BAB I PENDAHULUAN
I.8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 1
Yamaha” yang dapat
seperti kinerja keamanan
Definisi operasional variabel merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional variable adalah suatu pentunjuk pelaksana mengenai cara-cara untuk mengukur variable-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang amat menbantu peneliti lain yang akan menggunakan variable yang sama (Singarimbun, 1995:46).
Definisi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variable Bebas (Implementasi event sponsorship Program Acara Trans TV
“Suara Indonesia bersama Yamaha”)
a) Target audience kelompok/khalayak tertentu atau kelompok demografis yang akan dicapai PT. Yamaha dalam Program Acara Trans TV “Suara Indonesia bersama Yamaha”.
b) Brand Image Reinforcement adalah penguatan citra merek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Program Acara Trans TV “Suara Indonesia bersama Yamaha” dimana harus digunakan di dalam lingkungan yang konsisten dengan posisi dan citra merek/corporat PT. Yamaha.
c) Extendibility adalah keluasan mengekspose suatu merek dari PT.
Yamaha dalam Program Acara Trans TV “Suara Indonesia bersama Yamaha” yang dapat memberikan berbagai keuntungan.
d) Brand Involment adalah keterlibatan merek / nama PT. Yamaha dalam Program Acara Trans TV “Suara Indonesia bersama Yamaha. Ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya perlakuan khusus yang disediakan oleh sponsorship terutama dalam kebebasan menonjolkan merek.
e) Cost effectiveness adalah keefektifan biaya yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Program Acara Trans TV “Suara Indonesia bersama Yamaha”. Beberapa sponsorship menghasilkan ekspose pesan brand, bahwa jika biaya untuk melakukan sponsorship dapat dikonversikan menjadi biaya per ribu, itu akan menjadi sebanding dengan mengeluarkan biaya pada media.
f) Other sponsorship adalah Pihak-pihak sponsor lain mungkin terlibat dalam Program Acara Trans TV “Suara Indonesia bersama Yamaha”.
Ketika suatu perusahaan melakukan kerjasama dengan pelaksana acara, maka itu akan melibatkan citra dan postioning dari perusahaan itu sendiri. Karena sebuah organisasi pelaksana memiliki beberapa pihak yang mensponsori, maka akan menjadi bijak apabila perusahaan mau mengetahui siapa pihak-pihak yang memberikan sponsor juga.
Sebagian perusahaan menginginkan eksklusifitas (sponsor tunggal), dengan tujuan agar pesaing tidak bisa menjadi sponsor.
2. Variable Terikat (Citra Perusahaan)
a) Personality adalah keseluruhan karakteristik PT. Yamaha yang dipahami publik sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial.
b) Reputation adalah hal yang telah dilakukan PT. Yamaha dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi sebuah bank.
c) Value adalah nilai-nilai yang dimiliki PT. Yamaha dengan kata lain budaya PT. Yamaha seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan.
d) Corporate Identity adalah komponen-komponen yang mempermudah pengenalan publik sasaran terhadap PT. Yamaha seperti logo, warna, dan slogan.
3. Karakteristik Responden
a) Jenis Kelamin : Jenis Kelamin Responden pria/wanita
b) Fakultas : Nama Fakultas Responden menempuh pendidikan S1
c) Angkatan : Angkatan Responden
I. 10. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu fenomena dan atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Oleh sebab itu, rumusan hipotesis ditulis dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi, yang mengandung hubungan dua variable atau lebih. Meskipun demikian, pernyataan tesebut mesti diuji kebenarannya secara empiris, sebab pendapat yang terkandung dalam pernyataan tersebut belumlah mendalam.
Goode dan Hatt menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik adalah hipotesis harus jelas secara konseptual, harus mempunyai rujukan empiris, harus bersifat spesifik, harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada, dan harus berkaitan dengan suatu teori (Rakhmat, 2006:14-15). Hipotesis adalah sarana penelitian yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995: 43). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah diteliti (Suyanto dan Suntinah, 2005: 43).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak terdapat hubungan antara implementasi event sponsorship Program Acara Trans TV “Suara Indonesia bersama Yamaha” terhadap citra PT.
Yamaha.
Ha: Terdapat hubungan antara implementasi event sponsorship Program Acara Trans TV “Suara Indonesia bersama Yamaha” terhadap citra PT. Yamaha.
