• Tidak ada hasil yang ditemukan

P ASAR G EOGRAFIS

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2009 (Halaman 166-170)

Peritel Nasional ¾ Hypermart

II.2 P ASAR G EOGRAFIS

(39) Sementara itu, pasar geografis dalam perkara ini adalah di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 angka 10 UU Antimonopoli yang menyatakan: ---

Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan

atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi atas barang dan atau jasa tersebut.”

(40) Berdasarkan ketentuan di atas, tolak ukur dalam menentukan pasar geografis adalah pasar geografis dari pelaku usaha. Dalam konteks ini, ruang lingkup kegiatan usaha yang dilakukan oleh Terlapor adalah untuk seluruh wilayah di Indonesia. Dengan demikian, pasar geografis dalam perkara ini adalah pasar geografis di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, Tim Pemeriksa juga memeriksa Terlapor sebagai PT Carrefour Indonesia secara nasional, bukan hanya memeriksa gerai Carrefour di wilayah tertentu; --- (41) Selain itu, persaingan antara Terlapor dengan para peritel nasional lainnya

(seperti Hypermart, Giant, Hero, Indomaret, Alfamart, Ramayana, Makro, Circle K, dll) juga terjadi di tingkat nasional. Persaingan tersebut terjadi baik mengenai strategi pemasaran, strategi pengembangan gerai, promosi kepada konsumen dan lain-lain. Dengan demikian pasar geografis dalam perkara ini seharusnya dalam lingkup wilayah nasional di seluruh Indonesia; --- (42) Namun demikian, dalam LHPL Tim Pemeriksa melakukan perhitungan pangsa pasar dengan menggunakan metode yang salah. Di dalam butir 119 dan 120 LHPL, Tim Pemeriksa memetakan pasar geografis untuk melakukan perhitungan pangsa pasar berdasarkan sebaran outlet PT Alfa Retailindo, Tbk., dan membaginya menjadi 7 wilayah sebagai berikut: ---

(i) Carrefour Express ex Alfa Sunter; (ii) Carrefour Express Lodan;

(iii) Carrefour Express Menteng; (iv) Carrefour Express Tendean; (v) Carrefour Express Meruya Ilir; (vi) Carrefour Express Kebayoran; dan (vii) Carrefour Pasar Minggu

(43) Selain itu, Tim Pemeriksa juga memetakan pasar geografis untuk melakukan perhitungan pangsa pasar berdasarkan beberapa titik yang teridentifikasi terdapat gerai Carrefour dan Carrefour Ex Alfa, dan membaginya menjadi 8 wilayah di luar Jakarta sebagai berikut:--- (i) Carrefour Ex Alfa Dukuh Kupang Surabaya;

(ii) Carrefour Ex Alfa Ahmad Yani Surabaya; (iii) Carrefour Ex Alfa Malang;

(iv) Carrefour Ex Alfa Maguwoharjo Yogyakarta; (v) Carrefour Ex Alfa Soekarno Hatta Bandung; (vi) Carrefour Ex Alfa Pengayoman Makassar; (vii) Carrefour Ex AlfaTamalanrea Makassar; dan

(viii) Carrefour Ex Alfa Karebosi dan MTC Karebosi Makassar.

Metode perhitungan Tim Pemeriksa ini tidak ada dasar hukumnya. Tim Pemeriksa tidak dapat menentukan pasar geografis atau cakupan wilayah geografis hanya berdasarkan sebaran outlet PT Alfa Retailindo Tbk

(44) Perlu dicatat bahwa pihak yang diperiksa adalah Terlapor yaitu PT Carrefour Indonesia yang mempunyai pasar geografis di wilayah Indonesia, bukan outlet atau gerai PT Alfa Retailindo Tbk. Sehingga seharusnya Tim Pemeriksa mendasarkan perhitungannya atas outlet Terlapor di pasar geografis Terlapor, yaitu seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, untuk menghitung pangsa pasar yang tepat adalah dengan menggunakan jangkauan atau daerah pemasaran dari Terlapor serta pelaku usaha lainnya (semua pelaku usaha di sektor ritel modern) secara nasional, bukan hanya di beberapa wilayah tertentu saja seperti di Kebayoran, Sunter, Lodan, Tendean, Menteng Prada Jakarta, Pasar Minggu Jakarta, Dukuh Kupang Surabaya, Ahmad Yani Surabaya,

Malang, Maguwoharjo Yogyakarta, Soekarno Hatta Bandung, Pengayoman Makassar, Tamalanrea Makassar, Karebosi dan MTC Karebosi Makassar, dan Meruya; --- (45) Ahli ekonomi Arindra A. Zainal Ph.D dalam keterangan ahlinya menyatakan

bahwa cara menghitung pangsa pasar adalah dengan membandingkan rasio antara nilai penjualan satu perusahaan tertentu terhadap nilai penjualan pasar keseluruhan dimana perusahaan tersebut berada; ---

alanPasar TotalPenju haan alanPerusa NilaiPenju r PangsaPasa =

Dengan demikian, untuk menghitung pangsa pasar yang tepat adalah dengan menggunakan nilai penjualan pelaku usaha secara nasional, bukan hanya nilai penjualan pelaku usaha berdasarkan beberapa wilayah tertentu saja.

