• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN JUAL BELI BELUT DENGAN CARA DIBANTING MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN JUAL BELI BELUT DENGAN CARA DIBANTING MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN JUAL BELI BELUT DENGAN CARA DIBANTING MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM

(STUDI KASUS DI PASAR BAWAH BUKITTINGGI) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum (SH) dalam Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

Fakultas Syari’ah

Oleh:

LELY SURYANI NASUTION NIM : 1216.005

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYAR’AH FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)BUKITTNGGI 2020 M / 1442 H

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Jual Beli Belut Dengan Cara Dibanting Menurut Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus Di Pasar Bawah Bukittinggi)” yang disusun oleh Lely Suryani Nasution, NIM 1216.005 Program Study Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi telah dilakukan bimbingan secara maksimal dan untuk selanjutnya disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah skripsi.

Bukittinggi, 02 November 2020

Dosen Pembimbing

H. Basri Na’ali,Lc,M.Ag NIP.197209092000031002

Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)

Fakultas Syari’ah IAIN BUKITTINGGI

Beni Firdaus,SHI,MA NIP. 197907142005011005

(3)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama/NIM : Lely Suryani Nasution

NIM : 1216.005

Tempat/Tanggall Lahir : Muara Bangko/09 September 1998 Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)

Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi :Pelaksanaan Jual Beli Belut Dengan Cara Dibanting Menurut Tinjauan Hukum Islam Studi Kasus Di Pasar Bawah Bukittinggi)

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) penulis dengan judul dii atas adalah benar asli karya penulis, apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya karya sendiri, maka penulis bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan penulis dicopot hingga batas waktu yang telah ditentukan . demikian pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, 04 November 2020 Yang Menyatakan

Materai 6000

Lely Suryani Nasution NIM.1216.005

(4)

ABSTRAK

Penulisan skripsi dengan judul “ Pelaksanaan Jual Beli Belut Dengan Cara Dibanting Menurut Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus Di Pasar Bawah Bukittinggi)”’ dilatarbelakangi dengan adanya pelaksanaan jual beli belut yang terjadi di Pasar Bawah Bukittinggi menggunakan syarat tersendiri yang mensyaratkan si penjual untuk membersihkan kotoran belut tersebut sebelum diterima oleh si pembeli. Hal ini terjadi karena sipembeli tidak mau membeli belut tersebut sebelum dibersihkan oleh sipenjual. Karena sudah menjadi kebiasaan si penjual belut di Pasar Bawah Bukittinggi untuk membersihkan belut tersebut sebelum di terima oleh sipembeli.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas timbul pokok permasalahan yaitu bagaimana pandangan hukum Islam tentang pelaksanaan jual beli belut di Pasar Bawah Bukittinggi.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan sumber data primer yang diperoleh langsung dari para pedagang di pasar dan pembeli. Dan sumber data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan yang tersedia. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara ,observasi serta dokumentasi. Sedangkan tekhnik analisis yang digunakan adalah analisis deskriftif yakni cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Hasil penelitian mengenai pelaksanaan jual beli belut yang terjadi di Pasar Bawah Bukittinggi yaitu setelah belut ditimbang, kemudian dibanting dan dikeluarkan kotorannya baru diserahkan kepada pembeli, karena pembeli tidak mau membeli belut yang belum dibersihkan. Karena sudah menjadi kebiasaan penjual belut di Pasar Bawah Bukittinggi untuk membersihkannya terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada pembeli. Jadi pelaksanaan jual beli belut yang terjadi di Pasar Bawah Bukittinggi ini termasuk kedalam syarat yang sah dan mengikat karena mengandung kemaslahatan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beserta salam disampaikan agar tercurah buat Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum beserta Bapak-bapak Wakil Rektor, Bapak Dr. Asyari,M.Si, Bapak Dr.

Novi Hendri,M.Ag, dan Bapak Dr. Miswardi,M.Hum, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama menjalani pendidikan di IAIN Bukittinggi ini.

2. Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. H. Ismail, M.Ag, beserta Bapak-bapak Wakil Dekan, Bapak Dr.

Nofiardi, M.Ag, Bapak Dr. Busyro, M.Ag, dan Bapak Fajrul Wadi, S.Ag, M.Hum, serta Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah), Bapak Beni Firdaus,SHI,MA, yang telah menfasilitasi penulis dalam menjalani pendidikan dan bimbingan skiripsi ini.

3. Pembimbing skripsi penulis, Bapak H. Basri Na’ali,LC,M.Ag yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini, serta orang tua penulis, Bapak Zulkan Nasution dan Ibu

(6)

Mega Wati, dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral.

4. Pimpinan beserta staf perpustakaan yang telah mengijinkan penulis untuk mengakses buku-buku dan referensi yang dibutuhkan dalam mengumpulkan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Bukittinggi, beserta seluruh masyarakat yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian disana.

5. Seluruh pihak yang telah membantu, baik moral maupun materil, seperti teman-teman kuliah yang seperjuangan, dan siapa saja yang telah ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih, berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Khususnya dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah(Muamalah).

Bukittinggi, 04 November 2020 Penulis,

Lely Suryani Nasution NIM. 1216.005

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PERNYATAAN ORISINALITAS ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...

D. Penjelasan Judul...

E. Metode Penelitian...

F. Metode Pengumpulan Data...

G. Metode Pengolahan Data...

H. Teknik Analisa Data...

I. Teknik Penulisan...

J. Sistematika Penulisan...

BAB II LANDASAN TEORI A. JUAL BELI

1. Pengertian Jual Beli...

2. Dasar Hukum Jual Beli...

3. Rukun dan Syarat Jual Beli...

4. Macam-Macam Jual Beli...

5. Tujuan dan Manfaat Jual Beli

6. Prinsip-Prinsip Jual Beli...

7. Hikmah Jual Beli...

8. Etika Dalam Jual Beli...

(8)

B. SYARAT DI DALAM JUAL BELI

1. Pengertian Dan Perbedaan Syarat Di dalam Jual Beli...

2. Syarat-Syarat Yang Ditentukan Di Dalam Syarat Jual Beli...

3. Hukum Syarat-Syarat Di dalam Jual Beli...

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Monografi Pasar Bawah Bukittinggi...

B. Pelaksanaan Jual Beli Belut di Pasar Bawah Bukittinggi...

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Belut Di Pasar Bawah Bukittinggi...

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

C. Penutup...

DAFTAR KEPUSTAKAAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Jual beli merupakan bentuk kerja sama yang sangat efektif dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, dengan jual beli seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Jual beli merupakan amal tabarru’ atau social dan termasuk yang dianjurkan atau dibolehkan oleh agama Islam. Jual beli dapat diartikan sebagai menukar barang dengan barang atau barang dengan uang, dengan jual beli berarti melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan atau suka sama suka.1

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda dan pihak lain menerima bayaran harga sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah disepakati dan dibenarkan oleh syara’.

Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan al-Qur’an, sunnah, dan ijma’ para ilama.dilihat dari aspek hukum, jual beli hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang yangdilarang oleh syara’2.dan jual beli juga merupakan salah satu bentuk usaha atau kegiatan ekonomi yang dihalalkan oleh Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Baqarah:177 yang berbunyi:

...اوَب ِّّرلا َم َّرَح َو َعْيَبْلا ُالله ّلَحَأ َو

1Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2008),hlm.67

2Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta:Amzah,2010),hlm.177

(10)

Artinya :” Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”(

QS.Al-Baqarah: 275)

Dari ayat diatas jelaslah bagi penulis bahwa allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, bagi penulis bahwa perbuatan jual beli merupakan perbuatan yang halal dan mulia, walaupun pada dasarnya tujuan dari pada jual beli itu adalah untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup manusia bukan berarti semuanya boleh. Allah SWT mensyariatkan jual beli sebagai keleluasaan darinya bagi hamba-hambanya.

Pakar ekonomi menjelaskan bahwa manusia secara langsung mempunyai kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, dan papan sebaik tempat tinggal dan lain sebagainya demi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan ini tidak akan pernah putus dan habis selama manusia hidup di dunia. Maka dari itu untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia berusaha dengan berbagai aktivitas seperti jual beli yang mabrur dan jual beli yang jujur sebagaiamana di jelaskan dalam hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:

ملا نيم لاا قو دصلا رج اتلا ملسو هيلع الله يلص الله لوسر :لاق رمع نبا نع ملس

م يبنلا ع

)يذم رتلا هاور( ةم ايقلا مويءادهشلا نيقي دصلا و

Artinya“ Dari Ibnu Umar ia berkata: telah bersabda Rasullah SAW: pedagang

yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim bersama-sama dengan nabi, Shidiqqin dan Syuhada pada hari kiamat”. (H.R. AT tarmidzi.

berkata Abu’ Isa: Hadist ini adalah hadist yang shahih)3

Dari hadist tersebut di pahami bahwa pedagang yang jujur, maka kedudukanya di akhirat nanti setara dengan para nabi, syuhada dan shiddiqin.

3Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 2, Nomor Hadis 2139, Maktabah Kutup Al-Mutun, Silsilah, Al-Ilmi An-Nafi’, Seri 4, Al-Ishdar Al-Awwal,1426 H, hlm 724

(11)

Islam memandang bahwa jual beli adalah suatu usaha yang di ridhai dan di berkahi oleh Allah SWT.

Dari berbagai macam kegiatan perdagangan yang dilakukan yang di anjurkan oleh Allah SWT adalah adanya kerelaan diantara pihak. Sebagaimana yang di jelaskan dalam surat Annisa’ ayat 29 yang berbunyi :

ْمُكَنْيَب ْمُكَل َوْمَأ ا ْوُلُكْأَتَلا ْا ْوُنَماَء َنْيِّذَّلا اَهُيَأَي ِّب

ِّلِّطَب ْلا إ وُكَت نَأ َّلا ِّّم ٍضا َرَت ْنَع ًة َرَجِّت َن

ا ْوُلُتْكَت َلا َو ،ْمُكْن

.اًمْي ِّح َر ْمُكِّب َنَاك َالله َّنإ ،ْمُكَسُفْنأ

Artinya“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.(QS.Annisa’:29)

Dari ayat di atas jelas bahwa jual beli yang di ridhai Allah adalah jual beli yang didasarkan atas keridhoan yang berdasarkan pada syariat. Dalam jual beli tidak boleh menjual barang yang tidak mampu disertahkan seperti menjual burung di udara, ikan di dalam air, unta yang lari, kuda yang hilang, atau harta yang di rampas, sesuai dengan hadist Nabi uang di riwayatkan oleh Abu Hurairah: “Nabi SAW melarang menjual barang yang ada unsur penipuan.” Ini termasuk gharar (menipu). Sebab itulah Ibnu Masud berkata :” jangan kalian membeli ikan dalam air karna itu adalah gharar, dan karna maksud jual beli adalah memberikan hak tasharuf (berbuat).

Dalam kegiatan jual beli diperlukan rukun dan syarat jual beli agar jual beli menjadi sah. Syarat jual beli adalah sesuatu yang harus ada, dan menentukan

(12)

sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak berada didalam pekerjaan itu.4

Rukun jual beli antara lain:

a. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli.

b. Objek transaksi, yaitu harga dan barang.

c. Akad (transaksi), yaitu segala tindakan yang dilakukanoleh kedua belah pihak yang menunjukkan mereka sedang melakukan transaksi, baik tindakan itu berbentuk kata-kata maupun perbuatan.5

Syarat-syarat jual beli:

a. Suci ainnya

b. Dapat di manfaatkan

c. Milik orang yang melakukan akad d. Mampu menyerahkanya

e. Diketahui bendanya

f. Barang yang di akadkan ada di tangan6

Syarat sahnya jual beli itu terbagi dua yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada setiap jenis jual beli, agar jual beli tersebut dianggap sah menurut syara’, sedangkan syarat khusus adalah syarat-syarat yang hanya ada pada barang-barang tertentu.

Berbicara mengenai jual-beli,, penulis ingin mengetahui dan membahas tentang pelaksanaan jual beli belut dengan cara dibanting yang ada di pasar bawah

4M.Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah dan Syafi’ah AM, Kamus Istilah Fiqih,PT. Pustaka Firdaus, Jakarta,1994, hlm.301.

5Madani, Fiqh Ekonomi Syari’ah: fiqh Muamalah, cet. Ke-2, Kencana, Jakarta, 2013, hlm.102

6Sayyid sabiq, Fiqh Al Sunnah,( Beirut: Dar al-kitabiyah, 1971), juz.III, hlm. 48

(13)

Bukittinggi. Maka dari itu, penulis mensurve terlebih dahulu berapa jumlah pedagang belut yang ada dipasar bawah bukittinggi. Setelah penulis surve, pedagang belut yang ada dipasar bawah Bukittinggi berjumlah sekitar 20 (dua puluh) orang. Untuk itu agar penulis mendapatkan informasi awal tentang pelaksanaan jual beli belut yang dilakukannya penulis mewawancarai salah satu pedagang belut yang ada di pasar bawah Bukittinggi.

