• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

II.1. Perkembangan Internet dan Jurnalisme

Teknologi bisa menjadi sahabat sekaligus musuh bagi koran cetak. Seperti ketika televisi memaksa koran untuk mengubah jalan bisnis mereka dalam melayani pembaca. Sekarang, keberadaan jaringan komputer yang terhubung merupakan tantangan terbesar medium ini. Orang-orang telah dapat mencari lowongan kerja dan dapat mempromosikan produk mereka sendiri secara online, sehingga telah memotong penghasilan koran. Internet dan world wide web

memberikan pembaca lebih banyak informasi dan lebih dalam dengan kecepatan yang tinggi (Baran, 2004: 122).

Internet pada dasarnya merupakan sebuah jaringan antarkomputer yang saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara terus-menerus sebagai pesan-pesan elektronik, termasuk email, transmisi file, dan komunikasi dua arah antarindividu atau komputer. Internet sebagai sebuah jaringan pada Departemen Pertahanan dan Komunikasi Ilmiah sudah ada kira-kira selama 20 tahun. Yang membuat jaringan itu tiba-tiba menarik bagi para pengguna awam adalah penemuan Mosaic pada tahun 1993, sebuah browser untuk worl wide web yang telah membuat sumber-sumber internet yang lebih banyak dapat diakses (Severin, 2005: 6). Mosaic

ditemukan oleh Marc Andreessen dan Eric Bina setelah melakukan percobaan selama tiga bulan. Program ini menjadi gerbang bagi orang awam untuk mengeksplorasi web (Vivian, 2008: 261).

Segala fasilitas dan kemudahan yang ditawarkan internet dalam pemenuhan kebutuhan informasi bagi manusia menjadikannya primadona. Orang-orang menjadi lebih senang mencari informasi melalui layanan internet. Meski begitu besar manfaatnya, internet juga memiliki kelemahan. Sven Birkets (1994) dalam Severin berpendapat bahwa adanya perubahan dari budaya cetak ke budaya elektronik akan menyebabkan pemiskinan bahasa. Dia menyatakan bahwa komunikasi elektronik mengarah kepada penggunaan “bahasa sederhana” seperti dalam telegram (Severin, 2005: 8).

Di dalam media online kita akan sering menjumpai berita yang sangat pendek bahkan ada yang terdiri dari dua paragraf. Ini dikarenakan dalam jurnalisme online, kecepatan menjadi faktor utama. Namun kemudian, berita yang telah dipublikasikan sebelumnya akan dilengkapi kembali dengan pemberitaan berikutnya. Singkatnya penulisan berita juga terkait dengan psikologi pembaca

online yang cenderung membaca cepat.

Kalau dulu internet merupakan domain pribadi dari periset-periset dan ilmuwan-ilmuwan Amerika Serikat, maka kini internet telah menjadi suatu sistem komunikasi global yang dipakai oleh jutaan orang di seluruh dunia untuk tujuan-tujuan akademik dan bisnis, serta untuk korespondensi pribadi dan pencarian informasi.

Internet dilahirkan pada puncak Perang Dingin pada tahun 1969, sebagai jaringan eksperimental yang disebut ARPANET. Pada tahun pertamanya, ARPANET menghubungkan empat pusat komputer universitas yang terlibat dalam riset militer untuk U.S. Defense Department’s Advanced Research Project

Agency (Badan Proyek Riset Lanjut Departemen Pertahanan Amerika Serikat).

Fokus dari riset ini adalah untuk merancang suatu “Internetwork” komputer-komputer yang akan terus berfungsi bahkan bilamana segmen-segmen utama dihancurkan oleh bom nuklir atau disabot (Fidler, 2002: 151). Sementara tujuan aslinya adalah untuk memudahkan pertukaran riset, pemrograman, surat dan informasi secara elektronik di kalangan pendidik dan periset, internet telah berkembang dalam cara-cara yang tidak terduga begitu militer menyerahkan pengendalian atas perkembangan dan pendanaan internet kepada organisasi-organisasi sipil dalam awal tahun 1980-an. Data ilmiah penting dan pemikiran-pemikiran tetap menjadi bagian besar dari lalu lintas, tetapi hubungan-hubungan antarmanusialah yang membentuk medium ini. Yang penting bagi kebanyakan pengguna internet adalah pertukaran bebas gagasan-gagasan dan diskusi-diskusi tentang nilai-nilai.

