i
Universitas Sumatera Utara
(Studi Deskriptif tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media
Online pada Surat Kabar Harian Analisa dan Harian Waspada)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Program Strata 1 (S-1) pada Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
RIDHA ANNISA BR SEBAYANG
090904089
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian
hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : Ridha Annisa Br Sebayang NIM : 090904089
Tanda Tangan :
iii
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Ridha Annisa Br Sebayang
NIM : 090904089
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : PERALIHAN MEDIA CETAK MENJADI MEDIA ONLINE DI
KOTA MEDAN
(Studi deskriptif tentang peralihan media cetak menjadi media
online pada surat kabar Harian Analisa dan Harian Waspada)
Medan, 20 April 2015
Dosen Pembimbing, Ketua Departemen
Ilmu Komunikasi,
Haris Wijaya, S.Sos M.Comm.
NIP. 197711062005011001 NIP. 196208281986012001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.
Dekan FISIP USU,
NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
iv
Kota Medan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji : ( )
Penguji : ( )
Penguji Utama : ( )
v
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ridha Annisa Br Sebayang NIM : 090904089
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive
Royalti- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PERALIHAN MEDIA
CETAK MENJADI MEDIA ONLINE DI KOTA MEDAN (Studi Deskriptif tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online pada Surat Kabar Harian Analisa dan Harian Waspada) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 22 Maret 2015
Yang Menyatakan
vi
Tapi Tuhan selalu merindukan hambaNya memohon, meminta dengan sepenuh
hati”
Rasa dan ucapan syukur yang tiada henti kepada Allah SWT, Sang Raja
Semesta, hanya itu yang peneliti dapat lakukan setelah skripsi ini akhirnya selesai.
Pengerjaan yang terbilang lama, hampir dua tahun. Sebagian besar kendala justru
datang dari dalam diri. Peneliti sering kali “kalah” melawan hasrat hati yang
enggan menyelesaikan penelitian ini.
Di tengah kegundahan yang meraja, beruntung sekali rasanya memiliki
orang-orang yang tak pernah bosan mengingatkan untuk menuntaskan tanggung
jawab ini. Terima kasih tak terhingga kepada Mamak dan Bapak, orang tua yang
luar biasa dan tak pernah bosan menanyakan perkembangan skripsi. Meski sering
kali, peneliti justru ketus karena merasa terbebani dengan segala tanya yang
datang. Namun lama-lama, nada frustasi dari tanya itu semakin menguatkan tekad
untuk segera selesai. Bagaimanapun, segala yang dimulai dengan baik, harus pula
diakhiri dengan baik. Sembah sujud ananda untuk kalian berdua yang selalu
memberi restu dalam setiap langkah.
Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada Harian Analisa, Harian
Waspada dan Waspada Online yang memberikan izin kepada peneliti untuk
meneliti media tersebut. Semoga hasil penelitian ini nantinya bermanfaat untuk
dapat memberikan kebaikan bagi media tersebut.
Kawan-kawan juga banyak berjasa dalam penyelesian tugas akhir ini.
mereka selalu mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan. Tidak dengan
gerutu, tidak dengan menggurui apalagi menghakimi. Di dalam gurauan dan
candaan, selalu terselip pesan untuk menunaikan syarat agar menyandang gelar
sarjana, meski tak jarang terkesan sarkas. Terima kasih kepada Shahnaz, Bania
dan Viki, yang akhirnya memberikan kembali makna teman kepada peneliti.
Tadinya peneliti pesimis akan kembali percaya pada pertemanan. Begitu pula
kepada Andika, Yasir, Febrian dan Januar, kawan-kawan seperjuangan yang telah
lebih dulu menyelesaikan studi di bangku kuliah. Kalian sekaligus teman diskusi
vii
Adik-adikku, Debora dan Sofi, partner in crime, saat perjalanan ke Riau
di awal tahun 2013. Sebuah perjalanan yang menjadi langkah awal peneliti
memetakan arah penelitian ini. Saat itu kita mengikuti sebuah pelatihan penulisan
jurnalisme sastrawi dan new media. Kelulusan kalian yang lebih dulu menjadi
salah satu cemeti yang turut mencambuk logika agar mau berpikir keras untuk
menyelesaikan penelitian ini dengan segera.
Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada Ahmad Afandi Sebayang,
seorang abang yang tak jarang lebih seperti adik. Kita pernah tak saling bicara,
kita pernah tak saling menanya bahkan tak saling peduli. Tapi kemudian kita
bicara terlalu banyak, kita mengenal dengan lebih dalam dari sebelumnya.
Kemudian kita menjadi saudara yang sesungguhnya saudara.
Penyelesaian penelitian ini juga tidak terlepas dari arahan dan bimbingan
seorang dosen pembimbing. Adalah Haris Wijaya, yang tetap setia menjadi
pembimbing meski peneliti terlalu lama menyelesaikan penelitian ini. Terima
kasih untuk tetap mau menjadi pembimbing peneliti.
Terima kasih tak terhingga peneliti juga haturkan kepada teman-temian
pegiat di Kelas Inspirasi Medan. Wadah di mana semua orang di dalamnya saling
mendukung, saling mendorong untuk kemajuan bersama. Terima kasih kepada
Iberena Merry, kakak yang begitu perhtian dan pengertian. Kita hanya bersama
dalam hitungan bulan, tapi begitu banyak hal yang kita torehkan. Bahkan ketika
secara fisik kita tidak bersama di sini, peneliti bisa merasakan kehadiranmu.
Sebuah gerakan yang kita bentuk bersama dari awal, semoga ia bisa memberi
manfaat yang berarti bagi semua yang terlibat di dalamnya, “Laskar Karo Erdilo”.
Peneliti sangat berharap, skripsi ini nantinya dapat memberikan manfaat
kepada siapa saja yang membacanya. Penelitian ini memang masih jauh dari
sempurna. Masih ada banyak hal yang dapat dikembangkan terkait pengembangan
teknologi dalam pemanfaatannya dalam ilmu komunikasi, terutama jurnalistik.
Semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk melihat bagaimana
ix
Peralihan Media Cetak menjadi Media Online di Kota Medan
(Studi Deskriptif tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online pada Surat Kabar Harian Analisa dan Harian Waspada)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan teknologi komunikasi dan internet mempengaruhi ruang redaksi dan bagaimana pemanfaatan perkembangan teknologi internet diaplikasikan dalam pengelolaan ruang redaksi Harian Analisa dan Harian Waspada yang berada di Kota Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mediamorfosis, konvergensi dan Fenomenologi. Objek penelitian ini adalah Harian Analisa dan Harian Waspada dengan subjek penelitian pemimpin redasi atau orang-orang yang memahami regulasi ruang redaksi media tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan
purposive sampling, di mana pemilihan sampel disesuaikan dengan kriteia tertentu berdasarkan tujuan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harian Analisa dan Harian Waspada sejauh ini masih beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang ada. Media online yang mereka miliki belum menjadi media utama untuk memuat berita yang mereka buat. Meski begitu Harian Analisa dan Harian Waspada memandang optimis keberlangsungan media cetak di Indonesia, termasuk di Kota Medan. Mereka juga mempersiapkan konvergensi media online sebagai model pengelolaan media online yang mereka miliki nantinya.
x
(Descriptive Study of Transition Print Media into Online Media on
the Analisa Daily and Waspada Daily)
This study is purpose to determine the extent to which the development of communication technology and the Internet effect the newsroom and how to use the development of Internet technology is applied in the management of the newspaper space analysis and Daily Alert in the city of Medan. The theories used in this study are Mediamorphosis, convergence and Phenomenology. The object of this research is the Analisa Daily and Waspada Daily with research subjects are editor in chief or people who understand the regulation of the media newsroom. This research is a qualitative descriptive approach. This study used purposive sampling, in which the sample selection appropriated to the specific criteria based research purposes.
