• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Belut Di Pasar Bawah Bukittinggi

ءرسلاب ءيشا ةلباقم Artinya: “menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain” 17

HASIL PENELITIAN A. Monografi Pasar Bawah Bukittinggi

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Belut Di Pasar Bawah Bukittinggi

Dalam Muámalah transaksi jual beli ada kalanya kita jumpai seseorang membuat persyaratan untuk mendapat, menjual atau membeli barang yang diinginkan. Syarat yang merupakan sebuah tindakan yang diharuskan oleh penjual atau pembelli, sebagai bagian dari akad jual beli untuk mendapat kesepakatan, seperti yang terjadi di Pasar Bawah Bukittinggi, yaitu ibu Nuri mau membeli belut tetapi ia mensyaratkan penjual untuk membersihkan belut tersebut terlebih dahulu.

begitu juga dengan pembeli yang lainnya.

Persyaratan dalam transaksi jual beli berbeda dengan syarat jual beli dengan catatan sebagai berikut:

Pertama, peletak syarat-syarat jual beli hanya Allah SWT sebagaimana syarat sah dan aturan jual beli telah diatur dalam Qur’an dan Sunnah. Adapun persyaratan dalam jual beli merupakan kesepakatan yang dibuat diantara dua pihak yang bertransaksi yaitu penjual belut dengan pembeli belut di Pasar Bawah Bukittinggi.

Kedua, jika syarat jual beli rusak, maka akad menjadi batal. Berbeda jika salah satu syarat dalam transaksi tidak terpenuhi, tidak membatalkan akad namun pembuat syarat berhak menentukan kelanjutan transaksi.

Pada dasarnya penetapan syarat dalam jual beli belut di Pasar Bawah Bukittinggi ini dapat dibenarkan dan merupakan kewajiban bagi pihak yang menerima syarat tersebut baik penjual maupun pembeli.95

Syarat di dalam jual beli adalah kewajiban yang ditetapkan oleh salah satu pelaku jual beli kepada yang lainnya , yang kewajiban tersebut mengandung kemanfaatan. syarat didalam jual beli berbeda dengan syarat jual beli . syarat jual beli ditentukan oleh syara’ (agama), sedangkan syarat di dalam jual beli ditetapkan oleh salah satu pihak yang melakukan akad jual beli. Jika syarat sah jual beli dilanggar, maka akad yang dilakukan dipandang tidak sah. Namun, bila syarat didalam jual beli dilanggar, maka akadnya tetap sah, hanya saja salah satu pihak yang melakukan akad berhak memilih untuk membatalkan atau melanjutkan akad. Hukum asal membuat persyaratan dalam jual beli ini adalah sah dan mengikat. Oleh sebab itu, diperbolehkan bagi kedua belah pihak yang melakukan akad menambahkan persyaratan ketika awal akad (kontrak).

Syarat dalam jual beli adalah kesetiaan masing-masing dari dua orang yang sedang bertransaksi terhadap yang lainnya karena ikatan transaksi yang di dalamnya terdapat manfaat. tidak dianggap syarat selain yang ada di dalam akad.

Tidak dianggap syarat apa-apa yang ada sebelum akad atau setelahnya. Dikatakan

95Daniel Rusyad, Fiqh Kontemporer mengena Harta,Produk Keuanan dan etika bisnis berbasis syariah, (Jakarta,2020),hlm.72

di dalam Al-Mulakhkhash Al-Fiqh,syarat-syarat di dalam jual beli dibagi menjadi dua macam yaitu sah dan rusak.96

1. syarat-syarat yang sah adalah syarat-syarat yang tidak bertentangan dengan kemestian akad itu. Bagian ini harus dilaksanakan sesuai dengan kemestiannya. Hal itu karena sabda Rasulullah SAW:

ُرُش ىَلَع َن ْوُمِّلْسُملا ْمِّهِّط ْو

Artinya: “orang-orang islam itu terikat dengan syarat-syarat mereka”

Dasar dalam syarat-syarat adalah kesahannya, kecuali apa yang dibatalkan atau dilarang oleh pelekat syari’at.

Syarat-syarat yang sah ini dibagi menjadi dua:

a. Syarat untuk kemaslahatan akad. Dengannya akad menjadi lebih kuat.

