• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Uji t Statistik

3.6 Operasional Variabel Penelitian

44 bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

Misalnya, jika nilai ancamannya besar, ratingnya adalah 1. Sebaiknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untukmemperoleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

45

6.

IFAS (Internal Factors Analysis Strategy) adalah suatu bentuk analisis strategis dari faktor-faktor internal organisasi/perusahaan. Analisis ini perlu dilakukan untuk mendapatkan potret kekuatan dan kelemahan UMKM di Kota Jambi.

7.

EFAS (External Factors Analysis Strategy) adalah suatu bentuk analisis strategis dari faktor-faktor eksternal organisasi/ perusahaan. Analisis ini perlu dilakukan untuk mendapatkan potret peluang dan ancaman UMKM di Kota Jambi.

46 BAB IV

KONDISI UMUM DAERAH DAN OBJEK PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekonomi Kota Jambi

Kondisi ekonomi merupakan kedudukan atau posisi dalam pembangunan ekonomi suatu daerah dimana pemerintah daerah mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan meningkatkan ekonomi yang berkelanjutan.

4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan nilai serta jumlah produksi barang dan jasa yang dihitung suatu negara dalam suatu kurun waktu tertentu, adapun pertumbuhan ekonomi Kota Jambi sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pertumbuhan Ekonomi di Kota Jambi Tahun 2017 – 2021

Tahun PDRB ADHK Pertumbuhan Ekonomi

2017 17.728.340 -

2018 18.661.330 5.26

2019 19.655.790 5.33

2020 18.918.890 -3.75

2021 19.515.000 3.15

Rata-Rata 2.50

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Tahun 2017-2021 di Kota Jambi sebesar 2.50 persen, pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi naik sebesar 5.26 persen, pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi kembali naik menjadi 5.33 persen, pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi mengalami penurun sebesar -3.75 persen, dan pada tahun 2021 pertumbuhan ekonomi meningkat kembali menjadi 3.15 persen. Pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan pada tahun 2020 hal tersebut diakibatkan karena adanya dampak dari pandemi covid 19 yang menjadi faktor penghambat aktivitas ekonomi disetiap sektor sehingga perekonomian di Kota Jambi menurun dibandingkan tahun sebelumnya, akan tetapi pertumbuhan ekonomi mulai meningkat pasca terjadinya pandemi di tahun 2021.

47 4.1.2 Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu, adapun perkembangan inflasi Kota Jambi sebagai berikut:

Tabel 4.2 Inflasi di Kota Jambi Tahun 2017 – 2021

Tahun Inflasi Perkembangan

2017 0.52 -

2018 0.78 50.00

2019 0.61 -21.79

2020 0.85 39.34

2021 0.41 -51.76

Rata-Rata 0.63 3.95

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan inflasi Tahun 2017-2021 di Kota Jambi sebesar 0.63 persen atau naik 3.95 persen, tahun 2017 inflasi sebesar 0.52 persen, pada tahun 2018 inflasi naik sebesar 0.78 persen atau 50.00 persen, pada tahun 2019 tingkat inflasi menurun menjadi 0.61 persen atau turun -21.79 persen, pada tahun 2020 inflasi kembali meningkat sebesar 0.85 persen atau naik 39.34 persen, dan pada tahun 2021 inflasi kembali menurun menjadi 0.41 persen atau -51.76 persen. Tingkat inflasi yang meningkat pada tahun 2020 diakibatkan terjadinya krisis ekonomi akibat dari pandemi covid 19 yang menurunkan tingkat daya beli masyarakat di Kota Jambi, akan tetapi seiring waktu berjalan tingkat inflasi mampu ditekan pada tahun 2021.

4.1.3 Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan pekerjaan, adapun perkembangan pengangguran Kota Jambi sebagai berikut:

Tabel 4.3 Pengangguran di Kota Jambi Tahun 2017 – 2021

Tahun Pengangguran Perkembangan

2017 15.754 -

2018 19.488 23.70

2019 20.635 5.89

2020 31.068 50.56

2021 31.375 0.99

Rata-Rata 20.28

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

48 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa rata-rata pengangguran Tahun 2017-2021 di Kota Jambi sebesar naik 20.28 persen, pada tahun 2018 pengangguran meningkat sebesar 23.70 persen, pada tahun 2019 pengangguran kembali meningkat menjadi 5.89 persen, pada tahun 2020 meningkat kuat sebesar 50.56 persen, dan pada tahun 2021 meningkat kembali menjadi 0.99 persen.

