• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sakitnya dikhianati

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 97-103)

Judul: Sakitnya dikhianati

Kapankah dalam hidup Daud ia mengalami dikhianati oleh orang yang dianggapnya paling dekat? Saat ia menghadapi pemberontakan putranya, Absalom (2Sam. 15). Bukan hanya

putranya yang berkhianat, tetapi juga penasihat kerajaannya, Ahitofel (2Sam. 15:12). Ahitofellah yang membisikkan siasat jitu kepada Absalom untuk menghancurkan Daud. Keduanya adalah pengkhianat.

Kepedihan hati Daud terungkap saat mazmur ini mengalir. Mulai dari rasa takut karena dikejar-kejar putranya sendiri sampai harus melarikan diri ke pengungsian (3-9). Kalau boleh Daud meminta sayap burung agar dapat terbang menghindari kejaran musuh (7-8). Sampai kepada perasaan sakit hati karena yang mengejar untuk membinasakan adalah dua orang terdekat Daud (13-15). Di mata Daud, mereka adalah pengkhianat (21-22).

Namun, Daud tidak sampai terpuruk oleh tekanan ini. Ia tetap mengandalkan Tuhan dan percaya Tuhan pasti menyelamatkannya (17-20). Daud yakin bahwa pengkhianat akan menerima

ganjarannya, yaitu kehancuran dan kebinasaan (16, 24). Maka di balik pergumulannya

menghadapi deraan musuh, Daud menaruh pengharapannya kepada Tuhan. Ia juga mendorong umat Tuhan memercayakan diri pada Tuhan (23).

Pernahkah Anda dikhianati teman dekat Anda? Kalau ya, tentu Anda dapat menyelami perasaan Daud. Doanya bisa menjadi doa Anda. Namun, jangan lupa bahwa Tuhan Yesus pernah

mengalami pengkhianatan yang jauh berlipat ganda. Yudas yang menjual-Nya demi sekantung uang. Petrus yang menyangkal-Nya demi keselamatan diri. Bangsa-Nya sendiri yang bahkan rela menukar-Nya dengan Barabas, si penjahat. Yesus disakiti melebihi kita semua pernah disakiti orang lain. Namun, Ia bukan hanya tidak membalas, bahkan Ia mengampuni mereka!

Diskusi renungan ini di Facebook:

98 Senin, 26 Maret 2012

Bacaan : Markus 14:12-21

(26-3-2012)

Markus 14:12-21

Teguran? Bukti cinta

Judul: Teguran? Bukti cinta

Mengapa Yesus membiarkan Yudas Iskariot mengkhianati Dia? Benarkah Yudas Iskariot ditakdirkan untuk mengkhianati Yesus agar Yesus dapat menyelamatkan manusia? Sampai saat ini masih banyak orang yang menganggap tindakan pengkhianatan Yudas Iskariot sebagai cara Allah untuk menyelamatkan manusia. Sebab jika Yudas tidak mengkhianati Yesus, maka Yesus tidak akan mati di kayu salib dan itu berarti manusia tidak diselamatkan. Namun benarkah demikian?

Pandangan itu jelas keliru. Tuhan tidak menakdirkan seorang pun mengkhianati Dia. Secara terbuka, Yesus mengingatkan bahwa di antara para murid akan ada seseorang yang mengkhianati Dia. Yudas mengerti siapa yang dimaksud oleh Yesus (18). Apalagi kemudian Yesus

menubuatkan secara spesifik tentang orang yang akan menyerahkan Dia, yaitu orang yang mencelupkan roti ke dalam pinggan yang sama dengan Yesus (19). Yesus menyatakan bahwa tanpa pengkhianatan Yudas pun, Ia tetap akan mati sebagaimana yang telah dinubuatkan tentang Yesus. Namun jika Yudas mengkhianati Yesus maka ia akan celaka. Kerasnya hukuman yang akan diterima oleh Yudas digambarkan dengan ungkapan "adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan (21). Sayangnya kesempatan-kesempatan yang diberikan Yesus disia-siakan oleh Yudas. Bukti cinta kasih yang Yesus tunjukkan pada Yudas melalui makan paskah bersama, mencelupkan roti dalam satu pinggan, sampai peringatan yang sangat keras sekalipun tidak membuat Yudas bertobat. Kekerasan hatinya membuat ia buta dan tidak peka terhadap suara Tuhan, yang mengasihi dia.

