PERIODE RPJMD 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rp.000 Rp.000 Rp.000 Rp.000 Rp.000 Rp.000 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Ke PU-an Persentase ketersediaan sarana dan prasarana binamarga, Cipta karya dan Pengairan
- 540,000 350,500 354,005 357,545 691,750 50 Program Peningkatan sarana dan prasarana keciptakaryaan Meningkatnya sarana prasarana keciptakaryaan 2,560,000 2,688,000 2,822,400 2,963,520 3,111,696 3,267,281 65.00 Cakupan Pelayanan Air Bersih (PAM, Sumur Bor, Sumur Gali)
9,828,527 13,525,098 12,356,743 12,727,445 13,109,269 13,502,547 96.67
Rumah tangga Pengguna Air Bersih melalui PDAM 1,207,000 3,581,140 3,652,763 4,018,039 4,098,400 4,180,368 43.73 Program Pembangunan Infrastruktur Sub Bidang Sanitasi Persentase Rumah Tangga Bersanitasi 55,039 1,406,140 1,434,263 3,327,689 3,394,243 3,462,127 46.37 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Persentase Jumlah TPS 120,330 122,737 125,191 130,000 132,600 135,252 45
Sarana dan Prasarana persampahan 98,750 100,725 30,000 35,000 35,700 36,414 45 Jumlah TPA - - 450,500 1,235,000 1,259,700 1,284,894 4.0 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau 10,815 11,031 12,500 14,000.0 14,280 14,566 10 %Kondisi Ruang terbuka hijau 76,400 77,928 78,707 79,494 80,289 81,092 95 Meningkatnya jumlah Taman Kota 65,890 66,549 67,214 67,887 68,565 69,251 10
Sumber : RPJMD Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 – 2016
5.2.5 Kebijakan Keuangan Daerah RPJMD Tahun 2011 – 2016
Kebijakan umum keuangan daerah yang tergambar dalam pelaksanaan APBD yang merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah mengacu pada aturan yang melandasinya baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Kepala Daerah. Anggaran pemerintah daerah yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana kerja keuangan tahunan pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun yang disusun secara jelas dan spesifik serta merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk
mencapai tujuan daerah dalam bentuk alokasi dana. Pada tabel berikut dapat dilihat proporsi belanja anggaran Kabupaten Muaro Jambi dari tahun 2006-2010.
Untuk belanja daerah alokasi dana yang tersedia untuk 2006 adalah sebesar Rp 306,842 milyar meningkat menjadi Rp 397,938 milyar tahun 2007, dan meningkat lagi menjadi Rp 532,306 milyar pada tahun 2008, kemudian naik lagi menjadi 610,93 milyar tahun 2009 dan pada tahun 2010 realisasi belanja anggaran naik lagi menjadi Rp 581,017 milyar atau secara rata-rata total belanja meningkat sebesar 13,30 persen pertahun selama periode 2006-2010. Total belanja tidak langsung pada tahun 2006 sebesar 142,641 milyar, pada tahun 2007 sebesar Rp 151,893 milyar dan pada tahun 2008 naik lagi menjadi Rp 221,097 milyar, tahun 2009 sebesar Rp 254,090 milyar dan tahun 2010 naik lagi menjadi Rp 344,024 milyar atau secara rata-rata meningkat sebesar 24,62 persen pertahun. Adapun untuk belanja langsung untuk tahun 2006 sebesar Rp 164,201 milyar, kemudian pada tahun 2007 sebesar Rp 246,045 milyar, tahun 2008 naik menjadi Rp 311,208 milyar, tahun 2009 turun menjadi 295,448 milyar dan tahun 2010 turun lagi menjadi Rp 236,993 milyar atau secara rata-rata meningkat sebesar 9,61 persen pertahun. Jika dilihat dari proporsinya, maka realisasi anggaran belanja tidak langsung meningkat dari 46,49 persen tahun 2006 menjadi 59,21 persen tahun 2010 atau sharenya rata-rata sebesar 46,33 persen selama periode 2006-2010. Peningkatan belanja tidak langsung ini didorong oleh belanja pegawai dari 32,30 persen tahun 2007 menjadi 51,23 persen tahun 2010 atau rata-rata sebesar 39,32 persen selama tahun 2006-2010.