Pengangguran yang meningkat pada tahun 2020 diakibatkan dampak dari pandemi covid 19 yang dimana terjadinya PHK massal, karena perusahaan tidak mampu menampung pekerja, hal tersebut membuktikan bahwa efek dari pandemi mampu mempengaruhi perekonomian di Kota Jambi.

4.1.4 Kemiskinan

kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat, adapun perkembangan kemiskinan Kota Jambi sebagai berikut:

Tabel 4.4 Kemiskinan di Kota Jambi Tahun 2017 – 2021

Tahun Tingkat Kemiskinan Perkembangan

2017 8.84 -

2018 8.49 -3.96

2019 8.12 -4.36

2020 8.72 7.39

2021 8.98 2.98

Rata-Rata 8.63 0.51

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa rata-rata tingkat kemiskinan Tahun 2017-2021 di Kota Jambi sebesar 8.63 persen atau naik 0.51 persen, pada tahun 2017 tingkat kemiskinan sebesar 8.84 persen menurun pada 2018 sebesar -3.96 persen, pada tahun 2019 tingkat kemiskinan menurun kembali menjadi -.4.36 persen, pada tahun 2020 meningkat kembali sebesar 7.39 persen, dan pada tahun 2021 kembali meningkat menjadi 2.98 persen. Efek dari terjadinya pandemi covid 19 mampu meningkatkan tingkat kemiskinan pada tahun 2020 dan masih menguat di tahun 2021 tingkat kemiskinan apabila tidak dikendalikan maka akan berdampak pada perekonomian di Kota Jambi.

49 4.1.5 Suku Bunga

Suku bunga di sini yang menentukan besarnya jumlah bunga yang akan dibayarkan pada penyedia dana atau pinjaman. Adapun perkembangan suku bunga Kota Jambi sebagai berikut:

Tabel 4.5 Inflasi di Kota Jambi Tahun 2017 – 2021

Tahun Suku Bunga Perkembangan

2017 4.25 -

2018 6.00 41.18

2019 5.00 -16.67

2020 3.75 -25.00

2021 3.50 -6.67

Rata-Rata 4.50 -1.79

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa rata-rata suku bunga Tahun 2017-2021 di Kota Jambi sebesar 4.50 persen atau turun -1.79 persen, pada tahun 2017 suku bunga sebesar 4.25 persen meningkat pada 2018 sebesar 41.18 persen, pada tahun 2019 suku bunga menurun menjadi -16.67 persen, pada tahun 2020 menurun kembali sebesar 25.00 persen, dan pada tahun 2021 kembali menurun menjadi -6.67 persen. Efek dari terjadinya pandemi covid 19 pemerintah menurun tingkat suku bunga agar bertujuan mampu meningkatkan perekonomian di Kota Jambi, apabila tingkat suku bunga dinaikan pada saat terjadinya pandemi maka dengan pengaruh kenaikan suku bunga BI ke masyarakat dan pelaku usaha ini, maka dapat menggerus daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan bisnis nasional sehingga hal ini akan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi terkontraksi.

Sehingga apabila tingkat inflasi yang terus meningkat di Kota Jambi maka secara tidak langsung pemerintah akan meningkatkan suku bunga. Karena tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian yaitu membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian serta mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada investasi.