The results of this study indicate that the Analisa Daily and Waspada Daily so far is still adapting to the development of information technology. Online media that they have not yet become a major media to load the news that they make. However Daily Analysis and Daily Alert looked optimistic of the sustainability of print media in Indonesia, including in the city of Medan. They also prepare the convergence of online media as an online media management model which they have later.
xi
HALAMAN JUDUL…... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN…... iv
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v
KATA PENGANTAR... vi
III.2.2 Sejarah Singkat Harian Waspada ... 44
III.3 Subjek Penelitian ... 46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian ... ... 52
IV.2 Pembahasan ... ... 54
xii
IV.2.4 Manajemen Media Massa di Masa Depan …………. 72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan ... ... ... ... 73 V.2 Saran ... 76
xiii
Nomor Judul Halaman
xiv
Nomor Judul
Halaman
1 Lima kunci utama dari kategori yang dikode ... 50
analisis kualitatif menggunakan pendekatan
xv
- Hasil Wawancara - Biodata Peneliti
ix
Peralihan Media Cetak menjadi Media Online di Kota Medan
(Studi Deskriptif tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online pada Surat Kabar Harian Analisa dan Harian Waspada)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan teknologi komunikasi dan internet mempengaruhi ruang redaksi dan bagaimana pemanfaatan perkembangan teknologi internet diaplikasikan dalam pengelolaan ruang redaksi Harian Analisa dan Harian Waspada yang berada di Kota Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mediamorfosis, konvergensi dan Fenomenologi. Objek penelitian ini adalah Harian Analisa dan Harian Waspada dengan subjek penelitian pemimpin redasi atau orang-orang yang memahami regulasi ruang redaksi media tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan
purposive sampling, di mana pemilihan sampel disesuaikan dengan kriteia tertentu berdasarkan tujuan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harian Analisa dan Harian Waspada sejauh ini masih beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang ada. Media online yang mereka miliki belum menjadi media utama untuk memuat berita yang mereka buat. Meski begitu Harian Analisa dan Harian Waspada memandang optimis keberlangsungan media cetak di Indonesia, termasuk di Kota Medan. Mereka juga mempersiapkan konvergensi media online sebagai model pengelolaan media online yang mereka miliki nantinya.
x
(Descriptive Study of Transition Print Media into Online Media on
the Analisa Daily and Waspada Daily)
This study is purpose to determine the extent to which the development of communication technology and the Internet effect the newsroom and how to use the development of Internet technology is applied in the management of the newspaper space analysis and Daily Alert in the city of Medan. The theories used in this study are Mediamorphosis, convergence and Phenomenology. The object of this research is the Analisa Daily and Waspada Daily with research subjects are editor in chief or people who understand the regulation of the media newsroom. This research is a qualitative descriptive approach. This study used purposive sampling, in which the sample selection appropriated to the specific criteria based research purposes.
The results of this study indicate that the Analisa Daily and Waspada Daily so far is still adapting to the development of information technology. Online media that they have not yet become a major media to load the news that they make. However Daily Analysis and Daily Alert looked optimistic of the sustainability of print media in Indonesia, including in the city of Medan. They also prepare the convergence of online media as an online media management model which they have later.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Konteks Masalah
Pada 5 Mei 2010, chief executive Washington Post Company, Donald
Graham, mengumumkan bahwa majalah Newsweek dijual. Majalah ini dijual
setelah pada tahun sebelumnya mengalami kerugian sebesar $28 juta dan
penghasilan dari iklan turun hingga 37 persen sehingga tak lagi mampu menutupi
biaya operasional. Layaknya majalah-majalah AS lainnya, Newsweek juga harus
berjuang di tengah anjloknya pendapatan iklan, penjualan yang tak kunjung naik
dan terjadinya migrasi pembaca ke berita-berita gratis via online
Perkembangan media online belakangan ini seolah semakin tidak dapat
dibendung. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, berbagai media
massa cetak turut menambah produksi mereka dengan melahirkan media online.
Mengingat semakin hari, masyarakat membutuhkan kebaruan informasi semakin
cepat. Ditambah lagi, penyebaran alat-alat elektronik yang semakin efisien dalam
genggaman. Apalagi, setiap orang memliliki kebutuhan informasi yang berbeda.
Tak pelak, kemudahan mengakses informasi apapun yang ditawarkan media
online menjadi daya tarik bagi para pembacanya.
Hingga Desember 2011 tercatat lebih dari 55 juta orang masyarakat
Indonesia adalah pengguna internet
pemerintah menargetkan 80 juta masyarakat Indonesia menjadi pengguna internet
pada 2014 nanti
sekarang. Tidaklah mengherankan jika situs media online menjadi semakin
marak. Terlebih lagi, biaya yang dibutuhkan untuk operasional media online jauh
lebih murah dibanding media cetak. Belum lagi harga kertas sebagai kunci utama
percetakan koran semakin hari semakin mahal.
Sejarah media mengajarkan kepada kita untuk membayangkan masa depan
dengan serius. Seperti saat ini, ketika semua perangkat teknologi media telah
bersifat digital. Lewat teknologi digital, kebutuhan jurnalisme akan kecepatan
beragam format seperti secara audio maupun visual. Digitalisasi membuat
informasi mengalir secara personal dan sekejap ke rumah-rumah.
Inilah keajaiban teknologi informasi terkini. Tak urung jurnalisme pun
kecipratan untung. Komputerisasi, menurut Bittner, membuat pemberitaan dapat
dikirim, disebar dan diterma dalam kepingan data-data (Santana, 2005: 3). Selama
di sebuah daerah dilengkapi dengan ketersediaan jaringan internet, maka selama
itu pula dengan mudah kita dapat mengakses informasi dari setiap penjuru dunia.
Kita tidak lagi harus menunggu hari esok untuk membeli koran.
Perkembangan internet dan digitalisasi mendorong para produser media
yang baru menemukan cara-cara yang baru untuk menghantarkan isi media baru
kepada khalayak baru. IndustrI media sedang berada dalam kekacauan dan para
khalayak, selagi mereka dihadapkan dengan deretan kemungkinan yang
kelihatannya membingungkan, baru mulai dapat memahami masa depan media
baru. Masa depan sudah ada di depan kita, seperti yang dikatakan oleh CEO NBC
Universal, Bob Wright dalam Lieberman (2005), “Anda tidak dapat melawan
teknologi. Teknologi digital ini nyata. Saya kira kita tidak punya pilihan lain saat
ini.” Jeff Zucker dari NBC Television memberika respons berkaitan dengan
kegemparan yang akan datang, dalam Bing (2006), “Strategi menyeluruh adalah
dengan membuat isi media kita tersedia di segala tempat,” (Baran, 2012: 51).
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah strategi ini akan
berhasil? Pada awal 1920-an, koran-koran terpaksa mendefinisikan kembali peran
mereka bersamaan dengan masuknya media massa baru yang lebih kuat– radio
siaran. Seperti internet dan media siber dewasa ini, perkembangan pesawat radio
rumah dan penyiaran media elektronik yang relatif murah telah menciptakan
sedemikian banyak kecemasan. Bahkan saat itu pun pakar menyatakan bahwa
koran cetakan akan terhapus oleh media elektronik.
Untuk menanggapi ancaman radio siaran banyak penerbit yang
memperbaiki isi dan format mereka guna menambah daya tarik koran-koran
mereka di kalangan hadirin dan pengiklan yang lebih beragam. Para penerbit
koran mulai bereksperimen dengan bagian-bagian, rubrik-rubrik dan
kemasan-kemasan khusus yang ditujukan kepada kelompok-kelompok tertentu.
halaman-halaman anak-anak, halaman-halaman-halaman-halaman feature dan halaman-halaman komik (Fidler, 2001:
104).
Segera setelah Perang Dunia II, koran-koran dihadapkan pada satu lagi
medium elektronik baru yang bahkan lebih kuat lagi, televisi. Di Amerika Serikat,
TV dengan cepat menggeser radio serta berbagai majalah umum yang tadinya
unggul. Sekali lagi para pakar meramalkan kematian media cetak, dan menjelang
akhir tahun 1960-an banyak penerbit yang cemas bahwa para pakar itu benar.
Ongkos tinggi yang berkaitan dengan teknologi-teknologi dan proses-proses
zaman industrial yang sudah usang itu mengancam eksistensi koran dan majalah
pada saat koran dan majalah dipaksa melakukan perubahan yang mahal guna
bersaing dengan televisi untuk memperebutkan pendapatan dari iklan.
Namun para penerbit merasa lega ketika typesetting dan teknologi
mencetak dengan komputer yang mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an
memungkinkan mereka mengurangi secara dramatis ongkos produksi serta
meningkatkan pemakaian warna dan grafik. Menjelang awal tahun 1980,
kebanyakan koran dan majalah sekali lagi mengalami perubahan besar dalam isi,
desain dan teknologi.