Berdasarkan wawancara awal yang penulis lakukan dengan mewawancarai pedagang belut yang ada di pasar bawah Bukittinggi, penulis mendapat informasi bahwa adanya pelaksanaan jual beli belut dengan cara dibanting yang dilakukan oleh penjual belut di pasar bawah Bukittinggi, berhubungan dengan hal itu salah seorang penjual belut di pasar bawah mengatakan, terjadinya pembantingan belut sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh penjual belut supaya mudah untuk menyembelih nya dan tidak melukai tangan si penjual. Yang mana penjual melakukannya apabila belut yang akan di banting sudah dipilih atau dipesan oleh pembeli dan sudah di tetapkan harganya.7

Jadi dari jual beli tersebut setelah diteliti dari segi rukun dan syaratnya sudah terpenuhi, tapi ada kebiasaan lain yang dilakukan oleh sipenjual setelah melakukan akad terhadap jual beli dengan pembeli, maka sipenjual sepertinya ada ketentuan lain, dan ketentuan itu berlaku setelah selesai akad jual beli. Dan ketentuannya Berupa sipenjual membersihkan kotoran belut tersebut, dan untuk membersihkan kotorannya terlebih dahulu belut itu harus dipukul-

7Incan,penjual belut pasar bawah, wawancara pribadi,pasar bawah:14 januari 2020

(14)

pukul/dibanting, karena dengan dipukul-pukul atau dibanting belut tersebut cepat mati, sehingga mudah untuk membersihkan kotorannya.

Dari pelaksanaan jual beli belut yang dilakukan oleh pedagang belut di pasar bawah Bukittinggi ini penulis melihat seperti ada ketentuan-ketentuan lain yang tidak tertulis yang mensyaratkan bagi sipenjual untuk membersihkan kotorannya, Karena sipembeli tidak akan mau menerima belut tersebut kalau belum di bersihkan kotorannya. Jadi, apakah ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis ini akan mempengaruhi keabsahan akad jual beli atau tidak.

Mengenai hal ini penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana pelaksanaan jual beli belut di pasar bawah Bukittinggi, dan bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli belut dipasar bawah Bukittinggi apakah sudah sesuai atau tidak, yang kemudian dituangkan dalam karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “Pelaksanaan Jual Beli Belut Dengan Cara Dibanting Menurut Tinjauan Hukum Islam”.

B. Rumusan masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah terhadap penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan Jual Beli belut Dipasar Bawah Bukittinggi?

2. Bagaimana Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Belut Dipasar Bawah Bukittinggi?

C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan penelitian

(15)

a. Untuk Mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Jual Beli Belut Di Pasar Bawah Bukittinggi.

b. Untuk Mengetahui Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Belut Di Pasar Bawah Bukittinggi.

2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teoritis

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam melengkapi tugas akhir guna mencapai gelar stara satu (S1) pada jurusan Muamalah di Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi

2. Untuk sumbangan pemikiran penulis secara ilmiah yang telah diperoleh dalam bidang hukum ekonomi syari’ah.

b. Kegunaan praktis

1. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang pengetahuan secara umum tentang pelaksanaan jual beli belut dengan cara dibanting.

2. Bagi akademisi, semoga hasil penelitian ini dapat membantu dalam menambah wawasan dan referensi keilmuan dalam pengetahuan tentang pelaksanaan jual beli dalam Islam.

3. Bagi penulis, untuk memperdalam pengetahuan terhadap pelaksanaan jual beli terutama dalam hal pelaksanaan jual beli belut.

D. Penjelasan judul

(16)

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka ada baiknya penulis jelaskan hal-hal yang dimaksud pada pada judul skripsi ini antara lain:

Pelaksanaan : proses atau cara dalam melaksanakan sesuatu. Jadi pelaksanaan jual beli belut di pasar bawah bukittinggi adalah peroses atau cara dalam melaksanakan jual beli belut yang yang dilakukan di pasar bawah bukittinggi.

Jual beli : tukar menukar suatu barang dengan barang lain atau dengan yang lainnya dengan cara tertentu dengan dasar sukarela antara kedua belah pihak.8

Belut : jenis ikan air tawar dengan bentuk tubuh bulat,licin, memanjang, dilengkapi dengan sirip punggung yang dapat diolah menjadi berbagai makanan, dengan kandungan nilai gizi yang tinggi.

Dibanting : Dipukul Keras-Keras

Hukum islam : syariat yang berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-nya yang dibawah oleh seorang nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).9

E. Metode penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field research)yang difokuskan pada penelitian deskriptif kualitatif,yaitu sebagai

8Sayyid Sabiq,fiqh sunnah,(Bandung:al-Ma’arif,1996),jilid 13,hlm.28

9Abdul Wahab Khalaf,Ilmu Ushul Fiqh,(Jamialal Qariyah,1942),cet ke-10,hlm.100

(17)

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati. dalam penelitian ini penulis memaparkan suatu kejadian atau peristiwa yang mengandung masalah yang terjadi ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan kenyataan. Untuk penelitian lapangan ini penulis mengambil lokasi di pasar bawah bukittinggi.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pasar Bawah Bukittinggi karena penulis menemukan permasalahan yang perlu untuk dibahas dan dipecahkan yaitu melihat pelaksanaan jual beli belut yang sudah dilakukan oleh pedagang belut.

3. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian . jadi, ia mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun bersifat informan. Sebagai anggota tim dengan kebaikan dan kesukarelaannya, ia dapat memberikan pandangan nilai- nilai,sikap,dan kebudayaan menjadi latar setempat. Adapun informasi kunci dalam penelitian ini adalah pedagang belut dipasar bawah Bukittinggi.

F. Metode Pengumpulan Data a. Pengamatan (observasi)

Yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala – gejala yang diteliti.juga sebagai alat pengumpul data, observasi langsung memberikan sumbangan yang sangat penting sekali dalam penelitian deskriptif.

(18)

Jenis-jenis informasi tertentu dapat diperoleh melalui pengamatan langsung oleh peneliti10. hasil observasi ini berguna untuk menguatkan data yang diperoleh dari wawancara .observasi ini penulis lakukan untuk melihat berapa jumlah pedagang belut dipasar bawah bukittinggi ,kemudian melihat bagaimana awal mulanya pelaksanaan jual belinya.

b. Wawancara (interview)

Metode ini penulis gunakan untuk mencari data-data yang dibutuhkan dalam penulisan ini dengan pemilik belut yang melakukan aktifitas pelaksanaan jual beli belut dengan tujuan:

1) Untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan jual beli belut dengan cara dibanting.

2) Untuk mendapatkan informasi mengenai pemahaman dan pengetahuan pemilik belut tentang hukum pelaksanaan jual beli belut dengan cara dibanting.

Adapun bentuk pertanyaan yang penulis gunakan dalam wawancara ini adalah wawancara terbuka yaitu wawancara yang menggunakan yanya jawab secara terbuka, yaitu pertanyaan yang memberikan keleluasaan bagi responden untuk memberikan jawaban dengan bebas tanpa dibatasi oleh alternatif jawaban yang dibahas.

Dalam melaksanakan wawancara, penulis mengambil dari salah satu pedagang belut dipasar bawah Bukittinggi. Pedoman wawancara ini berfungsi

10Sanafiyah Faisal, metodologi penelitian pendidikan, (Surabaya: usaha nasional, 2004), hlm.204

(19)

sebagai pengendali, agar proses wawancara tidak kehilangan arah.11 untuk penentuan informan ini akan ditetapkan beberapa orang pedagang belut untuk dilakukan wawancara.

G. Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diinterprestasikan terlebih dahulu melalui beberapa proses. Penulis memperoleh data dari responden melalui wawancara. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan:

a. Seleksi data, yaitu setelah data terkumpul kemudian data tersebut diteliti satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan.

b. Klasifikasi data, yaitu setelah data terkumpul dan diteliti lalu dikelompokkan menurut jenis dan bentuknya untuk diambil kesimpulan.

H. Teknik Analisa Data

Setelah semua data diperlukan terkumpul, kemudiaan dianalisis dengan menggunakan metode berfikir sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang terkumpul dari wawancara dirangkum, disederhanakan, dan dipilih-pilih hal yangcocok sesuai dengan penelitian dengan membuat abstraksi, yang merupakan usaha membuat rangkuman yang inti melalui proses untuk menjaga pertanyaan-pertanyaan sehingga tetap berada didalamnya.

b. Penyajian Data

11Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, metodologi penelitian, (Jakarta:PT.Bumi Aksara,1997),cet ke-1,hlm.83

(20)

Penyajian data adalah penyajian sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian ini, penarikan kesimpulan dilakukan terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan sampai penelitian mendapatkan data yang diinginkan sehingga peneliti dapat mengambil kesimpulan akhir yang didukung oleh bukti valit dan konsisten.

Menurut bogdan dan taylor, analisa data adalah proses merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu12

I. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pedoman penulisan Skripsi IAIN Bukittinggi tahun 2020

J. Sistematika penulisan

Supaya skripsi ini terlihat memiliki hubungan yang kuat antara keseluruhan pembahasan perlu dibuat sistematika penulisan, yaitu:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, metode penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, tekhnik analisa data, tekhnik penulisan, sistematika penulisan.

12Winarto Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1987), hlm.135

(21)

Bab II landasan teori, dalam bab ini akan membahas tentang pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, tujuan dan manfaat jual beli, prinsip-prinsip jual beli, hikmah jual beli, etika dalam jual beli, pengertian dan perbedaan syarat di dalam jual beli, syarat-syarat yang ditentukan didalam syarat jual beli, hukum syarat-syarat jual beli.

Bab III hasil penelitan gambaran umum dari: sejarah pasar bawah Bukittinggi, pelaksanaan jual beli bellut dengan cara dibanting di pasar bawah Bukittinggi, pandangan hukum islam tentang pelaksanaan jual beli belut di pasar bawah Bukittinggi, analisa penulis terhadap pelaksanaan jual beli belut dengan cara dibanting di pasar bawah Bukittinggi.

Bab IV merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Kesimpulan merupakan uraian singkat dari rumusan masalah dan sumbangan pemikiran ilmiah yang mungkin memberikan suatu solusi bagi tatanan kehidupan masyarakat.

(22)

B AB II LANDASAN TEORI A. JUAL BELI

1. Pengertian Jual Beli

Perkataan jual beli menurut lughawiyyah adalah saling menukar (pertukaran), dan kata al-ba’i (jual) dan asy syiraa (beli) dipergunakan biasanya dalam pengertian yang sama. Jadi kata jual beli terdiri dari dua sukukata yaitu

“jual dan beli” yang mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang.13 Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah perbuatan membeli. Dengan demikian perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli. Menurut pengertian syari’at yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela.14

Menurut etimologi,jual beli diartikan dengan pertukaran dengan sesuatu yang lain.15 Menurut istilah fiqih jual beli yaitu tukar menukar harta atas dasar saling saling ridha atau memindahkan kepemilikan dengan imbalan pada sesuatu yang diizinkan.16

Secara terminology pengertian jual beli dikalangan fiqh syafi’iyah adalah tukar menukar harta dengan harta dengan cara tertentu dengan kata lain jual beli adalah akad pertukaran harta dengan harta.

Selanjutnya jual beli menurut bahasa dikemukakan oleh para ulama ialah:

13Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 12, (Bandung: PT Alma’arif, 2012), Hlm. 44

14Suhrawardi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000),Hlm.128

15Rachmad Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), Hlm.73

16Imam Santoso, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Mitra Grafika, 2003),Hlm.52

(23)

a. Menurut Wahbah Zuhaily

ءرسلاب ءيشا ةلباقم

Artinya: “menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain”17

b. Menurut Rachmad Syafe’i jual beli secara bahasa adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain.18

c. Menurut Imam Nawawi jual beli secara bahasa adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik.19

d. Menurut Sayyid Sabiq jual beli secara bahasa adalah tukar menukar secara mutlak.20

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertianjual beli menurut bahasa adalahtukar menukar sesuatu dengan sesuatu, bisa berupa uang dengan barang, barang dengan barang yang berimplikasi pada pemilikan harta, secara istilah terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan para ulama, sekaligus substansi dan tujuan masing-masing adalah sama diantaranya:

Menurut Sayyid Sabiq jual beli adalah

لم لقن وا يض رتلا ليبس لع لامب لام ةلدابم هيف نوذاملا هجولا ئلع ضوعب ك

Artinya: “jual beli adalah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan”. Atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan”.21

17Wahbah Zuhaily, Fiqih al-Islam wa Adillatahu, (Jakarta: Gema Isnani,2011), jilid IV, hlm.173

18Rachmad Syafe;I, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),Hlm. 73

19Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Hlm.113

20Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009), Hlm.35

21Sayyid Sabiq, Fiqh Al Sunnah, (Beirut: Dar Alkitabiyah, 1971), Jus III, Hlm.46

(24)

Menurut ulama hanafiyah yang dikutip oleh wahbah al-zuhaily, jual beli adalah

ديقم هجو ىلع لشمب هيف بوغرم ئيش ةلدابم وا صوصخم ةجو لع لامب لام ةلدابم صوصخم

Artinya: “saling tukar harta dengan harta melalui cara tertentu atau tukar

menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat”.22

Berdasarkan definisi ulama diatas bahwa pengertian jual beli secara istilah adalah adalah sebagai berikut:

a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lainnya atas dasar saling merelakan.23

b. Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.24

c. Tukar menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.

d. Saling tukar harta, saling menerima,dan dapat dikelola dengan ijab dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara’.

e. Penukaran benda dengan benda yang lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan.

f. Akad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran hak milik secara tetap.

22Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Hlm. 68

23Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2010), cet ke-6, hlm.6

24M.YazidAfandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka,2009), cet ke-1,hlm.53

(25)

Jadi dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang/benda yang mempunyai nilai atas dasar kerelaan (kesepakatan) antara kedua belah pihak ssuai dengan kesepakatan yang dibenarkan oleh syara’25

2. Dasar Hukum Jual Beli

Al-Qur’an mengatur tentang jual beli dan disempurnakan oleh sunnah dan ijma’. Maka terdapat landasan jual beli yang dijadikan dasar hukum jual beli diantaranya adalah:

a. Al- Qur’an

Jual beli merupakan akad yang diperbolehkan dalam Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’ para ulama.

