• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

III.2 Objek Penelitian

Objek penelitian perlu ditetapkan dalam rancangan penelitian. Keputusan tentang penetuan sampel, besarnya dan strategi sampling itu, pada dasarnya bergantung pada penetapan objek penelitian. Setiap objek penelitian memberikan kesempatan bagi pengumpulan data secara tersendiri, fokus yang tersendiri, yang mungkin tingkatannya berbeda sehingga penarikan kesimpulannya membawa perbedaan pula (Moleong 2001 : 166). Objek penelitian dalam penelitian ini ialah:

III.2.1. Harian Analisa

Dari data yang diberikan oleh Warjamil, Sekretaris Redaksi Harian Anallisa, peneliti memperolah gambaran mengenai Harian Analisa sebagai berikut:

a. Sejarah singkat Harian Analisa

Harian Analisa adalah surat kabar termuda pada kelaihrannya tanggal 23 Maret 1972 bila dibandingkan dengan enam harian lainnya pada saat itu yakni: Mimbar Umum, Waspada, Bukit Barisan, Sinar Indonesia Baru, Medan Pos dan Garuda. Namunn dalam usianya yang relatif muda, Analisa berupaya mencapai beberapa kemajuan sehingga berada sejajar bersama berbagai surat kabar harian yag ada di daerah ini. Analisa merupakan surat kabar harian dengan jumlah sirkulasi terbesar di Medan. Analisa mempunyai versi online yaitu

analisadaily.com. Secara keseluruhan, konten yang terdapat di online sama dengan surat kabar versi cetaknya.

Saat pertama terbit, Harian Analisa berbentuk tabloid. Meskipun surat izin terbit (SIT) berlaku untuk harian, namun untuk sementara Harian Analisa terbit sebagai mingguan yang terbit setiap Sabtu, hanya selama sekitar satu tahun. Ketika itu masih dicetak secara hand-set.

Sejak tanggal 27 Maret 1973, Analisa sepenuhnya sebagai harian yang terbit tujuh kali seminggu. Bentuknya tidak lagi tabloid, tetapi broadsheet. Motivasi menerbitkan Harian Analisa ketika itu adalah ingin memajukan dunia pers, khususnya surat kabar harian di Medan. Hal ini mengingat bahwa di Jawa, khususnya Jakarta, banyak surat kabar harian yang maju dan bertiras besar ternyata dikelola oleh anak Medan.

Pemilihan nama memang tidak mudah. Menjelang kelahirannya, pemilihan nama dirembugkan. Soffyan mengusulkan nama “Analisa”, Narmin Suti dengan nama “Tinjauan” dan A. Manan Karim menyarankan “Sikap”. Akhirnya, dengan kesepakatan bersama dipilihlah nama “Analisa”, sedangkan jenis huruf dipiilih oleh F.N. Zainoeddin.

Harian ini terbit dengan motto: Membangkitkan Partisipasi Rakyat dalam Pembangunan”. Pemimpin redaksi yang pertama adalah F.N. Zainoeddin dan meninggal dunia pada 18 April 1972. Soffyan kemudian ditunjuk sebagai penggantinya dan menjabat sebagai pemimpin redaksi sampai sekarang. Wakil pemimpin redaksi adalah Narmin Suti dan A. Manan Karim. Namun A. Manan juga sudah tiada sejak tahun 1983 dan digantikan dengan Ali Soekardi. Kemudian Narmin meninggal dunia pada tanggal 8 Maret 1985. Ali Soekardi meninggal dunia pada tanggal 3 April 2013.

Perlu dicatat bahwa pada saat menjadi harian penuh, Analisa merupakan harian pertama di daerah ini yang terbit dengan 8 halaman. Kemudian menjadi 12 halaman sejak September 1973 dan meningkat lagi menjadi 16 halaman sejak Oktober 1991.