Meski masih bisa dilakukan perbaikan-perbaikan lebih jauh, kini tampak
bahwa koran dan majalah akhirnya telah sampai pada ujung akhir keampuhan
penerbitan tinta pada kertas. Banyak profesional media cetak yang menyimpulkan
bahwa tidak ada pendesainan kembali, perbaikan isi atau mesin cetak warna yang
maju sekalipun bisa diharapkan mengalahkan media elektronik atau membalikkan
kembali kecenderungan menurun yang dimulai pada tahun 1920-an dengan
diperkenalkannya radio siaran.
Tetapi tidak berarti bahwa penerbitan-penerbitan tercetak dan kata tertulis
sudah punah. Domain dokumen terus berevolusi untuk membangkitkan tujuan
asalnya, memberikan pesan-pesan terstruktur yang berperantara dengan
probabilitas maksimum melintasi ruang dan waktu. Tidak semua penerbitan koran
tersudut dengan kehadiran media digital. Koran besar Lee Enterprises yang
diambil alih oleh Mary Junc sejak tahun 1999 berhasil membuat pendapatan
sebelum pajak naik hingga 30 persen. Sebagian besar dari 58 harian milik
Junc mengatakan bahwa rahasia kesuksesan untuk koran abad 21 adalah
penekanan pada berita lokal. Tidak hanya itu, prioritas perusahaan ini lainnya
adalah perbesar pendapatan secara kreatif dan cepat, tingkatkan jumlah pembaca
dan sirkulasi, bangun masa depan online, dan lakukan kontrol biaya yang cermat
(Vivian, 2008: 70).
Dari segi isi (konten) atau sajian informasi, yang disajikan media online
secara umum sama dengan media cetak seperti koran atau majalah, yakni terdiri
dari berita (news), artikel opini (views), feature, foto dan iklan yang
dikelompokkan kategori atau rubrik tertentu. Yang berbeda dengan media cetak
adalah kemasan informasi media online tidak hanya dalam bentuk teks dan
gambar, namun juga bisa dilengkapi dengan audio, video visual, audio-video,
animasi, grafis, link bahkan interactive game serta kolom komentar untuk
memberi ruang bagi pembaca menyampaikan opininya. Ditambah lagi, media
online tidak terbatas akan ruang bagi tulisan sehingga memungkinkan memuat
tulisan panjang yang mendalam tanpa harus dipotong.
Namun penulis esai, Sven Birkets (Severin, 2005: 8), berpendapat bahwa
adanya perubahan dari budaya cetak ke budaya elektronik akan menyebabkan
pemiskinan bahasa. Dia menyatakan bahwa komunikasi elektronik mengarah pada
penggunaan “bahasa sederhana” seperti dalam telegram. Dia meramalkan bahwa
kita akan melihat sebuah penurunan penggunaan bentuk bahasa halus seperti
ambiguitas, pertentangan, ironi dan humor.
Memang penulisan berita dalam media online, terutama berita langsung,
cenderung singkat. Kita akan sering menjumpai berita-berita langsung di media
online bahkan hanya terdiri dari dua paragraf. Tampaknya mengutamakan
kecepatan memuat berita membuat penulis mengesampingkan kelengkapan isi
berita. Mengingat dalam berita online perkembangan berita terkait juga dapat
dimuat tak lama setelah dimuatnya berita sebelumnya.
Tidak hanya itu, membaca berita dengan tulisan kecil melalui layar
komputer ataupun telepon seluler dengan cepat dapat menimbulkan kelelahan
pada mata pembaca. Maka tidak heran jika tulisan di media online seringkali
Meski begitu, tak menutup kemungkinan media online dapat memuat
berita dengan tulisan panjang. Jika kualitas tulisan yang dimuat mengandung tema
menarik dan penulisan yang tidak membosankan, pembaca akan betah
berlama-lama membaca di depan layar. Permasalahan dengan kelelahan pada mata pun
bisa diatasi dengan menyimpan berita tersebut dalam memori komputer untuk
dibaca beberapa kali hingga selesai, atau mencetaknya di atas kertas.
Perluasan media online menimbulkan pemikiran bahwa era media cetak
akan segera berakhir. Ditambah lagi begitu banyak media cetak di Amerika yang
bangkrut dan kemudian berinovasi dengan online. Sirkulasi surat kabar di
masa-masa mendatang diramalkan cenderung mengalami penurunan. Sirkulasi surat
kabar yang cenderung bersifat elastis menjadi salah satu faktor penyebab turunnya
sirkulasi surat kabar. Persaingan dengan televisi dan media online juga
menghasilkan kecenderungan menurunnya oplah koran di masa mendatang.
Bahkan Rupert Murdoch, konglomerat media nomor satu dunia, meramalkan akan
datangnya “the end of paper” atau “matinya surat kabar” akibat dominasi televisi
dan internet. Bahkan Philip Meyer, penulis buku The Vanishing Newspaper,
meramalkan bahwa koran terakhir terbit pada April 2040 (Kansong, 2009: 55).
Situasi seperti ini sebenarnya bukanlah hal baru yang dihadapi media
cetak. Sepanjang sejarah peradaban manusia, terjadi delapan transformasi penting
dalam komunikasi, yang dalam skala masing-masing, tak kalah besar dan
transformatif dari yang kita alami sekarang: dari lukisan gua ke bahasa lisan, dari
kata-kata tertulis ke mesin cetak, telegraf ke radio, siaran televisi ke TV kabel,
dan sekarang ke internet (Kovach, 2012: 12).
Di tiap revolusi informasi, ada pola yang berulang dan ketegangan
tertentu yang muncul. Setiap metode baru dalam komunikasi membuat pertukaran
informasi jadi lebih mudah, lebih tersusun dan lebih berarti. Bukan tidak mungkin
ada faktor lain yang meungkinkan koran cetak masih dapat bertahan, atau
setidaknya tidak punah secepat seperti yang sering diramalkan banyak pakar.
Tentunya harus tetap diperhatikan, ke mana semua perubahan ini
membawa kita. Akankah orang benar-benar rela untuk berhenti membaca koran
sambil menikmati kopi di pagi hari atau membaca tumpukan majalah favorit
media baru, apapun bentuknya, akan duduk berdampingan dengan media lama,
yang mungkin tak akan hilang. Biasanya, teknologi komunikasi yang baru tidak
bisa sepenuhnya menggantikan teknologi lama, tetapi ia mungkin menyebabkan
teknologi lama mengambil peran baru (Severin, 2005: 4).
Dalam transformasi teknologi informasi ini, yang menjadi permasalahan
bukanlah jumlah audien yang menurun. Justru dengan memiliki media online,
media tradisional punya jumlah audien yang lebih banyak. Permasalahannya
terletak pada pendapatan dari iklan yang menurun. Dalam sepuluh tahun pertama
di abad 21, praktisi koran menyaksikan hampir separuh pendapatan iklan mereka
hilang. Sekira sepertiga staf redaksi dipecat. Audiens dan penghasilan jaringan
berita turun separuh dari yang pernah dicapai 20 tahun lalu. Lebih dari US$20
miliar biaya liputan dipangkas setiap tahun.
Pada tahun 2005 saja, lebih dari 2.100 pekerjaan pada surat kabar di
berbagai tempat di Amerika hilang, kulminasi 4 tahun tren hilangnya posisi.
Kondisi seperti ini terjadi baik di surat kabar besar maupun surat kabar kecil.
Namun begitu, sering kali kita masih bisa melihat surat kabar yang sehat secara
finansial. Tidak jarang mereka mendapatkan peningkatan pendapatan hingga 20%.
Sementara itu, perolehan iklan pada surat kabar internet mengalami peningkatan
pendapatan hingga 40% dalam setahun (Baran, 2012: 128).
Pendapatan iklan menurun dikarenakan tawaran memasang iklan yang
lebih menarik. Pengiklan tak hanya memasang iklan mereka di situs berita, tapi di
website apa saja yang jumlah pengunjungnya banyak. Jadi tak harus di Tempo.co
atau Kompas.com mereka pasang iklan, tapi juga di kaskus.com atau di yahoo!.
