• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR TANTANGAN DEMOKRASI INTERNAL PARTAI POLITIK Moderator : Prof Dr Yuliandri,S.H.,M.H

Dalam dokumen PROSIDING KNHTN 3 (Halaman 52-69)

Narasumber :

- Prof Dr. Saldi Isra,S.H (Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas)

- Prof. Dr. Syamsuddin Haris (Kepala Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI) - Laode M. Syarif. PhD (Pimpinan KPK)

- Dr. Fahmi Idris (Politikus Senior Partai Golkar)

Moderator : Penyerahan cendera mata kepada Bapak Mentri Hukum dan HAM, oleh Bapak Dekan Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Bapak Mentri yang kami hormati, dan hadirin yang kami muliakan. Marilah kita melangkah ke acara utama, seminar Konferensi Nasional Hukum Tata Negara.

Mari kita perkenalkan narasumber pada hari ini, 1. Bapak Dr. Fahmi Idris

2. Bapak Dr. Syamshudin Haris 3. Bapak Prof. Dr. Saldi Isra

4. Sementara yang memancing diskusi adalah Bapak Prof. Dr. Yuliandri SH, MH Kepada para pembicara dan pemancing diskusi dipersilahkan. Dan selanjutnya acara akan saya serahkan kepada saudara moderator, Bapak Prof. Dr. Yuliandri SH MH, silahkan Prof..

Prof. Yuliandri: Terimakasih,

Assalamualaikum Wr, Wb.

Hadirin peserta seminar KNHTN pada pagi ini, langsung saja kita serahkan kepada narasumber untuk memberikan 10 hingga 15 menit untuk pemaparan pemikirannya. Tapi sebelum itu kita undang terlebih dahulu saudara Fery Amsari untuk menyampaikan secara ringkas hasil penelitian dari Pusako Unand yang berkaitan dengan konferensi ini. Silahkan kepada saudara Fery

Fery Amsari: (Penyampain Laporan Hasil Penelitian PUSaKO) Bismillah hirahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabara khatuh

Ibu / Bapak sekalian yang saya hormati, saya mewakili team yang terdiri dari Bapak Kairul Fahmi, Bapak Charles Simabura, itu dia dua paling belakang yang jelek. Kemudian saya mewakili Prof. Saldi Isra. Dua hal yang membedakan saya dengan prof Saldi adalah beliau adalah seorang professor tetap sedangkan saya adalah seorang profokator tetap. Untuk itu izinkanlah saya menyampaikan hasil pemikiran kami bersama dan penelitian dari Pusat Study Konstitusi.

Kita melakukan study dibeberapa daerah di Indonesia. Di NTB, di Jogja, di Pontianak, dan beberapa wilayah lain di Indonesia yang bisa bapak ibu lihat dalam hasil penelitian yang akan kita share didalam flash disk.

Penelitian ini harapannya adalah ada 5 point yang harus kita penuhi sesuai dengan tingkatannya ;

1. Memacu perspektif bahwa parpol sangatlah penting bagi kita. Nasib kita ditentukan oleh Partai Politik.

2. Melalui penelitian ini kita harapkan adanya dukungan moral pemerintah terhadap parpol melalui negara maupun badan hukum partai itu sendiri. 3. Adanya transparansi parpol. Jika sebuah parpol ingin memiliki banyak

dukungan dari public, tentu parpol harus memiliki transparansi.

4. Timbulnya demokrasi internal partai. Jika suatu negara ikut terlibat, tapi parpol tidak demokratis, maka akan banyak kerugian yang menimpa partai politik terseut.

5. Partai politik diharapkan benar-benar hadir ditengah-tengah masyarakat dan menjadi wadah demokrasi penyampaian aspirasi public dimasyarakat, dan lembaga perwakilan.

Hasil penelitian dibeberapa daerah itu intinya terdiri dari partai politik, anggota partai politik, masyarakat, dosen, dll, lengkaplah disana, yang paling banyak adalah LSM 64 persen, partai politk dan anggota [partai politik mencapai 36 persen.. ada ebberapa hal yang akan kita singgung, dan itu berkaitan dengan tema kita padahari ini dan diharapkan mampu memacu demokrasi internal partai politik., dimana

1. Yang pertama, partai diharapkan melakukan demokrasi atau membuat system demokrasi dalam pemilihan ketua.

2. Kedua, melakukan demokrasi dan pembentukan karakterr calon pemimpin, kepala daerah, bisa kita terapkan diparpol. Bukan dengan kandidat yang memiliki uang terbanyak kemudia mereka dapat maju sebagai kepala daerah. Kita juga melihat bagaimana partai menentukan kandidat legislative. Pemilihan prresiden, bagaimana kedepannya partai dapat menentukan kandidat calon-calon mentrisecara demokratis.