Belanja subsidi menurun dari 0,25 persen tahun 2007 menjadi 0,18 persen tahun 2010 atau secara rata-rata yang dialokasikan untuk belanja subsidi selama tahun 2006-2010 hanya sebesar 0,20 persen. Belanja hibah meningkat dari 1,17 persen tahun 2008 menjadi 2,56 persen tahun 2010, atau secara rata-rata selama periode 2006-2010 sebesar 1,10 persen. Belanja bantuan sosial relatif berfluktuasi yaitu dari 1,94 persen tahun 2007 meningkat menjadi 2,34 persen tahun 2008, kemudian turun lagi menjadi 1,80 persen tahun 2009 kemudian turun lagi menjadi 1,41 persen tahun 2010 atau secara rata-rata hanya sebesar 1,87 persen. Demikian juga belanja bantuan keuangan kepada pemerintah yang lebih rendah seperti pemerintah desa mengalami fluktuasi, namun relatif meningkat dari 3,02 persen tahun 2007 menjadi 3,54 persen tahun 2008, kemudian naik lagi menjadi 3,93 persen tahun 2009 dan turun sedikit menjadi 3,77 persen tahun 2010 atau secara rata- rata sebesar 3,57 persen selama periode 2006-2010. Rendahnya kontribusi bantuan keuangan ini menujukkan komitmen Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi untuk mendorong pembangunan di pedesaan belum maksimal dari sisi pendanaan.
Adapaun perkembangan belanja tidak langsung dan belanja langsung baik secara komulatif maupun secara proporsional dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.6
Perkembangan dan Proporsi Belanja Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2006 – 2010 (x Rp.000)
No Jenis Belanja 2006 2007 2008 2009 2010 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Belanja Tidak Langsung 142.641.098 151.893.221 221.097.840 254.090.365 344.024.034 24,62
1.1 Belanja Pegawai 142.641.098 128.551.394 182.198.344 217.079.826 297.650.331 31,93
1.2 Belanja Subsidi - 1.011.480 931.035 1.150.000 1.046.212 1,12
1.3 Belanja Hibah - - 6.238.100 3.723.613 14.897.575 54,54
1.4 Belanja Bantuan Sosial - 7.705.496 12.474.511 9.882.907 8.213.276 2,13
1.5 Balanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemerintah Desa
- 12.000.000 18.850.655 21.606.314 21.917.638 21,99
1.6 Belanja bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa
- 2.376.000 260.000 74.884 105.000 -64,28
1.7 - Belanja tdk Terduga 248.850 145.195 572.820 194.000 -7,89
2 Belanja Langsung 164.201.884 246.045.468 311.208.202 295.448.009 236.993.744 9,61
2.1 Belanja Pegawai 34.771.523 38.046.921 33.642.912 21.273.863 17.231.364 -23,00
2.2 Belanja Barang dan Jasa 25.899.482 52.439.679 67.694.661 83.796.112 65.222.331 7,46
2.3 Belanja Modal 103.530.879 155.558.865 209.870.629 190.378.033 154.540.048 -0,22
Jumlah Belanja 306.842.982 397.938.688 532.306.042 549.538.374 581.017.779 17,31
Sumber : RPJMD Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 – 2016
Disisi lain belanja langsung sharenya menurun dari 53,51 persen tahun 2006 menjadi 40,79 persen tahun 2010, penurunan ini disebabkan belanja modal juga menurun dari 39,09 persen tahun 2007 menjadi 26,60 persen tahun 2010. Demikian juga untuk belanja barang dan jasa menurun dari 13,18 persen tahun 2007 menjadi 11,23 persen tahun 2010. Dari proporsi belanja ini menunjukkan bahwa penggunaan anggaran selama tahun 2006-2010 trend menunjukkan bahwa belanja pegawai cenderung meningkat dari pada belanja modal dan data menunjukkan rasio tahun 2010 sudah mendekati antara belanja aparatur dengan belanja modal yaitu 45,0 persen untuk total belanja pegawai dan 34,94 persen untuk belanja modal. Kondisi ini kedepan harus dikoreksi, agar proporsi belanja menjadi lebih fokus pada belanja program untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
mengurangi tingkat pengangguran yang cenderung meningkat di Kabupaten Muaro Jambi. Kondisi alokasi anggaran berdasarkan belanja langsung dan tidak langsung mengindikasikan bahwa, pemerintah Kabupaten Muaro Jambi selama periode 2006-2010 belum memprioritaskan alokasi anggaran pada belanja publik yaitu untuk menstimulasi ekonomi masyarakat serta memperbaiki kualitas infrastruktur yang rusak.