Tidak heran jika kemudian pemanfaatan internet semakin berkembang luas dalam kehidupan bermasyarakat. Sejak awal diluncurkan sebagai jaringan yang bebas diakses siapa saja, internet mendapat sambutan positif. Perkembangan teknologi perangkat komunikasi yang efisien turut mendukung melebarnya

penggunaan internet di masyarakat. Dulu berkirim surat untuk komunikasi jarak jauh yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Kini, dengan email dalam hitungan detik bahkan saat itu juga kita sudah bisa menerima pesan dari mana saja.

Penggunaan internet juga turut menyentuh perkembangan komunikasi massa. Media massa yang memiliki ciri khas utama mampu menjangkau khalayak yang luas sekaligus tidak lepas untuk harus segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini. Komputerisasi dalam pembuatan media massa cetak membantunya dalam perbaikan tata letak yang lebih dinamis dan menarik dilengkapi dengan gambar dan warna yang sesuai, sehingga koran mampu bertahan diterpa gempuran radio dan televisi.

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, banyak media massa yang juga mulai membuat media versi online. Media sekarang ini tidak lagi cukup hanya memiliki satu jenis bentuk media. Koran cetak misalnya, sebagian besarnya juga telah memiliki website untuk memuat berita. Pemuatan berita dalam media online

kini dikenal dengan istilah jurnalistik online. Praktisi media harus memahami bahwa konsumen berita era baru yang berorientasi ke depan ini mensyaratkan jurnalisme gaya baru agar media tersebut dapat bertahan.

Dalam istilah lebih luas, jurnalisme harus berubah dari sekadar sebuah produk – berita atau agenda perusahaan media – menjadi pelayanan yang lebih bisa menjawab pertanyaan konsumen, menawarkan sumber daya, menyediakan alat. Pada tingkat ini, jurnalisme harus berubah dari sekadar menggurui – memberitahukan publik apa yang mereka perlu tahu – menjadi dialog publik, dengan wartawan menginformasikan dan membantu memfasilitasi diskusi. Ide pentingnya adalah ke depan pers akan memperoleh integritas berdasarkan jenis konten yang disampaikan dan kualitas pekerjaan. Bukan dari fungsi eksklusifnya sebagai penyedia informasi tunggal atau perantara antara sumber berita dan publik (Kovach, 2012: 183).

Jurnalistik online disebut juga cyber journalism, jurnalistik internet atau jurnalistik website, merupakan generasi baru setelah jurnalistik konvensional dan jurnalistik penyiaran. Jurnalitik jenis ini berkembang pesat setelah

berkembangnya jaringan internet di dunia. Pengertian jurnalistik online terkait banyak istilah, yakni jurnalistik, online, internet dan website. (Sumber)

Di tengah zaman banjir informasi seperti sekarang ini justru media massa mendapat tantangan lain lagi. Meluasnya jaringan internet dan penggunaan jejaring sosial, didukung lagi dengan teknologi media komunikasi, menjadikan siapapun bisa melaporkan peristiwa apa yang sedang terjadi saat itu. Istilah jurnalisme warga, di mana warga melaporkan peristiwa yang diketahuinya, dilihatnya atau bahkan dialaminya sendiri, semakin marak ditemui di masyarakat.

Banyak isu yang telah berkembang di masyarakat bahkan sebelum media massa memuatnya. Jejaring sosial biasanya menjadi motor utama penyebaran informasi di masyarakat. Berita akan tersebar di masyarakat bahkan saat peristiwa itu terjadi. Kicauan lewat twitter misalnya, dengan cepat akan disebarkan oleh pengguna twitter lainnya. Lantas apa lagi guna media massa maupun wartawan di masa sekarang? Bukankah fungsi utama mereka sebagai penyampai informasi telah banyak diambil alih oleh warga dengan memanfaatkan internet dan jejaring sosial yang mereka miliki?

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan apa yang dibutuhkan masyarakat dari wartawan (Kovach, 2012: 184).