Bahkan jejaring sosial seperti facebook dan youtube tidak luput dari target
pemasangan iklan. Beberapa ahli berpendapat bahwa masa depan internet secara
garis besar akan ditentukan oleh faktor pasar. Internet akan berkembang dalam
suatu bentuk di mana bagian terbesarnya akan ditopang oleh iklan (Abrahamson
dalam Severin, 2005: 9).
Tidak hanya itu, pada media online juga tidak membutuhkan biaya lagi
untuk sirkulasi. Cukup memanfaatkan media sosial, berita pun bisa sampai ke
para pembaca. Maka setiap media juga melengkapi diri dengan akun di media
lembaga pers dirasa sangat penting untuk menyebarluaskan berita mengingat
pengguna internet yang juga sebagian besar memanfaatkannya untuk berjejaring
sosial. Besar kemungkinan penyebaran berita oleh sebuah media online akan
disebarkan kembali oleh pengguna jejaring sosial lain yang berjejaring
dengannya.
Di kalangan pakar memang masih terjadi perdebatan soal keberlangsungan
media cetak di tengah maraknya media online. Ada yang menganggap media
cetak tak akan punah jika mengubah tampilannya lebih dinamis dan berwarna dari
sisi tampilan dan memuat tulisan yang panjang dan lengkap dari sisi konten.
Namun, melihat biaya yang jauh lebih tinggi, baik cetak dan sirkulasi, bagi media
cetak, ada pula yang sangsi akan keberlangungan media cetak. Bahkan ada yang
yakin media cetak tak akan bertahan.
Misalnya saja untuk solusi menyajikan tulisan panjang dengan informasi
yang lengkap. Tentu saja membutuhkan biaya liputan yang tidak sedikit untuk
menghasilkan sebuah laporan jurnalistik yang panjang. Sementara di era digital
penghasilan dari iklan menurun karena banyaknya situs lain yang dapat menjadi
alternatif bagi pengiklan. Ditambah lagi, media cetak kian tidak populer di
kalangan anak-anak sekolah. Dulu kita bisa ingat sering dapat tugas kliping dari
guru. Anak-anak sekolah sekarang, tidak lagi dapat tugas kliping koran, tapi
mencari informasi dari internet. Anak usia muda pun kian akrab dengan kemajuan
teknologi tanpa “dipaksa” mengenal media konvensional, khususnya cetak, lebih
jauh lagi.
Pada kenyataannya, hal yang diindikasikan oleh kekacauan ini adalah
tantangan yang harus dihadapi oleh industri media saat ini, yaitu bagaimana
menangkap sekelompok khalayak massa yang sekarang sudah terfragmentasi ke
dalam ceruk-ceruk yang lebih kecil. Hal yang mungkin terjadi dari keadaan ini
adalah pola konsumsi media yang akan berubah. Aturan-aturan konsumsi media
mungkin saja berubah, namun konsumsi media bagamanapun akan selalu tinggi.
Teknologi komunikasi membutuhkan platform pengembangan yang jelas
di masa depan. Sehubungan dengan itu, media baru menjadi kajian tersendiri yang
serius dalam aspek-aspek sosial. Dengan kata lain yang paling merisaukan dari
beban sosial dari teknologi baru yang diciptakan itu terletak pada para ahli ilmu
sosial.
Medan, sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia sudah tentu akrab dengan
internet. Tak heran jika surat kabar di Medan pun turut serta menghadirkan versi
online media mereka. Dari sini, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
perkembangan media online dari surat kabar yang juga memiliki media cetaknya.
Ada dua koran harian lokal yang besar di Sumatera Utara dan berbasis di
Kota Medan, yaitu Harian Waspada dan Harian Analisa. Kedua koran lokal ini
juga memiliki media online sebagai pendamping media cetak mereka. Sejauh ini,
sirkulasi rata-rata koran mereka masih cukup tinggi. Sehingga ada begitu banyak
iklan yang dimuat di koran mereka setiap harinya.
Sejauh pengamatan peneliti, Harian Waspada tidak pernah membagikan
halaman website mereka di akun jejaring sosial. Sedangkan Harian Analisa sering
membagikan halaman website mereka di jejaring sosial twitter. Hanya saja, tidak
sesering yang dilakukan oleh media-media nasional lainnya. Sementara itu,
perkembangan internet dan kekuatan media online kemungkinan besar akan
semakin pesat di masa datang sehingga perusahaan media seharusnya menyusun
strategi yang tepat menghadapi situasi tersebut.
Selain promosi keberadaan media online yang dimiliki oleh kedua media
cetak tersebut harus gencar, kesiapan manajemen dan perencanaan untuk
membuat media online yang kuat juga sangat penting. Mengingat perkembangan
internet yang seakan menjuruskan bahwa media online-lah yang akan dapat
bertahan lama dan diminati oleh masyarakat, terutama perkotaan.
I.2. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang
akan diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut:
“Bagaimana kondisi peralihan media cetak menjadi media online pada
1.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup dapat lebih jelas,
terarah serta tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang
akan diteliti adalah:
1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi
deskriptif.
2. Penelitian ini terbatas pada media massa cetak yang memiliki portal berita.
3. Penelitian ini dimulai pada Februari 2014 hingga selesai.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui sejauh mana perkembangan media massa online di Kota
Medan.
2. Mengetahui bagaimana standar berita layak muat di media online tersebut.
3. Mengetahui gaya penulisan berita di media online tersebut.
4. Mengetahui bagaimana perubahan sirkulasi berita di media massa tersebut.
5. Mengetahui bagaimana strategi manajemen surat kabar di masa depan
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penlelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya penelitian yang
ada di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian
khususnya di bidang Ilmu Komunikasi Massa.
3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada semua
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1. Perkembangan Internet dan Jurnalisme
Teknologi bisa menjadi sahabat sekaligus musuh bagi koran cetak. Seperti
ketika televisi memaksa koran untuk mengubah jalan bisnis mereka dalam
melayani pembaca. Sekarang, keberadaan jaringan komputer yang terhubung
merupakan tantangan terbesar medium ini. Orang-orang telah dapat mencari
lowongan kerja dan dapat mempromosikan produk mereka sendiri secara online,
sehingga telah memotong penghasilan koran. Internet dan world wide web
memberikan pembaca lebih banyak informasi dan lebih dalam dengan kecepatan
yang tinggi (Baran, 2004: 122).
Internet pada dasarnya merupakan sebuah jaringan antarkomputer yang
saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara terus-menerus sebagai pesan-pesan
elektronik, termasuk email, transmisi file, dan komunikasi dua arah antarindividu
atau komputer. Internet sebagai sebuah jaringan pada Departemen Pertahanan dan
Komunikasi Ilmiah sudah ada kira-kira selama 20 tahun. Yang membuat jaringan
itu tiba-tiba menarik bagi para pengguna awam adalah penemuan Mosaic pada
tahun 1993, sebuah browser untuk worl wide web yang telah membuat
sumber-sumber internet yang lebih banyak dapat diakses (Severin, 2005: 6). Mosaic
ditemukan oleh Marc Andreessen dan Eric Bina setelah melakukan percobaan
selama tiga bulan. Program ini menjadi gerbang bagi orang awam untuk
mengeksplorasi web (Vivian, 2008: 261).
Segala fasilitas dan kemudahan yang ditawarkan internet dalam
pemenuhan kebutuhan informasi bagi manusia menjadikannya primadona.
Orang-orang menjadi lebih senang mencari informasi melalui layanan internet. Meski
begitu besar manfaatnya, internet juga memiliki kelemahan. Sven Birkets (1994)
dalam Severin berpendapat bahwa adanya perubahan dari budaya cetak ke budaya
elektronik akan menyebabkan pemiskinan bahasa. Dia menyatakan bahwa
komunikasi elektronik mengarah kepada penggunaan “bahasa sederhana” seperti
Di dalam media online kita akan sering menjumpai berita yang sangat
pendek bahkan ada yang terdiri dari dua paragraf. Ini dikarenakan dalam
jurnalisme online, kecepatan menjadi faktor utama. Namun kemudian, berita yang
telah dipublikasikan sebelumnya akan dilengkapi kembali dengan pemberitaan
berikutnya. Singkatnya penulisan berita juga terkait dengan psikologi pembaca
online yang cenderung membaca cepat.