50 4.2 Kondisi UMKM Kota Jambi

4.2.1 Perkembangan UMKM

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan usaha yang dapat diandalkan sebagai indikator dalam stabilitas perekenomian baik di tingkat lokal ataupun daerah. Fungsi UMKM sendiri selain sebagai roda bisnis, akan tetapi juga sebagai pemberdayaan masyarakat pada umumnya. Adapun perkembangan UMKM di Kota Jambi sebagai berikut:

Tabel 4.6 Perkembangan UMKM di Kota Jambi Tahun 2017 – 2021

Tahun Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Mikro Kecil Menengah Jumlah Mikro Kecil Menengah Jumlah

2017 8.542 4.144 0.00 12.686 - - - -

2018 14.257 7.356 0.00 21.613 66.90 77.51 0.00 70.37 2019 7.257 3.506 0.00 10.763 -49.10 -52.34 0.00 -50.20 2020 11.905 3.506 0.00 15.411 64.05 0.00 0.00 43.18 2021 44.307 3.506 0.00 47.813 272.17 0.00 0.00 210.25

Rata-Rata 88.51 6.29 0.00 68.40

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan UMKM Tahun 2017-2021 di Kota Jambi sebesar 68.40 persen, peningkatan tertinggi pada tahun 2021 mencapai 210.25 persen, dan penurunan tertinggi pad atahun 2019 yaitu sebesar -50.20 persen. Usaha mikro rata-rata sebesar 88.51 persen, pertumbuhan usaha mikro tertinggi pada tahun 2021 yaitu mencapai 272.17 persen, dan terjadi penurunan pad atahun 2019 mencapai -49.10 persen. Usaha kecil rata-rata sebesar 6.29 persen, pertumbuhan tertinggi pada tahun 2018 mencapai 77.51 persen dan penurunan terjadi pada tahun 2019 sebesar -52.34 persen. Data bersumber dari BPS menunjukan bahwa usaha menengah tidak terdata pada tahun tersebut, ini membuktikan bahwa pertumbuhan dari sektor usaha mikro dan kecil mampu menompang perekonomian di Kota Jambi.

Semakin meningkatnya pertumbuhan unit usaha industry kecil dalam kurun waktu lima tahun terakhir mampu berkontribusi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena Kota Jambi merupakan Ibu Kota di Provinsi Jambi yang menjadi pusat perdagangan terbesar di Provinsi Jambi.

Meningkatnya pembangunan dari sector industry kecil dalam meningkatkan unit usaha di Kota Jambi ini disebabkan karena besarnya peranan pemerintah dalam

51 meningkatkan usaha – usaha dengan memberikan perizinan yang mudah dalam membuat usaha baru. Tingginya pertumbuhan unit usaha pada tahun 2021 yaitu hal ini didukung dengan pemodalan yang cukup tinggi dan akan berdampak langsung dengan pertumbuhan usaha-usaha baru, dalam meningkatkan unit usaha baru, para wirausaha perlu peranan pemerintah, karena masih memasuki pra transisi akibat pandemi.

Sedangkan pertumbuhan yang menurun pada tahun 2019 disebabkan karena pada tahun tersebut UMKM di Kota Jambi mengalami penurunan yang disebabkan karena tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dalam melakukan kegiatannya yaitu lebih besar di biaya modal daripada pendapatan yang di terima oleh UMKM.

Pertumbuhan pada tahun tersebut masih sangat rendah yang disebabkan kurangnya modal dan masih sulitnya untuk mendirikan usaha – usaha baru, serta akibat terjadinya pandemi.

4.2.2 Tenaga Kerja UMKM

Tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja dapat dilihat dari rata – rata tenaga kerja perusahaan. Perkembangan penyerapan tenaga kerja UMKM di Kota Jambi sebagai berikut:

Tabel 4.7 Perkembangan Tenaga Kerja UMKM di Kota Jambi Tahun 2017 – 2021

Tahun Tenaga Kerja Perkembangan

2017 20.590 -

2018 21.613 4.97

2019 18.485 -14.47

2020 8.594 -53.51

2021 143.439 1.569.06

Rata-Rata 376.51

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa perkembangan penyerapan tenaga kerja UMKM di Kota Jambi selama tahun 2017 – 2021 rata – rata sebesar 376.51 persen, pada tahun 2017 penyerapan tenaga kerja sebesar 20.590 jiwa meningkat pada tahun 2018 menjadi 21.613 jiwa atau 4.97 persen, pada tahun 2019 penyerapan tenaga kerja menurun sebesar 18.485 jiwa atau -14.47 persen, pada tahun 2020 kembali menurun menjadi 8.594 jiwa atau -53.51 persen, dan meningkat kembali pada tahun 2021 menjadi 143.439jiwa atau 1.569.06 persen, meningkatnya

52 penyerapan tenaga kerja dari setiap tahunnya ini didukung karena semakin besarnya jumlah angkatan kerja baru yang mencari pekerjaan yang lowong, dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja maka Pemerintah maupun pihak Swasta harus terus mendorong peningkatan Indutri di Kota Jambi.