Dampak krisis ekonomi pada tahun 1997 antara lain menyebabkan kenaikan harga kertas. Harian Analisa melakukan penyesuaian penerbitan dengan kondisi tersebut dengan terbit 12 halaman. Kini, sesuai dengan kebutuhan, Harian

Analisa terbit dengan 24 sampai 32 halaman dan pada edisi tertentu terbit dengan 36 halaman.

Harian Analisa menyajikan berita-berita dari dalam negeri antara lain: berita nasional, Kota Medan, Daerah Aceh dan Sumatera Utara. Juga berita luar negeri, Ekonomi dan Olahraga yang tetap diutamakan untuk pembaca. Tidak lupa, rubrik keagamaan, yakni Islam, Kristen dan Budha serta sajian foto-foto khusus. Di edisi Minggu, pembaca disajikan rubrik khusus di antaranya pariwisata, jentera, musik, budaya dan taman riang. Kemudian kritik segar juga muncul melalui pojok Guit Deli yang menggelitik serta tokoh kartun Pak Tutung dengan tingkahnya yang penuh humor dan menyindir.

Redaksi tetap memperhatikan kualitas berita, artikel dan foto. Untuk itu, sejak pertama kali terbit hingga sekarang telah memperoleh penghargaan dari berbagai pihak, termasuk prestasi karya wartawannya untuk tingkat daerah, nasional, regional maupun internasional.

Selain itu, sebagai media massa yang dekat dengan masyarakat, Harian Analisa peduli terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan, kemanusiaan, olahraga, keagamaan maupun memberi kesempatan pada mahasiswa dari perguruan tinggi negeri ataupun swasta untuk melakukan penelitian tugas akhir program diploma (D1, D2, D3) maupun dalam rangka penyusunan skripsi (S1/Sarjana) khususnya untuk program studi ilmu jurnalistik, komunikasi, kehumasan serta penelitian mahasiswa program Pasca Sarjana.

b. Visi, Misi dan Motto b.1. Visi

“Menjadi media cetak yang ikut mencerdaskan bangsa”

- Bahwa pembangunan dan kemajuan bangsa/Negara Indonesia patut didukung oleh semua pihak termasuk pers

Penjelasan Visi:

- Peranan pers sangat besar dalam ikut mengembangkan, memajukan dan mencerdaskan bangsa

b.2. Misi

“Turut mendukung program pembangunan seraya menerapkan fungsi dan peranan pers”

- Ikut dalam memajukan bangsa/Negara Penjelasan Misi:

- Menyebarkan informasi yang positif, informative dan edukatif - Memperluan wawasan masyarakat

- Menyampaikan pesan-pesan pemerintah dan pihak-pihak lain yang sifatnya positif serta menyalurkan aspirasi rakyat.

- Membela kepentingan rakyat sesuai dengan kekhidupan berbangsa dan bernegara dilandasi Pancasila dan UUD 45

b.3. Motto

“Membangkitkan Partisipasi rakyat dalam pembangunan”

III.2.2. Harian Waspada

Dari data yang diperoleh dari perpustakaan Harian Waspada, peneliti memperoleh gambaran singkat mengenai Harian Waspada sebagai berikut:

a. Sejarah singkat

Harian Waspada didirikan di Medan pada tanggal 11 Januari 1947 oleh sejarahwan yaitu Moehammad Said. Pada saat itu, Medan masih berpenduduk sekitar 300 ribu jiwa. Kala itu Medan masih kurang lebih sebulan ditimbang terima akan Inggris kepada Belanda.

Pada saat sibuk pengerjaan edisi perdana, beliau didatangi seseorang yang berusaha menghalangi agar harian tersebut jangan sampai terbit. Sebab menurut mereka, janggal sekali jika ada surat kabar republik di daerah Belanda dibiarkan menghantam Belanda yang waktu itu berniat ingin kembali menguasai wilayah Republik Indonesia.