Kalau dulu internet merupakan domain pribadi dari periset-periset dan
ilmuwan-ilmuwan Amerika Serikat, maka kini internet telah menjadi suatu sistem
komunikasi global yang dipakai oleh jutaan orang di seluruh dunia untuk
tujuan-tujuan akademik dan bisnis, serta untuk korespondensi pribadi dan pencarian
informasi.
Internet dilahirkan pada puncak Perang Dingin pada tahun 1969, sebagai
jaringan eksperimental yang disebut ARPANET. Pada tahun pertamanya,
ARPANET menghubungkan empat pusat komputer universitas yang terlibat
dalam riset militer untuk U.S. Defense Department’s Advanced Research Project
Agency (Badan Proyek Riset Lanjut Departemen Pertahanan Amerika Serikat).
Fokus dari riset ini adalah untuk merancang suatu “Internetwork”
komputer-komputer yang akan terus berfungsi bahkan bilamana segmen-segmen utama
dihancurkan oleh bom nuklir atau disabot (Fidler, 2002: 151). Sementara tujuan
aslinya adalah untuk memudahkan pertukaran riset, pemrograman, surat dan
informasi secara elektronik di kalangan pendidik dan periset, internet telah
berkembang dalam cara-cara yang tidak terduga begitu militer menyerahkan
pengendalian atas perkembangan dan pendanaan internet kepada
organisasi-organisasi sipil dalam awal tahun 1980-an. Data ilmiah penting dan
pemikiran-pemikiran tetap menjadi bagian besar dari lalu lintas, tetapi hubungan-hubungan
antarmanusialah yang membentuk medium ini. Yang penting bagi kebanyakan
pengguna internet adalah pertukaran bebas gagasan-gagasan dan diskusi-diskusi
tentang nilai-nilai.
Tidak heran jika kemudian pemanfaatan internet semakin berkembang luas
dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak awal diluncurkan sebagai jaringan yang
bebas diakses siapa saja, internet mendapat sambutan positif. Perkembangan
penggunaan internet di masyarakat. Dulu berkirim surat untuk komunikasi jarak
jauh yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Kini, dengan email dalam
hitungan detik bahkan saat itu juga kita sudah bisa menerima pesan dari mana
saja.
Penggunaan internet juga turut menyentuh perkembangan komunikasi
massa. Media massa yang memiliki ciri khas utama mampu menjangkau khalayak
yang luas sekaligus tidak lepas untuk harus segera beradaptasi dengan
perkembangan teknologi ini. Komputerisasi dalam pembuatan media massa cetak
membantunya dalam perbaikan tata letak yang lebih dinamis dan menarik
dilengkapi dengan gambar dan warna yang sesuai, sehingga koran mampu
bertahan diterpa gempuran radio dan televisi.
Di era digitalisasi seperti sekarang ini, banyak media massa yang juga
mulai membuat media versi online. Media sekarang ini tidak lagi cukup hanya
memiliki satu jenis bentuk media. Koran cetak misalnya, sebagian besarnya juga
telah memiliki website untuk memuat berita. Pemuatan berita dalam media online
kini dikenal dengan istilah jurnalistik online. Praktisi media harus memahami
bahwa konsumen berita era baru yang berorientasi ke depan ini mensyaratkan
jurnalisme gaya baru agar media tersebut dapat bertahan.
Dalam istilah lebih luas, jurnalisme harus berubah dari sekadar sebuah
produk – berita atau agenda perusahaan media – menjadi pelayanan yang lebih
bisa menjawab pertanyaan konsumen, menawarkan sumber daya, menyediakan
alat. Pada tingkat ini, jurnalisme harus berubah dari sekadar menggurui –
memberitahukan publik apa yang mereka perlu tahu – menjadi dialog publik,
dengan wartawan menginformasikan dan membantu memfasilitasi diskusi. Ide
pentingnya adalah ke depan pers akan memperoleh integritas berdasarkan jenis
konten yang disampaikan dan kualitas pekerjaan. Bukan dari fungsi eksklusifnya
sebagai penyedia informasi tunggal atau perantara antara sumber berita dan publik
(Kovach, 2012: 183).
Jurnalistik online disebut juga cyber journalism, jurnalistik internet atau
jurnalistik website, merupakan generasi baru setelah jurnalistik konvensional dan
berkembangnya jaringan internet di dunia. Pengertian jurnalistik online terkait
banyak istilah, yakni jurnalistik, online, internet dan website. (Sumber)
Di tengah zaman banjir informasi seperti sekarang ini justru media massa
mendapat tantangan lain lagi. Meluasnya jaringan internet dan penggunaan
jejaring sosial, didukung lagi dengan teknologi media komunikasi, menjadikan
siapapun bisa melaporkan peristiwa apa yang sedang terjadi saat itu. Istilah
jurnalisme warga, di mana warga melaporkan peristiwa yang diketahuinya,
dilihatnya atau bahkan dialaminya sendiri, semakin marak ditemui di masyarakat.
Banyak isu yang telah berkembang di masyarakat bahkan sebelum media
massa memuatnya. Jejaring sosial biasanya menjadi motor utama penyebaran
informasi di masyarakat. Berita akan tersebar di masyarakat bahkan saat peristiwa
itu terjadi. Kicauan lewat twitter misalnya, dengan cepat akan disebarkan oleh
pengguna twitter lainnya. Lantas apa lagi guna media massa maupun wartawan di
masa sekarang? Bukankah fungsi utama mereka sebagai penyampai informasi
telah banyak diambil alih oleh warga dengan memanfaatkan internet dan jejaring
sosial yang mereka miliki?
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan apa yang dibutuhkan
masyarakat dari wartawan (Kovach, 2012: 184).
1. Otentikator (Pensahih): masyarakat akan membutuhkan wartawan untuk membantu mensahihkan fakta yang benar dan dapat dipercaya. Namun begitu, kita tetap tidak bisa melihat wartawan sebagai penyedia informasi tunggal. Kita tetap perlu beberapa cara untuk membedakan informasi apa yang bisa dipercaya dan beberapa bukti mendasar mengapa demikian dengan cara melihat seberapa transparan pemberitaan yang dibuat oleh wartawan tersebut terkait dengan sumber dan metode memperolehnya. Kita tidak lagi bisa menganggap sesuatu bisa dipercaya hanya karena ada di koran atau dari media. Peran penyahih akan jadi yang utama dalam ruh pembangunan otoritas perusahaan media dan elemen kunci yang relevan ketika mereka tak lagi memonopoli arus informasi atau perhatian publik.
2. Sense Maker (Penuntun Akal) : wartawan meletakkan informasi pada
melainkan bersifat mendalam dengan pencarian fakta dan informasi yang menjadikan semua saling terkait.
3. Investigator: wartawan harus melanjutkan fungsi sebagai investigator publik yang banyak diistilahkan sebagai peran anjing penjaga. Jurnalisme yang mengekspose apa yang disembunyikan atau dirahasiakan menjadi begitu penting dan esensial di pemerintahan demokratik. Sehingga nilai pentingnya begitu fundamental bagi jurnalisme baru dan lama. Fungsi ini kurang sering muncul di budaya media kita sekarang ini karen berita terkesan tergesa-gesa.
4. Witness Bearer (Penyaksi):fungsi ini tidak jauh berbeda dengan fungsi “anjing penjaga” yang sudah lebih akrab di telinga kita. Hanya saja berada di tingkat lebih ramah namun lebih mendalam dibanding sebelumnya. Ada hal tertentu di komunitas yang harus diawasi, diawasi dan diteliti. Jika tidak, pemerintah dan pihak yang ingin mengeksploitasi akan mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan publik. Di era baru sekarang pers yang lemah tidak boleh merajalela. Langkah penting di sini minimal adalah mengenli tempat yang mesti diawasi dalam komunitas demi keutuhan dasar masyarakat sipil dan dengan kehadirannya itu mengisyaratkan pesan kepada penguasa bahwa mereka sedang diawasi. Jika sumber dayanya tidak ada, maka pers juga harus menemukan cara untuk menciptakan dan mengorganisasi jaringan teknologi dan penjaga publik baru untuk memastikn pengawasan berjalan. Di titik ini ada potensi dibentuknya kemitraan baru dengan warga. Jika pers tidak membantu menciptakannya, besar kemungkinan orang-orang yang berkepentingan akan menguasai ruang ini dan mengontrol arus informasi penting. Artinya media harus mampu menggali sedalam dan sedetail mungkin informasi sebelum menuangkannya dalam berita. 5. Pemberdaya: pers juga harus memberi alat yang memungkinkan kita
sebagai warga menemukan cara baru untuk mengetahui. Salah satunya adalah menempatkan publik sebagai bagian dari proses berita dan bukan cuma audien. Warga diberdayakan untuk membagi pengalaman dan pengetahuan yang informatif pada pihak lain, termasuk wartawan. Para wartawan diberdayakan dengan mengejar pengalaman dan keahlian di luar sumber formal mereka. Dialog dikembangkan membuat kita memahami proses, bukan produk. Ini semua diawali dengan kesadaran bahwa konsumen atau warga adalah mitra penting yang didengar dan dibantu, bukan dicermahi. Proses kemitraan ini juga membantu jurnlisme jadi lebih baik dengan memaksa mereka berpikir lebih keras meletakkan informasi dalam konteks berguna, lengkap dengan cara menyikapinya dan memberitahu bagaimana mereka bisa melakukan itu. Tidak hanya itu, juga dilengkapi dengan ke mana mereka bisa dapat informasi lebih bahkan ketika peristiwa masih berlangsung.