3. Kemudian bagaimana partai betul-betul mampu menyelesaikan segala persoalan sengketa internal partai, sehingga demokrasi benar-benar hidup didalam partai.

Apa yang terjadi saat ini, ibu bapak kita ketahui bahwa ada UU yang begitu meresahkan kita semua bagi parpol, hukum tata negara, dan orang politik, bahwasannya sengketa partai dilakukan oleh mahkamah partai, kecuali yang tidak puas boleh melakukan banding keluar. Final dan binding tapi kok pakai kecuali. Ini satu-satunya yang terjadi.

Ada yang mengahrapkan, mencalonkan diri, harapan banyak orang adalah adanya pemilihan pengurus partai yang tidak ditangan satu orang yaitu orang yang mencalonkan melalui pemilu pilkada, pilpres, harus menjadi anggota partai politik tertentu.

Orang-orang tertentu, yang tidak mengecewakan partai politik, baru bisa mencalonkan diri. Itu syarat-syaratnya, sudah disalin ke flashdisk, nanti silahkan diperdebatkan.

Next. Ini tentang mekanisme mencalonkan diri. Dengan berbagai konsep, konsep pak JK atau konsep pak JOKOWI.

Pemilihan calon presidennya, mau konferensi tapi malah tidak seperti konferensi. Berikutnya ini yang kita tanyakan kepada peserta kita untuk diperdebatkan, prelukan prinsip hukbungan pusat dengan daerah? Sebaiknya dijawab Ya. Sebagian besar dijawab Ya. Apa prinsipnya?

Apakah hubungan partai politik itu tersentralistii atau otonom? Itu yang menjadi pertanyaan kiota adalah hasil dari mayoritas partai adalah otonom, ini sola debat,

siapakah yang berhak menyelesaikan masalah internal parpol? Ada kemudian yang menyerahkan kemahkamah partai, sehingga dilakukan penyelesaian secara internal. Berikutnya,

Soal keuangan partai. Sebagian menjawab melalui APBN Anggaran negara. Sebagian lagi mengatakan berasal dari iuran anggota. Ini bisa mix antara APBN dengan iuran anggota.

Berikut, kalau dari hasil penelitian Prof. Ramlan, Fahmi idris, Parpol diharapkan dibiayai oleh negara. Apa konsekuensinya? Partai politik harus terbuka. Melaporkan untuk apa dana partai politikm di gunakan? Apakah wajib dilaporkan/ dan sebagian besar mengatakan Ya. Dan ini merupakan partai poltik sendiri yang menjawabnya.

Saya kira itu dulu, terimakasih, assalamualaikum Wr. Wb.

Prof. Yuliandri:

Saya persilahkan kepada pembicara pertama:

Demokrasi parpol Indonesia, saya kira bisa kita mulai dari permasalhan dokumen Hak Asasi Manusia, demokrasi saat ini, pemilihan umum merupakan salah satu tindakan kita dalam berdemokrasi.

Ada permasalhan serius. Persepakatan mengenai ideology negara pada saat itu, melakukan manufer. Kalau diberi perpanjangan waktu, maka perlukan perundingan- perundingan demokrasi dan pimpinan partai.

Pembukaan itu berdasarkan aturan yang ada melalui dokrin presiden era ini disebut era pemerintahan sementara, dimana digunakan UUD 1950 saat itu, ideology system pemerintahan.

Jadi apa yang saya ketahui, hanya ada satu dua partai politik yang mendeklarasikan ideologinya secara kongkrit, mereka membagi ideology dasar dan ideology yang dilakukan dalam proses perjuangan, selebihnya menepatkan pancasila sebagai ideology parpol

Saudara sekalian, berbagai dinamika yang pernah terjadi dalam partai politik seperti transsaksionalisme dan sebagainya. Padahal era 1945-1955 yang berkembang bukan parpolnya. Tapi ideology yang dianut oleh mereka meniadakan hal itu, ada nilai-nilai yang lebih utama, lebih tinggi menjadi dasar perjuangan.

