• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN ZAKAT

A. Tinjaun Umum tentang Zakat

1) Orang yang berhutang karena mendamaikan antara dua orang yang berselisih

2)Orang yang berhutang untuk dirinya sendiri untuk kepentingan

mubah maupun tidak mubah, tetapi ia sudah bertaubat.

3)Orang yang berhutang karena jaminan hutang orang lain, sedang ia

dan jaminannya tidak dapat membayar hutang tersebut (Anshori, 2006: 31).

g. Sabilillah

Adalah balatentara yang membantu dengan kehendaknya sendiri, sedang ia tidak mendapatkan gaji yang tertentu dan tidak pula mendapat bagian dari harta yang disediakan untuk keperluan peperangan dalam dewan balatentara. Orang ini diberi zakat meskipun ia kaya sebanyak keperluannya untuk masuk ke medan perang seperti membeli senjata, kuda atau peperangan lainnya (Anshori, 2006 :33). h. Ibnus sabil

Menurut Syafii, Ibnu sabil adalah orang yang dalam perjalanan yang

halal, sekedar ongkos sampai kepada maksudnya. Bahwa ia sangat membutuhkan bantuan, bukan untuk maksiat tetapi dengan tujuan yang sah (Anshori, 2006: 33).

6. Macam-Macam Zakat

Zakat fitrah disyariatkan pada tahun kedua bulan syaban. Maka sejak saat itu pula zakat fitrah menjadi pengeluaran wajib yang dilakukan setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya idul fitri, sebagai tanda syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan ibadah puasa.

1) Syarat-syarat wajib zakat fitrah sebagai berikut:

a) Islam

b) Orang itu ada sewaktu terbenam matahari penghabisan bulan

ramadhan. Sedangkan orang yang meninggal pada waktu ifthor, tidak wajib mengeluarkan zakat ataupun orang yang lahir setelah itu.

c) Mempunyai kelebihan harta keperluan makanan untuk dirinya

sendiri dan orang-orang yang wajib dinafkahi.

2) Waktu-waktu membayar zakat fitrah

Waktu wajib membayar zakat fitrah pada asalnya adalah sewaktu terbenam matahari pada malam hari raya Idul Fitrah. Tetapi tidak ada larangan apabila membayar sebelum waktu tersebut, asalkan masih tetap dalam hitungan bulan ramadhan. Waktu-waktu tersebut adalah sebagai berikut:

a) Waktu mubah yaitu pada awal bulan Ramadhan sampai

penghabisan Ramadhan.

b) Waktu wajib yaitu dari penghabisan terbenamnya matahari

tujuannya adalah agar fakir miskin pada hari raya dapat merayakan hari kemenangannya juga.

c) Waktu sunnah yaitu selepas shalat subuh sebelum pergi shalat

hari raya (waktu fajar 1 syawal). Biasanya muzakki sudah mengetahui secara pasti siapa mustahiqnya.

d) Waktu makruh yaitu membayar zakat selepas shalat Id, tetapi

sebelum terbenamnya matahari pada hari raya tersebut.

e) Waktu haram yaitu dibayar sesudah terbenam pada hari raya

(Anshori, 2006: 42).

b. Zakat mal atau zakat harta

Adalah bagian dari harta kekayaan seseorang juga (badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu dalam jumlah minimal tertentu (Anshori, 2006: 46).

Adapun Unsur-unsur zakat sebagai berikut:

1) Orang yang mengeluarkan zakat (muzakki)

2) Harta yang wajib dizakati meliputi emas dan perak, perdagangan

dan perusahaan, hasil pertanian, hasil perkebuanan dan hasil perikanan, hasil tambang, hasil peternakan, hasil pendapatan dan

jasa dan rikaz (Anshori, 2006: 21-23). Menurut Hafiddudin (2002:

93-121) menambahkan kewajiban harta yang wajib dizakati dalam perekonomian modern, terdapat kriteria zakat modern yang di kelompokkan kedalam sepuluh bagian zakat antara lain:

b) zakat perusahaan

c) zakat surat-surat berharga

d) zakat perdagangan mata uang

e) zakat hewan ternak yang diperdagangkan

f) zakat madu dan produk hewani

g) zakat investasi property

h) zakat asuransi syariah

i) zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung wallet, ikan hias

j) zakat rumah tangga modern.

3) Penerima zakat (mustahiq)

Golongan orang yang yang menerima zakat yaitu ada 8 asnaf diantaranya adalah faqir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil (Anshori, 2006: 24).

4) Amil

Adalah pengelola zakat yang diorganisasikan dalam suatu badan atau lembaga. Amil memiliki kekuatan hukum secara formal untuk mengelola zakat. Dengan adanya amil, menurut Abdurrahman sebagaimana yang dikutip oleh Ansori (2006: 25) akan memiliki beberapa ketentuan formal, antara lain:

a) Menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat

b) Menjaga perasaan rendah diri pada mustahiq zakat

d) Memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.

3. Zakat Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun2011

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.

Adapun Dasar hukum zakat pada Undang-Undang Republik indonesia Nomor 38 Tahun 1999, terdapat pasal 2 yang berbunyi setiap warga negara Indonesia yang beragama islam mampu atau badan yang memiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.

Sedangkan penjelasan dari Pasal 2 Yang dimaksud dengan warga negara Indonesia adalah warga negara Indonesia yang berada atau yang menetap baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pengumpulan yang terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Thun 2011, pasal 21 ayat (1) dan (2), pasal 22, pasal

23 ayat (1) dan ayat (2), pasal 24 yaitu sebagai pada 21 menjelaskan, (a)

Dalam rangka pengumpulan zakat, muzakki melakukan perhitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. (b) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzakki dapat meminta bantuan BAZNAS.