1. Otentikator (Pensahih): masyarakat akan membutuhkan wartawan untuk membantu mensahihkan fakta yang benar dan dapat dipercaya. Namun begitu, kita tetap tidak bisa melihat wartawan sebagai penyedia informasi tunggal. Kita tetap perlu beberapa cara untuk membedakan informasi apa yang bisa dipercaya dan beberapa bukti mendasar mengapa demikian dengan cara melihat seberapa transparan pemberitaan yang dibuat oleh wartawan tersebut terkait dengan sumber dan metode memperolehnya. Kita tidak lagi bisa menganggap sesuatu bisa dipercaya hanya karena ada di koran atau dari media. Peran penyahih akan jadi yang utama dalam ruh pembangunan otoritas perusahaan media dan elemen kunci yang relevan ketika mereka tak lagi memonopoli arus informasi atau perhatian publik.

2. Sense Maker (Penuntun Akal) : wartawan meletakkan informasi pada

konteks dan mencari kaitannya hingga konsumen bisa memutuskan apa makna berita itu sesungguhnya. Berjibunnya suplai informasi membuat upaya membangun pengetahuan menjadi kian sulit. Upaya membangun makna mensyaratkan pencarian keterkaitan antarfakta untuk membantu menjawab pertanyaan kita. Perlu penjelasan tentng implikasi berita dan mengenali pertanyaan yang tak terjawab dan membantu kita menemukan pertanyaan apa yang lebih penting selanjutnya. Peran penuntun akal bukan sekadar peran komentator

melainkan bersifat mendalam dengan pencarian fakta dan informasi yang menjadikan semua saling terkait.

3. Investigator: wartawan harus melanjutkan fungsi sebagai investigator publik yang banyak diistilahkan sebagai peran anjing penjaga. Jurnalisme yang mengekspose apa yang disembunyikan atau dirahasiakan menjadi begitu penting dan esensial di pemerintahan demokratik. Sehingga nilai pentingnya begitu fundamental bagi jurnalisme baru dan lama. Fungsi ini kurang sering muncul di budaya media kita sekarang ini karen berita terkesan tergesa-gesa.

4. Witness Bearer (Penyaksi):fungsi ini tidak jauh berbeda dengan fungsi “anjing penjaga” yang sudah lebih akrab di telinga kita. Hanya saja berada di tingkat lebih ramah namun lebih mendalam dibanding sebelumnya. Ada hal tertentu di komunitas yang harus diawasi, diawasi dan diteliti. Jika tidak, pemerintah dan pihak yang ingin mengeksploitasi akan mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan publik. Di era baru sekarang pers yang lemah tidak boleh merajalela. Langkah penting di sini minimal adalah mengenli tempat yang mesti diawasi dalam komunitas demi keutuhan dasar masyarakat sipil dan dengan kehadirannya itu mengisyaratkan pesan kepada penguasa bahwa mereka sedang diawasi. Jika sumber dayanya tidak ada, maka pers juga harus menemukan cara untuk menciptakan dan mengorganisasi jaringan teknologi dan penjaga publik baru untuk memastikn pengawasan berjalan. Di titik ini ada potensi dibentuknya kemitraan baru dengan warga. Jika pers tidak membantu menciptakannya, besar kemungkinan orang-orang yang berkepentingan akan menguasai ruang ini dan mengontrol arus informasi penting. Artinya media harus mampu menggali sedalam dan sedetail mungkin informasi sebelum menuangkannya dalam berita. 5. Pemberdaya: pers juga harus memberi alat yang memungkinkan kita

sebagai warga menemukan cara baru untuk mengetahui. Salah satunya adalah menempatkan publik sebagai bagian dari proses berita dan bukan cuma audien. Warga diberdayakan untuk membagi pengalaman dan pengetahuan yang informatif pada pihak lain, termasuk wartawan. Para wartawan diberdayakan dengan mengejar pengalaman dan keahlian di luar sumber formal mereka. Dialog dikembangkan membuat kita memahami proses, bukan produk. Ini semua diawali dengan kesadaran bahwa konsumen atau warga adalah mitra penting yang didengar dan dibantu, bukan dicermahi. Proses kemitraan ini juga membantu jurnlisme jadi lebih baik dengan memaksa mereka berpikir lebih keras meletakkan informasi dalam konteks berguna, lengkap dengan cara menyikapinya dan memberitahu bagaimana mereka bisa melakukan itu. Tidak hanya itu, juga dilengkapi dengan ke mana mereka bisa dapat informasi lebih bahkan ketika peristiwa masih berlangsung.

