah dipulangkan.

8. Semua murid harus menjaga milik mereka sendiri dengan baik. Lemari dikunci, sandal, buku, dan barang lain diberi nama.

9. Ketertiban akan diatur oleh bagian keamanan dan bahasa diatur oleh bagian penggerak bahasa.

10. Semua perizinan tidak masuk kelas dan tidak ikut kegiatan harus melalui rekomendasi dan tasrih atau surat keterangan izin dari wali kelas. 11. Aturan harus diikuti dan ada hukuman bagi

yang melanggar. Semua aturan ini harus diikuti tanpa kecuali.

12. Hari sekolah dari Sabtu sampai Kamis dan Jumat libur.

13. Setiap pelanggar aturan akan dipanggil dan disidang di mahkamah disiplin.

Kak Iskandar menggulung kembali kertas tadi dan memandang kepada kami semua. “Mulai detik ini, kalian semua sudah resmi berada dalam aturan dan disiplin PM. Aturan akan ditegakkan dengan tegas. Kepastian hukum menjadi panglima. Ada pertanyaan?”(N5M : 55-56).

Begitu pula, setiap hari menjelang maghrib diadakan semacam razia atau pemeriksaan untuk memastikan para santri PM tetap berdisiplin tidak ada yang tidur menjelang maghrib.

“Untunglah, di masjid kami ada “razia ngantuk” untuk mencegah wabah tidur massal ribuan kepala. Kakak-kakak kelas kami dari Bagian Pengajaran mengadakan inspeksi dari saf ke saf untuk memastikan tidak ada yang mencuri waktu tidur sebelum Magrib” (N5M: 70).

Representasi perilaku disiplin dalam trilogi nonel N5M juga ada pada salah satu santri PM, yakni Baso dimana ia sangat berdisiplin dalam menyediakan waktu untuk membaca, mempelajari, dan menghafal buku favoritnya yaitu Al-Quran.

Sejak mendeklarasikan niat untuk menghapal lebih dari enam ribu ayat Al-Quran di luar kepala, dia begitu disiplin menyediakan waktu untuk membaca buku favoritnya: Al-Quran butut yang dibawa dari kampung sendiri (N5M:92).

5. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baikya. Dengan kerja keras seseorang akan dapat menyelesaikan banyak hal dan meraih prestasi yang optimal dalam berbagai hal atau pekerjaan yang sedang dikerjakannya.

Seorang siswa yang akan menempuh ujian sekolah yang mempersiapkan diri dengan belajar keras, akan merasa lebih siap dan lebih tenang dalam menghadapi ujian dan apapun hasil atau nilai yang mampu diraihnya akan terasa lebih menenangkan hatinya dan terhindarkan dari perasaan menyesal dan perasaan bersalah. Sebelum menempuh ujian sekolah, Alif mempersiapkan diri secara sungguh-sungguh dengan belajar keras, dan selebihnya

dia tawakal kepada Allah dan lebih tenang dan senang karena merasa telah memberikan yang terbaik, sebagaimana tampak pada kutipan berikut.

“Soal demi soal aku coba jawab dengan tuntas. Semua hasil kerja keras belajar dua hari dua malam dan sisa-sisa ingatan bertahun-tahun di SD dan MTsN aku kerahkan. Besoknya aku menjalani ujian lisan yang tidak kalah melelahkan dan membuat kepala berat. Aku tidak yakin hasilnya, tapi aku merasa telah memberikan yang terbaik” (N5M : 38).

Setelah belajar keras dalam menghadapi ujian, para santri di PM juga lebih senang dan nyaman dalam menikmati liburan sekolah karena merasa telah memanfaatkan waktu dengan maksimal ketika proses pembelajaran masih berlangsung.

“Walau sudah belajar keras, kadang-kadang sampai pagi, berdiskusi panjang lebar tentang berbagai mata pelajaran dengan Baso dan Raja, menuliskan khulashah – kesimpulan dari pelajaran setengah tahun di buku catatan, berdoa khusyuk siang malam, aku tetap merasa hasil ujian selama dua pekan ini tidak sempurna.Tapi apapun hasilnya nanti, yang penting sekarang semuanya sudah berakhir.Waktunya libur panjang akhir tahun— berpuasa sebulan penuh dan berlebaran di rumah masing-masing. Kami baru kembali masuk sekolah pertengahan bulan syawal” (N5M:275).

Kebiasaan kerja keras yang ditanamkan pada diri Alif selama menimba ilmu di PM sudah mempribadi dalam diri Alif. Setelah lulus dari PM Alif menekuni pekerjaan sebagai wartawan, sebuah profesi yang mentuntut

kedisiplinan dan kerja keras karena jika tidak wartawan tidak disiplin dan kerja keras, berita yang disajukannya bisa tidak aktual lagi alias sudah basi atau kadaluwarsa. Alif sangat beruntung mendapatkan didikan yang sangat menanamkan semangat kerja keras yang di kemudian hari sangat bermanfaat bagi profesinya sebagai wartawan.

