• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARALEL GROUP DISCUSSION RUANGAN

Dalam dokumen PROSIDING KNHTN 3 (Halaman 158-200)

Tema: Sumber, Pengelolaan, dan Pengawasan Dana Partai 1. SESI I (10.30-12.30 WIB)

Hari/Tanggal : Selasa, 6 september 2016 Moderator : Charles Simabura, S.H,M.H

Narasumber :

- Magnus Ohman

- Prof. Dr. Ramlan Surbakti - Pipin Sopian (DPP PKS)

Moderator: Charles Simabura,S.H,M.H

Bapak ibu yang saya hormati kita akan mulai sesi ketiga dari pelaksanaan konferensi yaitu PGD pada grup ini kita akan mendiskusikan tentang pengelolaan transparansi dana di partai politik atau uang partai. Sudah hadir para peserta call paper, para peninjau yang saya hormati perwakilan dari beberapa Negara sahabat dan juga narasumber pemancing dalam perspektif teori maupun perbandingan di beberapa Negara. Di hadapan kita saya perkenalkan pertama adalah Profesor Ramlan Soebakti, semua yang dari Indonesia pasti tahu beliau, jadi kalau saya perkenalkan ini justru merendahkan kepopuleran beliau, jadi tidak saya perkenalkan lagi siapa beliau inilah dia pakar politik, pakar pemilu, mantan komisioner KPU. Beri applause yang meriah kepada Berikutnya ada bapak Magnus Ohman beliau salah satu peneliti senior di IFES terutama dalam bidang pendanaan partai, manajemen partai dan transparansi partai politik kita berharap pak Magnus bisa berbagi pengalaman bagaimana kemudian pengalaman IFES di beberapa negara tidak hanya di Indonesia. Yang disebelah ujung sebelah kanan, the right side, beliau dari DPP Partai Keadilan Sejahtera(PKS), bapak Pipin Sopian, sekarang adalah ketua departemen politik DPT Partai Keadilan Sejahtera, kita akan minta pandangan beliau, mudah-mudahan mewakili partai karena jangan sampai beliau disini hadir sebagai pribadi saja sehingga aspirasi kita nanti tidak bisa sampai nanti ke partai. Saya yakin karena beliau ditunjuk secara resmi ya kita minta nanti apa apa yang betul-betul disampaikan itu betul-betul aspirasinya partai, jadi Pak Pipin nantinya jangan menilai

ini pendapat pribadi saya, jangan, karena itu jadi juga nanti, harus kita berharap ini sikap dari PKS. Beri applause kepada pak Pipin dan juga Pak Magnus Ohman

Waktu kita adalah sampai pukul 12.30 jadi kita punya waktu hampir satu setengah jam, saya mohon kepada para pemancing diskusi untuk disiplin menggunakan waktu. Mohon maaf prof, nanti jangan bilang saya kurang ajar ya prof kalau nanti di cut. Masing-masing saya kasih sepuluh menit, dengan nanti berharap 30 menit selesai, satu jam kita bisa diskusi. Kesempatan pertama saya persilakan dulu Prof. Ramlan. Silakan prof.

Prof. Ramlan Soebakti:

Disiplin waktu ini terutama membahas bidang seperti ini susah dipenuhi, apalagi ini materinya satu semester disuruh bicara sepuluh menit. Ibu bapak sekalian saya ingin berbicara 3 poin, poin pertama biar kita punya titik tolak yang sama, pertama mengenai partai politik, itu saya menyebut sekurang-kurangnya ada 3 unsur yang harus dipenuhi supaya bisa menjadi partai politik. Saya tidak bicara dari segi yuridis ya.

1. Ada sekelompok warga yang secara sukarela membentuk partai politik dan menjadi anggota.

2. Sudah punya ideology atau cita-cita politik. Apa yang dimaksud cita-cita politik Negara dan bangsa macam apa yang mau dia bangun.

3. Terus yang ketiga dari organisasi, organisasi itu system perang ada tujuan ideology partai tadi atau tujuan itu maka timbul berbagai tugas untuk itu ada pembagian kerja.