Untuk mencapai impian, perlu dilakukan pemusnahan sifat-sifat yang merubah kehidupan partai, kalau kita mau maju partai politik dan uang itu berat. Dan kemudian pada tahap pemilihan anggota dewan juga begitu, tanpa uang tidak aka nada keputusan-keputusan yang memungkinkan seseorang menjadi calon gubernur, walikota, calon anggota DPR, dan sebagainya, perkembangan ini, negarea modern dan kaya.

Ada istilah, membeli anggota dewan. Dalam satu partai terdiri dari fraksi-fraksi, emmebli dengan harga cukup tinggi, terlibat korupsi. Konflik parpol memang sangat signifikan, tapiitu tidak terbuka dan internal, tapi penyelesaian internal tidak memuaskan sama sekali. Kita punya bayak cara utnuk menyelesaikannyapersoalan parpol ini. Kita bisa menyelesaiakn persoalan ini bersama sama. Dengan melimpahkan berbagai gagasan-gagasan utama dalam penyelesaian senggeta parpol yang semua itu sebenarnya bisa di dikte.

Cirri-ciri bagaimana presiden bisa didikte dengan baik, apakah itu tidak menjadi permasalahn internal?

Terimakasih.

Prof. Yuliandri:

untuk yang kedua saya persilahkan kepada Prof. Dr. Syamsudin Haris. Seorang peneliti dari LIPI. kepada beliau dipersilahkan dengan segala hormat.

Prof Syamsudin Haris: Terimakaish prof. Yuliandri. Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya diminta untuk berbicara mengenai demokrasi internal partai politik beserta tantangannya. Dalam diskusi kami masalah partai politik, ada dua pendekatan yang bisa digunakan.

1. Melihat partai politik sebagai pilar utama dalam demokrasi kita 2. Melihat partai politik dalam system kepartaian yang berlaku.

Nah, kalau kita melihat partai politik sebagai pilar, apakah parpol bisa menjadi solusi bagi kita? Bukan lagi sebagai persoalan yang kita hadapi.

Kader-kader partai politik kita yang menajdi pasien semakin mudah bermain didalam. Itu dalam konteks kita melihat parpol sebagai pondasi, dimana kita melihat partai politkk dalam system kepartaian. Dalam system partai yang kita anut. Memfasilitasi terbentuknya system kepartaian pemerintahan yang berlandaskan konstitusi presidensil, jadi apakah system multi partai sungguh-sungguh memang efisien? Ini pertanyaan classic sesungguhnya.

Kita melihat partai politik sebagai patria system, sejauh mana kita melihat kompetisi antar parpol, didalam sebuah system kepartaian. Sungguh-sungguh menghasilakn orang-orang yang ebnar-benar bekerja utnuk rakyat, untuk kepentingan umum. Nah, saya piker itu titik tolak kita dan saya dalam meyampaikan makalah ini, nah coba kita liaht yang oertama.

Kita melihat permasalahn parpol itu komplek sekali. Serta apa yang sydah dimuatkan oleh pemberitaan yang ada selama ini. Yang pertama adalah masalah ideology. Masalah flatfom. Semua parpol punya ideology. Tapi ideology itu berhenti hanya menjadi sebuah ideology yang tertulis, yang disimpan dengan rapi dikantor parpol. parpol punya ideology, tapi hanya untuk memenuhi persyaratan undang-undang bahwa harus punay AD/ ART dan seterusnya. Kadang sulit untuk membedakan ideology anatra satu parpol dengan yang lainnya.PAN yang tidak mau diakui sebagai partai Islamdan PKB sebagai partai Islam.

Parpol kita tidak memeiliki komitment dan moralitas. Betapa parpol itu kini dikelola secara kaki lima, padahal mau jadi pemimpin bintang lima. Nah, kemudian yang tidak kalah penting adalah potret kepemimpinnan yang personal. Sebagai pemimpin partai, khususnya yang berposisi di ketua umum, adalah pemilik atau pemegang saham terbanyak.yah kita bisa menyebut bahwa banyak partai yang demikian. Sehingga jika mendiskusikan tantangan demokrasi masa depan, tantangan utama adalah bagaimana mengalih kepemimpinan partai dari individu pemilik modal, menjadi sungguh-sungguh demokratis. Karena bagaimana pun, seperti yang diamanatkan oleh umdang-undang, parpol adalah badan hukum public yang tidak dimiliki oleh individu. Yang sedang menjabat sebagai ketua umum. Nah, tantangan yang bisa kiat fikirkan konteksnya demokrasi, mengambil alih parpol dari individu-individu pemilik modal kepada anggota sesuai undang-undang.