Walau dingin mencucuk tulang, hari ini aku lebih bersemangat dari biasa. Ini hari terakhirku masuk kantor sebelum terbang ke Eropa, untuk tugas dan sekaligus urusan pribadi. Tugas liputan ke London untuk wawancara dengan Tony Blair, perdana mentari Inggris, dan misi pribadiku menghadiri undangan The World Inter-Faith Forum. Bukan sebagai peliput, tapi sebagai salah satu panelis. Sebagai wartawan asal Indonesia yang berkantor di AS, kenyang meliput isu muslim Amerika, termasuk serangan 11 September 2001 (N5M:2-3).

6. Kreatif

Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya. Dengan berpikir dan melakukan sesuatu hal secara kreatif dimungkinkan seseorang akan meraih hasil belajar atau usahanya lebih baik. Hal-hal yang terasa sulit dan hampir-hampir tidak mungkin dilakukan, dengan berpikir kreatif akan menemukan solusi untuk menyelesaikannya.

Dalam suasana lelah dan sumpek di dalam bis umum Pak Etek Muncak berpikir secara kreatif untuk membuat suasana dalam bis lebih terasa nyaman dan

menyenangka. Dia mendapatkan gagasan yang bagus, yakni memutas kaset komedi yang sangat menghibur penumpang sehingga suasana dalam bis yang sumpek mendadak penuh gelak tawa dari para penumpang.

“Tapi Pak Etek Muncak tampaknya punya dedikasi tinggi dalam menghibur penumpang.Beberapa kali dia menurunkan kaca mata hitamnya sedikit dan mengintip para penumpanng dari kaca spion.Begitu dia melihat banyak penumpang yang lesu dan teler, dia memutar kaset. Bunyi talempong1segera

membahana, disusul dengan sebuah suara berat memperkenalkan judul kaset…. “Inilah persembahan Grup Balerong pimpinan Yus Datuak Parpatiah: Rapek Mancik. Rapat Tikus….” Para penumpang bertepuk tangan, sebagian bersuit-suit” (N5M:17-18).

“Kaset ini berisi komedi lokal yang sangat terkenal di masyarakat Minang. Yus Datuak Parpatiah, si pendongeng, melalui logat Minang yang sangat kental, berkisah tentang bagaimana lucunya rapat antar warga tikus yang ingin menyelamatkan diri dari seekor kucing. Di sana-sini narator dengan cerdik menghubungkan kehidupan tikus dan kehidupan masyarakat Minang. Banyak diskusi, banyak pendapat, banyak debat, hasilnya nol besar.Karena tidak seekor tikus pun yang mau melakukan rencana yang telah bertahun-tahun dibicarakan untuk melawan kucing. Yaitu mengalungkan giring-giring di leher kucing, sehingga ke mana pun kucing pergi, masyarakat tikus pasti mendengar (N5M:18).

Demikian pula berpikir kreatif juga dilakukan oleh Alif dan sababat-sabatnya ketika mereka hendak memohon izin untuk keluar dari kompleks PM. Tanpa mencari alasan yang kreatif-argumentatif tidak mungkin mereka akan 1

diizinkan keluar dari PM untuk mencari “udara segar” di luar PM.

“Tapi… tapi… qalam yang ada hanya untuk kaligrafi biasa. Saya ingin mencoba kaligrafi khoufi yang penuh garis-garis dan hiasan daun, Tad. Lebih dibutuhkan spidol tebal tipis dan penggaris dibangdingkan qalam biasa,” belaku.

Di ujung koridor aku melihat Said, Baso, Atang dan Dul berkomat-kamit. Mereka pasti sedang menghafal scenario masing-masing. Syukurnya setelah wawancara yang mendebarkan itu, mereka berempat pun mendapat izin dengan alasan masing- masing (N5M:126).

Kami memilih sepeda ketimbang naik angkot, karena lebih bebas dan waktu tidak mengikat. Sekali bayar, kami bisa memakai sehari penuh.

Pertama, kami ingin perbaiki gizi dan makan sate di warung Cak Tohir dan terus membeli berbagai kebutuhan sekolah di pasar Ponorogo Kedua, kami ingin melewati Ar-Rosyida, pesantren khusus putri yang terkenal (N5M:127).

7. Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas dan problema kehidupan. Dengan kemandirian seseorang akan lebih merasa puas ketika dapat mengatasi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya. Kemandirian dalam menyelesaikan berbagai persoalan juga akan berpengaruh secara positif terhadap meningkatnya kompetensi dalam bidang-bidang tertentu, rasa percaya diri, tanggung jawab, dan kedewasaan seseorang dalam berpikir dan berperilaku.