Saya mengikuti pandangan dalam ilmu politik yang memandang kalau dalam bahasa Inggris bisa disebut political party is necessary but not sufficient for functioning democratic political system.Jadi partai politik itu necessary(mutlak) tapi tidak cukup hanya partai politik saja untuk berfungsinya suatu system politik demokrasi. Jadi mudah saja, kenapa partai politik saya sebut necessary karena ada juga yang tidak sependapat. Kalau tidak salah di satu jurnal saya baca, partai politik tidak perlu untuk berdemokrasi. Nyatanya katanya ada beberapa Negara pulau di Pasifik Selatan yang tidak ada partai politik. Partai politik dijalankan oleh kepala suku, tapi saya kira saya lihat secara universal, partai politik necessary but not sufficient for functioning of

democratic political system. Mengapa necessary, mengapa partai itu mutlak? Karena dia menjalankan empat fungsi, mungkin agak beda dengan yang disampaikan pak Saldi tadi,satupartai politik itu jembatan antara warga Negara dengan Negara. Maka partai merekrut warga Negara baik laki-laki maupun perempuan menjadi anggota partai dan partai politik menjadi wadah partisipasi.

Yang kedua, partai menyiapkan calon pemimpin, kaderisasi begitu. Setelah

menyiapkan, dia menyeleksi dan kemudian menawarkan calon pemimpin itu dalam pemilu. Jadi calon anggota DPR/DPRD, calon Presiden, atau calon kepala daerah. Yang ketiga, merumuskan rencana kebijakan public kalau di Indonesia disebut visi misi program, merumuskan rencana kebijakan public berdasarkan aspirasi rakyat fungsi representasi partai politik itu dituntun oleh ideology partai tadi. Tadi dalam forum di Indonesia katanya symbol pajak, kalau saya menyebut ideology partai di Indonesia lebih banyak digunakan sebagai tontonan. Dan hamper tidak digunakan sebagai tuntunan.

Fungsi yang ke-empat, partai mengkoordinasi bagaimana mengendalikan para kadernya yang duduk di lembaga legislative maupun eksekutif supaya untuk mereka berperan menurut garis kebijakan partai. Nanti itu bayangkan bagaimana ada suatu Negara demokrasi menerapkan demokrasi perwakilan tidak ada partai politik yang menjalankan empat fungsi itu. Bayangkan kalau setiap orang itu bisa menjadi calon anggota DPR/DPRD, Presiden, kepala daerah itu akan membingungkan sekali bagi kita pemilih, bukan hanya, kedua kemudian setiap calon itu merumuskan kebijakan public sendiri, pasti akan membingungkan. Nah partai disini tidak hanya menyiapkan calon pemimpin tapi menyeleksi sehingga yang dipilih kemudian orang yang terbaik diantara yang baik. Demikian juga dengan rencana kebijakan public yang disiapkan itu juga sudah dimatangkan. Sehingga rakyat yang memilih itu tinggal hanya memilih mana yang dianggap paling bagus. Itulah mengapa partai disebut necessary dengan menjalankan empat fungsi. Tetapi ibu bapak sekalian untuk menjalankan empat fungsi ini, saya ingin kemukakan karena kita di Indonesia menjalankan demokrasi perwakilan bukan demokrasi langsung. Demokrasi langsung (direct democracy)

mungkin tidak perlu partai politik. Tentu sekarang ini banyak Negara yang juga mulai menerapkan direct democracy tapi tidak pernah menghilangkan demokrasi perwakilan. Nah untuk menjalankan empat fungsi tadi perlu uang perlu dana, maka

dalam ilmu politik ilmuwan politik juga membuat perumusan.Money is necessary but not sufficient for functioning of democratic political party,uang itu penting, bayangkan apalagi sekarang di zaman teknologi informasi ini dana diperlukan sangat besar. Tapi uang saja tidak cukup, tetapi juga begini uang tidak pernah tidak menimbulkan masalah dalam politik, karena uang bisa digunakan untuk membeli kekuasaan, uang bisa digunakan untuk membeli kebijakan.