6. Aggregator Cerdas: masyarakat butuh agregator pintar yang menyisir
lain yang mungkin membantu. Agar perusahaan media bisa benar-benar membantu melayani konsumen berita yang berorientasi ke depan, maka harus juga mengarahkan audien ke sumber website lain yang dinilai penting. Kita akan menghrgai sumber berita yang membantu kita memanfaatkan website, tidak hanya menambahkan balok piranti Google di situsnya. Aggregator cerdas seharusnya membagi sumber yang dirujuk. Dengan cara sama yang dipakai pers menjalankan fungsi penyahih dan penuntun akal, agregasi di sini harus bisa mengefisienkan waktu pembaca dan mengarahkan mereka ke sumber terpercaya.
7. Penyedia forum: wartawan harus membantu terbentuknya ruang diskusi dan wacana yang melibatkan warga secara aktif. Koran cetak membantu menciptakan model ini ketika menemukan konsep surat pembaca pada abad ke-19. Menurutnya, akan berbahaya bagi masyarakat sipil dan mungkin akan merugikan secara finansial bagi perusahaan media jika lembaga berita tradisional membuang peran ini atau menyerahkannya pada pihak lain.lembaga berita milik komunitas bisa menjadi ruang terbuka bagi warga untuk memonitor suara dari berbagai sisi, bukan hanya dari mereka yang berideologi sama dengan kita. Sebagai warga, kita semua punya hak mempunyai ruang publik yang terbuka bagi siapapun. Jika praktisi media membayangkan bahwa tujuan mereka adalah menginspirasi dan menginformasikan wacana publik, maka membantu mengorganisir wacana tersebut adalah fungsi logis dan layak.
8. Panutan:pers model baru tidak bisa mengelak dari fungsi panutan bagi warga yang ingin membawa kesaksiannya sendiri dan sekligus bertindak sebagai wartawan warga. Tak pelak lagi mereka akan berkaca pada wartawan untuk melihat bagaimana pekerjaan ini dilakukan. Di era digital yang kian terbuka, pers yang tak menjaga klaim konstutisionalnya hanya akan makin mengecewakan. Karena publik mengukur kerja mereka berdasarkan harapan yang terbaik, bukan yang terburuk, pada jurnalisme.
Maka dari itu, perusahaan pers terutama ruang redaksi, perlu menemukan
gaya pengorganisasian baru bagi kerja jurnalistiknya. Pers harus lebih cerdas
dalam pekerjaannya mengingat mereka diharapkan dapat berperan sebagai
pensahih di tengah era banjir informasi seperti saat ini. Pers tidak hanya bertindak
sebagai pemberi kesimpulan dari setiap informasi yang diperolehnya melalui
pencarian di internet, tetapi juga memastikan kebenaran terjadinya peristiwa
tersebut.
Satu-satunya cara organisasi pemberitaan bisa menyongsong masa depan
adalah dengan memahami fungsi yang mereka mainkan dalam kehidupan. Masa
keseharian publik, bukan pada teknik dan praktik ruang redaksi abad ke-20 yang
sudah lewat. Bagaimana pun perubahan bentuk media akan terus terjadi di era
digital, jurnalisme pada dasarnya tetaplah sama. Jurnalisme akan senantiasa berisi
fakta dan berpengaruh bagi kehidupaan publik yang luas (Kovach, 2012: 201).
Meski begitu menurut Baran (2004: 122), perkawinan antara koran dengan
web belum sukses memberikan keuntungan finansial bagi koran cetak lama, tetapi
memberikann tanda yang menggembirakan. Faktanya, banyak perusahaan koran
yang mengakui bahwa memang harus menerima kondisi kehilangan keuntungan
ekonomi ketika membangun kepercayaan pembaca online, penerimaan dan jauh di
atas semua itu, pembaca yang sering dan teratur melihat website kita.
Jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan, penulisan dan
penyebarluasan informasi atau berita melalui media massa. Online dipahami
sebagai keadaan konektivitas mengacu kepada internet atau world wide web
(www). Online merupakan bahasa internet yang berarti “informasi dapat diakses
di mana saja dan kapan saja” selama ada jaringan internet atau konektivitas
(Romli, 2012: 12)
Jurnalistik online akan selalu berkaitan dengan keberadaan jaringan
internet. Bagaimanapun juga, internet yang menghubungkan antarkomputer di
seluruh dunia. Seperti yang telah kita ketahui, internet merupakan bentuk
konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu seperti komputer, televisi,
radio dan telepon. Internet begitu memukau dan berkembang begitu cepat dengan
variasi programnya yang menjadikan bumi ini dalam cengkeraman teknologi.
Paul Bradshaw dalam Romli (2012: 12) menyebutkan ada lima prinsip
dasar jurnalistik online yaitu:
1. Keringkasan (Brevity), berita online dituntut ringkas untuk menyesuaikan
dengan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannnya yang semakin
tinggi
2. Kemampuan beradaptasi (Adaptability), wartawan dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Jurnalis harus dapat
menyajikan berita dengan cara membuat berbagai keragaman format
3. Dapat dipindai (scannability), untuk memudahkan audiens, situs-situs
jurnalistik online hendaknya memiliki sifat dapat dipindai agar pembaca
tidak perlu merasa terpaksa dalam membaca informasi atau berita
4. Interaktivitas, komunikasi dari public kepada jurnalis dalam jurnalisme
online sangat dimungkinkan dengan adanya akses yang semakin luas. Hal
ini penting karena semakin audiens merasa dilibatkan maka mereka akan
merasa dihargai
5. Komunitas dan percakapan, media online memiliki peran yang lebih besar
daripada media cetak atau media konvensional lainnya, yakni sebagai
komunitas. Jurnalis online juga harus memberi jawaban atau timbal balik
kepada publik sebagai sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik
tadi.
Pemanfaatan komputer oleh masyarakat luas mulai marak setelah
penjualan komputer komersial meledak di pasaran. Banyaknya pengguna
komputer personal dan terus berkembangnya perangkat komputer beserta
jaringannya menjadikan masa depan media juga turut berubah. Proses
perkembangan komputer dan jaringan memberi sumbangsih yang cukup besar
dalam keberadaan media online (Baran, 2012: 390).
Internet, kependekan dari interconnection-networking, secara harfiyah
artinya adalah jaringan antarkoneksi. Internet dipahami sebagai sistem jaringan
komputer yang saling terhubung. Berkat jaringan itulah yang ada di sebuah
komputer dapat diakses orang lain melalui komputer lainnya. Jaringan ini
mentransmisi informasi dari banyak orang ke banyak orang. Internet
menghasilkan sebuah media, dikenal dengan media online (Romli, 2012: 12).
Telah diramalkan bahwa di masa depan jaringan menjadi bentuk
terpenting dari transmisi media. Pengembangan jaringan telah dimulai sejak tahun
1960-an. Perkembangan yang berkesinambungan dari fungsi-fungsi komputer dan
peralatan lain yang terkait jaringan mulai makmur setelah tahun 1990 (Wen, 2003:
83). Hampir seluruh penduduk dunia mulai bisa mengakses jaringan internet.