Perkembangan penyerapan tenaga kerja tertinggi terdapat pada tahun 2021 tingginya penyerapan tenaga kerja pada tahun tersebut penyerapan tenaga naik sedangkan pengangguran terbuka mengalami penurunan, hal tersebut akibat pemulihan perekonomian pasca pandemi. Walaupun sebagian besar tren yang ada bersifat positif, namun perlu dicatat bahwa hasil pekerjaan akan terus berfluktuasi, dikarenakan oleh faktor-faktor yang bersifat musiman dan perputaran pasar kesempatan kerja. Fluktuasi di bidang pekerjaan cenderung diakibatkan oleh ketidakaktifan ketimbang pengangguran, di mana arus keluar dari pekerjaan untuk menjadi tidak aktif lebih tinggi dibandingkan arus keluar dari pekerjaan untuk menjadi pengangguran. Tren ini menunjukkan persoalan struktural di pasar kesempatan kerja, dan menegaskan pentingnya kebijakan dan program pasar kesempatan kerja untuk memfasilitasi alat kelengkapan pasar kesempatan kerja dengan menyediakan layanan pekerjaan dan manfaat terkait bagi pekerja yang masih menganggur.

Sedangkan perkembangan penyerapan tenaga kerja yang menurun ada pada tahun 2020 dikarenakan masih rendahnya investasi, akibat pandemi yang melanda sehingga banyak UMKM mengalami pemerosotan pendapatan yang berdampak adanya PHK massal, serta adanya pemberlakuan pembatasan skala besar yang menghambat aktivitas ekonomi disetaip sektor ekonomi terurtama UMKM di Kota Jambi.

4.2.3 Aset UMKM

Aset adalah sumber daya dengan nilai ekonomi yang dimiliki atau dikendalikan oleh individu, perusahaan, atau negara dengan harapan akan memberikan manfaat di masa depan. Aset UMKM di Kota Jambi cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan aset UMKM di Kota Jambi sebagai berikut:

53 Tabel 4.8 Perkembangan Aset UMKM di Kota Jambi Tahun 2017 – 2021

Tahun Aset Perkembangan

2017 186.770.000 -

2018 205.840.000 10.21

2019 215.260.000 4.58

2020 563.640.000 161.84

2021 1.195.325.000 112.07

Rata-Rata 72.18

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa aset UMKM di Kota Jambi dalam kurun waktu 2017-2021 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 72.18 persen, aset UMKM di Kota Jambi pada tahun 2017 sebesar Rp. 186.770.000 meningkat pada tahun 2018 menjadi Rp. 205.840.000 atau 10.21 persen, pada tahun 2019 aset UMKM kembali meningkat sebesar Rp. 215.260.000 atau 4.58 persen, pada tahun 2020 meningkat kembali menjadi Rp.563.640.000 atau 161.84 persen, dan pada tahun 2021 meningkat kembali menjadi Rp. 1.195.325.000 atau 112.07 persen.

Peningkatan aset tertinggi terjadi pada tahun 2021 hal tersebut dikarenakan jumlah UMKM di Kota Jambi yang meningkat drastis maka menunjukan bahwa pertumbuhan UMKM yang cukup signifikan setelah terjadinya pandemi yang melanda di Kota Jambi, peningkatan aset mendukung salah satu upaya untuk menciptakannya suatu usaha dalam membangun suatu industri baik skala kecil maupun menengah. Aset yang terendapat terjadi pada tahun 2019 hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan UMKM di Kota Jambi yang menurun akibat pandemi.

