• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.2 Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Kakak Batik Karya Kak

4.2.1 Nilai Pendidikan Moral

Menurut Wicaksono (2014:270), moral merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran baik dan buruk suatu perbuatan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, nilai moral merupakan tata nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta baik sua tu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi diri-sendiri, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika dan budi pekerti.

Sejalan dengan hal di atas, pendidikan moral memungkinkan manusia memilih secara bijaksana yang benar dan tidak benar. Makin besar kesadaran manusia tentang baik dan buruk itu, maka makin besar moralitasnya. Nilai

pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat-istiadat seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata krama, yang menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.

Dapat dikatakan bahwa nilai pendidikan moral merupakan nilai-nilai yang menuntun manusia untuk lebih melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan dan dapat menyesuaikan diri dengan kelompok masyarakat tertentu sesuai dengan sikap dan kebiasaan yang ada pada daerah tersebut.

Novel Kakak Batik memiliki nilai pendidikan moral yang dapat menjadi cerminan bagi pembaca di antaranya, tokoh Adi merupakan tokoh yang pekerja keras, disiplin, dia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan pekerjaan dan mencapai cita-citanya, pantang menyerah, mandiri, bertanggung jawab, patuh, bertindak bijaksana dan belajar bersama dengan Inna yang akhirnya menjadi pacarnya.

Nilai pendidikan moral yang terdapat dalam novel Kakak Batik karya Kak Seto di antaranya:

1. Kerja keras

Adi merupakan tokoh yang pekerja keras. Beberapa hari setelah Adi tiba di Jakarta, dia mencari lowongan pekerjaan untuk mencoba peruntungannya. Meskipun selalu ditolak, Adi tidak berputus asa dan terus berusaha agar mendapatkan pekerjaan sekalipun di posisi terendah. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut.

Dari kantor ke kantor dia mencoba peruntungannya, tetapi hanya

kantor. Atau, gelengan kepala dari petugas keamanan kantor yang mencegatnya di pintu masuk, sebelum dia sempat membuka pintunya.(Kak Seto:19)

Adi sebetulnya tidak terbiasa berpangku tangan. Dia merasa kerdil di kota sebesar Jakarta. Di tengah menterengnya puluhan gedung pencakar langit, tak ada satupun yang mau memberikan Adi kesempatan untuk menjadi karyawannya di sana. Bahkan, ketika dia nekat memberanikan diri masuk ke dalam hotel-hotel mewah dan menawarkan jasa dengan jabatan paling rendah sekalipun, dia tetap ditolak dengan tegas.(Kak Seto:20)

Adi mau melakukan apa saja untuk kelangsungan hidupnya meskipun ia tidak biasa melakukannya. Tukang parkir, kuli panggul, kuli bangunan, pembantu rumah tangga sekaligus pengasuh anak dikerjakan oleh Adi. Adi tidak memilih-milih pekerjaan untuknya, asalkan pekerjaan itu halal dan cukup untuk kebutuhannya sehingga tidak perlu menyusahkan ibunya di kampung.

Adi berpikir sejenak. Tidak ada salahnya mencoba, meskipun pekerjaan jadi kuli bangunan jauh lebih keras dibandingkan menjadi tukang parkir dan kuli pasar. Adi lambat laun sudah terbiasa dengan kerasnya hidup yang harus dia hadapi. Misalnya, ketika sedang menghitung uang hasil parkir, banyak preman minta jatah, dan saat Adi sudah hampir mendapatkan pelanggan pasar yang membutuhkan jasa kuli panggul, ada saja kuli panggul yang merebut pelanggan Adi. Sifat Adi yang tidak suka kekerasan dan ribut-ribut, membuatnya lebih banyak mengalah.(Kak Seto:30).

Adi memutuskan untuk berdiam diri saja di rumah pada hari liburnya. Namun, bukan berarti dia bermalas-malasan. Adi akan membantu membereskan pekerjaan rumah yang dia tumpangi. Mulai dari mencuci dan menyetrika pakaian Mas Tirta, menyapu dan mengepel lantai, mencuci piring, hingga membereskan ruang tengah. Bagian akhir yang akan dia kerjakan adalah membersihkan rak buku, merapikan buku-buku dan majalah-majalah yang tersimpan di dalamnya dan mengusir debu-debu yang sudah saatnya hengkang.(Kak Seto:34)

2. Berhati-hati

Tokoh Adi dalam novel Kakak Batik berhati-hati dalam menyimpulkan sesuatu. Ia tidak percaya seutuhnya dengan sesuatu hal yang hanya didengarnya dari orang lain. Pada saat Bejo memberitahunya bahwa Pak Bondan adalah orang yang pelit dan penuh perhitungan, Adi tidak percaya begitu saja. Ia mau mengenal dan menilai Pak Bondan secara langsung dari yang dilihat dan dirasakannya, karena yang dikatakan temannya mungkin saja tidak benar.