Tuhan tidak akan pernah membiarkan Yudas -atau siapapun pengikut-Nya- untuk mengkhianati Dia. Ia tidak ingin manusia hancur karena memilih jalan yang keliru. Namun di sisi lain, kita diberi kehendak bebas untuk menentukan jalan yang akan kita tempuh. Ia hanya

memberitahukan konsekuensi dari setiap pilihan. Adakalanya ia menegur dengan keras supaya kita tidak salah jalan. Karena itu, jika Tuhan menegur, jangan keraskan hati. Itu bukti cinta-Nya yang luar biasa kepada kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:

99 Selasa, 27 Maret 2012 Bacaan : Markus 14:22-25

(27-3-2012)

Markus 14:22-25

Perjamuan terakhir

Judul: Perjamuan terakhir

Dalam tradisi Yahudi, pada malam pertama dalam perayaan Paskah keluarga-keluarga Yahudi akan melaksanakan makan Paskah untuk memperingati malam saat bangsa Israel keluar dari Mesir. Saat itu bangsa Israel mempersembahkan anak domba dan mengoleskan darahnya pada ambang pintu agar mereka selamat dari kematian yang melanda setiap anak sulung keluarga Mesir (bdk. Kel 12:1-28, 43-51).

Tradisi Yahudi ini pun dilakukan oleh Yesus. Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul sebagai satu keluarga untuk makan perjamuan Paskah. Yesus menempatkan diri sebagai kepala keluarga. Ia membagi-bagikan roti dan cawan minuman seperti yang dilakukan menurut tradisi Yahudi. Akan tetapi, dalam perjamuan Paskah malam itu, Yesus memberikan makna baru terhadap makan Paskah dengan menunjukkan kepada para murid bahwa Dialah yang menjadi Anak Domba Allah. Kematian-Nya adalah seperti anak domba yang dipersembahkan waktu malam ketika bangsa Israel hendak keluar dari Mesir.

Sebagai Anak Domba Allah, Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai jaminan

keselamatan bagi seluruh dunia. Tidak hanya itu, roti perjamuan Paskah juga diberi makna yang baru. Yesus melambangkan roti Paskah sebagai tubuh-Nya yang akan segera diserahkan bagi para murid (22). Demikian pula, air anggur yang mereka minum adalah darah-Nya yang akan segera tercurah sebagai meterai perjanjian dan perdamaian Allah dengan manusia. Melalui perjamuan itu, Ia ingin mengingatkan para pengikut-Nya bahwa Ia telah mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban demi membebaskan umat-diri-Nya.

Dalam tradisi kekristenan, perjamuan ini kita kenal dengan istilah Perjamuan Kudus, yang merupakan sarana yang dipakai Tuhan untuk mengingatkan pengikut-Nya akan cinta kasih-Nya yang besar, sehingga Ia rela menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan manusia. Makan roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus hendaknya mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan dan menolak kasih dan pengorbanan Tuhan bagi kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:

100 Rabu, 28 Maret 2012 Bacaan : Markus 14:26-31

(28-3-2012)

Markus 14:26-31

Kesempatan berharga

Judul: Kesempatan berharga

"Akan tetapi, sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea". Apa maksud perkataan Yesus ini? Mengapa Yesus mengatakan hal ini pada murid-muridNya?

Perkataan Yesus ini sebenarnya merupakan perkataan yang meneguhkan murid-murid-Nya. Yesus mengerti betapa beratnya penderitaan yang akan terjadi. Ia tahu bahwa para murid akan tergoncang imannya (27), dan gagal untuk tetap setia. Maka Ia mengatakan bahwa sesudah kebangkitan-Nya, Ia akan mendahului para murid ke Galilea (28). Mengapa ke Galilea? Galilea adalah tempat di mana Yesus memanggil murid-murid yang pertama (Mrk. 1:16-20). Dengan akan mendahului ke Galilea, Yesus seolah mau mengatakan bahwa sekalipun para murid akan mengalami kegagalan, masih ada kesempatan untuk memulai kembali dari awal. Yesus

meneguhkan mereka supaya tidak menjadi putus asa ketika berhadapan dengan kegagalan, karena masih ada harapan untuk menjadi murid-murid-Nya. Sayangnya para murid tidak terlalu memahami gentingnya situasi yang akan segera terjadi. Ucapan "biar pun mereka semua

tergoncangnya, aku tidak" atau "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku tak kan menyangkal Engkau", menunjukkan bahwa mereka belum mengerti akan kelemahan manusiawi mereka saat berhadapan dengan kematian. Sekalipun Yesus telah mengingatkan mereka (27, 30), tetapi Petrus dan murid-murid yang lain yakin bahwa mereka akan dapat tetap setia kepada Yesus (31). Keyakinan akan kekuatan dan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi penderitaan membuat Petrus dan murid-murid yang lain menjadi lalai. Mereka tidak mempersiapkan diri menghadapi saat penangkapan Yesus.

Pengikut Kristus memang bisa saja gagal untuk tetap setia kepada Tuhan dan mempertahankan imannya ketika berhadapan dengan penderitaan atau ancaman maut. Sebab itu, Ia memberikan kesempatan bagi para pengikut-Nya untuk menyadari kelemahan mereka dan jadi teguh mengikut Dia kembali. Maka jangan sia-siakan kesempatan yang berharga itu.