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. KOMUNIKASI
II.1.1. Definisi Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia (Effendy, 2003:8). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2002:20). Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication, berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003:30). Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan maka komunikasi tidak akan terjadi.
Di antara sosiolog, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat,yang menaruh perhatian terhadap perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland yang memberi pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat (Effendy, 2003:10). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi itu meliputi proses penyampaian pesan, pembentukan kepercayaan, sikap, pendapat dan tingkah laku publik. Sedangkan menurut Wilbur Schramm seorang ahli linguistik, mengatakan communication berasal dari kata Latin “communis” yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, dkk, 2006:30).
Laswell menerangkan bahwa bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Laswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi : komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy, 2003:253). Paradigma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan
2. Says What : Pernyataan yang didukung oleh lambing-lambang
3. In Which Channel : Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan yang disampaikan.
4. To Whom : Komunikan; orang yang menerima pesan.
5. With What Effect : Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.
II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi.
Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi.
(Cangara, 2002:23-26) sebagai berikut:
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator. (source, sender).
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.
3. Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi, sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.
II.1.3. Hambatan Komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses (Effendy, 2003:45).
a) Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda (interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layer televisi, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantic terjadi dalam sebuah pengertian.
b) Kepentingan
Interest atau kepentingan akan mebuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap.
Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
c) Motivasi Terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh
pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.
d) Prasagka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan terberat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.
II.1.4. Ruang Lingkup Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komuikasi manusia yang luas ruang lingkup dan banyak dimensinya. Berikut ini adalah penjelasan komunikasi berdasarkan konteksnya:
1. Bidang Komunikasi
a) Komunikasi Sosial (social communication) b) Komunikasi Organisasi/Manajemen
(organization/managemen communication) c) Komunikasi Bisnis (business communication) d) Komunikasi Politik (political communication)
e) Komunikasi Internasional (international communication) f) Komunikasi Antar budaya (intercultural communication) g) Komunikasi Pembangunan (development communication) h) Komunikasi Tradisional (traditional communication) 2. Sifat Komunikasi
a). Komunikasi Verbal (verbal communication) 1. Komunikasi Lisan (oral communication) 2. Komunikasi Tulisan (written communication) b). Komunikasi Nirverbal (nonverbal communication)
1. Komunikasi Kial (gestural/body communication) 2. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Lain-lain
c). Komunikasi Tatap Muka (face-to-face-communication) d). Komunikasi Bermedia (mediated communication)
3. Tatanan Komunikasi
a) Komunikasi Pribadi (personal Communication)
1. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) b) Komunikasi Kelompok (group communication)
1. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication) a) Ceramah
b) Forum
c) Simposium (symposium)
d) Diskusi panel (panel discussion) e) Seminar
f) Curahsaran (brainstorming) g) Lain-lain
2. Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication/public speaking)
c) Komunikasi Massa (mass communication)
1. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communication)
a) Surat kabar (daily) b) Majalah (magazine)
2. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media communication)
a) Radio b) Televisi c) Film d) Lain-lain
d) Komunikasi Medio (medio communication) 1. Surat
2. Telepon 3. Pamflet 4. Poster 5. Spanduk
6. Lain-lain media yang tidak termasuk media massa 4. Tujuan Komunikasi
a) Mengubah sikap (to change the attitude)
b) Mengubah opini/pandangan/pendapat (to change the opinion) c) Mengubah Perilaku (to change the behaviour)
d) Mengubah masyarakat (to change the society)
5. Fungsi Komunikasi
a) Menginformasikan (to inform) b) Mendidik (to educate)
c) Menghibur (to entertain) d) Mempengaruhi (to influence)
Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many Voices One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap system, yaitu sebagai berikut: (Effendy, 1993: 27-28)
1. Informasi
Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
3. Motivasi
Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.
5. Pendidikan
Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6. Memajukan Kebudayaan
Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu
7. Hiburan Penyebarluasan simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok, dan individu.
8. Integrasi Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
6. Teknik Komunikasi
a) Komunikasi informatif (informative communication) b) Komunikasi persuasif (persuasif communication) c) Komunikasi pervasif (pervasive communication) d) Komunikasi koersif (coersive communication) e) Komunikasi instruktif (instructive communication) f) Komunikasi manusiawi (human relations)
7. Metode Komunikasi
a) Jurnalisme/jurnalistik (journalism) b) Hubungan masyarakat (public relations) c) Periklanan (advertising)
d) Propaganda
e) Perang urat syaraf (phsylogical warfare) f) Perpustakaan (library)
g) Lain-lain (Effendy, 2003:52-56)
II.2. TELEVISI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI MASSA II.2.1. Definisi Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-bahasa Latin) berarti penglihatan.
Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).
Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi.
Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996:6).
Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika (Wahyudi, 1986:49). Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah untuk diterobos.
Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya
“Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Message A Reader in Human Communication” Random House, New York 1980, mengungkapkan 3 (tiga) fungsi media, yaitu:
a) The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan.
b) The correlation of the part of society in responding to the environment yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.
c) The transmission of the social heritage from one generation to the next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kuswandi, 1996:25).
II.2.2 Perkembangan Televisi
Kehadiran televisi di dunia merupakan perkembangan teknologi khususnya teknologi elektronika sejak abad 19 dan akan terus menerus berlanjut pada abad-abad berikutnya, sehingga televisi siaran juga akan ditentukan oleh perkembangan elektronika itu sendiri.
Kehadiran televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persepsi tentang suatu isu yang terjadi di belahan dunia. Daya tarik televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas sebelum muncul
televisi berubah total sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi, sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung (Kuswandi, 1996:23). Kekuatan media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit.
Dunia perkembangan pertelevisian di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Awalnya, Indonesia hanya memiliki satu stasiun televisi, itupun dimiliki oleh pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Kemudian pada tahun 1989, lahirlah stasiun Televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun tersebut merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Kemunculan stasiun RCTI memberikan sesuatu yang baru bagi pertelevisian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya stasiun-stasiun televisi swasta, seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang berubah nama menjadi MNC TV, Indosiar, dan Andalas Televisi (Antv). Sejak era reformasi bergulir, stasiun televisi swasta semakin ramai bermunculan, seperti Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang berubah menjadi TVOne, serta Global TV.
Stasiun televisi lokalpun tidak mau ketinggalan. Sekitar tahun 2000an banyak bermunculan stasiun televisi lokal, seperti Bali TV di Bali, JakTv di Jakarta, JTV di Surabaya, Cahaya TV di Banten. Televisi berlangganan atau televisi berbayar (pay per view) juga turut mewarnai perkembangan pertelevisian Indonesia. Yang relatif dikenal oleh masyarakat Indonesia seperti Indovision, Aora TV, First Media, dan Telkomvision. Bahkan sampai tahun 2008, paling
tidak terdapat 13 stasiun televisi berlangganan yang beroperasi di Indonesia (Usman, 2009:1).
Terkait dengan perkembangan teknologi, diperkirakan pada tahun 2018, televisi di Indonesia akan memasuki era televisi digital. Teknologi digital akan meningkatkan kualitas gambar televisi. Masih terkait dengan perkembangan teknologi, kini terjadi konvergensi media, misalnya antara media televisi dengan media online. Konvergensi ini tentu memperluas jangkauan siaran televisi (Usman, 2009:2).
II.2.3. Karakteristik Televisi
Adapun karakteristik televisi adalah sebagai berikut: (Usman, 2009:23) 1. Media Pandang dengar (audio-visual)
Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar. Televisi berbeda dengan media cetak, yang lebih merupakan media pandang. Televisi juga berbeda dengan media radio, yang merupakan media dengar. Orang memandang gambar yang ditayangkan televisi, sekaligus mendengar atau mencerna narasi atau naskah dari gambar tersebut.
2. Mengutamakan Gambar
Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar. Gambar-gambar dalam hal ini adalah gambar hidup- membuat televisi lebih menarik dibanding media cetak.
Narasi atau naskah bersifat mendukung gambar.
3. Mengutamakan Kecepatan
Jika deadline media cetak 1 x 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik. Televisi mengutamakan kecepatan. Kecepatan bahkan menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai.
4. Bersifat Sekilas
Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakn dimensi wakut atau durasi.
5. Bersifat Satu Arah
Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik terhadap siaran televisi yang ditayangkan.
6. Daya Jangkau Luas
Televisi memiliki daya jangkau luas. Ini berarti televisi menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi. Siaran atau berita televisi harus dapat menjangkau rata-rata status sosial ekonomi khalayak, masuk ke berbagai strata sosial.
II.2.4. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
1. Pemirsa
Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang-orang. Hal ini perlu karena
Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang-orang. Hal ini perlu karena