Dalam rangka berpegang teguh pada sikap mandiri ini, Alif tetap melaksanakan tugasnya sebagai jasus, meskipun untuk melaksanakan tugasnya ini hanya tersisa waktu waktu yang sempit. Alif pun juga menolak keinginan teman-temannya yang ingin membantu untuk menjadi asisten jasus.

“Aku semakin panik, azan Ashar berkumandang tapi kartuku masih kosong. Aku hanya punya waktu 3 jam sebelum tenggat watu penyerahan ke Tyson. Kawan-kawanku ikut prihatin. Said dan Raja bahkan dengan gagah berani menyatakan siap membantu untuk menjadi asisten jasus. Tapi aku berpikir, tidak adil kalau mereka menjalankan bagian dari hukuman yang aku tertima. Kesalahan pribadi harus dibayar sendiri-sendiri. Nafsi-nafsi” (N5M: 81).

8. Demokratis

Demokratis ialah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Said Jufri adalah santri yang paling dewasa di kelas Alif. Oleh karena itu, ia ditetapkan oleh anggota kelas sebagai ketua kelas secara aklamasi. Penetapan sebuah keputusan dalam suatu organisasi secara aklamasi berdasarkan musyawarah nilai jauh lebih baik daripada melalui pemungutan suara (voting).

Tidak salah kalau dia yang paling dewasa di antara kami. Karena itu kami secara aklamasi memilihnya jadi ketua kelas. Selama setahun ke depan, dia selalu menjawab keluh kesah kami dengan senyum dan cerita yang mengobarkan semangat (N5M:45).

Sikap Amak yang tampak pada kutipan berikut ini adalah juga demokratis. Setelah minta maaf kepada anaknya (Alif), beliau memberikan nasihat dan pemahaman kepada Alif bahwa belajar agama merupakan modal utama untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amak tidak memaksakan kehendaknya, namun memberi kesempatan kepada Alif agar mempertimbangkan nasihatnya secara seksama atau matang-matang.

Maafkan Amak telah menyuruh-nyuruh ananda untuk sekolah agama. Tapi ini untuk kebahagiaan kita semua dunia dan akhirat. Karena dengan sepenuh hati, Amak minta ananda bertahan di pondok. Ini permintaan Amak. Tolonglah ananda pertimbangkan matang-matang (N5M:371).

Sikap Amak yang demokratis inilah yang pada akhirnya berhasil meluluhkan hati Alif sehingga ia memiliki semangat dan tekat kuat untuk tetap bertahan menimba ilmu di PM hingga tamat.

Aku tidak tahu apa yang membuat perlawanaku runtuh dengan mudah. Apakah hatiku perang dan tidak ada pemenang yang sesungguhnya antara tetap tingal di PM atau keluar? Toh di tengah segala galau aku juga menemukan dunia yang menyenangkan di PM? Atau kah kekuatan diplomasi durian Ayah membuat lemah? Atau pengorbanan beliau melintas Sumatra dan Jawa, hanya untuk memastikan aku tetap tingal di PM. Atau karena mendengar akan ada ujian persamaan dalam 8 bulan? Atau semuanya? Aku tidak tahu pasti. Yang

jelas, mulai detik itu, di kantin meja itu, di depan Ayah, aku berjanji: aku harus menamatkan PM (N5M: 376).

9. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Kutipan berikut ini merupakan contoh rasa ingin tahu yang direpresentasikan dalam novel N5M.

Suatau hari di kelas, aku mengkonfirmasi rumor ini.

"Ustadz, apakah benar antum suka membaca kamus?"

"Bukan cuma suka, itu buku favorit saya. Membuka kunci ilmu."

"Kamus apa saja?"

"Ada dua, pertama Oxford Advances Learner's Dictionary, dan kedua Al-Munjid, kamus Arab paling legendaris. Keduanya sudah saya khatam 2-3 kali."

"Khatam?"

"Iya, Bukan Al-Quran saja yang saya tamatkan. Untuk kamus Oxford, saya mulai membacanya dari halaman depan sampai halaman belakang, tanpa melewatkan satu halaman pun. Bagi saya, kamus bukan hanya digunakan untuk mencari kata, tapi seperti buku yang harus dibaca dari awal sampai akhir (N5M:264- 265)."

"Tapi bagaimana menghapalnya?"

"Jangan dipaksakan untuk menghapal. Kalau sudah tamat sekali, ulangi lagi dari awal sampai akhir. Lalu ulangi lagi, kali ini sambil mencontreng setiap kosa kata yang sering dipakai. Lalu tuliskan juga di buku catatan. Niscaya kosa kata yang dicontreng di kamus tadi dan yang sudah dituliskan ke buku tadi tidak akan lupa. Sayidina Ali pernah bilang, ikatlah ilmu dengan mencatatnya. Proses mencatat itulah yang memantri kosa kata baru di kepala kita”.

cara ini?"

"Dengan membaca. Saya baca buku kisah hidup Malcom X, tokoh The Nation of