Saya setuju dengan gagasan mengenai pembiayaan negara terhadap partai politik, negara memberikan subsidi ini juga menyangkut konsteks pengambil alihan kepentingan.

parpol tidak memiliki komitment atau moralitas yang jelas, pada umumnya parpol tidur panjangn selama masa dua pemilu. Ketika pada saatnya pemilu terkaget-kaget. Kadang dalam pencalonan bersifat instan. Padahal dalam politik membangun masyarakat tidak mungkin dilakukan secara instan.

Problem internalisasi dan perwakilan. Suara vocal parpol membentuk kepentingan politik dan kaderisasi. Parpol hanya punya link untuk menangani kaderisasi tapi tidak dilakukan. Sehingga lagi-lagi parpol panic menjelang pilkada.

Contoh, fenomena PDIP dalam pencarian pemimpin DKI Jakarta 2017. Contoh yang sangat jelas bagaimana parpol panic menjelang pemilu atau pilkada. Ada seleksi internal, test bahkan wawancara, dan lain sebagainya. Tapi ini tidak dipakai. PDIP mengundang maju yang berminat.

Kemudian juga ada indikasi sinyal bahwa PDIP juga mendukung pak Ahok untuk maju. ini menunjukkan bahwa parpol dikelola secara kaki lima, padahal hendak menajdi pemimpin bintang lima.

Problem yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita mendesentralisasikan otoritas parpol, ini harus disentralisasikan kepengurus wilayah tertentu. Bagaimana pilkada calon yang berduit dengan yang dicari oleh masyarakat? Mana yang dipilih? Tantangan lain adalah bagaimana supaya pemilihan kandidat pasangan calon itu melalui tahap-tahap demokrasi, melalui konvensi atau pemilihan pendahuluan.

Saat ini LIPI bekerja sama dengan KPK menyusum peraturan kode etik bagi parpol dan politisi.. apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Nah, mudah-mudahan kode etik parpol itu bisa membantu.

Dalam konteks system kepartaian yang berlaku, sungguh-sungguh memfasilitasi hasil pemilu yang demokratis. salahs atu upaya tentu saja bagaimana kita menata ulang system pemilu kita.

Contoh, pemilu serentak 2019. Namun, sayangnya, skema 2019 sama dengan skema 2014 yang kini harusnya tidak demikian, dengan membedakan PJ nasional dengan daerah.

Amanat UU no 10 tahun 2016 tentang pilkada, seolah sudah memfinalkan sebab pilkada serentak nasional dianggarkan tahun 2024. Ini tantangan bagi kita dalam mengingatkan pemerintah agar mengasuh kebijakan yang benar-benar sesuai kebutuhan kita.

Demokratisasi partai poltiik itu hanya akan menjadi deretan keinginan. Jadi kita harus mendesak pemerintah untuk melakukan pemabharuan dan perubahan. Didukung televise, media, Pusat studi konstitusi, dan lain sebagainya.

Sekian, terimakasih.

Prof. Yuliandri:

Terimakasih Prof. Syamsuddin Haris. Terakhir kita minta pemaparan dari Prof. Dr. Saldi Isra. beliau lahir di solok, sekarang sebagai guru besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas. Baik, kami eprsilahkan dengan segala hormat,

Prof. Saldi Isra:

Baik, terimakasih Prof. Yuliandri, Bang Fahmi Idris, Prof. Samsudin Haris. Dan hadirin sekalian yang saya hormati. Saya akan melanjutkan presentasi yang tadi disampaikan oleh Ferry Amsari. Soal hasil penelitian. Karena kegiatan ini bermuara pada desain undang-undang parpol.

Partai politik sesungguhnya, pekerjaan yang terkait masyarakat banyak. Oleh karena itu bapak ibu sekalian, kita mendeteksi salah satu kelemahan mendasar dari UU parpol yang ada saat ini dan sebelumnya UU parpol terlalu sulir mengatur soal-soal yang memiliki implikasi luas terhadap public.

