• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PARADIGMA HUKUM; Periode Klasik Dan Modern 39

B. Paradigma Hukum Pada Masa Modern

Abad 16 diyakini sebagai awal masa disebut sebagai masa modern dalam perkembangan peradaban manusia, termasuk ke-majuan pemikiran hukumnya. Pada zaman modern ini, pemikiran hukum para filsuf berbeda pada masa Yunani Kuno. Rasio ma -nusia sudah tidak lagi dianggap sebagai penjelmaan rasio Tuhan. Dari rasio manusia yang dianggap mandiri itu menuntun pada pemikiran hukum yang lepas sama sekali dengan hukum Tuhan. Akal pikiran manusia dibiarkan menari-nari untuk mencari apa dan solusi atas kebutuhan hidupnya. Mungkin ini adalah cikal bakal dari rasionalisasi dan sekularismen dalam sejarah perada-ban manusia.

Ajaran gereja yang semula menjadi rujukan para filsuf dan il -muan menjadi sesuatu yang periferial. Agama mulai ditinggalkan, masa kelam agama dimulai dari sini. Kristen pecah menjadi Kato-lik dan Protesten serta agama Islam meredup masa kejayaannya. Masa ini adalah awal kejayaan para ilmuan, agama disingkirkan dan penguasa tidak lagi dipahami sebagai wakil atau tangan pan-jang Tuhan di dunia. Di zaman inilah kita mengenal kisah per-lawanan sekaligus penindasan dari penguasa atas nama agama terhadap ilmuan.

Tokoh-tokoh filsuf yang hidup dan berjaya pada zaman ini diantaranya adalah; Jhon Locke (1632-1704), JJ. Rousseau (1712-1778) dan Immanuel Kant (1724-1804)

1. Jhon Locke (1632-1704)

John Locke lahir di Wrington Inggris pada tahun 1963 dan menjadi salah satu orang Inggris yang terkenal pada abad ke-17. Sejak muda ia sudah menggandrungi ilmu pengetahuan, diantara teman-temannya adalah ilmuan kelas dunia, dian-taranya Isaac Newton dan Robert Boyle. Locke juga pernah memperoleh gelar di bidang medis dan sesekali membuka praktek, bahkan ia pernah menjadi dokter keluarga Pengeran Shaftesbury. Selain cinta ilmu, ia juga aktif di bidang poli -tik, teori tentang pemisahan kekuasaan John Locke-lah cikal bakalnya dan pada abad berikutnya dikembangakan oleh Montesqui. Sebab aktifitas politiknya, ia pernah dipenjara oleh Raja Charle II. Locke juga pernah melarikan diri ke Be-landa karena aktivitas politiknya dan baru pulang ke Inggris setelah tergulingnya Raja James II oleh revolusi yang berhasil. John. Locke mendapat julukan “bapak filsafat liberal” (http:// www.let.rug.nl/usa).

Sebagai penganut faham empirisme, pandangan hu -kum Locke jelas menegaskan pahamnya. Paham empirisme Locke lebih radikal, ia hanya mengakui bahwa yang disebut pengetahuan hanyalah yang benar-benar timbul dari pe-ngalaman-pengalaman. Akal budi hanya mengkombinasikan kesan-kesan yang ada dalam pengalaman itu yang kemudian disimpulkan menjadi ide-ide yang abstrak dan umum.

Pemikirannya yang demikian itu dalam ranah hukum di-tuangkan dalam teorinya yang disebut dengan teori kontrak. Inti dari pemikiran (teori) ini adalah bahwa ketundukan ma-syarakat terhadap hukum karena perjanjian yang dibuat ber-sama untuk tunduk pada hukum yang dibuat itu (pengala-man yang benar terjadi). Teori ini merembet pada kekuasaan raja, bahwa raja tidak sepenuhnya memiliki kekuasaan (ab-solut), tidak memiliki hak aboslut di atas hak rakyatnya, hak dibagi berdasarkan perjanjian, mana yang menjadi hak raja dan mana yang menjadi hak rakyat. Agar masing-masing hak itu mendapat jaminan hukum, maka harus dituangkan dalam peraturan perundangan.

2. JJ. Rousseau (1712-1778)

Jean-Jacques Rousseau lahir di Jenewa Swiss pada tanggal 28 Juni 1712 dan meninggal pada tanggal 2 Juli 1778 di Erme-noville Prancis. Rousseau merupakan filsuf paling terkemuka pada zaman enlightment Prancis.