Oleh karena itu, pangsa pasar Terlapor adalah:

Pangsa Pasar Terlapor = Nilai penjualan Terlapor di Indonesia

Nilai penjualan seluruh pelaku usaha di retail modern Indonesia

(46) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah toko/pasar modern di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, paragraf 93 – 117 dari LHPL adalah SALAH karena LHPL hanya menganalisis keadaan dari beberapa lokasi dari beberapa gerai Carrefour bukan seluruh wilayah Indonesia; --- (47) Tim Pemeriksa pada butir 117 LHPL menyatakan bahwa pasar geografis

dalam perkara ini adalah pasar geografis dalam radius 4 km untuk DKI Jakarta dan radius 5 km untuk luar DKI Jakarta. Definisi pasar geografis tersebut tidak didasarkan atas ketentuan hukum yang berlaku, tidak sesuai dengan fakta-fakta bahkan tidak konsisten karena yang satu ditentukan atas jarak tertentu sedangkan yang lain bersifat nasional;--- (48) Pasal 1 angka 10 UU Antimonopoli menyatakan bahwa pasar bersangkutan

adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran oleh pelaku usaha. Dengan demikian, parameter utama dalam menentukan pasar geografis adalah berdasarkan daerah pemasaran dari pelaku usaha, bukan

konsumen. Dengan demikian definisi pasar geografis dari Tim Pemeriksa dalam perkara ini bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku; --- (49) Selain itu, definisi pasar geografis dalam LHPL yang menggunakan parameter jarak tersebut tidak berdasar. Arindra A. Zainal Ph.D dalam keterangan ahlinya pada halaman 6 menyatakan: ---

“Pandangan KPPU yang membagi pasar geografis Carrefour kedalam dua pasar yaitu (i) pasar geografis downstream radius 4 km untuk wilayah DKI Jakarta dan radius 5 km untuk wilayah luar DKI Jakarta; dan (ii) pasar geografis upstream secara nasional (LHPL hal 65) juga sangat tidak berdasar. Tidak ada satu teori pun yang membagi suatu pasar berdasarkan jarak yang sangat sepesifik dan dekat. Penetepan KPPU dengan jarak yang 4km untuk wilayah DKI dan 5 km untuk di luar wilayah DKI adalah sangat arbiter. Sebagai contoh, seorang yang tinggal di Jakarta Selatan bisa saja pergi berbelanjanya di Jakarta Utara. Pengalaman pribadi, saya yang tinggal di Bintaro Jaya 9 (propinsi Banten) bisa saja belanja buah-buahan di Superindo di Bintaro Jaya 1 ( Propinsi DKI Jaya) yang berjarak kurang lebih 8 km, atau belanja sayuran di Hari-Hari Fatmawati yang berjarak 12 km ataupun belanja daging di Indoguna Meat shop di Pasar Santa Kebayoran baru yang berjarak 15 km dari rumah).”

(Bukti No. 38)

(50) Tidak dapat digunakannya parameter jarak tersebut juga sesuai dengan keterangan pihak yang diminta keterangan oleh Tim Pemeriksa sendiri. Direktur Utama PD Pasar Jaya dalam BAP tanggal 28 Agustus 2009 pada butir 14 menyatakan sebagai berikut: ---

14. Pertanyaan Apakah jarak 2,5 km efektif dijadikan tolak ukur bagi konsumen untuk berpindah ke tempat belanja lain?

Jawaban Sebenarnya masyarakat kita tidak

dapat diukur berdasarkan jarak saja, tergantung juga dari keinginan konsumen tersebut karena bisa saja walaupun jaraknya jauh tetapi konsumen tetap datang ke tempat tersebut.

(Bukti No. 42/B13)

Oleh karena hal-hal tersebut di atas, tidak ada dasar hukum bagi Tim Pemeriksa untuk menggunakan parameter radius 4-5 km dalam menentukan pasar geografis.

(51) Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa Tim Pemeriksa SALAH dalam mendefinisikan pasar geografis dalam perkara ini.---

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2009 (Halaman 166-170)