Terlalu banyak aturan dalam parpol yang pada akhirnya mendelagasikan urusan urusan parpol yang mengatur pengelolaan urusan public kedalam anggaran dasar dan ART parpol. Yang kita tahu kalau kongres parpol mereka hamper tidak serius mengatur substansi AD/ ART nya.

Biasanya beitu kongres selesai, terpilih ketua umum atau sekretaris umum, kongres dianggap selesai. Tidak ada diskusi bagaimana partai bisa menggali ketentuan parpol agar bisa mencapai tujuan partai poltiik dan oleh karena itu kita melakukan

pendesainan baru yang nanti kami pikirkan. Di rencana UU parpol adalah memberikan wilayah yang jauh lebih detail kepada pengaturan soal-soal parpol, ajdi memang ada wilayah yang kita serahkan ke parpol, tapi ada wilayah yang detail diatur dalam UU.

Misalnya kalau bkita bicara soal point yang disampaikan oleh Ferry Amsari, hasil penelitian sementara itu, soal bagaimana mendesentralisasikan parpol. Yang disebut oleh semua pembicara. Pembicara mentri hukum dan HAM, bapak Fahmi Idris, dan Prof. Syamsudin Haris, desentralisasi menajdi kebutuhan yang tidak dioatur. Kita bicara desentralisasi. Tapi partai politik yang menjadi penggerak negara tidak mau mendesentralisaskan kewenakan kepartaiannya ke yang lebih rendah.

Contoh, bukti ketika mencalonkan, itu tidak selesai urusannya hanay di kabupaten dan kota saja. Dan tidak selesai dipengurus tngkat provinsi saja. Namun hingga pengurus tingkat pusat. Itu prinsip yang ahrus dibuat lebih detail dan pernak-pernik nya diatur dalam anggaran dasar dan ART parpol.

Jebakan yang ada hari ini adalah, pemimpin yang dihasilkan bukan orang yang bisa menjawab kebutuhan politik pada hari itu. Disitu peran UU bagaimana membuat desain bagaimana tidak hanya mencerminkan keinginan partai tapi juga keinginan public, serta pengurus partai.

Contoh lain, yang menurut penelitian pusako sangat penting, yaitu soal keuangan parpol. Kami berfikir soal keuangan harus didesain tingkat UU parpol. Jadi untuk mengatur keuangannya harus diatur sedemikian rupa. Untuk mencegah penanam modal menguasai parpol, jadi dana APBN itu harus jadi lebih besar kepartai poltiik. Sekarang dana yang ebrasal dari partai politk kan luarbiasa kecil, dan jika dana itu saja yang diharapkan parpol, parpol bisa apa?

Kami merencakan ada dua system keuangan partai politik yang dating dari APBN, 1. Alokasi pertama adalah kalau partai politik yang lolos menjadi peserta

pemilihan umum, maka semua partai itu akan mendapatkan jumlagh dana yang sama untuk semua partai. Dan kita coba menghitung, paling tidak dana itu dapat memenuhi paling tidak 50 60 persen dari kebutuhan parpol untuk pelaksanaan keseharian partai poltik. Angkatnya masih kita diskusikan. Itu

yang pertama, jadi kalau ada 10 partai politik menjadi peserta pemilu, jadi itu dianggarkan sama juga untuk semua parpol.

2. Dana yang didapat di APBN tergantung hasil pemilihan suara dipemilu itu nanti yang membedakan dana yang diperoleh oleh sartu partai dengan partai lainnya. Karna hitungan nya adalah jumlah suara yang diperoleh dalam penghitungan suara di pemilu legislative.

Dengan dua system ini Bapak / Ibu sekalian, kita menganggap sekitar 75 80 persen kebutuhan partai politik bisa terpenuhi. Sisanya baru dicari oleh partai politik. Dan mana sumber yang halal itu pun ditentukan secara tegas didalam UU partai Politik. Tapi kami tidak berhentiu disitu, bang Mahfud, kalau dana yang masuk dari APBN dengan jumlah yang banyak dalam partai politik, mengelolaan keuangannya pun harus jauh lebih baik, bagaimana caranya? Kita merencanakan misalnya, ini masih dalam tahap perdebatan, disetiap kepengurusan DPD itu ada orang dari badan pemeriksa keuangan. BPKP yang dimiliki oleh pemerintah yang kemudian dipekerjakan di DPD partai politik untuk pengontrol semua dana yang berasal dari apbn. Jadi bukan per partai lagi. Ini merupakan kecendrungan semua negara agar proses keuangan partai poltik menjadi lebih baik. Orang BPKP didistribusikan ke lembaga-lembaga negara.