Al-Qur’an mengatur tentang jual beli dan disempurnakan oleh sunnah dan ijma’. Maka terdapat landasan jual beli yang dijadikan dasar hukum jual beli diantaranya adalah:

1) Surat al-Baqarah ayat 275:











Artinya: “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

Riba merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama karena perbuatan ini dapat menyengsarakan sesama.bahkan perbuatan riba ini juga diharamkan oleh Allah SWT. Orang-orang yang melakukan riba mengatakan bahwa riba ini sama dengan jual beli.oleh karena itu kenapa diharamkan karena jual beli adalah tukar menukar nanfaat yang dihalalkan oleh allah SWT. Sedangkan riba adalah

25Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Indonesia (Jakarta: Prenada Media ,2005), Hlm.100

(26)

tambahan biaya dari hasil jerih payah orang yang berhutang atau dari dagingnya yang telah diharamkan oleh Allah SWT.26

2) Surat al-Baqarah ayat 198:

















Artinya:” tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.”

3) Surat an-Nisa’ ayat 29:

















































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”27

Riba adalah haram dan jual beli adalah halal.jadi tidak semua akad jual beli itu haram sebagaimana yang telah disangka oleh sebagian orang berdasarkan ayat ini. Allah telah mengharamkan memakan orang lain dengan cara yang bathil yaitu tanpa ganti dan hibah , yang demikian itu adalah bathil berdasarkan ijma’

26Syaikh Muhammad Ali Ash-shabuni, Rawai’ul Bayan tafsir Ayat-ayat Hukum, (Semarang: CV.Asy Syifa,1993), jilid II, hlm.142

27Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers,2016), hlm 23

(27)

umat dan termasuk didalamnya juga semua jenis akad yang sudah rusak yang tidak boleh secara syara’ baik karena ada unsur riba atau jahala(tidak diketahui).

b. Al-Sunnah

Dasar hukum yang berasal dari Al-Sunnah antara lain sebagai berikut:

1) Hadis Rasulullah SAW, yang diriwayatkan Rifa’ah bin Rafi’ al-Bazar dan hakim:

ِّّتُك َو ِّهِّدَيِّب ِّلُج َّرلا ُلَمَع :َلاَق َلَضْفَأ ْوَأ ُبَيْطَأ ِّبْسَكْلْا ُّيَا مّلسو هيلع الله ىَلَص ِّالله ُلُس َر َلِّئُس ٍر ْو ُرْبَم ٍعْيَب

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda ketika fitanya salah seorang sahabat

mengenai pekerjaan yang paling baik : Rasulullah ketika itu menjawab:

pekerjaan yang dilakukan dengan tangan seseorang sendiri dan setiap jual beli yang diberkati (jual beli yang jujur tanpa diiringi kecurangan)”

Pekerjaan seorang muslim yang paling baik bagi seorang muslim adalah jual beli dengan jujur, tanpa diiringi dengan kecurangan, tidak ada dusta penyamaran barang yang dijual, seperti menyembunyikan aib barang dari penglihatan pembeli, maka jual beli tersebut akan mendapatkan berkah dari Allah.

2) Rasulullah SAW Bersabda:

ضارت نع عيبلا امّنإ :مّلسو هيلع الله ىلص الله لوسر لق

Artinya : “Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli itu harus atas dasar saling merelakan”

3) Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh sufyan dari Abu Hamzah dari Hasan dari Abi S’aid:

قودّصلا رجاّتلا لاق مّلسو هيلع الله ىلص ىبّنلا نع ديعس ىبأ نع ةزمح نبإ نع نايفس نع

ءادهشلاو نيقيدصلاو نيبّنلا عم نيملأا

(28)

Artinya:” Dari Sufyan dari Abu Hamzah dari Hasan dari Abi S’aid dari Nabi SAW bersabda: pedagang yang jujur dan terpercaya itu sejajar (tempatnya di surga) dengan para nabi, shiddiqin dan syuhada”28 c. Ijma’

Ulama muslim sepakat atas kebolehan akad jual beli. Ijma’ ini memberikan hikmah bahwa kebutuhan manusia berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam kepemilikan orang lain, dan kepemilikan sesuatu itu tidak akan diberikan dengan begitu saja, namun terdapat kompensasi yang harus diberikan.

Dengan disyari’atkannya, jual beli merupakan salah satu cara untuk merealisasikan keinginan dan kebutuhan manusia, karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.29

Dengan adanya jual beli, maka manusia saling tolong menolong untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidupnya. Dengan demikian, roda ekonomi kehidupan akan berjalan dengan positif karena apa yang mereka lakukan akan menguntungkan kedua belah pihak demi kelangsungan hidup.

Ulama sepakat bahwa jual beli dan penekunannya sudah berlaku sejak zaman rasulullah hingga hari ini.30

Dari ketiga dasar hukum tersebut dapat dipahami bahwasanya jual beli dibolehkan selama mengikuti syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Jual beli telah ada semenjak masa Rasulullah, karena dengan jual beli manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

3. Rukun Dan Syarat Jual Beli

28Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer,…,hlm 23

29Dimyauddin Djuwaini, pengantar fiqh muamalah,…,hlm.73

30Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, ( Bandung: PT Al-Ma’arif, 1987), juz 12, hlm.45

(29)

Dalam melaksanakan jual beli, terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Secara bahasa rukun yaitu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan31 sedangkan syarat yaitu ketentuan(peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan.

Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’.dalam menentukan rukun jual beli terdapat perbedaan ulama hanafiyah dengan jumhur ulama.

Rukun jual beli menurut ulama hanafiyah hanya satu, yaitu ijab dan qabul.

Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan(

rida/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang.

Akan tetapi, jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu:

a. Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli).

b. Ada shighat(lafal ijab dan qabul) c. Ada barang yang dibeli.

d. Ada nilai tukar pengganti barang.32

31Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,2002),hlm.966

32Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm. 114-115

(30)

Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan jumhur ulama diatas adalah sebagai berikut:

a. Syarat orang yang berakad

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat:

1) Berakal, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil, yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil yang sudah mumayyiz, menurut ulama hanafiyah, apabila akad yang dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya, seperti menerima hibah, wasiat, dan sedekah,maka akadnya sah.sebaliknya apabila akad itu membawa kerugian bagi dirinya, seperti meminjamkan hartanya kepada orang lain, mewakafkan, atau menghibahkannya, maka tindakan hukumnya ini tidak boleh dilaksanakan.

Apabila transaksi yang dilakukan anak kecil yang telah anak kecil yang telah mumayyiz mengandung manfaat dan mudharat sekaligus. Seperti jual beli, sewa menyewa, dan perserikatan dagang, maka transaksi ini hukumnya sah, jika walinya mengizinkan. Dalam kaitan ini, wali anak kecil yang telah mumayyiz itu benar-benar mempertimbangkan kemaslahatan anak kecil itu.

2) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya, seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual, sekaligus pembeli. Misalnya, rudi menjual sekaligus membeli barangnya sendiri. Jual beli seperti ini adalah tidak sah.33

33Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah,…, hlm. 115-116

(31)

b. Syarat yang terkait dengan ijab qabul

Para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul itu adalah sebagai berikut:

1) Orang yang mengucapkan telah baliqh dan berakal menurut jumhur ulama atau telah berakal menurut ulama hanafiyah. Sesuai dengan perbedaan mereka dalam syarat-syarat orang yang melakukan akad yang disebutkan diatas.

2) Qabul sesuai dengan ijab.

Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majlis. Ulama hanafiyah dan malikiyah mengatakan bahwa antara ijab dan qabul bias saja diantara waktu, yang diperkirakan bahwa pihak pembeli sempat untuk berfikir, namun ulama syafi’iyah dan hanabilah berpendapat bahwa jarak antara ijab dan qabul tidak terlalu lama, yang dapat menimbulkan dugaan bahwa objek pembicaraan telah berubah.

Akan tetapi ulama hanafiyah berpendapat bahwa transaksi jual beliharus dilakukan dengan ucapan yang jelas atau sindiran melalui ijab dan qabul.34

Syarat sah ijab qabul menurut para ulama adalah:

a. Menurut ulama malikiyah, yang menjadi syarat dari ijab qabul yaitu:

1) Tempat akad harus bersatu.

2) Pengucapan ijab dan qabul tidak terpisah.

b. Menurut ulama hambali, yang menjadi syarat dalam ijab qabul yaitu:

34Abdul Rahman Ghazaly, fiqh muamalat,…,hlm. 73-74

(32)

1) Berada ditempat yang sama.

2) Tidak terpisah, antara ijab dan qabul tidak terdapat pemisah yang menggambarkan adanya penolakan.

3) Tidak dikaitkan dengan sesuatu. Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak berhubungan dengan akad.35

c. Syarat barang yang dijual belikan

Adapun syarat barang/benda yang diperjual belikan sebagai berikut:

1) Barang itu ada atau tidak ditempat ditempat tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupan untuk mengadakan barang itu.

2) Dapat bermanfaat dan juga dimanfaatkan oleh manusia. Maka bangkai,khamar, dan darah tidak sah menjadi obyek jual beli, karena dalam pandangan syara’ benda-benda seperti itu tidak bermanfaat bagi muslim.

3) Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimilki seseorang tidak boleh diperjual belikan.

4) Boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.36

5) Suci atau untuk disucikan serta tidaksah menjual benda –benda najis seperti anjing, babi, dll

6) Jangan ditaklik, yaitu dikaitkan atau digantungkan dengan hal-hal lain.

7) Tidak dibatasi waktunya.

8) Dapat diserahkan dengan cepat atau lambat.

9) Barang yang diperjualbelikan harus diketahui banyaknya37

35Rachmad Syafe;I, Fiqh Muamalah,…,Hlm. 80-84

36Abdul Rahman Ghazaly, fiqh muamalat,…,hlm. 75

(33)

Syarat barang yang diperjual belikan menurut para ulama, yaitu:

a. Menurut ulama hanafiyah.

1) Maq’qud alaih harus ada, tidak boleh akad atas barang yang tidak ada, seperti jual beli buah yang belum tampak atau jual beli yang anak hewan yang didalam kandungan.

2) Harta harus kuat, tetap dan bernilai, yakni benda yang mungkin dapat dimanfaatkan dan bernilai.

3) Benda tersebut milik sendiri.

4) Dapat diserahkan.

b. Menurut ulama syafi’iyah 1) Suci.

2) Bermanfaat.

3) Dapat diserahkan..

4) Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain.

5) Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang berakad.

c. Menurut ulama Hambali 1) Harus berupa harta.

2) Milik penjual secara sempurna.

3) Baranng dapat diserahkan ketika akad.

4) Barang diketahui oleh penjual dan pembeli.

5) Harga diketahui oleh kedua belah pihak yang berakad.

6) Terhindar dari unsur-unsur yang menjadikan akad tidak sah.

37Hendi suhendi, fiqh muamalah,…,hlm.72

(34)

4. Macam-Macam Jual Beli

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya,jual beli ada dua macam jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum, dari segi objek jual beli dan pelaku jual beli.

Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat imam taqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk:

ِّفُص ْوَم ٍئْيَش ُعْيَب َو ٍةَدَهاَشُم ٍنْيَع ُعْيَب ٌةَشلآَش ُع ْوُيُبْلا ِّف

ِّةَّمَّذ لاى ْيَع ُعْيَب َو ْدِّهاَشُت ْمَل ٍةَبِّئاَغ ٍن

Artinya: “jual beli itu ada tiga maca:1) jual beli benda yang kelihatan, 2 )jual beli yang disebutkan,3) jual beli benda yang tidak ada”.38

Jual beli benda yang kelihatan adalah pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjual belikan akan di depan penjual dan pembeli.hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli beras di pasar.

Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam (pesanan), menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.

Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahan sebagai berikut ini:

38Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2005), hlm.75

(35)

a. Ketika melakukan akad salam, disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang, maupun diukur.

b. Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bias mempertinggi dan memperendah harga barang itu, umpamanya benda tersebut berupa kapas,sebutkansemua identitasnya yang dikenal oleh orang-orang yang ahli dibidang ini yang menyangkut kualitas barang tersebut.

c. Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa didapatkan di pasar.

d. Harga hendaknya dipegang di tempat akan berlangsung.39

Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang oleh agama islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak. Sementaa itu, merugikan dan menghancurkan harta benda seseorang tidak diperbolehkan.

Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga bagian,yaitu:

a. dengan lisan b. dengan perantara c. dengan perbuatan.

Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti dengan isyarat karena isyarat

39Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah,….hlm.76

(36)

merupakan pembawaan alami dala menampakkan kehendak. Hal yang dipandang dalam akad adalah maksud atau kehendak dan pengertian, bukan pembicaraan dan pernyataan.40

Menurut Hanafiyah, akad jual beli terbagi menjadi:

a. sahih b. fasid c. bathil.

Akad sahih adalah akad yang disyariatkan secara asalnya(rukun terpenuhi secara sempurna) ataupun syarat yang melekat dalam akad terpenugi dan tidak berhubungan dengan hak orang lain serta tidak ada khiyar didalamnya.

Jual beli fasid adalah akad yang secara asal disyari’atkan, akan tetapi terdapat masalah atas sifat akad tersebut.41

Akad bathil adalah akad yang salah satu rukunnya tidak terpenuhi.

Artinya, penjual bukan orang yang kompeten( tidak memiliki ahliyah atau wilayah) atau objek tidak dapat diserah terimakan.

