• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orang jahat jangan megahkan diri

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 77-81)

Judul: Orang jahat jangan megahkan diri

Mazmur 52-55 memiliki bagian judul yang sama, yaitu "Nyanyian pengajaran Daud." Walaupun judul mazmur ini memberikan konteks sejarah dari 1Samuel 21-22, agak sulit untuk melihat bahwa mazmur ini membicarakan Doeg, sang musuh Daud. Doeg tidak tepat disebut sebagai seorang yang memiliki lidah penipu (6). Lebih tepat Doeg adalah seorang penghasut. Ia menghasut Saul untuk mempersalahkan imam Ahimelekh yang menyambut kedatangan Daud. Akibatnya Ahimelekh dan seluruh keluarga imam di Nob dibantai oleh Saul dan Saul tambah lagi membenci Daud.

Mazmur ini menyatakan dengan tegas bahwa orang yang bersikap jahat (4-6) seperti Doeg atau siapa pun akan dibinasakan Allah (7). Nasihat Daud kepada orang semacam itu adalah "jangan memegahkan diri" (3). Walaupun orang seperti itu tidak kelihatan jahat oleh orang lain, namun Tuhan tidak bisa dikelabui. Tuhan akan menghukum orang jahat. Kehancuran orang jahat seperti itu akan membawa kelegaan bagi orang benar (8) karena mereka menyaksikan keadilan Allah ditegakkan (9).

Mazmur ini ditutup dengan pernyataan keyakinan Daud bahwa orang benar bertumbuh dalam pemeliharaan Tuhan, seperti pohon zaitun bertumbuh subur di dalam rumah Allah (10). Tuhan yang adil akan menegakkan kasih setia-Nya di atas orang-orang yang mengandalkan Dia. Maka tidak ada yang lebih tepat untuk menutup mazmur ini selain mengucap syukur kepada Allah! Sebagai orang benar, kita jangan sampai putus asa apalagi menyerah melihat orang jahat sepertinya berjaya. Percayalah, pada waktunya mereka yang memegahkan diri atas kejahatan mereka akan menerima keadilan Allah dan dibinasakan-Nya. Sejarah sendiri menunjukkan bahwa tak ada orang jahat yang selama-lamanya tinggal tetap dalam kejahatan mereka. Pada saat itu, kita akan diyakinkan bahwa hidup mengandalkan Tuhan itu tidak sia-sia.

Diskusi renungan ini di Facebook:

78 Senin, 5 Maret 2012

Bacaan : Markus 11:12-14

(5-3-2012)

Markus 11:12-14

Jangan berdaun saja!

Judul: Jangan berdaun saja!

Ketika dunia fotografi masih menggunakan film negatif sebagai sarana untuk merekam foto, suatu produsen film negatif mengiklankan bahwa produknya akan menghasilkan foto yang seindah warna aslinya. Namun pohon ara dalam bacaan hari ini memperlihatkan diri lebih indah dari warna aslinya karena pohon ara itu telah berdaun, tetapi tidak berbuah. Memang ada

penjelasan bahwa saat itu bukan musim buah ara (13), tetapi bukan itu persoalannya.

Masalahnya, pohon ara itu berdaun meski bukan musim buah ara. Sementara keberadaan daun pada pohon ara seharusnya menunjukkan keberadaan buah ara juga.

Yesus, yang kecewa terhadap pohon ara itu, kemudian mengutuk pohon ara itu agar tidak berbuah untuk selamanya (14). Namun perlu kita catat bahwa Yesus melakukan hal ini bukan semata-mata karena Ia kesal akibat tidak mendapatkan pohon ara, pada saat sedang lapar (12-13). Pohon ara ini merupakan ilustrasi yang pas untuk menggambarkan: sebagaimana Yesus berharap mendapatkan buah ara di pohonnya begitulah Tuhan ingin mendapatkan buah iman bangsa Israel, tetapi tidak mendapatkannya (bdk. Yer. 8:13). Bangsa Israel begitu giat melakukan aktivitas keagamaan. Sangat mengesankan, seperti kerimbunan daun pada pohon ara yang juga mengesankan. Namun amat disayangkan karena aktivitas keagamaan itu tidak menghasilkan buah dalam kerohanian mereka. Ini sama dengan munafik (bdk. Mrk. 7:6). Terlihat bahwa Tuhan Yesus tidak menyukai pengakuan di bibir saja, sementara iman tidak mewujud dalam realitas kehidupan. Seolah beriman, nyatanya tidak ada buah yang dihasilkan oleh iman itu. Iman mereka didasarkan pada kepentingan diri semata, yaitu agar mereka lepas dari kuasa Roma dan dapat menikmati mukjizat Yesus sehingga tidak perlu berlelah-lelah bekerja.

Bila Tuhan melihat iman kita, iman seperti apakah yang akan Dia lihat? Iman yang dipenuhi aktivitas pelayanan, tetapi tanpa waktu untuk mendengar suara Allah melalui Alkitab? Mari kita memperlihatkan iman kita di dalam hidup kita hari demi hari, dalam hal yang kecil sekalipun.