ita berfikir partai politk melakukan apa yang harus dilaklukan oleh lembaga negara. Kemudian pengeluarannya itu dikontrol oleh orang yang ditugaskan oleh negara dipartai politik itu. Karena apa? Proses pengawasan negara itu juga akan bermuara pada penilaian terhadap partai politik, apakah dia bisa memenuhi wajar tanpa pengecualian atau Wajar dengan pengecualian, apakah didiskualifikasi lain? Kalau uang negara yang banyak itu sudah digelontorkan kepada partai politik, harus ada transparanitas dan implikasi hukum. Apa misalnya? Partai secara berturut-turut, dua atau tiga tahun, dalam periode lima tahun, laporan keuangannya disliner, dia kehilangan hak untuk menjadi peserta pemilu berikutnya.

Nah, uang yang banyak itu diikuti dengan hukum yang baru, agar partai bisa mengelola dengan baik, karena prinsip prinsip pengelolaan keuangan negara itu

akan di ikuti oleh partai politik. Nah, inibisa menjadi isu yang mungkin bisa segera di cermati oleh partai politik, tapi soal penegakan hukumnya, kita pastikan terlebih dahulu. Kita menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari gagasan ini.

Kita tidak mau kehilangan uang dengan jumlah yang banyak jika kemudian tidak ada sanksi yang diterapkan terhadap partai poltik. Nah, kira-kira inilah rancanangan baru refisi undang-undang yang nanti akan kita siapkan. jadi setelah pertemuan ini, kami akan mempersiapkan apa, naskah akademis itu, lalu sebagian kita nanti akan dilibatkan lagi dalam mendiskusikan lebih lanjut sebelum nanti diserahkan kepada mentri Hukum dan Ham, Mentri dalam negeri, dan kita juga akan melibatkan partai-partai politik untuk mendiskusikan gagasan ini, sembari mendeskripminasi hasil penelitian ini kepada partai poltik. Kalau ini bisa di dilakukan, kita berharap partai politk bisa tumbuh menjadi jauh lebih sehat. Jadi annti ada dana APBN yang kalau di salurkan ke DPP itu nanti akan didistribusikan kepada pengurus ditingkat provinsi dan kabupaten dan kota juga. Tapi ada juga beban dari APBD provinsi kabupaten kota terhadap kepengurusan partai yang eksis di daerah tersebut, jadi Bapak / Ibu sekalian, kami percaya kalau ini buisa dilakukan kita punya mesin pemotong yang tajam untuk mengurangi pengaruh para pemodal masuk ke prtai poltik, sepanjang desain baru ini bisa di kelola dengan baik dari A-Z, artinya uang diluncurkan banyak tapi juga ada sanksi yang dibebankan kepartai politik.

Nah, itu saya sengaja mendetail pengaturan ditingkat UU. Soal keuangan partai politik itu kita atur hamper selesai ditingkat UU. Jadi diranah AD/ART akan kita batasi sedemikian rupa. Kira-kira itu yang akan kami lakukan kedepan. Terima kasih, Assalamualaikum Wr, Wb.

Prof. Yuliandri :

Terimakasih Prof. Saldi atas penjelasan lanjut mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat studi konstitusi.

Baik untuk selanjutnya kita masih punya waktu sekitar lima belas menit, kita beri kesemoatan untuk dua pertanyaan. Disebelah kiri ada sau, kemudian di tengah, mohon singkat aja, silahkan, sebut nama dan asalnya dari mana

Penanya 1:

Nama : Inna Junainah

Asal : Fakultas hukum Universitas Pajadjaran

Terimakasih pak yuliandri. assalamualaikum Wr. Wb. Nama saya Inna Junainah dari Fakultas hukum Universitas Padjajajaran. Saya menagkap tadi memberikan sejumlah anggaran yah, yang jadi pertanyaan saya, barangkali untuk form yang sementara, sepertinya ini solusi yang baik yang dibentuk oleh Prof. Saldi. tapi apakah apa yang

Dalam dokumen PROSIDING KNHTN 3 (Halaman 52-69)