Nah sekarang pertanyaannya saya masuk ke poin kedua situasi keuangan partai politik di Indonesia nah ibu bapak sekalian, untuk mempersingkat kata ini, ternyata partai politik kita di Indonesia memilih/mengambil keputusan untuk mencari uang sendiri untuk partai. Mungkin dengan beberapa exception seperti PKS misalnya, dia mengumpulkan saya tidak tahu teratur apa tidak iuran, cuma di PKS sukar dibedakan ini iuran partai atau sedekah atau amal. Ya tentu konsekuensi masing-masing, kalau iuran anggota tentu dipertanggungjawabkan kepada public kalau amal gitu malah gak boleh diketahui oleh orang lain. Ya itu dua hal yang berbeda kan, misalnya PDI Perjuangan juga. Tapi sekali lagi baik PKS maupun PDIPerjuangan itu ada apa namanya tidak menerapkan itu secara rutin itu menurut pengamatan saya nanti bisa dikoreksi mungkin belum sistematis, belum kontinu begitu. Oke.

Nah kalau begitu darimana partai politik kita mencari uang untuk mendanai. Itu katanya partai politik di Negara dimanafree ride societypenumpang yang gratis saja. Nah tapi memang partai politik tidak berupaya keras mencari untuk dana misalnya dari iuran anggota dan anggota partai juga mengatakan ngapain dia bayar iuran ke partai kok gak ada insentifnya, kok gak diatasi oleh Negara oleh partai.

Ada empat strategi yang biasa digunakan nanti kita lihat yang mana yang diterapkan di Indonesia. Satu, yang ini saya kutip ini rupanya sudah pernah saya tulis di pengendalian keuangan partai politik yang diterbitkan oleh kemitraan. Yang pertama itu apa yang disebut client mass political party, partai politik pertama yang kadernya duduk di lembaga legislatif itu menggunakan kekuasaannya dalam pemerintahan untuk mencari dana dari pemerintahan kemudian dia bagikan kepada para anggota dan pekerjanya tentu diharapkan kesetiaan dan dukungannya bukan clientalistic tetapi ini hanya mungkin terjadi kalau birokrasi itu masih bisa diintervensi oleh partai. Di Indonesia apakah ada praktek seperti itu? Saya kira terutama partai yang terpilih jadi presiden. Ada yang mengatakan mengapa partai democrat bisa menang?

Jumlah kursinya sampai sejumlah 300% pada pemilu 2009. Karena menggunakan semua anggaran populis itu untuk itu. Jadi konon sudah ada markus leiser

Yang kedua, itu yang disebut partai dibiayai oleh elit partai, oleh ketua umumnya. Ketua umum itu dari para pengusaha dan tentu dari usahanya sendiri, kalau dia pejabat itu juga dari pengusaha tapi karena dia memberi keamanan kepada pengusaha itu Di Indonesia itu diterapkan tapi tidak hanya dari ketua umum juga semua anggota kader partai duduk di lembaga legislative maupun eksekutif dipotong gajinya, kecuali Nasdem. Nasdem saya dengar, itu tidak memotong gaji anggota DPR/DPRD tentu harus ada yang menanggung yang menanggung pak Surya Paloh. Tentu juga punya konsekuensi kan jadi putusan akhir juga semua pada pimpinan Nah itu elit partai yang pegang, konsekuensinya apa? Kalau pertama tadi konsekuensinya korupsi kan. Menggunakan dana public untuk kepentingan partai tertentu.