Pembiayaan daerah yang termuat dalam APBD Kabupaten Muaro Jambi terdiri atas penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah. Pada sisi penerimaan pembiayaan daerah terdiri dari SiLPA Tahun lalu, penerimaan kembali penyertaan modal, penerimaan kembali piutang dan penerimaan hutang. Sedangkan sisi pengeluaran pembiayaan terdiri dari SiLPA Tahun berkenaan, pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal/investasi. Selisih antara Penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan netto dan selisih antara penerimaan daerah dengan belanja daerah merupakan surplus/defisit belanja. Penerimaan pembiayaan pada tahun 2011 – 2016 diperkirakan berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya. Surplus anggaran tahun 2011 sebesar Rp 45.022.750.356 yang berasal dari kelebihan pendapatan dan tingkat realisasi belanja yang hanya sebesar 90 persen. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya sebesar Rp 36,61 milyar ditambah penerimaan piutang Rp 300 juta dikurangi penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah sebesar Rp 1,5 milyar, sehingga SILPA tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp 80,504 milyar. Sumber penerimaan pembangunan selama tahun 2011-2016 diproyeksikan sebagian besar berasal dari Silpa tahun lalu, ditambah dengan penerimaan piutang rata-rata sebesar Rp 300 juta pertahun selama periode 2011-2016. Pada tahun 2008 dan 2009 Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi masih melakukan penyertaan modal rata-rata sebesar Rp 1,5 milyar pertahun. Realisasi pendapatan daerah diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 7,91 persen per tahun dan Silpa tahun angguran sebelumnya diproyeksikan menurun rata-rata sebesar 39,58 persen pertahun selama periode 2011- 2016.
Realisasi pengeluaran pembiayaan selama tahun 2011-2016 juga sebagian besar berasal dari Silpa tahun berkenaan, sebagian lagi berasal dari pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal/investasi dari Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi. Selisih dari penerimaan pembangunan dengan pengeluaran pembiayaan adalah pembiayaan netto. Proyeksi pembiayaan netto pada tahun 2011 sebesar Rp 35,481 milyar, tahun 2012 sebesar Rp 78,804 milyar, tahun 2013 sebesar Rp 41,812 milyar, tahun 2014 sebesar Rp 23,563 milyar, dan tahun 2016 pembiayaan netto sebesar Rp 6,253 milyar. Proyeksi ini
menunjukkan bahwa pembiayaan APBD Kabupaten Muaro Jambi selama tahun 2011-2016 sangat tergantung pada Silpa baik Silpa tahun lalu maupun tahun berkenaan. Berdasarkan proyeksi ini, maka pemerintah daerah kedepan perlu mengembangkan sumber pembiayaan pembangunan melalui penyertaan modal pada BUMD, pembentukan dana cadangan ataupun investasi pada sektor-sektor ekonomi yang menguntungkan, sehingga sumber pembiayaan pembangunan menjadi lebih beragam. Adapun kebijakan penerimaan dan pengeluaran pembiayan pada 5 tahun kedepan (tahun 2011-2016) adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat, namun dari sisi pembiayaan sumber pendapatannya sangat terbatas. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
2. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup : sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA); pencairan dana cadangan; hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; penerimaan pinjaman daerah; penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah.
Tabel 5.7 Proyeksi Perkembangan Pembiayaan APBD Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 – 2016 (Rp)
KODE URAIAN
NILAI (Rp.)
(%)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) SURPLUS/DEFISIT 57.928.220.548 -39.076.364.503 -25.936.606.586 -12.594.108.566 -11.238.958.133 -8.816.638.008 -168,63 3 PEMBIAYAAN DAERAH 23.740.324.443 81.968.544.991 48.192.180.488 27.555.573.902 20.261.465.336 14.322.507.203 -9,61 3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 23.740.324.443 81.968.544.991 48.192.180.488 27.555.573.902 20.261.465.336 14.322.507.203 -9,61 3.1.1 Hasil Penjualan kekayaan Daerah yg dipisahkan 0 0 5.000.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 0