Jual beli bathil terdiri dari:

a. Jual beli ma’dum (benda tidak ada)

Jual beli ma’dum adalah jual beli yang dilakukan terhadap sesuatu yang tidak ada atau belum ada ketika akad. Ulama sepakat atas ketidak adsahan akad ini. Misalnya menjual mutiara yang masih berada dalam lautan, menjual buku

40Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah,…,hlm.77

41Dimyauddin Djuaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2010), hlm. 74

(37)

yang belum dicetak, menjual hewan yang masih dalam perut induknya.42 Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

راخبلا هاور(...ةلبحلا لبح عيب نع يخ م.ص يبنلا نا هنع الله يضر رمع نبا نع )ي

Artinya: dari ibnu umar ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang jual beli anak binatang yang masih dalam perut induknya…(H.R. Bukhari).

b. Menjual barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli

Kalangan ulama hanafiyah, malikiyah dan syafi’iyah berpendapat bahwa tidak sah melakukan jual beliterhadap sesuatu yang tidak dapat diserah terimakan.

Seperti menjual ikan yang ada dilaut, dam menjual burung yang sudah terbang diudara. Jual beli ini dilarang karena tidak memenuhi ketentuan syari’at islam.43 c. Jual beli yang mengandung unsur gharar (penipuan)

Jual beli gharar yaitu jual beli yang pada lahirnya baik tetapi dibalik itu terdapat unsur-unsur penipuan,contohnya orang yang memperjual belikan buah- buahan yang diatasnya bagus tetapi dibawahnya terdapat yang kurang bagus supaya tidak kelihatan oleh pembeli, maka jual beli ini termasuk gharar (penipuan). Yang termasuk jual beli gharar yaitu:

1) Jual beli muzabanah

Jual beli muzabanah yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang kering. Seperti menjual padi kering dengan bayaran padi basah sedang.

42Dimyauddin Djuaini, Pengantar Fiqh Muamalah,….,hlm.82

43Dimyauddin Djuaini, Pengantar Fiqh Muamalah,….,hlm. 83

(38)

Ukurannya dengan ditimbang sehingga akan merugikan pemilik padi kering.44 Jual beli seperti ini berdasarkan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

َّلَس َو ِّهْيَلَع الله ىَّلَص َّيِّبِّّناَأ ُهْنَع الله َي ِّض َر ٍرِّباَج ْنَع َو َم

ىَهَن َلَقاَحُملا ْن َع ُمْلا َو ,ِّةَنَبا َزُمْا َو ,ِّة

,ِّة َرَباَخ

َخْلا ها َو َر ( َمَلْعَت ْنَأ َّلِّا ,اَيْنَّشلا ْنَع َو َنْبا َّلِّا ُةَسْم

َم ِّص َو ,ْه َجا َّتلا ُهَخَّخ )يِّذِّم ْر

Artinya :”Dari Jabir Radhiyallahu Anhu bahwasanya Nabi SAW melarang jual beli dengan cara muhaqalah, muzabanah, mukhabarah, dan tsunaya,kecuali jika diketahui”. (HR. Al-Khamsah kecuali ibnu Majah.

Hadis ini dishahihkan oleh At-tarmidzi)45 2) Jual beli Mulamasah dan Munabadzah

Jual beli mulamasah adalah jual beli dengan cara menyentuh barang dan jual beli munabazah adalah jual beli dengan cara melempar barang46 jual beli ini dilarang berdasarkan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

َمَّلَس َو ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِّالله ُل ْوُس َر ىَهَن َلاَق ٍسَنَأ ْنَع َو ْنَع

َخُملا لْا َو ,ِّةَلَقا ِّةَسَم َللُمْا َو ,ِّة َرَضاَخُم

,

)يراخبلا هاور( ِّةَنَبا َزُملْا َو,ِّةَذَباَنُمْلا َو

Artinya: Dari Anas Radiyallahu Anhu, dia berkata “Rasulullah SAW melarang

transaksi jual beli dengan cara muhaqalah, muqhadharah, mulamasah,munabadzah,dan muzabanah” (HR. Al-Bukhari)47

3) Jual beli Hadhir Lil Bad dan Talaqqi Rukban

Jual beli hadhir lil bad adalah jual beli yang dilakukan dengan cara menghadang pedagang dari desa yang belum tahu hargapasaran. Talaqqi rukban adalah transaksi jual beli, dimana supplier menjemput produsen yang sedang

44Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat,…,hlm.85

45Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, Subulus as-Salam Syarah Bulughul Maram,…,hlm.351

46Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat,…,hlm.86

47Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, Subulus as-Salam Syarah Bulughul Maram,…,hlm.353

(39)

dalam perjalanan menuju pasar48 jual beli seperti ini dilarang berdasarkanhadis Rasulullah SAW yang berbunyi:

َلاَق :َلاَق اَمُهْنَع ُالله َي ِّض َر ٍساَّبَع ِّنْبِّا ْنَع ِّس ُوَاض ْنَع َو َر

ْوُس ِّالله ُل ُالله ىَّلَص َمَّلَس َو ِّهْيَلَع

َلَع ٌقَفَّتُم(...ٍدَابِّل ٌر ِّضاَح ْعِّبَي َلا َو,َناَبْك ُّرلا اوُّقَلَتَلا َهْي

َّللا َو, َخُبْلِّل ُظْف ْي ِّرا )

Artinya: “Dari Thawus dariinmu abbas, dia berkata,”Rasulullah SAW bersabda,janganlah kamu menghadang rombongan (pedagang)di tengah perjalanan (untukmemberi barang dagangan mereka sebelum sampai pasar) dan janganlah orang kota menjualkan barang dagangan orang kampong” (Muttafaq Alaih, dan lafazhnya adalah lafazh Al- Bukhari)49

d. Jual beli benda najis

Ulama hanafiyah, malikiyah, syafi’iyah dan hanabilah berpendapat bahwa tidak sah melakukan jual beli bangkai, khamar, babi dan darah karena benda- benda tersebut termasuk najis.hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

ُس َر َعِّمَس ُهَّنَا اَمُهْنَع ُالله َي ِّض َر للا دْبَع ِّنْب ِّرِّباَج ْنَع َو ُل ْو

ِّالله َص َع ُالله ىَّل َع ُل ْوُقَي َمَّلَس َو ِّهْيَل

َما )ِّهْيَلَع ٌقَفَّتُم(... ِّما َنْصَلأْا َو , ِّرْي ِّزْن ِّخْلا َو ,ِّة َتْي َمْلا َو , ِّرْمَخلْا َعْي َب َم َّرَح َالله َّنِّا َةَّكَمِّب َوُه َو ,ِّحْتَفْلْا

Artinya :”sesungguhnya Rasulullah SAW menjualkan jual beli khamar, bangkai, babi dan berhala”(HR. Bukhari)50

e. Jual beli urbun

Jual beli urbun adalah jual beli yang dilakukan dengan perjanjian di mana pembeli menyerahkan uang seharga barang dengan syarat apabila pembeli tertarik