Yang kedua juga tidak demokratis karena dibiayai oleh elit partai kemudian mengatakan ngapain saya dia gak peduli dengan anggota, gak ada dalam demokrasi yang seperti itu, terjadi juga sekarang di Indonesia. Yang ketiga, partai dibiayai oleh elit eksternal, ini seperti partai yang di Italia itu, saya lupa namanya siapa ya, dia punya klub sepakbola, dia punya televisi punya radio partai. Tapi itu sekarang dia karena sexual harassment atau dia womanizing gitu akhirnya dia masuk penjara, dia tidak lagi. Tapi itu adalah partai yang didirikan dan dibiayai sendiri oleh sori ini internal ya yang eksternal maksud saya adalah dibiayai oleh tokoh mungkin pengusaha tertentu atau orang tertentu mungkin bukan pengusaha. Tentu ini juga tidak bagus partai didikte orang tertentu diluar satu dua orang tertentu. Apakah partai kita ada yang seperti itu? Ada juga, walaupun mungkin kontribusinya berapa ini terutama kita lihat waktu di pilkada itu ada namanya Bandar pilkada. Semua calon kepala daerah itu dia dikasih duit, yang dikasih paling banyak yaitu pasangan calon yang tingkat elektabilitasnya paling tinggi. Ini juga pasti tidak demokratis karena partai didikte oleh orang tertentu yang punya duit. Yang keempat disebut partai kartel, ini ada koalisi partai, bersama-sama bersepakat untuk mencari uang dari Negara. Dan yang kedua juga tujuannya menghambat munculnya partai-partai baru yang menyaingi mereka. Nah di Negara-negara eropa barat semua partai yang punya kursi di DPR dapat uang dari Negara, kalau tadi ada usul pak Saldi tadi apa

konsekuensinya? Jika kemudian partai dibiayai sepenuhnya oleh Negara akhirnya partai daripada anggota tergantung pada Negara tergantung pada dirinya sendiri. Jadi kartel itupun kalau seluruhnya makanya tadi pak haris ada semacam konvensi itu dikatakan maksimal 30% dari pengeluaran partai itu berasal dari APBN bukan dari pemerintah tapi istilah ini perlu dipahami pemerintah itu adalah di Indonesia, Presiden wakil presiden dan cabinet yang berarti peserta pemilu jadi bantuan itu bukan dari pemerintah melainkan dari Negara jadi mendapat subsidi dari Negara, itu artinya kita semua, artinya partai kita disini bisa menyampaikan hasil penelitian dia mengenai keuangan partai. Ternyata pengeluaran disini lebih banyak daripada penerimaan resmi, jadi pengeluaran partai lebih banyak dari penerimaan resmi. Karena penerimaan resmi itu tentu hanya itu apa namanya potongan gaji anggota DPR terus 180 rupiah per suara yang dipilih Negara itu, itu yang resmi. Yang tidak resmi itu kemana darimana? Kalau dulu, mungkin tiga tahun yang lalu itu dianggap sumber daya gaib itu karena gak tau misterius sekarang makin jelas kalau semua hasil korupsi. Pengeluaran yang utama partai kita ada dua yaitu satu, kongres, muktamar, munas yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 orang dari tiap-tiap kabupaten kota, wah ini memang mahal sekali ini tidak hanya transportasi dan sewa hotel tapi juga segala pernak-perniknya segala macamnya termasuk dengan oleh-olehnya gitu ya. Ingat kongres partai democrat oleh-olehnya itu adalah HP yang dibagikan oleh pak Anas itu. Oke. Kemudian pengeluaran kedua itu pemilu. Dan pemilu pun yang dilaporkan bapak ibu sekalian tidak semua yang dilaporkan dan dilaporkan juga tidak benar misalnya pemilu DPR/DPD terakhir itu misalnya penerimaan dan pengeluaran calon anggota DPR itu malah diperintahkan maksimal laporannya 400 juta jangan boleh lebih dari situ, jadi ada yang sudah dipermak laporannya. Saya tanya kenapa begitu, supaya nanti nyusun laporannya lebih mudah bahkan ada pemilu presiden kita tau semua itu kampanye di televise itu tidak dilaporkan ke KPU. Situasi keuangan poin saya adalah dari segi penerimaan resmi kecil nyatanya dari elit partai yang tidak transparan kemudian juga hasil korupsi banyak orang orang partai sudah masuk penjara karena menggunakan pendanaan Negara. Itu komisi V di DPR itu, nanti kita lihat bagaimana pembuktian di pengadilan, itu salah satu wujudnya saudara sekalian begini, ada APBN perubahan misalnya ada tambahan anggaran 50 trilyun itu dibagi dua, 25 trilyun pemerintah yang

menentukan penggunaannya 25 trilyun DPR yang menentukan penggunaannya. DPR ini siapa, 10 fraksi itu umumnya untuk infrastruktur nanti tinggal fraksi yang menentukan nanti anggarannya ke arah mana. Dia nanti mendapatkan fee-nya atau apa kontraktor nanti dalam infrastruktur ini sekali lagi tidak transparan dan tidak dipertanggung jawabkan.