Diskusi renungan ini di Facebook:

79 Selasa, 6 Maret 2012 Bacaan : Markus 11:15-19

(6-3-2012)

Markus 11:15-19

Masih degil?

Judul: Ada buah atau cuma daun?

Saat melihat pohon ara berdaun, Yesus berharap menemui buahnya. Begitu pula ketika memasuki Bait Allah, Yesus tentu mengharapkan bertemu dengan orang-orang yang hidup selaras dengan firman Allah. Namun realitas yang terlihat sungguh mengejutkan Yesus. Sebagaimana namanya, tentu orang akan menganggap bahwa Bait Suci adalah tempat orang melakukan hal-hal yang suci. Namun apa yang terjadi? Para rohaniwan yang melayani di Bait Suci telah kehilangan kepekaannya sehingga tidak lagi memiliki rasa hormat terhadap Allah yang Kudus, yang disembah umat di bait-Nya. Mereka tidak lagi gentar terhadap kehadiran Tuhan di Bait Suci. Bait Suci yang seharusnya menjadi tempat orang Israel berdoa, beribadah, mendengarkan Taurat, dan menerima pengajaran dari imam dibiarkan menjadi area komersial, di mana banyak terjadi kecurangan dan penipuan. Atau dengan kata lain, para rohaniwan yang terhormat itu telah membiarkan Bait Suci dinajiskan, padahal mereka bertugas untuk memelihara kekudusannya. Bait Suci yang seharusnya menjadi rumah doa bagi segala bangsa malah

dijadikan sarang penyamun (17, bdk. Yer. 7:11). Betapa mengenaskan!

Maka dapat dipahami bila Yesus menjadi marah dan menjungkirbalikkan meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati (15). Dengan tegas Ia melarang orang menginjak-injak

kekudusan Bait Suci (16). Namun orang bebal memang tidak akan pernah mengerti teguran. Seharusnya para pemimpin umat bertobat, tetapi mereka malah merancang pembunuhan Yesus karena rasa takut dan terancam. Dari luar, mereka jelas terlihat sebagai pemimpin rohani, tetapi sikap dan tindakan mereka sama sekali tidak menunjukkan kualitas kerohanian mereka. Mereka sama seperti pohon ara yang berdaun, tetapi tidak berbuah.

Apakah Anda juga kelihatan saleh atau merasa diri saleh? Bagaimana bila Tuhan melihat ke dalam hati Anda? Adakah Dia akan menemukan kehidupan rohani yang berbuah ataukah Dia harus kecewa juga?

Diskusi renungan ini di Facebook:

80 Rabu, 7 Maret 2012 Bacaan : Markus 11:20-26

(7-3-2012)

Markus 11:20-26

Ampuni dulu

Judul: Ampuni dulu

"Percayalah kepada Allah!" itulah perkataan Yesus ketika Petrus seolah takjub melihat pohon ara yang jadi mati akibat kutukan Yesus. Pohon ara itu memang jadi kering sampai ke akar-akarnya (20), padahal sebelumnya Yesus hanya berkata bahwa pohon itu tidak akan berbuah lagi (Mrk. 20:14). Tampaknya Yesus memang menginginkan, jika pohon itu memang tidak berbuah maka sebaiknya pohon itu tidak berdaun juga supaya tidak mengelabui orang.

Pohon ara itu merupakan gambaran orang Yahudi, yang tidak lagi menghasilkan buah dalam kehidupan persekutuan mereka dengan Allah. Mereka memang masih melakukan ibadah, tetapi hanya ritual saja, jadi bersifat kosong, kering, dan tak bermakna. Atau dengan kata lain,

munafik!

Di dalam kondisi demikian Allah saja yang dapat menjadi sumber perubahan, meskipun perubahan itu seperti upaya memindahkan gunung. Namun murid Kristus yang sejati akan berdoa (Mat. 6:10). Dengan berdoa, ia dapat mengimani bahwa apa yang dia minta akan dikabulkan karena apa yang didoakan merupakan kehendak Allah. Ia tidak perlu meragukan kemampuan Allah untuk menjawab doa karena Allah mampu melakukan segala sesuatu, yang dianggap tidak mungkin sekalipun.

Akan tetapi, kurangnya iman bukan halangan satu-satunya bagi doa yang efektif. Orang percaya harus mengampuni sesama juga. Kesombongan atau kepahitan yang menyebabkan ketiadaan pengampunan dapat menghalangi doa juga. Bisa saja orang mengira bahwa tiadanya

pengampunan merupakan ganjaran terhadap musuhnya. Hati yang keras dan tidak mau mengampuni dapat lebih tinggi dari gunung dan dapat menghalangi karya Allah dalam hidup orang tersebut. Jika kita tidak mau mengampuni maka Allah juga tidak akan mengampuni kita. Jika kita keras hati dan tidak mau mengampuni maka patut dipertanyakan apakah kita telah menerima pengampunan Allah dan menghargai pengampunan itu. Mengampuni saudara-saudara kita merupakan prakondisi agar kita mendapat pengampunan dari Bapa.

Diskusi renungan ini di Facebook:

81 Kamis, 8 Maret 2012 Bacaan : Markus 11:27-33

(8-3-2012)

Markus 11:27-33

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 77-81)