Namun dengan tekad yang keras, H. Moehammad Said menaklukkan utusan Belanda tersebut, terutama dengan pernyataan yang menyindir, “Apakah Belanda menguasai Medan dengan membawa sistem ke-Nazi-an atau

demokratis?” Dipilihnya nama Waspada untuk harian tersebut berdasarkan situasi pada saat itu yang menuntut setiap orang bersikap waspada karena menjelang akhir tahun 1946 Belanda masih bernafsu memperluas wilayah kekuasaannya. H. Moehammad Said merasa khawatir akan hal itu dan menganjurkan kepada para pemimpin Indonesia agar senantiasa waspada dalam berunding dengan Belanda.

Selain itu, Said berpendapat yang penting saat itu adalah mengumandangkan suara republik di luar daerah. Edisi perdana Harian Waspada yang dicetak di percetakan Syarikat Tapanoeli, terbit hanya berukuran setengah lembar dengan oplah 1000 eksemplar gundul, oplah hanya 300 lembar pada penerbitan yang kedua dan ketiga sampai seterusnya diterbitkan kembali sebanyak dua halaman penuh.

Sejak terbitnya Waspada, harian ini mengalami pasang surut akibat adanya teror dari Belanda yang merasa berita-berita Waspada menguntungkan Republik Indonesia. Waspada mengalami pembredelan sebanyak lima kali. Harian Waspada merupakan surat kabar pertama di Sumatera Utara yang mencetak dengaan sistem offset, sehingga saat itu sangat mengejutkan masyarakat, terutama pengelola surat kabar lain. Dengan cetak offset tersebut, hasilnya lebih bersih dan rapi dibandingkan dengan cetakan sebelumnya menggunakan letter press dan mesin rotasi.

Letters press adalah huruf-huruf judul berita disusun dengan tangan, isi berita diset dengan timah. Kemudian di-press di atas koran berukuran satu halaman koran. Koran tersebut disiram dengan timah panas agar huruf-hurufnya timbul. Hasil koran ini selanjutnya dipasang di mesin MAN rotasi untuk mencetak produk jadi surat kabar. Pada tahun 1970, cetak rotasi mulai ditinggalkan.

1. Pada 1972 Waspada dicetak dengan mesin offset dan huruf-huruf dengan intertype-iynotype.

2. Setting dengan mesin universal, prosesnya lebih cepat menggunakan

display (tanpa monitor).

3. Pada tahun 1983, Alpa Computer dengan display dan tiga bulan kemudian dengan compugrafi, memiliki monitor dan hasilnya di kertas

4. Desember 1991 mempergunakan computer macintosh di mana prosesnya semakin cepat.

Harian Waspada dan Waspada Online dulunya memang berada di bawah manajemen redaksi yang sama. Sejak tahun 2008, secara keredaksian kedua media ini berpisah. Peneliti merasa penting juga untuk meneliti redaksi Waspada Online meski tidak memiliki surat kabar cetak. Karena sedikit banyaknya, Harian Waspada dan Waspada Online masih satu kepemilikan. Ini juga bisa menjadi perbandingan, apakah media massa yang sepenuhnya online memiliki perbedaan dalam manajemen keredaksian dan pengelolaan berita, atau sebenarnya masih sama dengan pengelolaan media cetak. Sehingga akan terlihat pola manajemen pengelolaan media massa online

Harian Waspada memiliki situs online yang mereka bentuk setelah Waspada Online terpisah secara keredaksian, yait Sedangkan Waspada Online tetap menggunakan situs online mereka yang dahulu yaitu www.waspada.co.

Kedua media ini dipilih karena media tersebut merupakan media lokal yang memang lahir dengan manajemen berada di Medan. Media tersebut bukan merupakan media lokal yang lahir karena ekspansi media nasional yang ingin melebarkan sayapnya di daerah-daerah. Media cetak yang terbit oleh ekspansi media nasional yang besar cenderung memiliki kebijakan yang mengikuti kebijakan induk mereka di pusat.

Dokumen terkait