Nah poin saya yang ketiga adalah perlu reformasi keuangan partai politik. Reformasi tentu dalam tiga hal, satu tentu dari segi penerimaan saya usulkan, ini sebenarnya bukan usul lagi ini sudah masuk rancangan draft RUU yang disusun oleh kemitraan pemerintah dan DPR. Sumber keuangan partai itu ada tiga, satu dari Negara, dua dari internal partai dan ketiga dari masyarakat. Dari Negara, kalau tadi pak Saldi menyebut dua scheme begitu, saya mengusulkan tiga hal dari Negara, satu yaitu subsidi dari Negara untuk membiayai fungsi pertama dan kedua partai politik itu tadi, menjadi jembatan antara warga Negara dengan Negara dalam bidang politik. Kemudian yang kedua, menyiapkan calon pemimpin(kaderisasi) itu perlu dana yang besar. Nah ini yang diperoleh dari subsidi Negara, kini terbentuknya bagaimana. Partai politik peserta pemilu yang lolos ambang batas saya bagi dua, dua kategori partai pemilu. Satu yang lolos ambang batas dan suara yang dia peroleh itu sampai 10% jadi 3,5% itu jumlah partai yang mendapat suara yang sama atau menerima jumlah yang sama dari subsidi Negara. Yang kedua, itu lebih 10% itu akan menerima subsidi yang sama dengan untuk mempunyai suara lebih dari 10% dan jumlahnya lebih besar dari kategori pertama. Ini sekali lagi berdasarkan jumlah pemilih. Yang dihormati dan dihargai itu bukan partai dan kursinya melainkan perolehan suara yang dia peroleh. Jadi itu artinya dia mandat dari pemilih. Untuk yang kedua itu menciptakan persaingan yang bebas dan adil antara peserta pemilu. Ini ada tiga bentuk subsidi Negara dalam kampanye pemilu, satu kalau ada debat di televise itu dibiayai oleh subsidi Negara. Kedua iklan kampanye melalui media cetak dan elektronik itu jenis iklan untuk semua partai ditanggung oleh Negara. Tetapi partai dimungkinkan kalau punya uang sendiri boleh menambah dua jenis iklan baru. Sekali lagi, maksimal dua dan dengan biaya sendiri. Yang ketiga, program partai bukan visi misi program tapi program yang terukur begitu yang betul-betul operasional itu digandakan dalam jumlah yang sama untuk semua partai untuk dibagikan dalam pemilu, itu wujud. Kemudian yang ketiga saudara sekalian jadi

begini mendorong partai itu sebagai lembaga demokrasi, jadi tujuan reformasi keuangan partai politik itu satu, mendorong partai politik berkembang sebagai lembaga demokrasi kemudian ada transparansi, akuntabilitas dan seterusnya. Untuk matching fund yang saya maksudkan adalah begini, partai politik yang mampu mengumpulkan iuran anggota selama setahun seratus juta Negara memberi seratus juta tapi betul-betul iuran anggota, bukan ada satu orang anggota menyumbang 100 milyar gitu kan. Betul-betul iuran anggota, nah ini maksudnya bagaimana membuat partai supaya anggota partai itu tetap berniat untuk membayar iuran. Itu berarti partai politik memang harus demokratis. Pengambilan keputusan yang sifatnya substansial dalam partai harus inklusif, ini tadi baru koma saya titik dahulu. Kalau partai demokratis artiny aanggota ikut dalam pengambilan keputusan, siapa calon dan sebagainya, dia bayar iuran itu dihitung sebagai insentif. Nah kemudian harus ada dari partai sendiri kemudian ada dari masyarakat.