Masa kecilnya dilalui dengan sulit, ibunya meninggal du-nia setelah tidak berapa lama melahirkannya. Pada usia 10 ta-hun, ayahnya di usir daari Jenewa karena suatu masalah, dan ia sendir pada usia 16 tahun akhirnya meninggalkan tanah kelahirannya.

Masa remajanya tidak jauh beda, ia menjadi anak bengal, terlibat cinta dengan banyak wanita. Salah satunya dengan Therese Levasseur yang ujung-ujungnya punya lima anak di luar perkawinan (http://kolom-biografi.blogspot.com).

Perubahan kehidupan Rousseau berawal dari penghar-gaan yang diperoleh dari Akademi Dijon, ia menjadi juara satu dalam lomba penulisan esai apakah seni dan ilmu penge-tahuan bermanfaat untuk kemanusiaan. Dari sinilah kepopu-lerannya dimulai, kemudian lahir karya-karya besarnya.

Rousseau juga dianggap pencetus teori perjanjian ma-syarakat (contract social). Menurutnya, manusia terlahir be-bas, tetapi dimana-mana ia terbelenggu. Menurut Rousseau dasar negara bukan (hukum) alam ataupun hukum Tuhan, melainkan perjanjian. Perjanjian masyarakat itu dimungkin-kan karena hakekat kebebasan yang melekat pada diri manu-sia. Kemerdekaan hanya bisa tegak dalam persamaan, yaitu pengakuan akan kehendak bersama. Kehendak bersama itu merupakan abstraksi dari keseluruhan kehendak masing- masing warga negara.. Atas dasar abstraksi itulah kedaulatan yang absolut, tidak terbagi dan tidak dapat dialihkan, (ke-daulatan) berada pada rakyat. Dalam hukum, baik publik maupun perdata, abstraksi ini kemudian menjadi dasar dari teori tentang pengalihan hak. Pada gilirannya mekanisme pengalihan hak membuka kemungkinan untuk berbagai tran-saksi hukum di semua bidang (B. Kusumohamidjojo, 2004: 76-77).

3. Immanuel Kant (1724-1804)

Immanuel Kant dianggap sebagai ilmuan besar Jerman pada zaman modern, lahir di Königsberg pada tahun 1724. Ayahnya bernama Johann Georg Kant, seorang ahli pembuat

baju besi, ibunya bernama Anna Regina dan meninggalkan Kant pada saat Kant berumur 13 tahun.

Pendidikan dasarnya ditempuh Kant di Saint George’s Hospital School, kemudian dilanjutkan ke Collegium Frederi-cianum, sebuah sekolah yang berpegang pada ajaran Pietist. Keluarga Kant memang penganut agama Pietist, yaitu agama di Jerman yang mendasarkan keyakinannya pada pengalaman religius dan studi kitab suci. Pada tahun 1740, Kant menem-puh pendidikan di University of Konigsberg dan mempelajari tentang filosofi, matematika, dan ilmu alam.Untuk menerus -kan pendidi-kannya, dia bekerja sebagai guru privat selama tujuh tahun dan pada masa itu. Pada tahun 1755-1770, Kant bekerja sebagai dosen sambil terus mempublikasikan bebera-pa naskah ilmiah dengan berbagai macam topik. Gelar profe -sor didapatkan Kant di Konigsberg pada tahun 1770 (http:// al-jadiyd.blogspot.com).

Paham filsafat Kant berbeda dengan Rousseau. Kant ber -paham transendentalisme, bahwa pengetahuan itu tidak be-rasal dari pengalaman-pengalaman yang kemudian disusun menjadi postulat-postulat yang bersifat abstrak dan umum. Baginya pengalaman tidak pernah menghasilkan suatu pe-ngetahuan yang mutlak dan umum. Tetapi pengalaman ha-nya menghasilkan pengetahuan yang bersifat konkrit pada saat tertentu dan sangat mungkin tidak berlaku pada situasi dan waktu yang lain (Theo Hujibers, 1982: 94). Pengalaman sangat bersifat pribadi dan emosional. Kant menggunakan akal budi sebagai dasar-dasar terciptanya pengetahuan.

Pandangannya terhadap hukum adalah bahwa hu-kum merupakan pengetahuan praktis. Menurutnya ada dua pendekatan untuk memahami gejala hukum; empris dan

kenyataan yang ada dan dapat menjadi isi tata hukum dalam negara-negara. Adapun secara metafisis menelisisk dari prin -sip-prinsip umum hukum yang selalu berlaku dimana-mana karena berasal dari akal budi manusia. Menurut Kant juga bahwa hukum baru akan timbul bersamaan dengan perkem-bangan kehidupan manusia (Theo Hujibers, 1982: 97).