Kantor-kantor maupun komputer milik pribadi dihubungkan dengan jaringan
Internet merupakan sarana pertukaran informasi seluruh dunia melalui
serangkaian komputer yang saling berhubungan. Komponen yang paling populer
dari internet adalah world wide web (www). Sebenarnya ada banyak fitur yang
bisa dimanfaatkan di internet. Namun, web telah dikembangkan menjadi fitur
yang komersil. Maka website adalah komponen internet yang aling sering
digunakan untuk kepentingan apapun di dunia. Termasuk untuk pemasaran bisnis,
hingga pemuatan berita bagi media massa (Blech dan Blech, 2001: 495). Internet
sangat tepat dikatakan sebagai “jaringan dalam jaringan” yang berkembang dalam
kecepatan yang sangat menakjubkan.
Salah satu cara untuk mengakses informasi pada internet adalah melalui
world wide web, biasanya sering diesbut website atau web. Website atau site
(situs) adalah halaman mengandung konten (media), termasuk teks, video, audio
dan gambar. Website bisa diakses melalui internet dan memiliki alamat internet
yang dikenal dengan URL (Uniform Resource Lacator) yang berawalan www
atau http:// (Hypertext Transfer Protocol). Dari pengertian tersebut, jurnalistik
online dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi melalui media
internet, utamanya website.
Membangun dan memelihara sebuah website yang sukses membutuhkan
waktu dan tenaga yang cukup banyak. Butuh kreativitas yang tinggi untuk
menarik pengunjung melihat sebuah website dan meminta mereka untuk kembali
melihatnya di lain waktu. Sementara, keberlangsungan media online bergantung
pada pembaca yang dengan rutin membuka website tersebut. Jika media tersebut
tidak mampu menarik pembaca untuk setia membuka website tersebut maka
media tersebut tidak akan mampu bertahan lama.
Kita biasanya menganggap orang yang mengakses sebuah media sebagai
anggota khalayak, namun internet memiliki pengguna, bukan anggota khalayak.
Setiap saat, atau bahkan pada saat yang sama, seseorang mungkin dapat membaca
konten internet dan menciptakan konten untuk disebarkan melalui internet.
Misalnya saat mengakses email ataupun chating, merupakan salah satu contoh
bagaimana sorang pengguna internet bisa menjadi pembaca sekaligus pencipta
pesan. Dengan mudah kita dapat mengakses web, dari satu halaman ke halaman
Media dan website bekerja bersama-sama dengan baik karena keduanya
adalah berhubungan dengan komunikasi yang bersifat massa. Website membawa
komunikator bersama-sama membangun komunitas dan menampilkan produk
media, teks ataupun karya seni kepada khalayak global. Kita bisa memasukkan
segala bentuk pesan ke dalam web, baik berupa teks, gambar, gambar bergerak
suara hingga paduan kesemuanya.
Internet dan website membentuk kembali cara kerja media-media secara
signifikan. Ketika media yang berinteraksi dengan kita berubah, peran yang
dimainkannya di dalam kehidupan kita dan dampak yang dimilikinya dalam
kebudayaan kita juga akan turut berubah (Baran, 2012: 388).
II.1.1. Konvergensi
Konvergensi adalah bentuk revolusioner dan evolusioner dari jurnalisme
yang muncul di berbagai belahan dunia. Definisi konvergensi bergantung pada
perspektif masing-masing individu. Konvergensi dimaknai berbeda di tiap negara,
karena adanya perbedaan budaya. Faktor lain yang mempengaruhi defenisi
tersebut adalah regulasi yang mengatur kepemilikan media dan kekuatan
teknologi digital.
Larry Pryorr, professor komunikasi dari University of South California,
mengemukakan defenisi konvergensi yaitu “konvergensi adalah apa yang terjadi
di ruang berita sebagai staf editorial anggota bekerja sama untuk menghasilkan
beberapa produk untuk beberapa platform untuk menjangkau khalayak massa
dengan konten interaktif.” Secara umum, konvergensi adalah sebuah kondisi di
mana suatu media massa memiliki beragam platform untuk memuat berita
maupun informasi yang mereka sajikan (Quinn dan Filak, 2005: 3).
Adapun Jenkins dalam Jurnal Dewan Pers (2013: 17), berpendapat bahwa
konvergensi multimedia massa menciptakan kebudayaan baru karena isi pesan
pemberitaan berhamburan datang dengan berbagai platform piranti lunak di
beragam piranti kerasnya. Konvergensi adalah kata untuk menggambarkan
perubahan teknologi, industri, budaya dan sosial yang datang bersama-sama dari
industri yang sebelumnya terpisah (komputasi, cetak, film, audio dan sebagainya).
multimedia harus mempekerjakan wartawan yang punya keahlian ganda pula.
Mereka harus mampu melakukan berbagai jenis peliputan dengan menggunakan
berbagai perangkat, mengolah hasil liputan dalam berbagai bentuk penyiaran serta
menyebarkan berita dengan menggunakan berbagai saluran.
Dalam konteks media online saat ini, konvergensi bisa dibuat hanya dalam
satu halaman website. Media tidak lagi harus membuat stasiun televisi atau radio
yang membutuhkan dana besar untuk operasional. Cukup dengan sebuah halaman
website, seluruh platform media bisa dibuat. Media bisa menyajikan berita dalam
format tulisan, suara, atau paduan suara dan gambar yang bergerak.
Professor Rich Gordon dari Universitas Northwestern telah
mengidentifikasi lima bentuk konvergensi yang ada di Amerika Serikat sebagai
berikut (Gordon dalam Quinn dan Filak, 2005: 4-6):
1. Konvergensi kepemilikan. Hal ini berkaitan dengan pengaturan dalam satu perusahaan media besar yang mendorong cross-promosi dan berbagi konten antara cetak, online dan platform televisi dimiliki oleh perusahaan yang sama. Contoh terbesar di Amerika Serikat adalah Tribune Company. Presiden Jack Fuller mengatakan bahwa memiliki televisi, radio dan surat kabar dalam satu pasar memberikan cara untuk menurunkan biaya, meningkatkan efisiensi, dan "memberikan kualitas berita yang lebih tinggi pada saat tekanan ekonomi"
2. Konvergensi taktis. Ini menggambarkan berbagi konten pengaturan dan kemitraan yang telah muncul di antara media perusahaan dengan kepemilikan terpisah. Yang paling umum model kemitraan antara stasiun televisi atau kabel channel dan surat kabar di mana masing-masing perusahaan tetap dengan pendapatan sendiri. Gordon mencatat: "dalam sebagian besar pasar, motivasi utama dan tujuan awal kemitraan ini tampaknya untuk kepentingan promosi "
3. Konvergensi struktural. Bentuk konvergensi terkait dengan perubahan pengumpulan berita dan distribusi, Gordon menulis, tetapi juga merupakan proses manajemen dalam arti memperkenalkan perubahan dalam praktek kerja. Sebuah contoh adalah Orlando Keputusan Sentinel untuk mempekerjakan tim produsen multimedia dan editor untuk mengemas materi cetak untuk televisi. Tim penulisan ulang konten cetak dalam bentuk yang sesuai untuk televisi itu. Sementara itu, sebuah situs web yang terpisah menghasilkan bahan asli dan juga mengemas ulang konten dari koran dan televisi mitra. Mereka juga menghasilkan konten terfokus, seperti televisi talkbacks antara wartawan cetak dan televisi partner.
Talkbacks terdiri dari percakapan antara penyiar televisi dan wartawan spesialis di lapangan.
dunia, ini merupakan bentuk yang paling kontroversial dari konvergensi sebagai perdebatan orang-orang apakah satu orang bisa berhasil menghasilkan konten yang berkualitas di semua bentuk media. Beberapa istilah muncul untuk menggambarkan fenomena ini, termasuk platypus
atau Inspector Gadget atau ransel jurnalisme. Reporter multimedia tunggal mungkin merupakan pilihan yang sesuai dan bisa diterapkan di acara-acara berita kecil atau di organisasi media pasar kecil. Namun pada acara berita utama di mana kelompok wartawan mono-media melebihi satu reporter multimedia, bentuk pelaporan tidak mungkin menghasilkan kualitas. Teknologi digital menjadikan wartawan multi-keterampilan mungkin terjadi, tetapi kita tidak akan melihat terlalu banyak Inspektur Gadget sampai wartawan cukup terlatih dan dilengkapi. Jenis pelatihan cross-platform yang dibutuhkan untuk menghasilkan jurnalis seperti ini selalu menjadi isu bermasalah di Amerika Serikat.