48Dimyauddin Djuaini, Pengantar Fiqh Muamalah,….,hlm. 94

49Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, Subulus as-Salam Syarah Bulughul Maram,…,hlm.355

50Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, Subulus as-Salam Syarah Bulughul Maram,…,hlm.310

(40)

dan setuju dengan barang tersebut maka jual beli itu dilakukan. Apabila pembeli tidak tertarik dan tidak setuju dengan barang tersebut maka barangnya dikembalikan kepada penjual dan uang yang telah diberikan pembeli menjadi hibah bagi penjual.51

f. Jual beli air

Salah satu syarat jual belia adalah benda yang diperjualbelikan merupakan milik sendiri,maka tidak sah memperjualbelikan benda-benda yang dimiliki secara bersama oleh manusia, seperti air sungai, air danau, air laut dan air sumur umum disuatu negeri. Hal ini berdasarkan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِّالله ُلُس َر َلاَق ِّالله ِّدْبَع ِّنْب ِّرِّباَج ْنَع َو َو

ِّمَّلَس ْيَب ْنَع َف ِّع َمِّلْسُه هاور( ِّءاَملْا ِّلْض )

Artinya: Darijabir ra beliau berkata: Rasulullah SAW melarang kami memperjualbelikan air” (HR.Muslim)52

Dari berbagai tinjauan, ba’i dapat dibagi menjadi beberapa bentuk sebagai berikut:

a. Ditinjau dari sisi objek akad ba’i dibagi menjadi3 yaitu:

1) Tukar menukar uang denganbarang,misalnya tukar menukar mobil dengan rupiah.

2) Tukar menukar barang dengan barang. Misalnya tukar menukar buku dengan jam.

51Dimyauddin Djuaini, Pengantar Fiqh Muamalah,….,hlm. 90

52Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, Subulus as-Salam Syarah Bulughul Maram,…,hlm.334

(41)

3) Tukar menukar uang dengan uang. Misalnya tukar menukar rupiah dengan real.

b. Ditinjau dariwaktu serah terima, ba’I dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Barang dan uang diserah terima dengan tunai.

2) Uang dibayar dimuka dan barang menyusul pada waktu yang disepakati, ini dinamakan salam.

3) Barang diterima dimuka dan uang menyusul, misalnya jual beli kredit.

4) Barang dan uang tidak tunai(jual beli utang dengan utang).

c. Ditinjau dari cara penetapan harga, ba’I dibagi menjadi 2:

1) Ba’i musawamah (jual beli dengan cara tawar menawar), yaitu jual beli dimana pihak penjual tidak menyebutkan harga pokok barang, akan tetapi menetapkan harga tertentu dan membuka peluang untuk ditawar.

2) Ba’i amanah, yaitu jual beli dimana pihak penjual menyebutkan harga pokok lalu mentebutkan harga jual barang tersebut.

5. Tujuan dan Manfaat Jual Beli Tujuan jual beli antara lain:

a. Tujuan yang sifatnya individual, yaitu kepentingan materi semata, maka tujuan jual beli itu adalah untuk mendapatkan keuntungan.

b. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan, yaitu untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga.

Manfaat jual beli antara lain:

a. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang menghargai hak milik orang lain.

(42)

b. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan atau suka sama suka.

c. Masing-masing pihak merasa puas. Penjual melepas barang dagangannya dengan ikhlas dan menerima uang, sedangkan pembeli memberikan uang dan menerima barang dagangan dengan puas pula. Dengan demikian, jual beli juga mampu mendorong untuk saling bantu antara keduanya didalam kebutuhan sehari-hari.

d. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram (batil).

Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa:29

































Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”.

Penjual dan pembeli mendapat rahmad dari Allah SWT. Rasulullah bersabda:

ْمَس ًلُج َر ُالله َم ِّح َر :َلاَق مَّلَس َو ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِّالله ُل ْوُس َر َّنَأ اَمُهْنَع الله ِّدْبَع ِّنْبا ِّرِّباَج ْنَع اَذِّإ اًح

)ىذمرتلاو ىراخبلا هااور( ىَضَتقا اَذِّا َو ى َرَتشا َذِّا َو َعاَب

Artinya:Dari Jabir bin Abdillah r.a bahwasanya Rasulullah SAW,

bersabda:”dirahmati allah orang yang berlapang dada bila ia berjualan, membeli, dab bila ia menagih hutang”.(HR. Bukhari dan Tirmizi).

e. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.

(43)

Keuntungan dan laba dari jual beli dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan hajat sehari-hari. Apabila kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi, maka diharapkan ketenangan dan ketentraman jiwa dapat tercapai.53

6. Prinsip-prinsip jual beli a. Dilihat dari zatnya

1) Asas suci zatnya

Maksudnya disisni adalah barang yang diperjual belikan itu harus dalam keadaan suci zatnya dan benda itu tidak tergolong kepada benda yang haram dalam agama islam seperti jual beli najis, bangkai, darah, daging babi, dan lain- lain.

2) Azaz manfaat

Setiap barang itu harus mempunyai manfaat bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Barang yang bermanfaat dalam jual beli itu adalah sesuatu yang bernilai guna untuk mendatangkan pengaruh positif bagi kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Apabila manfaat yang terdapat pada barang yang diperjual belikan itu sudah diketahui, maka hasil dari pelaksanaan jual beli itu tidak sia-sia atau mubazir.

b. Dilihat pada proses bermuamalah

1) Niat, dalam melakukan jual beli niat merupakan sesuatu yang sangat menentukan nilai suatu perbuatan tergantung kepada niat, sehingga menjadi tolak ukur untuk membedakan ikhlas atau tidaknya seseorang.

53Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat,…,hlm.87-88

Referensi

Dokumen terkait

Reading this book with the title Gallimaufry: A Hodgepodge Of Our Vanishing Vocabulary By Michael Quinion will allow you recognize

Majelis Taklim Al-Faruq dalam setiap pekannya menyajikan materi kajian dengan jadwal rutin yang telah terstruktur, adapun jadwal pekanan kajian Islam Al-Faruq antara lain;

Isjoni (2011:41) menejelaskan bahwa ada lima hal yang membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok lainnya, yaitu (1) positive independence, (2) interaction

Pemungutan suatu pajak dikatakan menimbulkan distorsi, apabila pemungutan pajak tersebut tidak netral atau tidak memenuhi keadilan dalam pembebanan pajak

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ditemukan telur ayam ras yang dijual di swalayan daerah Darussalam Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh

(seratus empat) orang, yang terdiri dari 69 orang Program Studi Manajemen dan 35 orang Program Studi Akuntansi yang namanya tercantum dalam lampiran Surat

Dengan demikian, hipotesis yang diterima adalah hipotesis Ha, yaitu terdapat interaksi antara pemanfaatan CD komputer BSE (klasikal dan kelompok kecil) dengan motivasi

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden baik pihak ESL EXPRESS maupun pihak pengirim barang. Utnuk mengetahui