Diskusi renungan ini di Facebook:

101 Kamis, 29 Maret 2012

Bacaan : Markus 14:32-42

(29-3-2012)

Markus 14:32-42

Bersandar pada Allah

Judul: Bersandar pada Allah

Apa yang membuat Yesus memiliki keberanian untuk menghadapi penderitaan yang berat, bahkan untuk menyerahkan nyawa-Nya? Beratnya penderitaan itu digambarkan melalui

pergumulan Yesus di dalam doa, sampai tiga kali Ia mengucapkan doa yang sama. Karena itu Ia juga merasa takut dan gentar (33), bahkan sangat sedih. Kesedihan yang mendalam terungkap melalui perkataan "..seperti mau mati rasanya.." (34). Apa yang Ia lakukan untuk menghadapi kegentaran dan kesedihan itu?

Yesus berdoa! Ia merebahkan diri ke tanah dan meminta Bapa untuk mengambil cawan

penderitaan yang harus Dia hadapi. Ia tahu bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, walaupun bukan segala sesuatu merupakan kehendak Allah (36). Karena itu Ia menyampaikan permohonan sekaligus menyerahkan diri-Nya dengan penuh ketaatan pada kehendak Bapa. Ia memohon agar Ia sendiri melakukan apa yang dikehendaki Allah, sekali pun itu berarti kematian.

Ketergantungan total dan bersandar penuh pada kehendak Allah inilah yang menjadi sumber keberanian Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya.

Hal ini berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh para murid. Dalam perikop sebelumnya kita tahu bahwa mereka lebih yakin pada kekuatan diri sendiri. Sayangnya, ketika Yesus meminta mereka untuk menemani Dia berdoa dan berjaga-jaga, mereka tidak sanggup menunjukkan kekuatan mereka. Mereka jatuh tertidur (37, 40, 41). Hal ini membuktikan bahwa apa yang dikatakan Yesus adalah benar, roh memang penurut tetapi daging lemah (38).

Hanya dengan bersandar kepada Allah manusia dapat menghadapi penderitaan maupun ujian iman lainnya. Semakin berat penderitaan yang kita hadapi, hendaknya makin kuat kita

berpegangan pada Tuhan. Mari kita sampaikan seluruh beban penderitaan kita kepada-Nya dan serahkan juga diri kita dengan penuh ketaatan. Hanya dengan mengandalkan Tuhan, kita akan berani menyangkal diri kita dan tetap percaya pada Tuhan dalam ketaatan kita kepada-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:

102 Jumat, 30 Maret 2012 Bacaan : Markus 14:43-52

(30-3-2012)

Markus 14:43-52

Tetap setia

Judul: Tetap setia

Panik dan ketakutan, itulah yang dirasakan oleh para murid ketika melihat serombongan orang yang membawa pedang dan pentung menangkap Yesus (43, 46). Ada murid yang menghunus pedang dan memarang hamba imam agung hingga telinganya putus (47). Ada yang ketakutan sehingga lari dengan telanjang ketika hendak ditangkap (51-52). Namun yang jelas, semua murid meninggalkan Yesus dan melarikan diri (50).

Kepanikan dan ketakutan para murid menggambarkan perjuangan mereka untuk tetap setia sebagai pengikut Yesus. Namun mereka tidak siap untuk menanggung konsekuensi-konsekuensi yang tidak terduga dan berat. Yang muncul saat itu adalah rasa takut dan upaya untuk

menyelamatkan hidup mereka sendiri. Situasi seperti inilah yang sebenarnya telah Yesus beritahukan kepada mereka sebelumnya, terutama pada saat mereka berada di Bukit Zaitun (Markus 14:27). Yesus mengingatkan mereka akan kelemahan iman mereka dan bersandar pada kekuatan Allah. Yesus meminta mereka untuk berjaga-jaga dan berdoa agar mereka siap

menanggung segala konsekuensi yang muncul dalam mengikut Dia. Mereka memang tidak memusuhi Yesus, tetapi mereka gagal untuk setia kepada Dia.

Sebagai pengikut Yesus, ada konsekuensi-konsekuensi yang tidak terduga dan berat yang harus kita tanggung, mulai dari penyangkalan diri, jadi yang terkecil, bahkan mungkin harus

berhadapan dengan ancaman kematian. Seperti para murid, mungkin yang terpikirkan oleh kita saat itu hanya bagaimana cara menyelamatkan diri sendiri. Mungkin kita tidak bermaksud memusuhi Dia, tetapi kita gagal untuk menjadi pengikut-Nya yang setia. Lalu apa yang harus kita lakukan? Bagaimana caranya supaya kita bisa tetap setia? Rendah hati dan bersandarlah pada Allah. Sadarilah kelemahan dan keterbatasan kita. Roh memang penurut, tetapi daging lemah; kita mau melakukan yang benar, tetapi kadang kita tidak sanggup. Karena itu jika cobaan datang, berdoalah supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan. Selain itu siaplah menanggung segala konsekuensi sebagai pengikut Kristus.

Diskusi renungan ini di Facebook:

103 Sabtu, 31 Maret 2012

Bacaan : Markus 14:53-65

(31-3-2012)

Markus 14:53-65

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 97-103)