4.2.4 Omset UMKM

Omset adalah hasil penjualan perusahaan dalam periode tertentu. Penjualan yang dimaksud di sini mengacu pada total pendapatan perusahaan sebelum dikurangi biaya-biaya apapun, termasuk biaya kebutuhan operasional. Hal paling umum yang membedakan antara omset penjualan dengan profit adalah cara penghitungannya. Jika omset menggambarkan keseluruhan nilai yang dikeluarkan oleh perusahaan, profit menunjukkan keuntungan bersih yang diraih. Omset UMKM di Kota Jambi berfluktuasi setiap tahunnya hal ini dapat dilihat dari perkembangan omset UMKM di Kota Jambi sebagai berikut:

54 Tabel 4.9 Perkembangan Omset UMKM di Kota Jambi Tahun 2017–2021

Tahun Omset Perkembangan

2017 240.411.600 -

2018 356.870.000 48.44

2019 233.134.200 -34.67

2020 150.634.000 -35.39

2021 433.134.200 187.54

Rata-Rata 41.48

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa omset UMKM di Kota Jambi dalam kurun waktu 2017-2021 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 41.48 persen, omset UMKM di Kota Jambi pada tahun 2017 sebesar Rp.240.411.600 meningkat pada tahun 2018 menjadi Rp.356.870.000 atau 48.44 persen, pada tahun 2019 omset UMKM menurun sebesar Rp.233.134.200 atau -34.67 persen, pada tahun 2020 menurun kembali menjadi Rp.150.634.000 atau -35.39 persen, dan pada tahun 2021 meningkat kembali menjadi Rp.433.134.200 atau 187.54 persen.

Peningkatan omset tertinggi terjadi pada tahun 2021 hal tersebut dikarenakan jumlah UMKM di Kota Jambi yang meningkat drastis maka menunjukan bahwa pertumbuhan UMKM yang cukup signifikan setelah terjadinya pandemi yang melanda di Kota Jambi, peningkatan omset mendukung salah satu upaya untuk menciptakannya usaha dengan pertambahan modal usaha dari keuntungan yang diterima. omset yang terendapat terjadi pada tahun 2020 hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan UMKM di Kota Jambi yang menurun akibat pandemi.

4.2.5 UMKM Binaan Bank Indonesia

Dalam rangka peningkatan pertumbuhan UMKM untuk menunjang perekonomian Bank Indonesia untuk menerapkan kebijakan – kebijakan yang menjadi landasan pertumbuhan UMKM pihak bank indonesia menerapkan suatu mekanisme dalam pengembangan UMKM di Provinsi Jambi yang dimulai pada tahun 2017 dengan persyaratan suatu usaha yang sedang tidak menerima kredit dari bank namun memerlukan kredit untuk pengembangan usaha. Dalam rangka mendorong intermediasi perbankan kepada sektor riil dan UMKM, salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia adalah dengan menyediakan informasi data profil UMKM yang tidak sedang mendapatkan pinjaman perbankan, namun

55 membutuhkan kredit/pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya. Berikut adalah pelaku usaha UMKM binaan Bank Indonesia di Provinsi Jambi sebagai berikut:

Tabel 4.10 Persentase UMKM Binaan Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Jambi Tahun 2017-2021 (Unit)