6. Aggregator Cerdas: masyarakat butuh agregator pintar yang menyisir

web dan bekerja melampaui kemampuan algoritma komputer dan agregator umum. Organisasi berita masa depan harus menyisir lanskap informasi mewakili audien, melakukan pengawasan atas informasi

lain yang mungkin membantu. Agar perusahaan media bisa benar-benar membantu melayani konsumen berita yang berorientasi ke depan, maka harus juga mengarahkan audien ke sumber website lain yang dinilai penting. Kita akan menghrgai sumber berita yang membantu kita memanfaatkan website, tidak hanya menambahkan balok piranti Google di situsnya. Aggregator cerdas seharusnya membagi sumber yang dirujuk. Dengan cara sama yang dipakai pers menjalankan fungsi penyahih dan penuntun akal, agregasi di sini harus bisa mengefisienkan waktu pembaca dan mengarahkan mereka ke sumber terpercaya.

7. Penyedia forum: wartawan harus membantu terbentuknya ruang diskusi dan wacana yang melibatkan warga secara aktif. Koran cetak membantu menciptakan model ini ketika menemukan konsep surat pembaca pada abad ke-19. Menurutnya, akan berbahaya bagi masyarakat sipil dan mungkin akan merugikan secara finansial bagi perusahaan media jika lembaga berita tradisional membuang peran ini atau menyerahkannya pada pihak lain.lembaga berita milik komunitas bisa menjadi ruang terbuka bagi warga untuk memonitor suara dari berbagai sisi, bukan hanya dari mereka yang berideologi sama dengan kita. Sebagai warga, kita semua punya hak mempunyai ruang publik yang terbuka bagi siapapun. Jika praktisi media membayangkan bahwa tujuan mereka adalah menginspirasi dan menginformasikan wacana publik, maka membantu mengorganisir wacana tersebut adalah fungsi logis dan layak.

8. Panutan:pers model baru tidak bisa mengelak dari fungsi panutan bagi warga yang ingin membawa kesaksiannya sendiri dan sekligus bertindak sebagai wartawan warga. Tak pelak lagi mereka akan berkaca pada wartawan untuk melihat bagaimana pekerjaan ini dilakukan. Di era digital yang kian terbuka, pers yang tak menjaga klaim konstutisionalnya hanya akan makin mengecewakan. Karena publik mengukur kerja mereka berdasarkan harapan yang terbaik, bukan yang terburuk, pada jurnalisme.

Maka dari itu, perusahaan pers terutama ruang redaksi, perlu menemukan gaya pengorganisasian baru bagi kerja jurnalistiknya. Pers harus lebih cerdas dalam pekerjaannya mengingat mereka diharapkan dapat berperan sebagai pensahih di tengah era banjir informasi seperti saat ini. Pers tidak hanya bertindak sebagai pemberi kesimpulan dari setiap informasi yang diperolehnya melalui pencarian di internet, tetapi juga memastikan kebenaran terjadinya peristiwa tersebut.

Satu-satunya cara organisasi pemberitaan bisa menyongsong masa depan adalah dengan memahami fungsi yang mereka mainkan dalam kehidupan. Masa depan jurnalisme terletak pada fungsi yang dimainkan oleh berita dalam

keseharian publik, bukan pada teknik dan praktik ruang redaksi abad ke-20 yang sudah lewat. Bagaimana pun perubahan bentuk media akan terus terjadi di era digital, jurnalisme pada dasarnya tetaplah sama. Jurnalisme akan senantiasa berisi fakta dan berpengaruh bagi kehidupaan publik yang luas (Kovach, 2012: 201).

Meski begitu menurut Baran (2004: 122), perkawinan antara koran dengan

web belum sukses memberikan keuntungan finansial bagi koran cetak lama, tetapi memberikann tanda yang menggembirakan. Faktanya, banyak perusahaan koran yang mengakui bahwa memang harus menerima kondisi kehilangan keuntungan ekonomi ketika membangun kepercayaan pembaca online, penerimaan dan jauh di atas semua itu, pembaca yang sering dan teratur melihat website kita.

Jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan, penulisan dan penyebarluasan informasi atau berita melalui media massa. Online dipahami sebagai keadaan konektivitas mengacu kepada internet atau world wide web

(www). Online merupakan bahasa internet yang berarti “informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja” selama ada jaringan internet atau konektivitas (Romli, 2012: 12)

Jurnalistik online akan selalu berkaitan dengan keberadaan jaringan internet. Bagaimanapun juga, internet yang menghubungkan antarkomputer di seluruh dunia. Seperti yang telah kita ketahui, internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu seperti komputer, televisi, radio dan telepon. Internet begitu memukau dan berkembang begitu cepat dengan variasi programnya yang menjadikan bumi ini dalam cengkeraman teknologi.

Paul Bradshaw dalam Romli (2012: 12) menyebutkan ada lima prinsip dasar jurnalistik online yaitu:

1. Keringkasan (Brevity), berita online dituntut ringkas untuk menyesuaikan dengan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannnya yang semakin tinggi

2. Kemampuan beradaptasi (Adaptability), wartawan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Jurnalis harus dapat menyajikan berita dengan cara membuat berbagai keragaman format berita, baik dalam bentuk tulisan, suara maupun video

3. Dapat dipindai (scannability), untuk memudahkan audiens, situs-situs jurnalistik online hendaknya memiliki sifat dapat dipindai agar pembaca tidak perlu merasa terpaksa dalam membaca informasi atau berita

4. Interaktivitas, komunikasi dari public kepada jurnalis dalam jurnalisme

online sangat dimungkinkan dengan adanya akses yang semakin luas. Hal ini penting karena semakin audiens merasa dilibatkan maka mereka akan merasa dihargai

5. Komunitas dan percakapan, media online memiliki peran yang lebih besar daripada media cetak atau media konvensional lainnya, yakni sebagai komunitas. Jurnalis online juga harus memberi jawaban atau timbal balik kepada publik sebagai sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik tadi.

Pemanfaatan komputer oleh masyarakat luas mulai marak setelah penjualan komputer komersial meledak di pasaran. Banyaknya pengguna komputer personal dan terus berkembangnya perangkat komputer beserta jaringannya menjadikan masa depan media juga turut berubah. Proses perkembangan komputer dan jaringan memberi sumbangsih yang cukup besar dalam keberadaan media online (Baran, 2012: 390).

Internet, kependekan dari interconnection-networking, secara harfiyah artinya adalah jaringan antarkoneksi. Internet dipahami sebagai sistem jaringan komputer yang saling terhubung. Berkat jaringan itulah yang ada di sebuah komputer dapat diakses orang lain melalui komputer lainnya. Jaringan ini mentransmisi informasi dari banyak orang ke banyak orang. Internet menghasilkan sebuah media, dikenal dengan media online (Romli, 2012: 12).

Telah diramalkan bahwa di masa depan jaringan menjadi bentuk terpenting dari transmisi media. Pengembangan jaringan telah dimulai sejak tahun 1960-an. Perkembangan yang berkesinambungan dari fungsi-fungsi komputer dan peralatan lain yang terkait jaringan mulai makmur setelah tahun 1990 (Wen, 2003: 83). Hampir seluruh penduduk dunia mulai bisa mengakses jaringan internet. Kantor-kantor maupun komputer milik pribadi dihubungkan dengan jaringan untuk memudahkan perolehan dan pertukaran informasi di seluruh dunia.

Internet merupakan sarana pertukaran informasi seluruh dunia melalui serangkaian komputer yang saling berhubungan. Komponen yang paling populer dari internet adalah world wide web (www). Sebenarnya ada banyak fitur yang bisa dimanfaatkan di internet. Namun, web telah dikembangkan menjadi fitur yang komersil. Maka website adalah komponen internet yang aling sering digunakan untuk kepentingan apapun di dunia. Termasuk untuk pemasaran bisnis, hingga pemuatan berita bagi media massa (Blech dan Blech, 2001: 495). Internet sangat tepat dikatakan sebagai “jaringan dalam jaringan” yang berkembang dalam kecepatan yang sangat menakjubkan.