5. Menceritakan atau konvergensi presentasi. Gordon mengatakan jenis konvergensi ini beroperasi pada tingkat jurnalis yang bekerja, meskipun perlu dukungan manajemen dalam hal pembelian peralatan yang sesuai. Dia memperkirakan bahwa baru bentuk cerita akan muncul dari kombinasi komputer, perangkat portabel pengumpulan berita, dan potensi interaktif
Web dan televisi, sebagai wartawan belajar untuk menghargai kemampuan unik setiap media. Banyak wartawan yang memikirkan bagaimana melakukan bentuk konvergensi ini. Doug Feaver, editor eksekutif washingtonpost.com, mengatakan bahwa jurnalis yang bekerja di medianya "menciptakan media baru" saat mereka bekerja. Bentuk konvergensi tetap fase percobaan atau evolusi dalam banyak ruang redaksi. Tapi kita bisa melihatnya muncul karena semakin banyak orang lulus dengan keterampilan digital canggih.
Di beberapa daerah, ada koran terbitan nasional yang dijual hanya dengan
seribuan rupiah. Harga jual yang rendah ini dianggap dapat mengganggu
pertumbuhan pers daerah. Memang untuk harga jual majalah masih tinggi, namun
persaingan ketat. Sekarang yang terjadi bukan lagi bagaimana menjual majalah
kepada pembaca, tetapi bagaimana memperoleh pembaca yang tepat secara luas.
Menurut Efendi dalam Jurnal Dewan Pers (2013: 9), luasnya pembaca dibutuhkan
untuk peningkatan perolehan iklan. Semua ini memperlihatkan bahwa pendapatan
yang berasal dari sirkulasi saat ini sangat kecil. Sementara iklan diperebutkan oleh
banyak penerbitan. Untuk tetap hidup dan berkembang, saat ini dibutuhkan model
bisnis baru media cetak. Media cetak tidak dapat hanya mengandalkan revenue
konvensional seperti sirkulasi yang semakin mengecil dan iklan yang diperbutkan
dan bekerja sama dengan media lain seperti radio dan televisi serta media sosial.
Media cetak tak lagi bisa berdiri sendiri.
Steven Paul “Steve” Jobs mengemukakan bahwa “dalam konvergensi
media hal terpenting adalah bagaimana dalam satu perangkat praktis kita bisa
mendapatkan informasi apapun, terutama yang menghibur dan tantangannya
menyangkut bagaimana semua informasi itu sahih”. Mengacu pada pernyataan
ini, maka konvergensi yang dimaksud Steve Jobs dapat dibuat pada media online.
Di mana satu halaman menyajikan berbagai bentuk pemuatan berita. Tetapi ada
tantangan lain seiring dengan berkembangnya media online. Akan semakin sulit
memastikan kesahihan sebuah informasi. Karena siapapun dapat menebarkan
informasi tersebut.
II.2. Pers dan Jurnalistik
Pers adalah lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan
subsistem dari sistem pemerintahan di negara di mana ia beroperasi,
bersama-sama dengan subsistem lainnya. Ditinjau dari teori sistem, pers merupakan sistem
terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh
lingkungan, tetapi di lain pihak pers juga mempengaruhi lingkungan. Probabilistik
berarti hasil operasinya tidak dapat diduga secara pasti (Efendy, 2000: 87). Pers
mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas.
Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah,
tabloid dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa
cetak maupun elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran, sebagai
media yang menyiarkan karya jurnalistik.
Jadi tegasnya, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang
menyebarkan berita sebagai karya jurnalistk kepada khalayak. Pers dan jurnalistik
dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga karena ia
berwujud, konkret, nyata. Sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia
abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup, menghidupi pers. Dengan demikian,
pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal. Pers tidak mungkin beroperasi tanpa
jurnalistik, sebaliknya jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya
Pengertian pers dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
adalah yaitu: Pers adalah lembaga sosial wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi, baik dalam bentuk tulisan,
suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya yang
dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang
tersedia (Sukardi, 2012: 60)
Meski dari pengertian tersebut terdapat kalimat “segala jenis saluran yang
tersedia”, namun tidak lantas semua saluran komunikasi termasuk katagori pers.
Wina Armada lebih lanjut menjelaskan bahwa yang dapat dikatagorikan sebagai
pers adalah jika proses pengerjaan dan isinya memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik,
termasuk menaati Kode Etik Jurnalistik (Sukardi, 2012: 61). Pers dan jurnalistik
merupakan dua hal yang terkait sangat erat. Jika dari pengertiannya pers
merupakan wadah, maka jurnalistik merupakan kegiatan atau aktivitasnya.
Jurnalistik atau journalism berasal dari kata journal, artinya catatan harian, atau
catatan mengenai kejadian sehari-hari. Pengertian ini bisa juga berarti surat kabar.
Journal berasal dari bahasa Latin diurnal, artinya harian atau setiap hari.
McDougall menyebutkan bahwa jurnalisme adalah kegiatan menghimpun
berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di
mana pun dan dalam kondisi bagaimanapun. Di negara-negara demokrasi,
jurnalisme sangat diperlukan dalam sebagai penyambung lidah antara masyarakat
dengan pemerintah yang berkuasa. Tidak peduli perubahan-perubahan sosial,
budaya dan ekonomi di masa datang. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya
tanpa ada jurnalisme berkembang di dalamnya (Kusumaningrat, 2009: 15).
Pers memiliki peranan yang sangat penting di masyarakat. Pers lah yang
menjadi perantara informasi dari masyarakat dan penguasa. Dalam pekerjaannya,
pers bertanggung jawab kepada masyarakat. Walau bagaimanapun, pers bekerja
mengatasnamakan kepentingan rakyat yang berhak mengetahui berbagai
informasi atas peristiwa yang terjadi. Kusumaningat merumuskan bahwa pers
yang bertanggung jawab memiliki delapan fungsi (2009: 27) sebagai berikut:
1. Fungsi informatif, di mana pers memberikan informasi kepada
informasi yang penting bagi masyarakat, peristiwa yang berdampak
bagi masyarakat. Pers yang baik tidak sekadar memberitakan gosip
atau hal-hal yang tidak penting bagi masyarakat.
2. Fungsi kontrol, yaitu sebagai pengawas berlangsungnya pemerintahan
oleh penguasa. Selain itu juga mengawasi kerja sama antara
pemerintah dan pengusaha. Pers akan memberikan informasi kepada
masyarakat tentang bagaimana pemerintah menjalankan negara dengan
program-program mereka, bagaimana pengusaha menjalankan kerja
mereka yang juga berdampak bagi kehidupan masyarakat dan negara.
3. Fungsi interpretatif dan direktif, yaitu memberikan interpretasi dan
bimbingan. Fungsi ini biasanya dapat dilakukan melalui rubrik tajuk
rencana ataupun kolom opini dan berita latar belakang. Di dalam
tulisan-tulisan tersebut biasanya terselip pesan bimbingan tindakan apa
yang mungkin dapat dilakukan oleh masyarakat menyikapi peristiwa
yang terjadi. Fungsi ini juga dapat membantu mencerdaskan
masyarakat dalam bersikap.
4. Fungsi menghibur, pers menuturkan kisah-kisah dunia dengan tulisan
yang hidup dan menarik, meski informasi yang disampaikan relatif
tidak terlalu penting. Fungsi menghibur biasanya dapat kita temukan
dalam tulisan-tulisan feature, baik berupa tulisan tentang pariwisata,
budaya, profil, dan sebagainya.
5. Fungsi regeneratif, yaitu pers membantu menyampaikan warisan sosial
kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan
sebelumnya kepada angkatan yang baru. Pers menyampaikan
bagaimana sebuah peristiwa terjadi di masa lalu, bagaimana dunia ini
dijalankan sekarang dan bagaimana penyelesaiannya. Sehingga
generasi setelahnya akan mempunyai gambaran mengenai
penyelesaian sebuah permasalahan yang sedang terjadi dengan
bercermin dari masalah yang mungkin serupa dan terjadi di masa
sebelumnya.
6. Fungsi pengawalan hak warga negara, di mana pers harus dapat