Tahun Total Binaan Bank Indonesia Provinsi Jambi

UMKM Binaan Bank Indonesia Kota Jambi

Persentase

2017 275 45 16.36

2018 320 60 18.75

2019 365 89 24.38

2020 400 100 25.00

2021 455 123 27.03

Rata-Rata 22.31

Sumber: Bank Indonesia Perwakilan Jambi, 2022

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa UMKM binaan Bank Indonesia Provinsi Jambi selalu meningkat. Hal ini dilihat dari tahun 2017-2021 pemerintah memprioritaskan pengembangan UMKM. Ini tercantum dalam visi dan misi Bank Indonesia yaitu menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Sedangkan misi yaitu menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan. Dapat dibuktikan dengan besarnya persentase binaan Bank Indonesia di Kota Jambi meningkat setiap tahunnya yaitu rata-rata mencapai 22.31 persen, pada tahun 2017 Kota Jambi mendapatkan dari kuota yang diperoleh oleh bank Indonesia yaitu 275 unit usaha kota jambi berkontribusi sebesar 45 unit usaha atau sekitar 16.36 persen, dan pada tahun 2021 meningkat dari 455 unit usaha Kota Jambi memperoleh sebesar 27.03 persen. Sehingga berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa pemerintah sangat serius dalam pengembangan UMKM baik antara Provinsi maupun antar kabupaten dan kota di Indonesia.

56 4.3 Karakteristik UMKM Binaan Bank Indonesia Perwakilan Jambi 4.3.1 Karakteristik Modal Usaha

Modal dalam suatu usaha sangat penting karena sebagai alat produksi suatu barang dan jasa. Modal juga bisa dari berbagai pihak baik berasal dari modal sendiri, maupun dari luar seperti bantuan atau pinjaman. Tanpa modal usaha/bisnis yang sangat minim pun memerukan modal agar bisa menjalankan suatu usaha/bisnis sebagaimana umumnya dapat berbentuk uang atau dana. Dengan dana atau uang bisnis dapat berjalan dengan lancara agar bisa memfasilitasi proses produksi mulai dari pendistribusian hingga sampai ke konsumen. Modal ini dapat berupa uang maupun barang maka diperoleh distribusi frekuensi pada Tabel 4.11:

Tabel 4.11 Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Modal

No Modal Frekuensi Persentase

1 <49.999.999 14 36.84

2 50.000.000 - 149.999.999 12 31.58

3 150.000.000 - 249.999.999 4 10.53

4 250.000.000 - 349.999.999 2 5.26

5 350.000.000 - 449.999.999 3 7.89

6 >450.000.000 3 7.89

Jumlah 38 100.00

Rata – Rata Modal Rp. 143.736.842.1 Sumber : Data diolah, 2022

Dari Tabel 4.11 diketahui bahwa modal UMKM binaan Bank Indonesia, dari 38 orang yang menjadi responden, terdapat 14 orang yang modalnya berkisar Rp. <49.999.999 atau sebesar 36.84 persen, dan responden yang sedikit memiliki modal berkisar Rp. 250.000.000 - 349.999.999 sebanyak 2 responden atau 5.26 persen. Rata – rata modal pelaku usaha UMKM sebesar Rp. 143.736.842.1.

4.3.2 Karakteristik Pinjaman Usaha

Kredit Usaha adalah penyediaan dana dalam jumlah tertentu dari bank untuk mendukung tujuan usaha, dengan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam yang mewajibkan peminjam untuk melunasi pinjaman dalam waktu tertentu beserta pembayaran bunga dan biaya lainnya. Pinjaman ini dapat berupa uang yang diperoleh dari Bank Indonesia maka diperoleh distribusi frekuensi pada Tabel 4.12:

57 Tabel 4.12 Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pinjaman

No Pinjaman Frekuensi Persentase

1 < 9.999.999 4 10.53

2 10.000.000 - 49.999.999 17 44.74

3 50.000.000 - 99.999.999 4 10.53

4 100.000.000 - 149.999.999 6 15.79

5 150.000.000 - 199.999.999 4 10.53

6 > 200.000.000 3 7.89

Jumlah 38 100.00

Rata – Rata Pinjaman Rp. 68.078.947.37 Sumber : Data diolah, 2022

Dari Tabel 4.12 diketahui bahwa pinjaman UMKM yang diperoleh dari Bank Indonesia, dari 38 orang yang menjadi responden, terdapat 17 orang yang memperoleh pinjaman berkisar Rp. 10.000.000 - 49.999.999 atau sebesar 44.74 persen, dan responden yang memperoleh pinjaman berkisar Rp. > 200.000.000 sebanyak 3 responden atau 7.89 persen. Rata – rata pinjaman pelaku usaha UMKM sebesar Rp. 68.078.947.37.

4.3.3 Karakteristik Tenaga Kerja

Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.

Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja working age population. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi tenaga kerja UMKM binaan Bank Indonesia pada Tabel 4.13:

58 Tabel 4.13 Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Tenaga Kerja

No Tenaga Kerja Frekuensi Persentase

1 2 - 6 23 60.53

2 7 - 10 8 21.05

3 11 - 15 6 15.79

4 16 - 20 1 2.63

Jumlah 38 100.00

Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa pengusaha yang memiliki jumlah pekerjanya berkisar 2 – 6 orang ada 23 responden atau 60.53 persen dan pengusaha yang jumlah tenaga kerja berkisar kentang 16 – 20 orang sebanyak 1 responden atau 2.63 persen.

4.3.4 Karakteristik Aset Usaha

Aset adalah sebuah sumber daya yang dimiliki seorang pemilik usaha atau perusahaan yang diharapkan bisa menghasilkan pemasukkan untuk bisnis ke depannya. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi aset usaha yang dimiliki UMKM binaan Bank Indonesia pada Tabel 4.14:

Tabel 4.14 Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Aset Usaha

No Aset Usaha Frekuensi Persentase

1 < 99.999.999 25 65.79

2 100.000.000 - 199.999.999 1 2.63

3 200.000.000 - 299.999.999 2 5.26

4 300.000.000 - 399.999.999 3 7.89

5 400.000.000 - 499.999.999 2 5.26

6 > 500.000.000 5 13.16

Jumlah 38 100.00

Rata – Rata Modal Rp. 202.118 421.1 Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa aset UMKM yang dimiliki, dari 38 orang yang menjadi responden, terdapat 26 orang yang memiliki aset berkisar Rp. < 99.999.999 atau sebesar 65.79 persen, dan responden yang memiliki aset berkisar Rp. 100.000.000 - 199.999.999 sebanyak 1 responden atau 2.63 persen.

Rata – rata aset pelaku usaha UMKM sebesar Rp. 202.118 421.1.

59 4.3.5 Karakteristik Omset Usaha

Omset adalah pendapatan secara keseluruhan dari hasil penjualan sebuah produk sebuah perusahaan tanpa adanya pengurangan biaya dalam waktu periode tertentu. Omset disebut juga sebagai pendapatan kotor. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi omset dimiliki UMKM binaan Bank Indonesia pada Tabel 4.15:

Tabel 4.15 Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Omset Usaha

No Omset Usaha Frekuensi Persentase

1 < 99.999.999 17 44.74

2 100.000.000 - 199.999.999 5 13.16

3 200.000.000 - 299.999.999 6 15.79

4 300.000.000 - 399.999.999 1 2.63

5 400.000.000 - 499.999.999 3 7.89

6 > 500.000.000 6 15.79

Jumlah 38 100.00

Rata – Rata Modal Rp. 246.368.421.1 Sumber : Data diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa omset UMKM yang diterima, dari 38 orang yang menjadi responden, terdapat 17 orang yang memiliki omset berkisar Rp. <99.999.999 atau sebesar 44.74 persen, dan responden yang memiliki omset berkisar Rp. 300.000.000 - 399.999.999 sebanyak 1 responden atau 2.63 persen.

Rata – rata omset pelaku usaha UMKM sebesar Rp. 246.368.421.1.

4.3.6 Karakteristik Keuntungan Usaha

Keuntungan tersebut adalah jumlah dari total pendapatan yang dikurangi dengan biaya produksi atau operasional yang dikeluarkan pelaku usaha. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi keuntungan usaha yang dimiliki UMKM binaan Bank Indonesia pada Tabel 4.16:

Tabel 4.16 Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Keuntungan Usaha

No Keuntungan Usaha Frekuensi Persentase

1 <49.999.999 17 44.74

2 50.000.000 - 99.999.999 7 18.42

3 100.000.000 - 199.999.999 7 18.42

4 200.000.000 - 299.999.999 5 13.16

5 300.000.000 - 399.999.999 1 2.63

6 > 400.000.000 1 2.63

Jumlah 38 100.00

Rata – Rata Modal Rp. 102.631.578.9 Sumber : Data diolah, 2022