” Dari sini Adi mengambil pelajaran, agar tidak menilai orang lain

hanya dari apa yang didengar saja. Dengan hati bersih, sebaiknya pelajari dulu orang itu sebelum menilainya negatif. (Kak Seto:42)

3. Bertanggung jawab

Sikap tanggung-jawab yang dimiliki tokoh Adi yaitu ketika mendapatkan pekerjaan baru sebagai asisten Pak Dibyo, ia tidak melepaskan pekerjaan lamanya sebagai kuli bangunan begitu saja. Adi tetap mau menyelesaikan kontrak kerjanya meskipun terbengkalai dengan waktunya mengajar. Sebagai solusinya, Adi memberanikan diri meminta izin agar diberi kelonggaran waktu untuk bekerja paruh waktu, dan siap dengan kemungkinan resiko yang dihadapinya yaitu gaji akan banyak dipotong.

”Dalam perjalanan pulang dengan kembali berjalan kaki, Adi memutar otak untuk bisa membagi waktunya antara mengajar dengan tetap menyelesaikan kontrak kerjanya sebagai kuli bangunan yang tinggal lebih kurang dua bulan lagi. Adi berharap, Pak Bondan berbaik hati dengan memberikan dia kelonggaran waktu untuk bekerja paruh waktu, meskipun kemungkinan besar gajinya akan banyak dipotong.

Tidak apalah. Adi pikir, yang penting dia dapat menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan baik. Adi tidak peduli dengan nominal yang akan dia terima. Adi ingat pesan ibunya, setiap perjuangan dan langkah yang kita ambil membutuhkan pengorbanan yang harus kita jalani dengan ikhlas.”(Kak Seto:40)

4. Pantang menyerah dan bersungguh-sungguh

Sikap pantang menyerah dan kesungguhan tokoh Adi merupakan hal yang patut diteladani. Menjalani kehidupan yang sulit tidak membuat tokoh Adi berdiam diri di rumah. Ia terus berusaha memperjuangkan kelangsungan hidupnya. Tanpa takut ia terus mencoba peruntungannya di kota Jakarta. Ia lebih memilih berjalan kaki daripada naik angkutan meskipun jarak yang dilaluinya cukup jauh dan terkena panasnya sinar matahari. Dalam melakukan pekerjaannya, Adi dengan sungguh-sungguh melakukannya. Lambat laun Adi terbiasa dengan kerasnya hidup di Jakarta.

Tidak ada salahnya mencoba., meskipun pekerjaan jadi kuli bangunan jauh lebih keras dibandingkan menjadi tukang parkir dan kuli pasar. Adi lambat laun sudah terbiasa dengan kerasnya hidup yang harus dia hadapi. Misalnya, ketika sedang menghitung uang hasil parkir, banyak preman minta jatah, dan saat Adi sudah hampir mendapatkan pelanggan pasar yang membutuhkan jasa kuli panggul, ada saja kuli panggul yang merebut pelanggan Adi. Sifat Adi yang tidak suka kekerasan dan ribut-ribut, membuatnya lebih banyak mengalah. (Kak Seto:30)

Dalam perjalanan pulang dengan kembali berjalan kaki, Adi memutar otak untuk bisa membagi waktunya antara mengajar dengan tetap menyelesaikan kontrak kerjanya sebagai kuli bangunan yang tinggal lebih kurang dua bulan lagi. Adi berharap, Pak Bondan berbaik hati dengan memberikan dia kelonggaran waktu untuk bekerja paruh waktu, meskipun kemungkinan besar gajinya akan banyak dipotong. Tidak apalah. Adi pikir, yang penting dia dapat menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan baik. Adi tidak peduli dengan nominal yang akan dia terima. Adi ingat pesan ibunya, setiap perjuangan dan langkah yang kita ambil membutuhkan pengorbanan yang harus kita jalani dengan ikhlas.(Kak Seto:40)

5. Mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain

Segala sesuatunya dikerjakan oleh Adi tanpa harus meminta bantuan kepada orang lain. Mencari pekerjaan di kota Jakarta dilakukannya sendirian tanpa ditemani orang lain meskipun ia belum tahu seluk-beluk Jakarta. Adi tidak ingin merepotkan Mas Tirta yang sudah menerimanya dengan baik. Waktunya dipergunakan dengan baik untuk hal-hal yang berguna. Setelah menemukan pekerjaan di rumah Bu Winata dan meminta Adi untuk tinggal bersama keluarganya, Adi meminta izin kepada Mas Tirta dengan baik.

Adi memutuskan untuk berdiam diri saja di rumah pada hari liburnya. Namun, bukan berarti dia bermalas-malasan. Adi akan membantu membereskan pekerjaan rumah yang dia tumpangi. Mulai dari mencuci dan menyetrika pakaian Mas Tirta, menyapu dan mengepel lantai, mencuci piring, hingga membereskan ruang tengah. Bagian akhir yang akan dia kerjakan adalah membersihkan rak buku, merapikan buku-buku dan majalah-majalah yang tersimpan di dalamnya dan mengusir debu-debu yang sudah saatnya hengkang.(Kak Seto:34)

”Mas, akhir minggu ini aku pamit. Aku akan tinggal di rumah majikanku di dekat kantor majalah Ceria,” ucap Adi kepada Mas Tirta

ketika dia selesai membantu Mas Tirta memperbaiki sepeda motornya yang rusak. (Kak Seto:48)

Dokumen terkait