Untuk pengeluaran saya ingin menyampaikan dua hal, satu pengelolaan pengambilan keputusan mengenai utang kongres dan sebagainya itu perlu diubah bukan lagi seperti yang selama ini terjadi yang mahal dan tidak demokratis melainkan pengambilan keputusan itu melalui pemilihan pendahuluan pimpinan pusat menyiapkan calon yang kompetitif begitu nanti biar anggota partai di tingkat desa/kelurahan yang memilih. Nah konvensi partai tinggal merekapitulasi dan menetapkan apa yang terpilih, sedangkan rencana kebijakan nasional oleh suatu partai draftnya disiapkan oleh partai nanti juga disetujui oleh anggota partai yang dibawah, ini murah ini lebih murah tapi lebih demokratis. Ingat, seorang politikus Jerman Robert Mitchell itu mengatakan, partai politik itu makin komplek suatu organisasi termasuk partai politik tidak akan dikelola secara demokratis melainkan oligarki. Itu terjadi dari itu kalau dibilang system seperti sekarang sampai kapanpun sampai dunia kiamatpun partai politik kita tidak akan pernah demokratis dengan struktur seperti itu. Yang mana mengurangi kebutuhan pemilih kita untuk ikut dalam transaksi jual beli suara. Jual beli suara itu ada yang memang, ada sebagian yang memang kami membuka atau mengundang serangan fajar itu berbeda. Ini orang-orang yang membutuhkan. Bagaimana lagi saya tidak yakin untuk menghilangkan sama sekali tapi mengurangi kebutuhan sebagian pemilih itu dalam transaksi jual beli itu. Bagaimana menguranginya? Dengan peningkatan pelayanan

public, pemberantasan kemiskinan absolute, peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan dan transportasi publik yang lebih murah dan lain sebagainya, itu akan mengurangi kebutuhan, keinginan untuk menjual suaranya dan pada dasarnya menjual dirinya. Itulah reformasi dari segi pengeluaran dengan tiga bentuk subsidi pemerintah seperti yang saya sebutkan ini sebenarnya sekaligus reformasi dari segi pengeluaran. Dan subsidi dari Negara itu jelas penggunaannya. Nah tentu semua in harus ada ketentuan mengenai dana kampanye, lebih besar lagi keuangan partai politik. Tadi sudah diusulkan menjadi undang-undang oleh Pusako, tentu harus ada konstitusi yang menegakkannya. Sekarang ini praktis tidak ada, KPU itu cuma punya dua kewenangan membuatkan peraturan pelaksanaan kedua menetapkan kantor akuntan public yang mengaudit, kemudian mengumumkan hasil, itu saja. Tidak punya kewenangan untuk mencari informasi, menyidik dan sebagainya. Apa institusinya? Penutupnya ada tiga pilihan, model amerika, model Inggris atau mau kita model kita sendiri. Model Amerika itu yang kita tahu, di tingkat federal tidak ada itu yang namanya KPU, Federal Election Comission yang kerjanya memang hanya menegakkan ketentuan dana kampanye tidak ada yang lain. Karena Amerika tidak punya KPU tingkat federal, KPUnya tingkat Negara bagian. Atau model Inggris, The British Election Comission, itu hanya tugasnya sederhana sekali menyelenggarakan pemilihan anggota parlemen saja, mungkin empat tahun sekali karena itu diberikan kewenangan untuk menegakkan ketentuan undang-undang kampanye. Nah tugasnya ada tiga. Ini penutup betulan penutup. Satu, memang sosialisasi mengenai ketentuan ini tapi yang kedua melatih. Jadi tadi kalau pak Saldi mengatakan BPKP, BPK dan sebagainya. Saya menyebut institusi ini yang saya usulkan sebenarnya itu Komisi Penegak Hukum Pemilu atau transformasi dari Bawaslu. Apalagi sosialisasi dan melatih itu setiap partai orang yang mampu menjalankan ketentuan ini. Tentu

Dalam dokumen PROSIDING KNHTN 3 (Halaman 158-200)