Salah satu cara untuk mengakses informasi pada internet adalah melalui

world wide web, biasanya sering diesbut website atau web. Website atau site

(situs) adalah halaman mengandung konten (media), termasuk teks, video, audio dan gambar. Website bisa diakses melalui internet dan memiliki alamat internet yang dikenal dengan URL (Uniform Resource Lacator) yang berawalan www atau http:// (Hypertext Transfer Protocol). Dari pengertian tersebut, jurnalistik

online dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi melalui media internet, utamanya website.

Membangun dan memelihara sebuah website yang sukses membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Butuh kreativitas yang tinggi untuk menarik pengunjung melihat sebuah website dan meminta mereka untuk kembali melihatnya di lain waktu. Sementara, keberlangsungan media online bergantung pada pembaca yang dengan rutin membuka website tersebut. Jika media tersebut tidak mampu menarik pembaca untuk setia membuka website tersebut maka media tersebut tidak akan mampu bertahan lama.

Kita biasanya menganggap orang yang mengakses sebuah media sebagai anggota khalayak, namun internet memiliki pengguna, bukan anggota khalayak. Setiap saat, atau bahkan pada saat yang sama, seseorang mungkin dapat membaca konten internet dan menciptakan konten untuk disebarkan melalui internet. Misalnya saat mengakses email ataupun chating, merupakan salah satu contoh bagaimana sorang pengguna internet bisa menjadi pembaca sekaligus pencipta pesan. Dengan mudah kita dapat mengakses web, dari satu halaman ke halaman yang lain (Baran, 2012: 399).

Media dan website bekerja bersama-sama dengan baik karena keduanya adalah berhubungan dengan komunikasi yang bersifat massa. Website membawa komunikator bersama-sama membangun komunitas dan menampilkan produk media, teks ataupun karya seni kepada khalayak global. Kita bisa memasukkan segala bentuk pesan ke dalam web, baik berupa teks, gambar, gambar bergerak suara hingga paduan kesemuanya.

Internet dan website membentuk kembali cara kerja media-media secara signifikan. Ketika media yang berinteraksi dengan kita berubah, peran yang dimainkannya di dalam kehidupan kita dan dampak yang dimilikinya dalam kebudayaan kita juga akan turut berubah (Baran, 2012: 388).

II.1.1. Konvergensi

Konvergensi adalah bentuk revolusioner dan evolusioner dari jurnalisme yang muncul di berbagai belahan dunia. Definisi konvergensi bergantung pada perspektif masing-masing individu. Konvergensi dimaknai berbeda di tiap negara, karena adanya perbedaan budaya. Faktor lain yang mempengaruhi defenisi tersebut adalah regulasi yang mengatur kepemilikan media dan kekuatan teknologi digital.

Larry Pryorr, professor komunikasi dari University of South California, mengemukakan defenisi konvergensi yaitu “konvergensi adalah apa yang terjadi di ruang berita sebagai staf editorial anggota bekerja sama untuk menghasilkan beberapa produk untuk beberapa platform untuk menjangkau khalayak massa dengan konten interaktif.” Secara umum, konvergensi adalah sebuah kondisi di mana suatu media massa memiliki beragam platform untuk memuat berita maupun informasi yang mereka sajikan (Quinn dan Filak, 2005: 3).

Adapun Jenkins dalam Jurnal Dewan Pers (2013: 17), berpendapat bahwa konvergensi multimedia massa menciptakan kebudayaan baru karena isi pesan pemberitaan berhamburan datang dengan berbagai platform piranti lunak di beragam piranti kerasnya. Konvergensi adalah kata untuk menggambarkan perubahan teknologi, industri, budaya dan sosial yang datang bersama-sama dari industri yang sebelumnya terpisah (komputasi, cetak, film, audio dan sebagainya). Sehingga dalam prakteknya, perusahaan pers yang menerapkan konvergensi

multimedia harus mempekerjakan wartawan yang punya keahlian ganda pula. Mereka harus mampu melakukan berbagai jenis peliputan dengan menggunakan berbagai perangkat, mengolah hasil liputan dalam berbagai bentuk penyiaran serta menyebarkan berita dengan menggunakan berbagai saluran.

Dalam konteks media online saat ini, konvergensi bisa dibuat hanya dalam satu halaman website. Media tidak lagi harus membuat stasiun televisi atau radio

Dokumen terkait