Kemaslahatannya kembali kepada apa yang dipersyaratkan, seperti persyaratan kepercayaan pada gadai atau persyaratan jaminan. Yang demikian ini memberikan ketenangan kepada penjual. Juga persyaratan mengakhirkan pembayaran pembelian atau sebagian harganya hingga waktu yang ditentukan.

ini memberikan manfaat bagi pembeli. Jika syarat yang demikian dipenuhi maka haruslah terjadi jual beli. Demikian juga jika seorang pembeli menetapkan syarat suatu ciri-ciri pada barang yang dijual, seperti: harus dari jenis yang baik atau dari kerajinan fulan atau dari produk fulan, karena

96Fuad Bin Abdul Aziz Asy-Yalhub, Kumpulan Kultum Setahun,(Jakarta: PT.Darul Falah,2002),Jil 2,Hlm. 88

ketertarikan berbeda-beda dengan perbedaan semua itu. Jika penjual membawa barang dengan ciri-ciri tersebut, maka harus terjadi jual beli itu.

Jika pembeli mengingkari hal itu maka pembeli harus melakukan fasakh (pembatalan) atau tetap mempertahankannya dengan mendapat kan barang yang tidak memenuhi persyaratan yang ia tetapkan yang menguatkan posisi barang dagangan dengan penentuan ciri-ciri yang dipersyaratkan yang kemudian ia tetap melangsungkan jual beli itu dengan ketiadaan ciri-cirinya.

Maka dibayar dengan harga yang berbeda dengan salah satu dari dua harga jika ia menuntut yang demikian.

b. Diantara syarat-syarat sah di dalam jual beli yaitu salah seorang dari penjual dan pembeli menetapkan syarat kepada pihak yang lain mengeluarkan manfaat yang mubah didalam jual beli. Seperti: penjual menetapkan syarat untuk tetap menunggangi binatang tunggangan atau mobil yang dijual menuju tempat tertentu. Hal itu karena apa yang diriwayatkan oleh jabir Radiyallahu Anhu bahwa Nabi SAW menjual seekor unta jantan dengan syarat beliau boleh menungganginya menuju madinah, muttafaq alaih. Hadits ini menunjukkan bahwa boleh menjual binatang dengan pengecualian bahwa masih boleh menungganginya menuju tempat tertentu. Dikiaskan kepada hal-hal lainnya.

Demikian juga jika pembeli kepada penjual untuk melakukan pekerjaan tertentu berkenaan dengan apa yang dijual. Seperti: ketika pembeli mau membeli belut kepada penjual belut dengan menetapkan syarat bahwa penjual

harus membersihkan kotoran belut tersebut terlebih dahulu. Atau sama halnya dengan membeli kain darinya dengan syarat dia menjahitkannya.97

2. syarat-syarat yang rusak. Bagian ini bermacam-macam:

a. Syarat rusak yang membatalkan akad sejak dari pangkalnya. Contohnya: salah seorang diantara keduanya menetapkan syarat atas yang lainnya bahwa harus ada akad yang lain. Sebagaimana dengan mengatakan “aku jual barang ini kepadamu dengan syarat engkau sewakan rumahmu kepadaku”, atau dengan mengatakan”aku jual barang ini kepadamu dengan syarat engkau sertakan aku dalam pekerjaanmu itu atau di rumahmu”, atau dengan mengatakan “aku jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat engkau pinjami aku uang senilai sekian”, semua ini adalah syarat rusak yang membatalkan akad dari pangkalnya secara total karena larangan Nabi SAW akan dua jual beli dalam dalam satu jual beli.

b. Diantara syarat-syarat yang rusak di dalam kegiatan jual beli adalah apa yang rusak pada syarat itu sendiri dan tidak membatalkan jual beli. Sebagaimana seorang pembelli yang menetapkan syarat atas penjual bahwa jika ia merugi dengan barang itu maka dia akan mengembalikannya kepada penjualnya. Atau syarat penjual atas pembeli agar tidak menjual barang dagangan, dan lain sebagainya. ini adalah syarat rusak karena bertentangan dengan keharusan akad. Karena konsekuensi jual beli adalah bahwa pembeli akan bersikap terhadap barang dagangan secara mutlak. Jual beli tidak rusak dengan

97Fuad Bin Abdul Aziz Asy-Yalhub, Kumpulan Kultum Setahun,,,, ,Jil 2,Hlm. 89

rusaknya syarat-syarat ini, karena nabi SAW di dalam kisah barirah ketika penjualnya menetapkan syarat dia harus royal kepada dirinya jika dimerdekakan. syaratnya batal tetapi tidak membatalkan jual beli.