Sedangkan Pasal 22 menjelaskan mengenai, Zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak dan pasal 23 menjelaskan BAZNAS atau LAZ wajib

memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki, bukti setoran zakat sebagaiman dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pengurang penghasilan pajak.

Adapun pengumpulan zakat sesuai dengan pasal 24 menjelaskan lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota diatur dalam peraturan pemerintah.

1. Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999, Pasal 6 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk

oleh pemerintah.

b. Pembentukan badan amil zakat meliputi:

1) Nasional oleh pemerintah atas usul menteri

2) Daerah provinsi oleh gubernur atas usul kepada kantor

wilayah departemen agama provinsi

3) Daerah kabupaten atau daerah kota bupati atau walikota atas

usul kepala kantor departemen agama kabupaten tau kota

4) Kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama

kecamatan

c. Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja

d. Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.

e. Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur

pengawas, dan unsur pelaksana.

Adapun penjelasan dari pasal 6 ayat (1), (2) huruf d, dan (5) di atas adalah sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan pemerintah pada ayat (1) adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat membentuk badan amil zakat nasional yang berkedudukan di ibu kota negara. Pemerintah daerah membentuk badan amil zakat daerah yg berkedudukan di ibu kota provinsi, kabupaten atau kota, dan kecamatan.

Sedangkan pada Ayat (2) huruf d menjelaskan mengenai, Badan amil zakat kecamatan dapat membentuk unit pengumpulan zakat atau di kelurahan. Serta pada Ayat (4) Yang dimaksud dengan msyarakat ialah ulama, kaum cendekia, dan tokoh masyarakat setempat. Adapaun dimaksud dengan memenuhi persyaratan tertenu, antara lain, memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, profesional, dan berintegritas tinggi.

Unsur pertimbangan dan unsur pengawas yang dimaksud pada ayat (5) adalah terdiri atas para ulama, kaum cendekia, tokoh masyarakat, dan wakil pemerintah dan unsur pelaksana terdiri atas unit administrasi, unit pengumpul, unit pendistribusi, dan unit lain sesuai dengan kebutuhan. Serta untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat, dapat dibentuk unit

pengumpul zakat sesuai dengan kebutuhan di instansi pemerintah dan swasta, baik di dalm negeri maupun di luar negeri.

2. Asas dan Tujuan Zakat

Asan dan tujuan zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, terdapat pasal 2 dan pasal 3 yaitu Pengelolaan zakat berasaskan sebagai berikut:

a. Syariat islam b. Amanah c. Kemanfaatan d. Keadilan e. Kepastian hukum f. Akuntabilitas

Pengelolaan zakat pada pasal 3 bertujuan untuk, meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan dalam pengeolaan zakat, meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

3. Pendayagunaan Zakat

Pendayagunaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, terdapat pada pasal 27 ayat (1), (2) dan (3) adalah sebagai berikut:

a. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka

b.Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik tekah terpenuhi sedangkan Ketentuan lebih lanjut

nengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan perturan menteri.

4. Macam-macam Zakat menurut undang-undang No. 23 Tahun 2011 ada

2 yaitu :

a. Zakat mal

b. Zakat fitrah

Adapun macam zakat mal pada ayat (1) Undang-undang tentang zakat menjelaskan meliputi:

1) Emas, perak dan logam mulia

2) Uang dan surat berharga

3) Perniagaan

4) Pertanian, perkebunan dan kehutanan

5) Peternakan dan perikanan

6) Pertambangan

7) Perindustrian

8) Pendapatan dan jasa serta rikaz

Zakat mal tersebut merupakan harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan usaha. Sedangkan syarat tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan sesuai dengan syariat islam.

5. Tugas BAZNAS atau LAZ dalam melaksanakan tugas dalam pasal 6 menyelenggarakan fungsi meliputi:

a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat.

b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat.

c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, pengelolaan zakat.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BAZNAS dapat bekerjasama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada presiden lewat menteri dan kepada dewan perwakilan rakyat republik Indonesia paling sedikit (satu) kali dalam 1 (Satu) tahun.

Selain menerima zakat BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana social keagamaan lain. Sedangkan pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah dan dana social dilakukan dengan syariat islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi. Pengelolaan infak, sedekah dan dana social keagamaan lainya harus dicatat dalam pembukuan tersendiri.

6. Pelaporan pengelolaan zakat

Untuk menciptakan kinerja yang baik suatu lembaga harus mempunyai tata kelola yang baik pula dengan ini sesuai dengan pasal 29 tentang pengelolaan zakat maka pelaporan BAZNAS atau LAZ sebagai berikut:

a. BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana social keagamaan lainya kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala.

b. BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaa zakat,

infak, sedekah, dan dana social keagamaan lainya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah seacara berkala.

c. LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat,

infak, sedekah, dan dana sosial lainnya kepada BAZNAS pemerintah daerah secara berkala.

d. BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaa pengelolaan

zakat, infak, sedekah, dan dana social keagamaan lainnya kepada menteri secara berkala.

e. Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media

cetak atau elektronik.

7. Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Zakat

Untuk mewujudkan pelaksanaan zakat secara baik dan adil, tepat sasaran dan berdayaguna tinggi maka perlunya manajemen pengawasan terhadap lembaga pengelola zakat, adapun pengawasan lembaga zakat yang telah diatur oleh Undang-undang No. 23 tahun 2011 Tentang pengelolaan zakat meliputi sebagai berikut:

a. Menteri melaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap

b. Gubernur dan Bupati/Wali kota melaksanakan pembinaan dan

pengawasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS

kabupaten/Kota, dan LAZ sesuai dengan kewenangannya meliputi, fasilitasi, sosialisasi, dan edukasi.