Jadi bisa dikatakan bahwa jual beli belut yang terjadi di Pasar Bawah Bukittinggi sudah memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli yaitu adanya penjual dan pembeli , adanya uang atau barang yang diperjual belikan,dan adanya ijab dan persetujuan antara penjual dan pembeli, tetapi yang jadi masalah disini yaitu adanya syarat tersendiri yang menetapkan sipenjual untuk membersihkan kotoran belut tersebut terlebih dahulu sebelum diterima oleh sipembeli. Akan tetapi perlu kita ketahui bahwa Pada dasarnya penetapan syarat didalam jual beli belut di Pasar Bawah Bukittinggi ini dapat dibenarkan dan merupakan kewajiban bagi pihak yang menerima syarat tersebut baik penjual maupun pembeli. yang kewajiban tersebut mengandung kemanfaatan. Karena syarat didalam jual beli, berbeda dengan syarat jual beli , syarat jual beli ditentukan oleh syara’ (agama), sedangkan syarat di dalam jual beli ditetapkan oleh salah satu pihak yang melakukan akad jual beli. Jika syarat sah jual beli dilanggar, maka akad yang dilakukan dipandang tidak sah. Akan tetapi, bila syarat didalam jual beli dilanggar, maka akadnya tetap sah, hanya saja salah satu pihak yang melakukan akad berhak memilih untuk membatalkan atau melanjutkan akad. Dan Hukum asal membuat persyaratan didalam jual beli ini adalah sah dan mengikat. Oleh sebab itu, diperbolehkan bagi kedua belah pihak yang melakukan akad menambahkan persyaratan ketika awal akad (kontrak). Hal itu karena sabda Rasulullah SAW:

ْمِّهِّط ْو ُرُش ىَلَع َن ْوُمِّلْسُملا

Artinya: “orang-orang islam itu terikat dengan syarat-syarat mereka”

Dasar dalam syarat-syarat ini adalah kesahannya, kecuali syarat yang mengharamkan sesuatu yang halal, atau menghalalkan sesuatu yang haram.98 Dan dasar hukum (dalil) dalam syarat-syarat ini adalah Firman Allah SWT dalam QS Al Maidah Ayat 1:











Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”

Salah satu bentuk pemenuhan akad adalah pemenuhan syarat yang terkandung didalam akad yang dimaksud.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan jual beli belut dipasar bawah bukittinggi ini adalah sah dan mengikat, Oleh sebab itu, diperbolehkan bagi kedua belah pihak yang melakukan akad menambahkan persyaratan ketika awal akad (kontrak).

98Daniel Rusyad, Fiqh Kontemporer mengenai Harta,Produk Keuanan dan etika bisnis berbasis syariah,,,,hlm.73

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan bab per bab, dan berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis dapatkan melalui wawancara, maka dapat penulis simpulkan bahwa:

1. Pelaksanaan jual beli belut yang dilakukan di pasar bawah Bukittinggi setelah diwawancarai beberapa pedagang belut semuanya hampir sama cara pelaksanaan jual belinya, yaitu setelah belut ditimbang, kemudian dibanting dan dikeluarkan kotorannya baru diserahkan kepada pembeli, karena pembeli tidak mau membeli belut yang belum dibersihkan. Karena sudah menjadi kebiasaan penjual belut di Pasar Bawah Bukittinggi untuk membersihkannya terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada pembeli.

2. Pandangan hukum Islam dalam pelaksanaan jual beli belut di pasar bawah bukittinggi yaitu jual belinya sah karena sudah memenuhi rukun dan syarat jual beli,, adapun syarat tersendiri (mesti dibersihkan) yang dilakukan oleh penjual belut dipasar bawah Bukuttinggi maka itu termasuk kedalam syarat yang sah dan mengikat karena mengandung kemaslahatan.

B. Saran

Berdasarkan pada pembahasan bab sebelumnya, terdapat saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Pedagang belut ketika ingin membersihkan belut hendaklah berpegang pada hukum Allah (Al-Qur’an dan Sunnah Rasul).

2. Bagi pedagang khususnya pedagang belut di Pasar Bawah Bukittinggi diharapkan untuk mematuhi rukun dan syarat yang sudah diatur oleh hukum Islam.

C. Penutup

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahma, taufiq, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, setelah melalui rentang waktu yang cukup tidak sebentar dengan berbagai liku-liku yang ada. Skripsi ini penulis susun dengan segenap kemampuan ilmiah yang penulis miliki secara objektif dan subjektif.

Meskipun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekeliruan, oleh karena itu kritik dan saran konstruktif sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata dengan memohon ridha kepada Allah SWT, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin ya rabbal alamin.

Dokumen terkait